Anda di halaman 1dari 30

KOMPLIKASI TEKNIK SAAT PROSES HEMODIALISIS

Haerani Rasyid
Teknik
Intradialitik

Komplikasi Klinis Non - Teknik

Interdialitik
Komplikasi teknik selama prosedur hemodialisis

Resiko Teknik Presentasi Klinik


Udara masuk sirkuit darah Emboli udara
Dialisat hipotonik Hemolisis masif
Dialisat hipertonik Hipernatremia, haus, sakit kepala,
bendungan paru, kejang

Dialisat overheated Hemolisis dan pembekuan darah

Pertukaran bikarbonat dengan Alkalosis hebat


konsentrat acid
Gangguan softener Hiperkalsemia akut, sakit kepala,
(Hard water syndrome) hipertensi dan kejang

Diskoneksi tabung darah Perdarahan , kolapse


Ruptured dialyzer
(Blood Leak)
Ruptured dialyzer
(Blood Leak)
Pengertian
Ruptured Dialyzer atau Blood leak
merupakan kebocoran yang terjadi pada
membrane semipermeabel dialiser yang
dapat menyebabkan kompartemen darah
dari pasien dan kompartemen dialisat dari
dialiser bercampur.
Penyebab Ruptured dialyzer
(Blood Leak)

 True Blood Leak :


1. Reuse manual
2. UFG yang terlalu besar/banyak saat penarikan atau waktu dialisis
3. Tekanan pada saat membilas dializer terlalu tinggi
4. Suhu dialisat yang terlalu tinggi
5. Blood flow yang terlalu cepat pada saat melakukan rinsing

 False Blood Leak :


1. Terdapat Udara dalam sensor blood leak
2. Terdapat kotoran pada sensor blood leak
Tata laksana Ruptured dialyzer
(Blood Leak)

True Blood Leak False Blood Leak


1. Jelaskan kepada pasien mengenai masalah 1. Pastikan tidak ada darah pada dializer
yang terjadi 2. Untuk semua mesin dapat dibersihkan oleh
2. Bypass segera diaktifkan perawat dengan cara :
3. Masukkan darah ke tubuh pasien a. Tekan bypass
b. Buka sensor blood leak pada mesin
4. Ganti dializer dengan menggunakan yang terdapat di sebelah kanan mesin
dializer yang baru, kemudian lakukan
priming ulang c. Bersihkan dengan menggunakan
kain kassa atau depper
3. Tutup kembali sensor blood leak
Clotting in the
Extracorporeal Circuit
JENIS CLOTTING DIALYZER

Berdasarkan temuan kejadian clotting selama proses hemodialisis,


maka dapat dibagi menjadi :
•Partical clotting
Bilamana clotting terjadi hanya pada sebagian sirkuit ekstrakorporeal
dan jumlahnya sedikit.
Pada kasus ini, tidak perlu penggatian sirkuit ekstrakorporeal selama
proses hemodialisis

•Total clotting
Bilamana clotting terjadi pada seluruh sirkuit ekstrakorporeal.
Pada kasus ini, diperlukan penggantian sirkuit ekstrakorporeal agar
proses hemodialisis dapat dilanjutkan
PENATALAKSANAAN CLOTTING

 Bila tidak ada bukti clotting


Lihat sumber lain dari peningkatan tekanan vena,
seperti misalnya blood line yang terlipat.
Bila terjadi minimal clotting
Dialisis dapat di lanjutkan
Bila terjadi severe clotting
Hentikan dialisis, dan mencari perawat lain untuk
membantu prosedur
RISIKO CLOTTING DIALYZER

•Hilangnya darah dalam jumlah lebih dari 200-300 cc, tergantung


dari volume sirkuit ekstrakorporeal yang digunakan.
•Menurunnya kadar Hb pasien akibat kehilangan darah.
•Hipotensi dapat terjadi akibat berkurangnya volume darah.
•Gangguan oksigenasi akibat Hb yang rendah
•Keluhan pusing, mual, kram, nyeri dada, dapat timbul akibat
komplikasi di atas.
Dialyzer Reactions
• Reaksi dialiser mengacu pada semua gejala sisa
abnormal yang dihasilkan dari interaksi antara
konstituen darah dan membran hemodialisis.

• Ada dua jenis reaksi: tipe A dan tipe B.

• Tipe A jauh lebih jarang terjadi tetapi lebih parah


daripada tipe B

• Di masa lalu, reaksi ini dikelompokkan dalam


istilah "first-use syndrome" karena reaksi ini
terutama terjadi dengan dialyzer baru
Reaksi Tipe A Reaksi Tipe B
• Biasanya dimulai dalam beberapa menit pertama • Terjadi pada 3 sampai 5 persen pasien yang
dialisis, meskipun awitannya mungkin tertunda didialisis dengan membran selulosa baru dan
hingga 30 menit. dimediasi oleh komplemen
• Gejala ringan termasuk gatal, sensasi terbakar di • Gejala yang paling umum adalah nyeri dada dan
tempat akses, urtikaria, flushing, batuk, bersin, punggung, dispnea, mual, muntah, dan hipotensi.
mengi, kram perut, diare, sakit kepala, nyeri Anafilaksis sangat jarang.
punggung dan dada, mual, muntah, demam, dan
• Berbeda dengan reaksi tipe A, gejala tipe B
kedinginan.
biasanya tidak terjadi sampai 15 sampai 30 menit
• Reaksi yang lebih parah menyebabkan dyspnea, setelah perawatan dialisis, dan umumnya ada
hipotensi, berpotensi mengakibatkan serangan perbaikan gejala dengan meneruskan dialisis
jantung dan kematian.
• Reaksi tipe A mungkin disebabkan oleh zat yang
dapat larut dari dialyzer (seperti etilen oksida) atau
oleh kontaminasi dengan peptida bakteri
Reaksi Tipe A Reaksi Tipe B
Tata laksana Tata laksana
• Menghentikan dialisis segera tanpa mengembalikan
darah ke pasien. • Pengobatan reaksi tipe B biasanya
• Terapi lain yang dapat digunakan termasuk bersifat suportif karena gejalanya
antihistamin, steroid, epinefrin, bronkodilator
hilang secara khas saat dialisis
Pencegahan
dilanjutkan.
• Pembilasan dialyzer yang tepat
• Teknik sterilisasi yang memadai untuk mesin dialysis
• Penggunaan reuse dialyzer
• Sindrom ini dapat diminimalkan
• menghindari membran poliakrilonitril (PAN) pada
pasien yang diobati dengan ACE inhibitor atau dicegah dengan penggunaan
• Sterilisasi dialyzer dengan iradiasi gamma atau uap dialiser reuse
• Pengobatan awal dengan antihistamin dan/atau
steroid mungkin diperlukan selama penggunaan
pertama dialiser pada pasien dengan riwayat reaksi
tipe A sebelumnya.
Resirculation
Of Dialysis Blood
•Resirkulasi dapat terjadi 30 menit PENYEBAB :
pertama
-Stenosis vena tinggi
-Resirkulasi salah satu penanda penting adanya -Jarak Arteri dan Vena terlalu dekat
gangguan aliran AVF -Jarum AVF kurang memenuhi syarat
-Penanganan awal akan memperpanjang usia
AVF
CONTOH PENYEBAB RESIRKULASI
PENILAIAN ACCESS RESIRKULASI :

AR% = (P – A ) x 100%
(P – V )

P = Urea Peripher
A = Urea arteri sebelum dializer
V = Urea vena setelah dializer
R > 15%
PENATALAKSANAAN RESIRKULASI

1. Jarak vaskular akses jangan terlalu dekat minimal 7 cm


jarak antara inlet dan autlet
2. Ukuran jarum disesuaikan dengan kebutuhan pasien
( Dewasa atau anak )
Hemolisis
PENGERTIAN :
Rusaknya atau pecahnya sel darah merah, karena masalah kimia,
termal dan mekanikal.

GEJALA :
- Dyspnoe Akut (nafas pendek)
- Sakit dada
- Nyeri punggung
- Jika tidak dikenali lebih awal, hiperkalemia berat dapat terjadi dan
menyebabkan kematian

TANDA :
- Terdapat perubahan warna darah pada venous line yang merupakan
tanda penurunan hematokrit
PENYEBAB HEMOLISIS :

-QB yang tinggi


-Dialisis jarum tunggal (Single needle)
-Penggunaan fistulla berukuran kecil
-Terlipat atau adanya hambatan aliran darah yang masuk
-Tekanan arteri / vena yang tinggi
-Kontaminasi Hydrogen peroksida,hypochloride dan formaldehid
-Suhu dialisat yang tinggi
-Kontaminasi dialisat (kloramin,nitrat dan tembaga )
PENATALAKSANAAN HEMOLISIS :
-Hemodialisis dihentikan
-Darah yang ada didalam blood lines tidak boleh
dimasukan

CATATAN:
-Haemolisis masif meningkatkan resiko hiperkalemi,
aritmia dan henti jantung
-Penatalaksanaan hiperkalemi harus dikerjakan
terlebih dahulu
Emboli Udara
Emboli Udara
PENGERTIAN :
• Masuknya benda asing terbawa aliran darah kemudian
menyumbat aliran darah di dalam organ
• Jumlah udara yang masuk apabila lebih dari 10 ml kedalam
otak,jantung dan paru - paru menyebabkan penyakit serius

PATOGENESIS :
• Tempat umum masuknya udara adalah tubing pipa arteri pra-pompa, di mana ia rentan terhadap aliran udara
karena tekanan negatif yang sangat tinggi
• Penusukan jarum arteri, pembukaan kateter vena sentral secara tidak sengaja, dan pemberian larutan
intravena dalam botol yang tidak hati-hati juga dapat menjadi pintu masuknya udara
• Ketika aliran darah terlalu tinggi, kebocoran kecil pun dapat mengakibatkan masuknya udara dalam volume
besar.
PENYEBAB EMBOLI UDARA :
1. Penggunaan AVF tidak menggunakan NaCL pada saat memulai atau mengakhiri
hemodialisis
2. Penggunaan transfusion set
3. Ada robekan pada venous blood lines ( VBL )
4. RuPtured pada AV.Fistulla
5. Pengambilan sampel darah pada injection port VBL
6. Pemberian obat injeksi di injection port VBL
7. MemasuKkan darah pada saat mengakhiri hemodialysis menggunakan udara
MANIFESTASI KLINIK :
Emboli udara berpotensi fatal kecuali terdeteksi segera
Infus udara lebih dari 1 mL/kg selalu mengancam nyawa
Gejala tergantung pada posisi pasien karena udara cenderung mengambang :
• Dalam posisi duduk udara bergerak ke pembuluh darah otak menyebabkan hilangnya kesadaran,
kejang, dan kematian
• Dalam posisi terlentang masuk ke ventrikel kanan dan kemudian masuk ke paru-paru
menyebabkan sesak napas, batuk, atau sesak dada ketika udara melewati kapiler paru ke jantung
kiri dan pembuluh darah otak, gejala jantung dan neurologis yang serius muncul
• Ketika pasien dalam posisi Trendelenburg udara terperangkap dalam pembuluh darah
ekstremitas bawah menunjukkan sianosis yang tidak merata.Gelembung udara di saluran darah
dan/atau suara jantung yang aneh pada auskultasi adalah petunjuk tambahan
TATA LAKSANA :

1. Venous line di klem (HD stop, darah dikembalikan / dibuang)


2. Posisi tidur miring kiri dan kepala lebih rendah
3. Berikan oksigen
4. Pertahankan jalan nafas
TERIMA KASIH
5. Berikan cairan infus untuk mempertahankan hemodinamik kemungkinan
pasien hipotensi

PENCEGAHAN :
6. Evaluasi adanya kemungkinan udara masuk dari blood lines yang tidak kencang
atau robek
7. Tidak melepas sambungan NaCl pada saat pemberian transfusi darah
8. Tidak mendorong/membilas darah dengan udara di blood lines/fistula saat
mengakhiri hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai