Hak Ulayat, Hak Menguasai Negara, Dan Land Reform
Hak Ulayat, Hak Menguasai Negara, Dan Land Reform
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
Jaw a Luar Jaw a Jaw a+Luar Jaw a
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
Jaw a Luar Jaw a Jaw a+Luar Jaw a
30.0 25.9
20.0
PEMBAHASAN
Bahwa di dalam ketentuan pasal 9 tersebut diatas hak ulayat yang merupakan
hak penguasaan tanah oleh persekutuan hukum adat tidak dijadikan
pertimbangan khususKalau kita tinjau dari segi ciri-ciri hak ulayat : hanya
persekutuan hukum itu sendiri beserta warganya yang berhak dengan bebas
mempegunakan tanah-tanah liar diwilayah kekuasaannya. Orang luar hanya
boleh mempergunakan tanah dengan izin penguasa persekutuan tersebut, tanpa
itu di dianggap melakukan pelanggaran. Warga persekutuan hukum boleh
mengambil manfaat dari wilayah hak ulayat dengan ijin kepala persekutuan
hukum adat.
Sehingga dapat disimpulkan UU No. 4 Tahun 2009, merupakan pengingkaran
terhadap hak ulayat oleh pemerintah.
2. UU. No. 41 TAHUN 1999 tentang penguasaan Hutan
Penguasaan hutan
Pasal 4
(1) Semua hutan di wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
(2) Penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud ayat (1) memberi
wewenang kepada pemerintah untuk :
a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan.
b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau
kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan
c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang
dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai
kehutanan.
(3) Penguasaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat
hukum adat, sepanjang kenyataan masih ada dan diakui keberadaannya,
serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
PEMBAHASAN
Pasal 9
(1) Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air, disetiap
kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
PEMBAHASAN
Di daerah perkotaan sekalipun pasti ditemukan persekutuan hukum adat yang
notabena masih ditemukan hak ulayat. Dengan ketentuan pasal 9 di atas seringkali
kita temukan pengingkaran hak ulayat bahkan pengingkaran hak milik perorangan.
Seperti ditetapkannya kawasan tertentu sebagai hutan kota atau jalur hijau. Pada
saat kepentingan masyarakat adat dengan hak ulayat ataupun kepentingan
perseorangan dengan hak miliknya untuk kepentingan lain sangat tidak
memungkinkan merubah ketetapan kawasan hutan kota atau kawasan jalur hijau
tersebut.
Sehinga dapat disimpulkan bahwa UU 41 Tahun 1999 adalah suatu pengingkaran
atas keberadaan hak ulayat oleh pemerintah.
UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan gas bumi
(1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang
terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan
nasional yang dikuasai oleh negara.
(2) Penguasaan oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan pertambangan.
(3) Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 23.
PEMBAHASAN
Pengakuan hak ulayat oleh pemerintah sebatas hak ulayat itu tidak dipergunakan oleh
pemerintah untuk kepentingan Negara dan bangsa. Apabila hak ulayat itu dipakai oleh
pemrintah untuk kepentingan Negara maka secara otomatis hak ulayat itu dikuasai oleh
Negara.
Begitu pula dengan rencana pemerintah membangan pertambangan minyak dan gas
bumi di wilayah hak ulayat, maka persekutuan hukum adat itu diharuskan untuk
menyerahkan hak ulayat itu menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara yang nantinya
dipakai sebagai salah satu kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara.
Pasal 20
(1) Data yang diperoleh dari survey Umum dan/atau Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh pemerintah.
(2) Data yang diperoleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap di
Wilayah kerjanya dapat digunakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap dimaksud selama jangka waktu kontrak kerjasama.
(3) Apabila Kontrak Kerja Sama berakhir, Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh selama
masa kontrak kerja sama kepada Mentri melalui badan pelaksana.
(4) Kerahasiaan data yang diperoleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap di Wilayah Kerja berlaku selama jangka waktu yang ditentukan.
(5) Pemerintah mengatur, mengelola, dan memanfaatkan data
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) untuk merencanakan
penyiapan pembukaan Wilayah Kerja.
(6) Pelaksanaan ketentuan mengenai kepemilikan, jangka waktu
penggunaan, kerahasiaan, pengelolaaan, dan pemanfaatan data
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
PEMBAHASAN
Melihat Dari ketentuan pasal 20 UU Minyak dan Gas Bumi dinyatakan
eksplorasi dan eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh
pemerintah, dalam hal ini menurut pendapat saya meskipun
perusahaan minyak dan gas bumi itu berbentuk BUMN tetap Negara
hanya komposisinya adalah menguasai bukan memiliki, pemerintah
dalam hal ini mengelola sumber daya alam itu. Kalau dalam konteks
berpikir memiliki berarti semua asfek tanah yang dikuasai oleh
persekutuan hukum adat maupun perseorangan dapat dimiliki oleh
negara , kalau itu terjadi bagaimana kalau terjadi dampak bagi
masyarakat persekutuan adat di wilayah perusahaan minyak dan gas
bumi itu.
Di sinilah terlihat jelas pengingkaran hak ulayat, kekawatiran
masyarakat yang berada diwilayah tersebut yang tanah persekutuan
hukum adat itu dipergunakan untuk pertambangan berdampak
bencana berkepanjangan yang tidak bisa ditanggulangi akibat
kerusakan alam. Masyarakat hanya bisa pasrah menerima kenyataan
yang harus mereka hadapi.
PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
I. ATURAN DASAR PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN
PENDAFTARAN TANAH
47
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
(1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud
dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
(2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang
untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan
air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut
undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
(3) Selain hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini ditentukan pula hak-hak atas air dan ruang angkasa.
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 :