Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara

Kecerdasan Emosional
Dan Makna Toleransi
Beragama Pada Remaja
Di Desa Pandu

Aprilia Diana Lethulur (210303021)


Pendahuluan
Beberapa agama besar dunia tumbuh di Negara Indonesia yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Pada sisi lain, apabila tidak
disikapi secara baik maka keanekaragaman agama dapat berpotensi memicu
konflik antar umat beragama yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam konteks keanekaragaman agama di Negara Indonesia
tersebut, maka toleransi antar umat beragama untuk hidup berdampingan secara
damai perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai elemen pemerintah
maupun masyarakat (Pamilih, 2014).
Penelitian tentang kecerdasan emosional pada remaja terus berkembang dan
menjadi topik yang semakin penting dalam ilmu psikologi. Kecerdasan
emosional dapat mempengaruhi bagaimana remaja memandang dan memaknai
hidup beragama. Penelitian tentang makna hidup beragama pada remaja juga
penting untuk dilakukan, karena pemahaman dan makna hidup beragama dapat
mempengaruhi kesejahteraan psikologis remaja.
Kajian Teori
Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman, kecerdasan emosional


merujuk kepada kemampuan mengenai perasaan
sendiri atau perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain.
01
Toleransi Beragama
Dalam kamu Umum Bahasa
Indonesia, toleransi berasal dari kata
“toleran” (Inggris: tolerance; Arab:
tasamuh) yang berarti batas ukur
untuk penambahan atau
pengurangan yang masih
diperbolehkan. Secara etimologi,
toleransi adalah kesabaran,
ketahanan emosional, dan
kelapangan dada.
Definisi Remaja
Remaja dalam bahasa latin yaitu Adolescent yang
berarti tumbuh menuju sebuah kematangan. Dalam
arti tersebut, kematangan bukan hanya dari segi fisik,
tetapi juga kematangan secara sosial psikologinya.
Remaja juga didefinisikan sebagai suatu masa
peralihan, dari masa anak-anak menuju ke masa
dewasa.
Metode Penelitian Kuantitatif

01
03
Populasi seluruh
remaja di desa
02 Teknik 04
Pandu Sampling
Sampel 94
Kuesioner atau
remaja di Desa
angket
Pandu
Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan uji hipotesis, akan dipaparkan terlebih dahulu data deskriptif
penelitian untuk tiap variabel. Deskripsi statistik data penelitian diringkas pada tabel 1
berikut:

Tabel 1. Deskripsi data penelitian


Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kecerdasan Emosi 94 4 26 13.75532 5.654356

Toleransi Beragama 94 2 12 9.606383 2.476635

Valid N (listwise) 94        

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui untuk variabel kecerdasan emosi skor rerata
empiriknya sebesar 13,755, dengan nilai standar deviasi sebesar 5,654, sedangkan pada
variabel toleransi beragama skor rerata empiriknya sebesar 9,606 dengan nilai standar deviasi
sebesar 2,476.
Variabel R R Square Signifikansi Keterangan

Kecerdasan Emosi Terhadap       Sangat


Toleransi Beragama
0.458 0.209 .000 signifikan

Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh r= 0,458; p=0,000. Dengan demikian,


hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan
emosi dengan toleransi beragama remaja terbukti. Pada tabel 2 di atas juga menunjukkan
bahwa R² mempunyai nilai 0.209, yang berarti kecerdasan emosi mempunyai sumbangan
efektif 20 persen terhadap toleransi beragama remaja.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif
kecerdasan emosi terhadap toleransi beragama
pada remaja. Semakin tinggi skor kecerdasan
emosi yang diperoleh remaja semakin tinggi pula
toleransi beragama yang dimiliki remajaa. Hasil
penelitian ini memberikan penjelasan dan
penegasan tentang pentingnya kecerdasan emosi
dalam kehidupan, khususnya dalam kehidupan
yang majemuk seperti perbedaan suku, bahasa,
etnis dan agama dalam rangka meningkatkan
toleransi atas perbedaan.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai