Anda di halaman 1dari 12

SILVI ANGGRAENI

411109026
2-A
ARENAVIRUS
 Merupakan infeksi pada binatang pengerat
 Genom arenavirus mengandung dua molekul RNA rantai

tunggal dengan susunan genetik ambisense yang berbeda


 Arenavirus mempunyai ciri khas tidak menimbulkan efek

sitopatik ketika bereplikasi dalam sel kultur


 Arenavirus ditandai dengan partikel pleomorfik yang

mengandung genom RNA bersegmen, dikelilingi oleh selubung

dengan peplomer yang besar berbentuk gada serta

berdiameter 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm)


 Setidaknya tujuh arenavirus menyebabkan penyakit pada manusia
diantaranya Lassa, Demam berdarah Amerika Selatan, Junin,
Machupo, Guanarito, Sabia, dan Choriomeningitis Limpositik
(LCM). Karena arenavirus ini infeksius melalui udara, maka
pemprosesan spesimen pengerat dan manusia harus dilakukan sangat
hati-hati.
 Replikasi terjadi di sitoplasma

Demam Lassa
 Virus Lassa sangat virulen. Angka kematiannya sekitar 15%.
 Demam Lassa dapat mengenai hampir semua sistem organ walaupun
gejalanya bervariasi pada setiap pasien.
 Penyakit ini ditandai dengan demam yang tinggi, ulkus mulut,
nyeri otot, ruam kulit dengan perdarahan, pneumonia, serta
kerusakan jantung dan ginjal.
 infeksi virus lassa menyebabkan kematian janin ≥ 75% wanita
hamil. Pada trimester ketiga, mortalitas maternal meningkat
(30%) dan mortalitas janin sangat tinggi (> 90%).
 Tikus rumah adalah reservoir rodentia utama virus Lassa.
Upaya pengendalian rodentia merupakan satu cara untuk
meminimalisasi penyebaran virus.
 Virus dapat ditularkan melalui kontak manusia ke manusia.
 Obat antivirus ribavirin merupakan obat pilihan untuk demam
Lassa dan paling efektif jika diberikan pada awal proses
penyakit. Vaksin virus rekombinan yang menghasilkan gen
glikoprotein virus Lassa mampu merangsang imunitas protektif
pada marmot dan monyet.
Demam berdarah Amerika Selatan
. Berdasarkan penelitian serologis dan filogenetik pada RNA
virus, semua Arenavirus amerika selatan merupakan anggota
kompleks Tacaribe. Sebagian besar memiliki reservoir rodentia
Cricetidae.
 Demam berdarah junin (demam berdarah Argentina) angka
kematiannya sekitar 10-15%.
 Virus junin menimbulkan depresi kekebalan humoral dan
selular.
 Kematian akibat demam berdarah junin berkaitan dengan
ketidakmampuan untuk memulai respon imunitas selular.
 Pemberian plasma manusia yang telah pulih kepada pasien
selama minggu pertama penyakit menurunkan angka
kematian dari 15-30% menjadi 1%. Pada beberapa pasien
terjadi sindrom neurologis yang sembuh dengan sendirinya 3-
6 minggu kemudian.
 Wabah demam berdarah Machupo ( demam berdarah Bolivia)
diperkirakan sekitar 2000-3000 orang terkena penyakit ini,
dengan angka kematian 20%. Program pengendalian rodentia
yang efektif bertujuan untuk membasmi calomys callosus yang
terinfeksi, pejamu virus Machupo, telah dilakukan di Bolivia
dan sangat menurunkan jumlah kasus demam berdarah Machupo.
 Virus Guanarito (demam berdarah venezuela) memiliki angka
kematian sekitar 33% . Kemunculan penyakit ini berhubungan
dengan penebangan hutan untuk dijadikan peternakan kecil.
 Virus Sabia diisolasi pada tahun 1990 dari kasus fatal demam
berdarah di Brazil.
Koriomeningitis Limpositik
 Virus koriomeningitis Limpositik (LCM) tersebar luas di
Eropa dan Amerika. Vektor alamiahnya adalah tikus rumah,
Mus musculus.
 Koriomeningitis Limpositik pada manusia merupakan penyakit
akut dengan meningitis aseptik atau penyakit yang menyerupai
influenza ringan. Penyakit sistemik yang fatal atau
ensefalomielitis berat jarang terjadi. Kebanyakan infeksi
bersifat subklinis.
 Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu.
 Gejalanya demam, menggigil, malaise, sakit tenggorokan, sakit
kepala. Penyakit ini berlangsung 1-3 minggu. Infeksi biasanya di
diagnosis secara retrospektif dengan pemeriksaan serologi
menggunakan ELISA atau tes IF untuk antibodi IgM dan IgG.
 Pada tikus yang terinfeksi LCM, respon imun dapat melindungi
atau merusak. Sel T dibutuhkan untuk mengendalikan infeksi,
tetapi bisa juga, menyebabkan penyakit yang dimediasi sistem
imun. Hasilnya tergantung pada umur, status imunitas, serta latar
belakang genetik tikus dan cara inokulasi virus.
 Tikus yang terinfeksi secara kongenital atau neonatal tidak
menderita penyakit akut tetapi membawa infeksi persisten
seumur hidup. Tikus tidak dapat menghilangkan infeksi karena
terinfeksi sebelum sistem imun seluler matang, dan virus tidak
dikenali sebagai benda asing.
 tikus ini membuat respon antibodi yang kuat, ini menyebabkan
komplek antigen-antibodi dan komplek imun. Hewan-hewan
menunjukkan glomerulonefritis kronis dengan lesi glomerulus
yang disebabkan oleh pengendapan komplek antigen-antibodi.
 Tikus yang terinfeksi saat dewasa bisa menderita penyakit
mematikan yang disebabkan oleh respon peradangan yang
diperantarai sel T pada otak.
 Infeksi virus LCM tidak secara jelas bersifat sitopatik terhadap
jaringan, tetapi bisa menyebabkan beberapa penurunan fungsi
khusus sel dalam sistem neuroendokrin.
Struktur arenavirus

Anda mungkin juga menyukai