Anda di halaman 1dari 11

Rizal Efesus Sitinjak

2020060061

Sistem Pengendalian Manajemen

AP 6A/20
1. Tujuan Manajemen Kompensasi

1.1 Mempertahankan Karyawan Berprestasi


Salah satu tujuan kompensasi adalah untuk menahan karyawan berprestasi agar tidak berpindah tempat kerja. Hal ini penting dilakukan mengingat prestasi mereka telah banyak membantu kemajuan
perusahaan. Oleh karena itu, berikan imbalan yang sepadan agar pekerja tersebut mau bertahan.

1.2 Memperoleh Karyawan Berkualitas


Ketika perusahaan Anda menawarkan banyak kompensasi menarik, saat itulah calon-calon karyawan berkualitas akan berdatangan. Dengan demikian, potensi untuk mendapat pekerja terbaik jadi lebih mudah.
1.3 Menjamin Keadilan di Lingkungan Perusahaan
Adil tidak harus sama, demikian pula imbalan yang diterima
pekerja. Mereka dengan kinerja lebih baik dan tekun sudah
selayaknya menerima penghargaan dari perusahaan.

1.4 Memotivasi Terjadinya Perubahan Baik


Kompensasi adalah sarana menciptakan lingkungan kerja
yang produktif, suportif, dan memiliki iklim persaingan
sehat. Setiap karyawan terpacu untuk menunjukkan performa
terbaiknya karena termotivasi oleh kompensasi. Dengan
demikian, kedua belah pihak akan mendapat imbal balik
seimbang dalam membangun perusahaan.
1.5 Memenuhi Legalitas Administrasi
Hukum ketenagakerjaan dalam UU Nomor 13 tahun 2003
dan UU Cipta Kerja telah mengatur mengenai berbagai
kompensasi yang harus diberikan oleh perusahaan kepada
para pekerjanya. Oleh karena itu, pengusaha harus
menjalankannya sebagai pemenuhan administrasi legalitas.

1.6 Mengefisiensi Biaya


Biasanya, perusahaan belum memberikan gaji dalam jumlah
besar untuk karyawan baru. Hal ini karena mereka perlu
melihat kualitas pekerjaan karyawannya. Nah, kompensasi
adalah sarana agar pekerja bisa menerima tambahan
penghasilan sekaligus pengusaha mengatur pengeluarannya.
2. Penerapan Manajemen Kompensasi yang Adil dan Efektif

2.1 Beban Pekerjaan


Biasanya perusahaan akan menyesuaikan jumlah kompensasi dengan tingkat kerumitan, kesulitan, dan keahlian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Jika karyawan harus memegang proyek rumit, tentu imbalannya juga lebih besar dibanding pekerjaan sehari-hari.
2.2 Sistem Kompensasi
Cara untuk menentukan besarnya kompensasi adalah melalui
beberapa sistem yang mendetail. Kriterianya meliputi durasi,
prestasi, dan jenis pekerjaan. Dengan demikian, perusahaan dapat
memastikan berapa nominal untuk menghargai kerja keras sekaligus
memberi motivasi kerja karyawannya.
3. Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan dagang dengan konsep balanced scoreboard

Balanced scorecard (BSC) adalah metode pengukuran hasil kerja yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja eksekutif sehingga perusahaan jadi lebih tahu sejauh mana pergerakan dan
perkembangan yang telah dicapai.
Balanced scorecard memberi perusahaan elemen yang dibutuhkan untuk berpindah dari paradigma ‘selalu tentang finansial’ menuju model baru yang mana hasilnya menjadi titik awal untuk review,
mempertanyakan, dan belajar tentang strategi yang dimiliki.
Tujuannyan untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif kepada para manajer dengan melengkapi ukuran finansial melalui metrik tambahan yang mengukur kinerja di berbagai bidang seperti
kepuasan pelanggan, inovasi produk, dan lainnya.
Adapun empat prespektif balanced scorecard (BSC) adalah sebagai berikut :
1.  Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan merupakan perspektif yang tidak bisa diabaikan. Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan serta strategi
memberikan perbaikan mendasar. Perbaikan tersebut dapat berupa gross operating income, return on investement atau economic value-added. Pengukuran perspektif keuangan bisa dilakukan
dengan analisis rasio keuangan.
Misalnya dengan menganalisis tren keuangan, common size value antara perusahaan dan pesaing, dan rasio keuangan seperti; rasio liabilitas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio keuntungan,
dan rasio solvabilitas.
Perspektif keuangan juga berguna seberapa perusahaan atau bisnis Anda memiliki daya tarik kepada para investor.
2.  Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target.
Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit operasi dalam upaya mencapai target finansial.
Apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang besar dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru atau jasa
yang bernilai lebih baik kepada pelanggan.
Tolak ukur pelanggan dibedakan dalam dua kelompok yaitu core measurement group (kelompok inti) dan customer value proposition (kelompok penunjang).
3.  Perspektif Proses Bisnis Internal
Perusahaan mempunyai  proses dan nilai yang unik bagi pelanggannya. 3 prinsip dasar prespektif proses bisnis internal:
Proses Inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tapi ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi.
Proses Operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan yang dapat dilihat dari perencanaan, pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk jadi, proses marketing, hingga proses transaksi antara perusahaan
dan pembeli.
Pelayanan Purna Jual
Layanan purna jual merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan atau bisnis kepada konsumen sebagai jaminan mutu produk yang telah dibeli oleh konsumen.
4.  Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif balanced scorecard ( BSC ) ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya serta untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Penting bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk atau jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu:  sumber
daya manusia, sistem dan prosedur.
Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal bisa menjadi pemicu kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur.
Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi,
serta menata ulang prosedur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai