Anda di halaman 1dari 35

Mari Cegah Hipertensi

Puskesmas Temon I
PELAYANAN PTM DI KELUARGA

HIPERTENSI

06/20/2023 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2


A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:
1 Keluarga mengikuti KB
2 Ibu bersalin di faskes

Indikator 3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap


4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
Keluarga
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
Sehat B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular:
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7 Penderita Hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
8
ditelantarkan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan:
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih
11 Keluarga memiliki/memkai jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes

3
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015

1990 2000 2010 2015

Trend ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup
(pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll).
Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles
Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan
beban penyakit.
4
Faktor Risiko
Perilaku Penyebab
Terjadinya PTM
Yang Harus
Diperbaiki
SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS)
INDONESIA, 2014

25
21,1

20

15 12,9

10
6,7
5,7 5,7
4,9
5 2,7 2,6 2,1 1,9

0
Mengapa PTM Menjadi Masalah

Sebagian besar
masyarakat
belum mengerti
Sumber : Riskesdas 2013 9
APAKAH HIPERTENSI ?

Pengertian

 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah


peningkatan tekanan darah secara menetap
≥ 140/90 mmHg.

 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan


tekanan darah arterial yang menetap

10
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
JNC 7 - 2003
Tekanan darah (mm Hg) Kategori
SISTOLIK DIASTOLIK
<120 dan <80 Normal
120-139 atau 80-89 Prehipertensi
140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 1
≥160 atau ≥100 Hipertensi derajat 2

11
GEJALA DAN TANDA
Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita
tidak merasa sakit. Gejala dan tanda muncul biasanya karena
sudah terjadi kelainan organ

1.Sakit kepala 7. Pandangan menjadi kabur


2. Kelelahan
8. Mata berkunang-kunang
3. Mual dan muntah
9. Mudah marah
4. Sesak napas
10.Telinga berdengung
5. Napas pendek
(terengah-engah) 11.Sulit tidur
6. Gelisah 12.Rasa berat di tengkuk

12
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

1. Tidak Dapat Diubah


Umur, Jenis Kelamin, Genetik

2. Dapat Diubah
Merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih,
kurang aktifitas fisik, kegemukan, konsumsi alkohol,
dyslipidemi, stress

13
Pencegahan dan Pengendalian

Orang atau kelompok masyarakat yang masih


sehat atau memiliki faktor risiko PTM 14
TATALAKSANA HIPERTENSI
NON
FARMAKOLOGI

(MODIFIKASI
GAYA HIDUP)

FARMAKOLOGI

(OBAT ANTI
HIPERTENSI)

15
MODIFIKASI GAYA HIDUP UNTUK
TATALAKSANA HIPERTENSI
Modifikasi Rekomendasi Penurunan tek darah sistolik
(kurang lebih)
Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal 5-20 mm Hg untuk setiap
(Indeks massa tubuh 18.5-24.9 penurunan berat badan 10 kg
kg/m2)
Adaptasi diet DASH Konsumsi buah, sayur sebanyak 5 8-14 mm Hg
(Dietary Approach to Stop porsi/hari, produk rendah lemak
Hypertension) dan rendah lemak jenuh
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2-8 mm Hg
2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara 4-9 mm Hg
teratur seperti jalan
(30 menit/hari setiap hari)
Tidak mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg
alkhohol
16
KESIMPULAN

Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan

Tatalaksana / Pengobatan Hipertensi :


– Modifikasi pola hidup sehat
– Obat

Dengan “PATUH” , tekanan darah dikendalikan


dan kerusakan/ komplikasi organ akibat
Hipertensi dapat dicegah
18
Referensi

1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM , 2015
Kementerian Kesehatan RI
2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI
3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan RI
4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ ) III,
1993 Kementerian Kesehatan RI
5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan RI
6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian
Kesehatan RI

19
20
21

PANDUAN PRAKTEK
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
PANDUAN PENUGASAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
I. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
II.Masing masing kelompok , dibagi lagi menjadi 2.
a) Duduk berhadapan mempraktekkan cara
mengukur tekanan darah yang baik dan benar
sampai mencatatkannya di formulir.
b) Dilakukan bergiliran, sehingga semua peserta
mempraktekkan sebagai pasien dan petugas.

22
Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter


Digital. Pengukuran ini untuk mendapatkan data
tekanan darah pada penduduk.
1)Alat dan bahan
a.Tensimeter digital
b.Manset besar
c.Batu baterai AA

23
2) Cara pengukuran

a. Prosedur sebelum pengukuran


1) pemasangan baterai
• Balikkan alat, hingga bagian bawah
menghadap keatas
• Buka tutup baterai sesuai tanda panah
• Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai
dengan arah yang benar.

24
Pemasangan Batu Baterai

25
2) Penggantian baterai
– Matikan alat sebelum mengganti baterai
– Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan
selama lebih dari 3 bulan.
– Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu
perlu disetting kembali.
– Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat
yang sesuai
– Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti
baterai dengan yang baru
– Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih
dapat digunakan untuk mengukur sebentar, akan
tetapi baterai harus segera diganti

26
3) Prosedur pengukuran

a) Tekan tombol “start/stop” untuk


mengaktifkan alat

27
b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,
responden sebaiknya menghindar kegiatan
aktifitas fisik seperti olah raga, merokok, dan
makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran.
Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit
sebelum pengukuran.

c) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi


stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam
ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang
dan posisi duduk.

28
Petugas Yang Ramah dan Ruangan
Yang Nyaman

29
d) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang
tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan
lengan kiri responden di atas meja sehingga manset yang
sudah terpasang sejajar dengan jantung responden
e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kiri responden
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan
tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan
baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat
sehingga tidak menghambat aliran darah dilengan
f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka ke atas

30
Posisi pengukuran tekanan darah

Sambil
berbicara

Posisi Posisi
31
jongkok berdiri
g) Jika pengukuran selesai, manset akan
mengempis kembali dan hasil pengukuran
akan muncul. Alat akan kembali menyimpan
hasil pengukuran secara otomatis

h) Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat.


Jika anda lupa untuk mematikan alat, maka
alat akan mati dengan sendirinya dalam 5
menit

32
4) Prosedur penggunaan manset
a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat
b. Perhatikan arah masuknya perekat manset
c. Pakai manset, perhatikan arah selang
d. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ±1-2 cm.
e. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi
lengan terbuka keatas
f. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan
manset
g. Pastikan cara menggunakan manset dengan baik dan
benar, sehingga menghasilkan pengukuran yang akurat
h. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil
pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan
pemeriksaan.

33
Cara pemasangan manset
pada tensimeter digital

jarak antara
manset dan
lekukan siku 
2jari

34
• Catatan :
a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim, pengukuran dilakukan
dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit
dengan melepaskan manset pada lengan.
b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih >
10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10
menit dengan melepaskan manset pada lengan
c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat
dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut
dilembar catatan.

35

Anda mungkin juga menyukai