Anda di halaman 1dari 11

Impact of contract farming on land productivity and

income of maize and potato growers in Pakistan


Muhammad Fawad Khan, Yuko Nakano, Takashi Kurosaki
Food Policy : 85 (2019) 28 – 39

Fatahullah (226040100011002)

Mata Kuliah : Ekonometrika


Introduction
1. Fokus permintaan pangan terdeferensiasi ke arah produk yang berkualitas.
Sehingga perusahaan dan supermarket langsung menjalin hubungan dengan
petani untuk penerapan kualitas produk sesuai standart permintaan pasar.
2. Hubungan antara perusahaan/supermarket dengan petani yang dikenal dengan
contract farming ini didefinisikan sebagai perjanjian antara petani dan
perusahaan untuk menghasilkan komoditas/output pada lahan mereka dengan
memperhatikan ketentuan standart perusahaan seperti harga output, proses
produksi, dll.
3. Komoditas jagung di lokasi penelitian merupakan produk komersil namun tidak
bernilai tinggi, dan tersedia di pasar spot. Sedangkan komoditas kentang yang
ditanam petani menggunakan varietas khusus dengan teknik produksi khusus
namun tidak tersedia di pasar spot.
4. Dua skema contrat farming dengan perusahaan yaitu Rafhan Maize Products
Ltd. untuk komoditas jagung dan Pepsico. Internasional Ltd. untuk komoditas
kentang.
Gap Penelitian
a. Dalam penelitian ini membandingkan petani komersil dengan skala
kepemilikan lahan besar (rata-rata 68 ha) yang berpartisipasi dalam salah
satu dari dua skema contarct farming.
b. Menganalisis dua skema contract farming terhadap harga, hasil panen,
pendapatan dari komoditas contract farming, total pendapatan rumah
tangga dan pendapatan dari sumber lain.
c. Membandingkan dampak contract farming pada komoditas tanaman pokok
(jagung) dan tanaman bernilai tinggi (kentang).
d. Dampak contract farming terhadap dua jenis tenaga kerja yang terlibat
yaitu, pekerja terampil (TK tetap) dan pekerja harian lepas (buruh
serabutan) dengan tujuan mengetahui dampak contract farming terhadap
penyerapan dan peningkatan tenaga kerja lokal.
Data, Studi Site & Methodology
• Penelitian fokus pada dua skema pertanian kontrak yaitu Rafhan Maize Products
Ltd. untuk komoditas jagung dan Pepsico. Internasional Ltd. untuk komoditas
kentang.
• Penelitian dilakukan pada September–Oktober 2016 di tehsil Depalpur di distrik
Okara Pakistan, dipilih secara purposive (potensi dan popularitas pertanian
komoditas jagung dan kentang)
• Sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 petani kontrak dan 96 petani non
kontrak. Di antara petani kontrak, terdapat 83 petani kontrak jagung, 16 petani
kontrak kentang dan 5 petani kontrak jagung dan kentang. Petani kontrak dipilih
secara acak dari daftar petani kontrak yang disediakan oleh perusahaan kontraktor
• Probit digunakan untuk mengetahui apakah ada kendala petani untuk masuk dalam
skema contract farming. Variabel dependent (1 : kontrak, 0 : non kontrak) dan
variabel independen (tingkat pendidikan kepala rumah tangga, usia, jumlah
anggota keluarga dewasa, luas lahan, nilai lahan per acre (1 acre = 0,4047 hektar),
nilai aset non-pertanian, dan jumlah ternak yang dimiliki.)
• Penelitian ini menganalisis hubungan antara partisipasi dalam pertanian kontrak
dan berbagai variabel hasil seperti pendapatan panen, total pendapatan rumah
tangga, pendapatan dari sumber lain, dan biaya serta jumlah tenaga kerja upahan
dan tenaga kerja lepas.

• Yi mewakili variabel hasil untuk rumah tangga i; Ci adalah variabel dummy (1 :


petani kontrak dan 0 : petani mandiri). Karena terdapat dua komoditas berbeda
dalam analisis ini, maka Ci didefinisakan dalam tiga cara berbeda. Xi adalah vektor
istika karakter tingkat rumah tangga dan petani tersebut di atas.
• Untuk mereduksi bias, maka peneliti mempertimbangkan kontrol penting
berdasarkan temuan dari wawancara dengan pejabat perusahaan. Yakni
kepemilikan tanah, pengalaman dalam bertani, dan kepercayaan petani.
• Propensity Score Matching (PSM) untuk mengontrol untuk heterogenitas sampel
yang diamati dan mengonfirmasi kekuatan asumsi terhadap perubahan
spesifikasi dan bentuk fungsional, peneliti memprediksi melalui Average
Treatment effect on Treated (ATT)

• Penelitian ini mengikuti prosedur sampling ulang step-down dari westfall dan young
(1993). Peneliti mengklasifikasikan variabel menjadi lima :
a. Kinerja tanaman (harga, hasil dan nilai output per hektar)
b. Biaya (mesin, input tanaman, kasual dan upah tenaga kerja)
c. Produktivitas pertanian (pendapatan per hektar dan persen lahan yang
dialokasikan untuk tanaman)
d. Pendapatan agregat, (pendapatan pertanian, total pendapatan, pendapatan dari
tanaman non kontrak, pendapatan ternak dan lainnya)
e. Penggunaan tenaga kerja (jumlah pekerja upah yang dipekerjakan).
Prosedur ini memberikan standart error dan p-value disesuaikan untuk beberapa
hipotesis pengujian.
Result
Menunjukkan hasil estimasi model probit untuk partisipasi
dalam kontrak. Kami menemukan bahwa usia kepala
rumah tangga berkorelasi signifikan dengan partisipasi
dalam pertanian kontrak kentang dan jagung, yang
mungkin mencerminkan keinginan perusahaan untuk
melakukan kontrak dengan petani yang berpengalaman
dan dapat dipercaya. Kami juga menemukan bahwa
jumlah anggota rumah tangga dewasa berkorelasi negatif
dengan tertular. Selain itu, kualitas lahan petani yang kami
ukur melalui nilai jual per hektar juga sangat terkait
dengan keikutsertaan dalam program kontrak. Selain itu,
aset non-pertanian berhubungan positif dengan
partisipasi dalam program kontrak, yang mencerminkan
dukungan petani kontrak yang lebih baik. Kami melihat
tidak ada hubungan antara jumlah tanah yang dimiliki atau
pendidikan kepala rumah tangga dan partisipasi.
Semua petani kontrak ke dalam satu kelompok perlakuan
Petani kontrak komoditas kentang
Petani kontrak komoditas jagung
Conclusion and Policy Implications
• Petani kontrak komoditas kentang, menghasilkan kentang berkualitas tinggi dengan menerima dukungan dari
perusahaan dalam bentuk benih dan layanan teknis reguler, dikaitkan dengan pendapatan yang jauh lebih tinggi
tetapi tidak dengan hasil fisik per hektare.
• Untuk petani kontrak jagung, kami tidak mengamati adanya peningkatan pendapatan atau produktivitas. Ini
mungkin karena jagung juga tersedia secara luas di pasar terbuka dan hanya memiliki sedikit potensi untuk
perbaikan kualitas.
• Tidak ada hubungan negatif yang terlihat antara pertanian kontrak dan pendapatan dari sumber lain, seperti
pendapatan dari tanaman non-kontrak, pendapatan ternak dan pendapatan non-pertanian. Hal ini menunjukkan
bahwa realokasi tenaga kerja untuk produksi tanaman kontrak, yang berpotensi lebih padat karya dan
membutuhkan pengelolaan yang lebih hati-hati, bukanlah faktor yang signifikan.
• Pertanian kontrak kentang di Punjab Pakistan telah meningkatkan produktivitas lahan dengan memungkinkan
petani beralih dari varietas bernilai tambah rendah ke varietas bernilai tambah tinggi. Peningkatan historis
tersebut sebagian besar terjadi karena pembangunan infrastruktur irigasi dan transportasi. Studi ini menunjukkan
kemungkinan pergeseran pertanian kontrak yang diinduksi menuju pertanian bernilai tambah tinggi, dengan
pemasaran yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai