Anda di halaman 1dari 7

Peningkatan penerimaan diri pasien � PROCEDIA

Studi Kasus dan Intervensi Psikologi

skizofrenia melalui Rational Emotif p-ISSN 2302-1462; e-ISSN 2722-7669


ejournal.umm.ac.id/index.php/procedia
2021, Vol 9(2):76–82
Behavior Therapy DOI:10.22219/procedia.v9i2.16298
© The Author(s) 2021
c b n 4.0 International license

Aldila Putri Karindra1

Abstract
Delusions and irrational thoughts often appear in schizophrenic patients. Can those negative thoughts be reduced to
them? Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) is designed to help overcome the problems of negative thinking
in schizophrenia. The assessment was carried out using interviews, observation and several psychological tests with
the results of the dominance of negative feelings and low self-acceptance. The intervention aims to break irrational
beliefs and increase self-acceptance through REBT techniques. The results of the intervention show that the client
can see things from a different perspective in order to generate new, more rational thoughts so as to increase the
client’s acceptance of himself, others, and the environment.

Keywords
Self-acceptance, Rational Emotive Behavior Therapy, schizophrenia

Pendahuluan seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi


dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau
Skizofrenia merupakan penyakit yang memiliki karakter- awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini
istik adanya gangguan dalam proses berpikir, emosi dan mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan
perilaku. Seperti, gangguan proses pikir dimana terdapat pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.
ide-ide yang tidak logis dan tidak koheren satu dengan Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
yang lainnya, persepsi dan atensi yang salah, kurang perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan
dalam emosi dan ekspresi, atau menunjukkan ketidak- daerah rural (Davison, 2000).
sesuaian ekspresi emosi serta gangguan dalam perger- Skizofrenia menyebabkan kerusakan serius pada aspek
akan dan perilaku (Davison, 2000). Gangguan skizofrenia sosial, kognitif, afektif, dan keberfungsian sehari-hari
adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi (Halgin & Withbourne, 2011). Dua cara yang paling
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, ampuh dalam menangani gangguan skizofrenia dan gang-
menerima, dan menginterprestasikan realitas, merasakan guan jiwa lainnya adalah farmakoterapi dan psikoterapi,
dan menunjukkan emosi, dan beperilaku dengan sikap yang dalam kebanyakan kasus pasien akan sangat diun-
yang dapat diterima secara sosial. Prevalensi gangguan ini tungkan dengan adanya kedua kombinasi tersebut (Thome,
kurang dari satu persen (American Psychiatric Association, 2015). Farmakoterapi efektif untuk mengatasi gejala aktif
2013), namun memiliki tingkat relapse (kekambuhan) dan skizofrenia dan mengurangi kerentanan terhadap kambuh
rehospitalization (masuk rumah sakit kembali) sebesar namun hal tersebut tidak mengatasi masalah residual defisit
60% (Pitschel-Waltz, 2004). dalam hal kognitif dan sosial yang dapat diatasi melalui
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi psikoterapi, salah satunya dengan pendekatan kognitif
dalam dua kelompok, yaitu gejala aktif dan gejala negatif. (Alford & Beck, 1994).
Gejala aktif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, Masalah residual defisit dalam hal kognitif dan sosial ini
gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala dialami oleh klien. Klien mengalami gangguan skizofrenia
negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, sejak usia 23 tahun dan telah mengalami 5 kali kambuh.
menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ Klien berulangkali kambuh karena memiliki irrational
kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif,
apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan
kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif (Davison, 1 Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin
2000).
Korespondensi:
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok Aldila Putri Karindra, Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin,
masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan tingkat Kalimantan Selatan, Indonesia
prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di Email: dilaputrimance@gmail.coml.com

Prepared using psyj.cls [Version: 2021/02/25 v1]


Karindra 77

belief yang dikembangkannya sejak kecil sehingga Sementara tes psikologis digunakan untuk memperoleh
membuatnya terkungkung pada satu pemikiran tanpa dapat informasi yang lebih mendalam yang tidak disadari klien/
melihat kemungkinan lain yang lebih rasional. Irrational tidak mampu diungkapkannya secara sadar. Tes psikologi
belief dapat menjadi sesuatu yang patologis apabila yang digunakan mencakup tes kepribadian yaitu tes grafis
menyebabkan beberapa disfungsi seperti yang dialami (BAUM, DAP dan HTP), WARTEGG, SSCT dan TAT.
oleh klien (Sakakibara, 2016). Klien menjadi pribadi Tes grafis dan wartegg diperlukan untuk mengetahui
yang banyak menuntut bahwa segala sesuatunya berlaku kepribadian klien secara lebih mendalam. Tes TAT untuk
suatu ke-harus-an dan apabila tidak maka klien akan mengetahui kebutuhan dan juga tekanan yang klien
memberikan label negatif yang berujung pada perilaku alami. Sedang SSCT digunakan untuk mengetahui sikap
maladptif seperti menarik diri dan tidak mampu menerima klien terhadap orang lain atau lingkungan. Asesmen juga
dirinya tanpa syarat. melibatkan tes inteligensi menggunakan Wescler Adult
Irrational belief atau keyakinan yang irasional adalah Intelligence Scale (WAIS) untuk mengetahui kapasitas
keyakinan yang tidak masuk akal, kaku dan tidak konsis- intelektual serta gejala klinis yang mungkin terungkap.
ten dengan realitas sedangkan keyakinan rasional adalah
keyakinan yang logis, fleksibel, dan konsisten dengan Presentasi Kasus
realitas. Dominasi keyakinan irasional mengakibatkan,
orang memperoleh emosi yang tidak sehat, perilaku dis- Klien seorang perempuan berusia 43 tahun merupakan
fungsional dan gangguan psikologis. Dengan mematahkan anak kedua dari lima bersaudara, tinggal di Pasuruan.
keyakinan irrasional, orang dapat mengembangkan cara Klien memiliki tubuh dengan tinggi sekitar 145 cm dan
berpikir yang lebih rasional dan realistis sehingga akan berat badan sekitar 60 kg, memiliki rambut lurus yang
menghasilkan penerimaan yang lebih besar terhadap diri dipotong pendek sebahu, terdapat 2 bekas luka parut di
sendiri dan orang lain. Penerimaan diri berarti menerima lutut kanan dan satu gigi seri yang patah akibat kecelakaan.
diri tanpa syarat terlepas dari apakah seseorang berperilaku Penampilan klien cukup bersih dan terawat, tidak berbau,
kompeten atau benar dan apakah orang lain cenderung memiliki kulit sawo matang dengan kulit yang kering
untuk menyatakan persetujuan atau rasa hormat (Dryden terutama pada bagian kaki dengan tumit yang pecah-
& Neenan, 2004). pecah dan berwarna kehitaman. Wajah klien nampak sesuai
Seperti yang dialami oleh klien, dimana klien berpikiran dengan umurnya dengan beberapa bekas jerawat. Klien
bahwa dalam segala sesuatunya dalam hidup adanya merupakan individu yang serba ingin tahu, namun kurang
keharusan absolutistik, meyakini bahwa bahwa hal tertentu dapat menentukan tujuan dan mengambil keputusan.
harus terjadi atau tidak boleh terjadi, dan bahwa Memiliki keinginan yang besar dan tinggi namun tidak
pada kondisi tertentu (misalnya kesuksesan, cinta atau diimbangi dengan vitalitas untuk mengesekusi.
persetujuan) merupakan kebutuhan mutlak. Penuntutan Klien dibawa ke RSJ karena marah-marah yang
menyiratkan pada hukum alam semesta yang harus tidak terkendali pada anak dan suaminya, bahkan sam-
dipatuhi sehingga intervensi REBT diperlukan untuk pai memukuli suaminya. Klien mensobek-sobek ker-
mengatasi hal tersebut (Froggatt, 2005). tas ataupun buku-buku yang ada di dalam rumah.
Seringkali menyatakan ingin pergi kerumah temannya
REBT dalam penelitian sebelumnya diketahui seba-
namun kerapkali ditemukan dipinggir jalan. Klien men-
gai teknik yang mampu mengubah irrational belief dan
geluhkan mendengar bisikan-bisikan yang berupa ajakan
menghasilkan pemikiran baru yang lebih rasional sehingga
untuk keluar rumah yang diturutinya namun mendapatkan
mampu meningkatkan penerimaan diri pada klien (Cun-
hasil nihil dan kembali masuk kedalam rumah ataupun
ningham & Turner, 2016). Selain intervensi pada klien
komentar-komentar tentang apa yang sedang dilakukan-
diperlukan pula penanganan yang komprehensif den-
nya.
gan melibatkan keluarga dengan memberikan psikoe-
dukasi untuk membantu klien mempertahankan keadaan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,
optimumnya dan mencegah kekambuhan (Pitschel-Waltz, klien memiliki tingkat intelegensi yang cukup baik
2004). dengan pengetahuan umum yang cukup luas. Hal tersebut
dikuatkan dari pengakuan klien yang menyatakan bahwa
dirinya sudah dapat membaca sejak usia lima tahun dan
berhasil menjadi murid terpandai saat SD dan meraih juara
Metode Asesmen
umum serta meraih NUN tertinggi saat SMA serta hasil
Asesmen dilakukan untuk penegakan diagnosa yang tes WAIS yang menunjukkan IQ verbal klien berada pada
dilakukan melalui serangkaian metode antara lain wawan- kategori rata-rata atas.
cara, observasi dan tes psikologi. Wawancara dilakukan Ketika duduk di bangku SMP klien memiliki pen-
terhadap klien dan juga keluarga untuk memperoleh infor- galaman yang tidak menyenangkan yaitu tidak lulus
masi lebih mendalam tentang riwayat permasalahan yang dalam seleksi olimpiade matematika, hal ini menyebabkan
dialami klien. Observasi dilakukan untuk pemeriksaan sta- klien mengevalusi dan menginterpretasi keadaan dirinya
tus mental klien dan untuk memperoleh informasi perilaku dan timbul suatu reaksi emosi dimana klien merasa
dan aktivitas klien selama di rumah sakit. tidak mampu, merasa tidak berharga dan merasa tidak

Prepared using psyj.cls


78 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

dapat memenuhi harapan orangtuanya. Klien mengevaluasi keyakinanya yang dia percayai sehingga klien mengikuti
dirinya terus menerus dan secara tidak disadarinya, ia pengajian-pengajian. Pengajian dilihat sebagai pelarian
memberikan label yang negatif dan tidak rasional pada akan masalah akademiknya untuk mendapatkan pengakuan
dirinya sendiri. Setelah itu muncul hambatan-hambatan dirinya masih berkompeten untuk dianggap berharga.
perilaku seperti menurunnya prestasi di sekolah saat SMP Melalui pengajian, klien mendapatkan suatu doa dimana
yang disebabkan karena label negatif yang disematkan klien sangat bergantung pada doa tersebut, bahwa den-
klien pada dirinya sendiri, yaitu tidak kompeten. gan berdoa dapat membantunya dalam menyelesaikan
Klien dengan gangguan psikotik biasanya berasal dari masalah. Sehingga klien fokus berdoa dan abai pada kewa-
keluarga yang memiliki disfungsi pada beberapa aspeknya. jibannya untuk segera menyelesaikan skripsi.
Perilaku keluarga yang patologis secara signifikan akan Dinamika terbentuknya gangguan skizofrenia pada klien
meningkatkan stres emosional yang harus dihadapi oleh yang dilihat dari faktor penyebabnya dapat dijelaskan
klien psikotik. Adapun perilaku patologis tersebut seperti melalui teori ABC dari Ellis (Corey, 2009). A (antecedent
adanya tuntutan yang terlalu tinggi dari orangtuanya, event) atau kejadian pencetus, B (believe) atau keyakinan,
sementara anak sebenarnya tidak memiliki kemampuan dan C (consequence) atau konsekuensi sebagai akibat
sebagaimana yang diharapkan oleh orangtuanya. Klien atau reaksi individu. Klien berulangkali mengembangkan
menyatakan dirinya diharuskan untuk selalu belajar keyakinan irasional, yang menyebabkan terhambatnya
dan mendapatkan prestasi yang baik disekolah. Klien pencapaian atas tujuan-tujuan klien. Ketika berpikir dan
dimasukkan ke dalam sekolah akselerasi dan bahkan saat berperilaku irasional dapat berakibat menjadi seorang
kuliah, klien masuk pada jurusan yang dipilihkan oleh individu yang tidak efektif (Corey, 2009).
Ayahnya yang tidak sesuai dengan keinginan, minat dan Dapat dijabarkan dengan kegagalan klien masuk PTN
bakat klien. pada jurusan yang diinginkannya adalah sebagai kejadian
Hal tersebut sesuai dengan hasil tes grafis dan SSCT pencetus. Kejadian tersebut dimaknai bahwa dirinya
yang menunjukkan adanya kebutuhan kasih sayang dari kurang berkompeten sehingga memunculkan keyakinan
Ayah yang tidak didapatkan oleh klien. Klien merasa ayah- bahwa untuk dianggap berharga dirinya harus berkompeten
nya terlalu sibuk bekerja hingga kurang memperhatikan sehingga menimbulkan konsekuensi menarik diri dan
perkembangan anaknya. Klien berharap seandainya Ayah- pemberian label negatif pada dirinya. Klien memiliki daya
nya bisa lebih bijaksana untuk membagi waktu antara toleransi terhadap suatu distress yang rendah, dimana
pekerjaan dan keluarga. Untuk kehidupan keluarga, klien klien tidak mampu menghadapi suatu masalah dan lebih
merasa masa kecilnya bahagia sebagaimana keluarga lain- memilih untuk berdiam diri dan pasif. Selain itu klien
nya. Namun dengan berjalannya waktu, klien merasa juga memiliki distorsi kognitif yang berupa untuk dianggap
keluarganya memperlakukan klien seperti seseorang yang berharga maka harus benar-benar kompeten, adekuat, dan
hanya mengganggu hidup mereka dan merasa seperti kelu- berprestasi (Erford, 2011) yang dikembangkan oleh klien
arga yang broken home. Pemikiran tersebut keluar saat sejak duduk di bangku sekolah dasar.
klien beranjak dewasa, dimana klien mulai mengalami Didukung dengan tidak dimilikinya kemampuan men-
beberapa kegagalan dan mengembangkan keyakinan yang gatasi masalah yang baik, klien tidak mampu mengatasi
tidak rasional yang membuatnya semakin mendapatkan permasalahan dengan memberikan respon positif. Kecen-
konsekuensi maladaptif yang berujung pada gejala patol- derung menghindar dengan tidur, menyalahkan diri sendiri
ogis. dengan memberikan label negatif pada diri dan berdoa den-
Sekalipun klien mampu memperoleh nilai NUN gan mengamalkan dzikir. Sehingga membuat permasala-
tertinggi tidak menjamin klien untuk bisa masuk ke han klien semakin bertumpuk, pada akhirnya sampai pada
PTN yang diinginkan. Klien gagal masuk ke PTN ambang batas kemampuan untuk menerima dan menjadi
pilihannya, yaitu teknik kimia. Sehingga membuat klien sesuatu yang patologis. Hal ini nampak dari hasi tes TAT
kembali mengevaluasi keadaan dirinya dan muncul dimana terdapat kebutuhan pasif yang dominan. Tidak
evaluasi negatif terhadap dirinya. Klien kembali merasa terdapat suatu pemecahan masalah pada setiap kartu serta
kurang kompeten. Perasaan kurang kompeten tersebut didominasi oleh perasaan-perasaan negatif seperti putus
membuatnya tidak percaya diri untuk mendaftar kembali asa, sedih, merasa frustasi dan ditolak oleh lingkungan.
seleksi masuk PTN pada jurusan yang dia inginkan. Satu Pengajuan judul skripsi yang telah berulangkali dan
tahun kemuadian klien kembali mendaftar ulang seleksi penolakan dari dosen pembimbing serta tuntutan dari
masuk PTN dan diterima di jurusan Matematika. Klien orangtua untuk segera menyelesaikan pendidikan membuat
berulangkali mengevaluasi dirinya sebagai seseorang yang klien semakin mengembangkan keyakinan irasionalnya.
tidak berkompeten atas kegagalan dan keterlambatannya Dengan ciri kepribadian premorbid cenderung kaku
dalam menyelesaikan pendidikan S1 Matematika. dan adanya kebutuhan pasivity serta kesulitan dalam
Klien menerapkan pemikiran yang keliru atas apa mengekspresikan diri membuat klien semakin rentan
yang telah terjadi pada dirinya, yaitu dengan terpaku ketika mendapatkan tekanan atau sedang menghadapi
pada hal yang negatif dan mengabaikan hal-hal yang masalah. Klien mengabaikan hal-hal positif mengenai
positif (Ellis & Robb, 1994). Klien berusaha menun- potensi dirinya, terpaku pada hal negatif dan terlalu
tut dirinya sehingga dapat menyelaraskan diri dengan cepat dalam menggeneralisasi masalah (Corey, 2009)

Prepared using psyj.cls


Karindra 79

selalu dilakukannya berulangkali ditambah dengan coping tuntutan baik pada diri klien, oranglain maupun lingkungan
yang tidak sesuai hingga akhirnya menjadi sesuatu yang yang pada keadaan tertentu merujuk pada keharusan
patologis. Hal tersebut menjadi pencetus sehingga klien sebagaimana hukum alam (Froggatt, 2005).
didiagnosa mengalami ganggauan jiwa dan mendapatkan Dari pengalaman hidup klien, terlihat bahwa klien
perawatan untuk pertama kalinya yang muncul secara akut memiliki keyakinan yang tidak rasional sejak lama yang
dengan adanya halusinasi auditorik. menyebabkan klien menjadi pribadi yang terlalu menuntut
Pada perawatan ketiga, adalah sesaat setelah klien dan menilai diri secara negatif. Klien tidak mampu berpikir
memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai guru secara jelas dan bergantung pada orang lain. Pengalaman
matematika SMP di Malang. Dipicu oleh hasil nilai masa lalu memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap
TOEFL klien yang lebih tinggi dibandingkan nilai kehidupan individu dan menentukan tingkah lakunya pada
guru Bahasa Inggris di sekolah tersebut, klien berpikir saat ini. Karena saat ini klien masih dipenuhi dengan
bahwa guru-guru bersekongkol untuk mengeluarkan keyakinan yang tidak rasional sehingga perilaku patologis
dirinya dari sekolah tersebut. Adanya kecenderungan tetap muncul.
dalam diri klien bahwa dirinya ditolak baik oleh Pola pemikiran klien yang sudah irasional, membuat
individu lain ataupun lingkungannya serta merasa tidak semuanya menjadi irasional, karena pemikiran irasional
memiliki teman yang mampu mendukung cita-citanya pertama yang tidak tertangani dengan baik, mengakibatkan
membuat klien semakin mengembangkan pemikiran- klien terus menerus berpikir secara sempit yang semakin
pemikiran yang irasional. Pada waktu yang bersamaan lama semakin memburuk karena masalah utama belum
kakak klien menanyakan pekerjaan suami klien, hal terselesaikan, sehingga pada kejadian-kejadian kecil dalam
tersebut memunculkan pemikiran bahwa kakak klien tidak kehidupan sehari-hari dapat menjadi sesuatu yang besar.
menyetujui dirinya menikah dengan TN yang saat itu telah Sehingga intervensi berupa pendekatan kognitif dengan
menjadi suaminya. teknik REBT dianggap cocok dan dengan tujuan utama
Pola yang serupa terjadi pada kekambuhan berikutnya, dari psikoterapi ini adalah memperbaiki dan merubah
dimana adanya ketidakpuasaan akan diri klien, lingkungan sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan
dan sekitarnya. Seperti saat perawatan klien yang klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan
keempat, adanya keyakinan grandiose karena berpikir logis agar klien dapat mengembangkan diri (Corey, 2009).
bahwa dirinya begitu istimewa sehingga kondisinya harus
nyaman dan memuaskan bahagia. Hal tersebut nampak
saat klien menyatakan standar pendidikan di Pasuruan Diagnosis dan Prognosis
sangat berbeda, dibawah harapan klien, yaitu pembelajaran Hasil diagnosis klien telah memenuhi kriteria diagnostik
matematika harus sesuai dengan standar yang benar, DSM-5 untuk gangguan skizofrenia (295.90) dengan
dan ketika klien melemparkan ide murid harus dapat permasalahan permasalahan rendahnya penerimaan diri
menanggapinya dengan baik. Namun yang terjadi adalah yang disebabkan oleh irrational belief. Prognosis baik
sebaliknya, dimana para murid tidak mampu menganggapi karena adanya dukungan keluarga (suami) untuk pulih,
ide yang dileparkan oleh klien dengan baik. tidak adanya faktor keturunan, faktor pencetus jelas dan
Klien merasa ada konspirasi diantara murid tersebut klien telah mendapatkan pengobatan sejak awal gejala
yang berusaha menjatuhkan dirinya sebagai seorang muncul.
guru matematika yang berprestasi. Klien mengembangkan
distorsi kognitif bahwa klien merasa harus dicintai
atau disetujui oleh hampir semua orang yang memiliki
Intervensi
hubungan dengannya (Corey, 2009), termasuk para murid REBT digunakan karena permasalahan dasar klien
yang harus mampu menimpali setiap ide yang disampaikan ialah rendahnya penerimaan terhadap diri, orang lain
olehnya. dan lingkungan yang disebabkan oleh irrational belief.
Pada perawatan yang kelima, terdapat suatu kejadian Dengan ciri kepribadian premorbid cenderung kaku, suka
pencetus dimana tetangga klien membicarakan mengenai berkontemplasi dan adanya kebutuhan pasivity membuat
mantan istri dari suami klien. Klien merasa bahwa suami- klien semakin rentan ketika mendapatkan tekanan atau
nya berselingkuh, ditambah dengan adanya kejadian Ibu sedang menghadapi masalah. Rendahnya penerimaan
klien mengunjungi klien di Pasuruan dan bermaksud untuk diri timbul dari adanya demandingness dimana segala
mengajak klien kembali pulang ke Malang. Ditambah klien sesuatu adalah harus, seperti berpikir bahwa dirinya
yang masih meyakini bahwa lingkungan tempat tinggalnya begitu istimewa sehingga kondisinya harus nyaman dan
menolak dirinya sejak klien mengundurkan diri dari memuaskan. Hal tersebut nampak saat klien menyatakan
sekolah. Hal tersebut memperkuat keyakinan klien bahwa standart pendidikan di Pasuruan sangat berbeda, dibawah
suaminya tidak mencintainya lagi, sampai-sampai sang Ibu harapan klien. “pembelajaran matematika harus sesuai
ingin membawa klien pulang ke Malang. Kejadian tersebut dengan standart yang benar, dan ketika saya melemparkan
menimbulkan konsekuensi klien mencurigai suaminya, ide murid harus dapat menanggapinya). Selain itu
marah terhadap suami, tidak lagi mengerjakan pekerjaan klien juga berpikiran bahwa dirinya harus cerdas dan
rumah dan semakin menarik diri dari lingkungan. Adanya berkompeten untuk dapat diterima oleh orang lain dan

Prepared using psyj.cls


80 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

harus disetujui, dihormati dan dicintai oleh orang lain. negatif yang dirasakannya kembali saat melakukan visual-
REBT merubah respon tidak sehat menjadi respon yang isasi dan memberikan waktu pada klien untuk menghadapi
lebih sehat dengan menantangnya akan memungkinkan emosi tersebut. Setelah itu, klien diminta mengubah emosi
keterlibatan lebih besar dalam kehidupan dan pencapaian negatif menjadi emosi positif (negative imagery–positive
tujuan pribadi sehingga akan meningkatkan kebahagiaan imagery) dengan menggunakan proses ABCyang telah
(Harrington, 2011). Selain itu pemilihan intervensi REBT disampaikan kepada klien, dan digunakan pula forcefull
ini juga didasari karena kemampuan kognitif klien yang disputing untuk mematahkan irrational believe dan meng-
baik. hasilkan pemikiran serta emosi positif yang baru.
Sebelum penerapan REBT, diberikan psikoedukasi Hasil dari sesi ke tiga adalah klien membayangkan
kepada keluarga. Psikoedukasi berupa penjelasan tentang suatu kejadian saat memutuskan mengundurkan diri
skizofrenia untuk meningkatkan kepedulian kepada klien dari SMP di Prigen, klien merasa sepanjang hidupnya
dan berkomitmen memberikan dukungan dalam hal banyak sekali merasakan unfairplay dan pembunuhan
perawatan pasca keluar dari rumah sakit. Hal ini karakter berkali-kali. Termasuk kekecewaannya pada
diperlukan untuk mendukung hasil intervensi mengingat murid yang tidak merespon sebagaimana harusnya. Terapis
REBT pada pasien skizofrenia tidak dapat dilakukan melakukan pembantahan dan klien mulai menyadari
sendiri sehingga membutuhkan dukungan orang lain untuk dengan mengatakan bahwa tidak semua hal harus berjalan
dapat terus mempertahankan pemikiran baru ataupun sesuai dengan yang direncanakan dan harus sesuai dengan
mematahkan irrational belief serta pendampingan saat ketetapan secara umum. Terapis memberi pekerjaan rumah
klien mencoba menerapkan suatu perilaku baru yang agar klien mulai aktif dalam kegiatan sosial di kampung
lebih adaptif. Informasi yang diberikan kepada keluarga (seperti pengajian).
antara lain tentang skizofrenia secara umum, pentingnya
konsumsi obat secara teratur dan kerjasama keluarga
untuk mendukung pasien dalam menjaga pola pikir dan
Sesi IV: Implementasi REBT II Sama seperti pada sesi
penerapan perilaku adaptif agar dapat menerima diri
ke tiga, namun dengan menggunakan suatu kejadian
dengan lebih baik. REBT diterapkan melalui lima sesi yang
yang berbeda. Klien menyampaikan telah mencoba
dilakukan dengan waktu 60-90 menit pada setiap sesinya.
hadir dalam tahlilan aqiqoh dengan ditemani adik
ipar, dan benar irrational belief klien tidak terbukti
Sesi I: Membangun raport. Membuat kesepakatan ten-
sehingga klien termotivasi untuk mencoba hal lainnya.
tang rencana terapi sekaligus waktu pelaksanaannya. Klien
Klien mendapatkan pemahaman baru bahwa untuk
memahami tentang terapi yang akan dilaksanakan dan
dihargai tidak selalu harus berkompeten dan berprestasi.
menyatakan kesediaannya.
Menjadi seseorang yang jujur dan ramah juga akan
Sesi II: Identifikasi masalah, orang dan situasi . Mengi-
mendatangkan penghargaan dari orang lain. Terapis
dentifikasi irrational belief klien dengan menggunakan memberikan pekerjaan rumah untuk melakukan hal yang
tabel core belief dari Ellis. Klien memberikan respon sama dan mendiskusikannya dengan suami klien (suami
sesuai dengan instruksi. Diketahui beberapa irrational klien turut serta dalam setiap sesi terapi) dan mencoba
belief klien berupa, harus dicintai atau disetujui oleh ham- aktif kembali dalam kegiatan sosial kemayarakatan di
pir semua orang yang memiliki hubungan dengan klien dan lingkungan tempat tinggal klien.
klien harus benar-benar kompeten, adekuat dan berprestasi
agar dianggap berharga, dengan tipe demandingness. Pada
sesi ini juga dijelaskan mengenai proses ABC, sehingga Sesi V: Evaluasi dan terminasi. Saat evalusi klien
klien memahami tentang proses ABC yang terjadi pada menyampaikan kepuasannya selama sesi terapi karena
dirinya. Dimana dengan mengidentivikasi B (belief) yang merasa ada yang mendengarkan dirinya dan mampu
menyebabkan munculnya suatu emosi dan konsekuensi mengkonfrontir dirinya sehingga dapat melihat suatu keja-
perilaku pada individu (MacLare et al., 2016). dian dari sudut pandang yang berbeda dan menghasilkan
alternatif pikiran lainnya sehingga menyadari bahwa seo-
Sesi III: Implementasi REBT I Menggunakan teknik rang individu tidak harus pandai, berkompeten dan selalu
irational emotive imagery, teknik ini dirancang untuk disetujui oleh orang lain.
menampilkan kehidupan seseorang, dan dunia pada
umumnya, berlanjut setelah peristiwa yang ditakuti atau
tidak diinginkan telah datang dan pergi. Dengan meminta Sesi VI: Follow up. Follow up dilakukan dua minggu
klien untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak setelah sesi terapi berakhir. Saat dilakukan follow up,
diinginkan yang pernah dialaminya. klien menunjukkan ‘bentelan’ yang akan dibuat menjadi
Klien diminta untuk memvisualisasikan suatu keja- tas. Klien mengikuti kegiatan membuat kerajinan tangan
dian pengaktif yang tidak menyenangkan, dengan mem- bersama ibu-ibu dasawisma. Hal tersebut menunjukkan
bayangkan suatu kejadian dengan benar-benar detail dan klien telah mulai mengikuti kegiatan sosial/ berinteraksi
jelas. Klien dapat megemukakan pengalaman emosi-emosi dengan lingkungan sekitarnya.

Prepared using psyj.cls


Karindra 81

Hasil dan Pembahasan melakukan forcefull disputing, hingga akhirnya klien


mendapatkan pemahaman baru dan menghasilkan emosi
Hasil positif serta diharapkan dapat melakukannya sendiri.
Berdasarkan hasil intervensi didapatkan adanya perubahan Disputing merupakan pendekatan aktif untuk membantu
dalam diri klien yang merujuk pada keberhasilan klien mengevaluasi bantuan dan efikasi dari irational belief
intervensi. Diantaranya klien sudah mampu memandang dan sistem keyakinannya, sehingga dapat menghasilkan
suatu permasalahan dari sudut pandang yang lain, sehingga suatu pemikiran baru dan solusi baru dalam dirinya
memunculkan berberapa alternatif pemikiran lain. Klien (MacLare et al., 2016). Pemikiran seseorang sangat
tidak lagi terpaku pada satu pemikiran yang didasari berpengaruh pada perilaku yang akan dihasilkan (Alwisol,
oleh irrational belief. Dari hasil pemikiran-pemikiran baru 2009). Sehingga dengan adanya perubahan kognitif diikuti
klien tersebut, klien lebih dapat menerima diri, orang lain pula dengan perubahan perilaku pada klien.
dan lingkungan dilihat dari klien yang telah menyadari REBT telah terbukti mampu meningkatkan toleransi
bahwa tidak semua hal harus berjalan sebagaimana yang distres, frustasi ataupun ketidaknyamanan (Rodman, 2009)
diharapkan, dan harus sesuai dengan sebagaimana hukum yang merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindarkan,
alam pada umumnya dan menyetujui dirinya. dengan menolaknya akan menambah suatu kesengsaraan.
Dalam aspek perilaku, terdapat perbedaan antara REBT merubah respon tidak sehat menjadi respon yang
sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan lebih sehat dengan menantangnya akan memungkinkan
intervensi. Sebelum dilakukan intervensi klien cenderung keterlibatan lebih besar dalam kehidupan dan pencapaian
menarik diri dari lingkungan dengan tidak mau mengikuti tujuan pribadi sehingga akan meningkatkan kebahagiaan
kegiatan sosial di lingkungan rumah dengan alasan orang- (Harrington, 2011).
orang di lingkungan klien menolaknya. Namun setelah Selain itu, intervensi yang diberikan juga terbukti
intervensi klien kembali ikut pengajian di kampung, mampu meningkatkan unconditional self acceptance
bahkan mulai aktif membuat kerajinan mbenthel bersama atau yang dalam kasus ini disebutkan sebagai peneri-
warga di sekitar rumah klien. maan diri. Klien sebelumnya berpikiran bahwa dirinya
harus berprestasi, berkompeten dan selalu tepat dalam
melakukan apapun dalam hidupnya. Bahwa segala sesu-
Pembahasan
atunya berlaku suatu hukum keharusan serta klien juga
Tujuan dari REBT adalah agar klien mampu mengidenti- berkeyakinan bahwa dirinya harus selalu dicintai oleh
fikasi pemikiran irasional, perasaan dan perilaku dengan orang lain dan pendapatnya harus disetujui. Hal tersebut
benar serta mampu mengaplikasikan REBT pada kejadian membuat klien mejadi pribadi yang penuntut termasuk
lainnya sesuai dengan kebutuhan (Ellis & Robb, 1994). dalam menerima dirinya sendiri. setelah dilakukan inter-
Sebelum dilakukan intervensi terhadap klien, sebelum- vensi, klien memiliki pemikiran baru, bahwa segalanya
nya dilakukan pula psikoedukasi terhadap keluarga. Peran tidak harus absolut dan mulai memiliki beberapa pemikiran
keluarga selama proses intervensi menjadi hal yang baru yang berujung pada penerimaan diri bahwa seseorang
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi, karena keluarga tidak harus selalu sempurna dan berprestasi serta mungkin
merupakan sistem pendukung utama yang memiliki peran orang lain memiliki pendapat yang berbeda sehingga tidak
penting dalam melakukan pendampingan klien (Pitschel- harus selalu setuju.
Waltz, 2004). Penerimaan diri didefinisikan sebagai kemampuan
Psikoedukasi merupakan suatu metode yang berguna individu untuk mempertahankan perasaan positif secara
untuk memberikan dukungan kepada orang dengan utuh di tengah segala kekurangan dan/ atau kegagalan
gangguan mental dan keluarga mereka. Pengetahuan (Chamberlain & Haaga, 2001). Sehingga, penerimaan diri
yang disampaikan dengan mempertimbangkan keadaan mencerminkan kemampuan individu untuk merangkum
psikologis mereka sehingga memungkinkan mereka untuk kekuatan dan kelemahan mereka serta sering berfungsi
mengatasi masalah yang disebabkan oleh gangguan mental sebagai indikasi kepuasan pribadi dan kebahagiaan
(Shiraishi, 2014). Bukti terbaru telah menunjukkan bahwa (Chamberlain & Haaga, 2001). Albert Ellis menurunkan
psikoedukasi untuk keluarga dan pasien skizofrenia dapat konsep penerimaan diri tanpa syarat dari Rational Emotive
mengurangi frekuensi kekambuhan, penerimaan kembali Behavior Therapy (REBT), di mana seorang individu
dan meningkatkan kepatuhan pengobatan (Xia, 2011). bekerja untuk sepenuhnya menerima dirinya sendiri, orang
Teknik REBT yang diberikan kepada klien memberikan lain, dan kehidupan (Dryden & Neenan, 2004),
hasil positif terhadap meningkatnya penerimaan klien Ellis & Robb (1994) menyatakan bahwa seorang
terhadap diri, orang lain yang diiringi dengan peningkatan individu dengan penerimaan diri tanpa syarat sebagai
perilaku sosial klien. Teknik REBT yang diberikan seseorang yang telah sepenuhnya dan tanpa syarat
pada klien berupa membayangkan ulang kejadian tidak menerima dirinya sendiri apakah dia berperilaku cerdas,
menyenangkan yang pernah dialami klien atau yang benar atau kompeten, dan apakah orang lain menyetujui,
biasa dikenal dengan teknik rational emotive imagery, menghormati dan mencintainya. Untuk memperjelas,
terapis membantu untuk menghasilkan pemikiran yang penerimaan diri tanpa syarat tidak berarti bahwa seseorang
lebih rasional terkait permasalahan tersebut dengan mengabaikan kelemahan mereka, melainkan dengan

Prepared using psyj.cls


82 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

melepaskan “kinerja” dari harga diri dan apa yang orang Davison, G.C., Neale, J.M., & Hindman, D. (2000). Study guide
lain pikirkan (terlepas dari hasil positif atau negatif abnormal psychology (Eight Edition). John Wiley & Sons.
(DiGiuseppe, 2014). Selain itu, memungkinkan individu DiGiuseppe, R. A., Doyle, K. A., Dryden, W., & Backx, W.
untuk menetapkan dan mengejar standar tujuan tinggi (2014). A practitioner’s guide to rational emotive behavior
tanpa menghadapi perasaan gagal atau berperilaku dengan therapy (3rd ed.). Oxford University Press.
cara disfungsional karena harga diri tidak bergantung pada Dryden, W., & Neenan, M. (2004). The rational emotive
hasil kinerja tunggal (Dryden & Neenan, 2004). behavioral approach to therapeutic change. Sage Publishing.
Unconditional Self Acceptance (USA) atau yang dalam Ellis, A., & Robb, H. (1994). Acceptance in rational emotive
kasus ini disebutkan dengan penerimaan diri, adalah therapy. In S. C. Hayes, N. S. Jacobson,V. M. Follette, &
berdasarkan definisi dan kriteria USA dari Ellis tanpa M. J. Dougher (Eds.),Acceptance and change: Content and
menggunakan skala ataupun alat ukur lainnya, sehingga context inpsychotherapy. Context Press
menjadi keterbatasan dalam intervensi ini. Keberhasilan Erford, B. T. (2011). 40 Teknik yang harus diketahui setiap
dari intervensi yang berupa peningkatan penerimaan konselor. Pustaka Pelajar
diri adalah dilihat dari kognitif dan perilaku yang Froggatt, Wayne. (2005). A Brief Introduction to Rational
ditampilkan oleh klien dimana klien mulai berpikir bahwa Emotive Behaviour Therapy (Third edition).
segala sesuatu tidak harus berjalan sesuai dengan yang Harrington, Neil. (2011). Frustration intolerance: therapy issues
direncanakan dan sesuai dengan ketetapan universal. Serta and strategies. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-
perilaku klien yang mulai mau kembali beraktifitas dan Behaviour Therapy, 29(2), 4-16. https://doi.org/10.1007/
berkumpul dengan tetangga sekitar. s10942-011-0126-4
Halgin, R.P., & Withbourne, S.K. (2011). Psikologi abnormal:
Kesimpulan Perspektif klinis pada gangguan psikologis. Salemba
Humanika
REBT berperan dalam membantu klien skizofrenia untuk MacLaren, C., Doyle, K. A., DiGiuseppe, R. (2016). Rational
memiliki penerimaan diri, orang lain dan lingkungannya Emotive Behaviour Therapy (REBT): theory and practice.
dengan lebih baik sehingga meningkatkan keberfungsian SAGE Publication Inc.
sosialnya. Peran keluarga dalam memberikan dukungan Pitschel-Waltz, G., Leucht, S., Bauml, J., Kissling, W., Engel.
dan keterlibatannya dalam proses intervensi menjadi hal R.R. (2004). The effectof family interventions on relapse and
penting yang mendukung keberhasilan intervensi. Selain rehospitalization in schizophrenia: a meta- analysis. Journal
itu, kemauan klien untuk berubah dan penetapan target of Lifelong Learning in Psychiatry, 2(1), 78 – 94. https:
secara realistis menjadi hal penting yang dalam pencapaian //doi.org/10.1176/foc.2.1.78
klien. Melalui penerapan REBT, klien diharapkan dapat Rodman, A. A., Daughters, S. B., Leujuez, C. W. (2009). Distress
menjalani aktivitas sehari-hari secara lebih produktif dan tolerance and rational-emotive behavior therapy: a new role
mengurangi kerentanannya terhadap relapse. Intervensi ini for behavioral analogue tasks. Journal of Rational-Emotive
tidak mengesampingkan konsumsi obat dan pemeriksaan & Cognitive-Behaviour Therapy, 27(2), 97-120. https://doi.
medis yang tetap harus dilakukan oleh klien secara teratur. org/10.1007/s10942-009-0090-4
Sakakibara, Eisuke. (2016). Irrationality and pathology of beliefs.
Referensi Neuriethics, 9(2), 147 – 157. https://doi.org/10.1007/s12152-
016-9256-9
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Shiraishi, N., Watanabe, N., Kinoshita, Y., Kaneko, A.,
statistial manual (5th ed.) American Psychiatric Publishing. Yoshida, S., Furukawa, T. A., Akechi, T. et al., (2014).
Alford, B. A., & Beck, A. T. (1994). Cognitive therapy of Brief psychoeducation for schizophrenia primarily intended
delusional beliefs. Behaviour Research and Therapy, 32(3), to change the cognition of auditory hallucinations an
369–380. https://doi.org/10.1016/0005-7967(94)90134-1 exploratory study. The Journal of Nervous and Mental
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. UMM Press. Disease, 202(1), 35 – 39. https://doi.org/10.1097/NMD.
Corey, G. (2009). Teori dan praktik konseling dan psikoterapi. 0000000000000064
PT. Refika Aditama Thome, Johannes. (2015). Integrating pharmachotherapy and
Cunningham, R. & Turner, M. J. (2016). Using rational psychotherapy. Journal of a Neural Transmission, Vol. 122
emotive behavior therapy (REBT) with mixed martial arts Supplement 1, 1-2. https://doi.org/10.1007/s00702-015-141
(MMA) athletes to reduce irrational beliefs and increase Xia J, Merinder LB, Belgamwar MR (2011) Psychoeducation
unconditional self-acceptance. Journal of Rational-Emotive for schizophrenia. Cochrane Database Syst Rev. PMID:
& Cognitive-Behaviour Therapy, 34(4), 289–309. https://doi. 21678337 PMCID: PMC4170907. https://doi.org/10.1002/
org/e/10.1007/s10942-016-0240-4 14651858.CD002831.pub2
Chamberlain, J. M., & Haaga, D. A. F. (2001). Uncondi-
tional self-acceptance and psychological health. Journal
of Rational-Emotive and Cognitive-Behavior Therapy, 19,
163–176. https://doi.org/10.21465/2016-SP-191-06

Prepared using psyj.cls

Anda mungkin juga menyukai