Anda di halaman 1dari 38

Fitoterapi

Kelompok 6.1

IMUNOMODULATOR
Daffa Fadhilah
Gilang Purnama
Muhamad Annas Sidik
Riska Rachmah Dewi
Yahya Aminuddin
Dinda Alifia
Salsabila Aulia Hidayat

STF Muhammadiyah Cirebon 2021/2022


Pengertian

Imunomodulator adalah zat atau substansi yang dapat memodifikasi


respon imun dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah
maupun adaptif, seperti mengembalikan ketidakseimbangan sistem
imun yang terganggu. Artinya, dengan mengonsumsi
imunomodulator maka akan mengembalikan keseimbangan sistem
imun yang terganggu.
Mekanisme
• imunomodulator bekerja sebagai imunostimulan dan imunosupresif.
• Imunostimulan adalah senyawa yang dapat meningkatkan kerja komponen-
komponen sistem imun. Imunostimulan diberikan untuk meningkatkan respon imun
terhadap penyakit atau infeksi. Imunostimulan banyak terdapat pada herbal seperti
ekstrak ginseng, saffron, jinten hitam, kunyit, sambiloto, bawang putih, jahe,
pegagan, temulawak, dan sebagainya. Beberapa contoh imunomodulator herbal
seperti jahe merah, kunyit, temulawak memiliki sifat imunostimulasi, anti-radang,
memelihara sistem pencernaan, dan aman untuk jangka Panjang (Inggrid, 2020).
• Imunosupresif adalah senyawa yang digunakan untuk menekan respons imun.
Biasanya, imunosupresif digunakan untuk meredakan hiper-inflamasi, mengatasi
penyakit autoimun, dan mencegah penolakan transplantasi. Imunosupresif biasanya
sudah dikemas dalam bentuk obat-obatan.
Manfaat
• Memperkuat daya tahan tubuh
• Melawan berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur, & parasit didalam tubuh
• Menyembuhkan sejumlah penyakit ringan seperti demam, batuk, & gangguan
pencernaan
• Mencegah berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, stroke, & penyakit
ginjal
• Melindungi sel dan organ seperti jantung, paru-paru, hati, & otak
Macam-Macam Tumbuhan Penghasil
Imunomodulator
1. Serai
Serai (Cymbopogon citratus) merupakan tumbuhan yang masuk kedalam famili
Poaceae atau Rumput-rumputan. Serai dikenal juga dengan nama serai dapur
(Indonesia), sereh (Sunda), dan bumbu (Halmahera). Dalam Bahasa Inggris,
tumbuhan ini dikenal dengan nama Lemon grass karena memiliki bau yang kuat
seperti lemon. Tumbuhan ini sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis

→ Zat Aktif Dan Mekanisme


Serai mengandung 45% senyawa utama citral yang terdiri dari dua stereoisomerik aldehid monoterpen
yaitu geranial, neral, transcitral, dan ciscitral. Senyawa citral ini berfungsi sebagai imunosupresan dengan cara
bekerja menghambat pelepasan IL-1β, IL-6 dan produksi IL-10, menghambat produksi NF-κB.
2. Jintan Hitam
Jintan Hitam atau Habbatussauda (Nigella sativa) adalah salah satu tanaman herbal
yang memiliki berbagai efek farmakologis diantaranya sebagai antioksidan,
antidiabetes, antialergi, antiinflamasi, dan sebagai imunomodulator. Oleh karena
itu jintan hitam seringkali digunakan sebagai obat herbal. Jintan hitam merupakan
tanaman herbal yang sudah sering digunakan sebagai obat tradisional, tidak hanya
di Timur Tengah namun juga di negara-negara lain termasuk Indonesia sebagai
promotif kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit

Zat Aktif Dan Mekanisme


Timokuinon dalam Jintan Hitam berfungsi sebagai anti alergi dan anti inflamasi serta dapat meningkatkan sistem
imun. timokuinon dapat menurunkan kenaikan nitrit oksida (NO) tikus yang diinduksi oleh streptozotosin selama 30
hari. Ini mengindikasikan potensi minyak Jintan Hitam dalam meningkatkan fungsi sel imun non-spesifik, termasuk
makrofag dan sel NK yang berperan sebagai imunitas seluler. Timohidrokuinon memiliki efek anti bakterial terhadap
Bakteri S. Aureus, P. Aeruginosa dan E. Coli. Nigellon dapat menurunkan histamin darah yang diproduksi sel-sel mast
melalui penurunan kadar kalsium (Ca2+) intrasel.
3. Kayu manis
Kayu manis (Cinnamomum Burmanii) merupakan spesies tumbuhan dari genus
Cinnamomum ,berupa tumbuhan berkayu yang umumnya dikenal sebagai rempah-
rempah. Tumbuhan ini tersebar di Asia Tenggara, Cina, dan Australia. Cinnamomum
Burmanii merupakan jenis kayu manis yang berasal dari Indonesia. Kayu manis sering
digunakan sebagai penyedap rasa makanan, bahan pembuat sirup, penghangat
tubuh,dan digunakan sebagai bahan bangunan, meubel, dan kayu bakar.
→ Zat Aktif Dan Mekanisme
• Eugenol pada Kayu Manis memilki aktivitas farmakologi sebagai antioksidan, analgesik, antibakteri,
antikonvulsan, antikanker, antiinflamasi, dan anti virus.
• Kemampuan eugenol untuk menurunkan regulasi sitokin pro-inflamasi seperti IL-6 dan TNFα
mengakibatkan pengurangan leukosit di jaringan paru-paru. hal tersebut dapat menjadi imunosupresan
alami yang cocok, yang dapat digunakan sebagai adjuvant bersama dengan agen antivirus untuk menekan
hipersitokinemia dan hiperinflamasi.
• Sinnamaldehid merupakan bahan imunostimulator yang memiliki fungsi untuk meningkatkan produksi
sitokin dalam tubuh, sehingga memicu aktivasi sel T dan meningkatkan jumlah sel T CD4.
4. Gingseng
Ginseng adalah tanaman berkhasiat obat yang termasuk dalam suku Araliaceae. Ginseng tumbuh
di wilayah belahan bumi utara terutama di Siberia, Manchuria, Korea, dan Amerika Serikat. Jenis
ginseng tropis dapat ditemukan di Vietnam yaitu Panax vietnamensis.
Ginseng merupakan tanaman obat yang sudah lama digunakan dan dipercaya mempunyai efek
adaptogen dan ergogenik. Suplemen ginseng banyak dikonsumsi olahragawan dengan tujuan
utama meningkatkan kinerja fisik. Salah satu spesies yang paling sering digunakan adalah Panax
ginseng C.A.Meyer atau Ginseng Korea. Komponen zat aktif P. Ginseng adalah ginsenoside.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa P. Ginseng dapat meningkatkan kinerja fisik, fungsi
psikologis, fungsi imun, dan anti diabetik.

→ Zat Aktif
Baik Ginseng Amerika (Panax quinquefolius) maupun Ginseng Korea (Panax ginseng), keduanya memiliki senyawa
aktif yang dinamakan ginsenosides. Zat ini baik untuk kesehatan karena mengandung sifat antiradang, antikanker, dan
antioksidan.
Ginsenosides atau panaxosides adalah kelas glikosida steroid produk alami dan saponin triterpen. Senyawa
dalam keluarga ini ditemukan hampir secara eksklusif dalam genus tanaman Panax, yang memiliki sejarah
panjang digunakan dalam pengobatan tradisional yang telah mengarah pada studi efek farmakologis senyawa
ginseng

→ Mekanisme Zat Aktif


• P. ginseng mempengaruhi aksis hipotalamus-hipofise-adrenal dan sistem imun.
• Studi lain yang menggunakan binatang dan in-vitro mengindikasikan bahwa P. ginseng meningkatkan
fagositosis, aktivitas sel natural killer (NK), produksi interferon, memperbaiki kinerja fisik dan mental pada
mencit dan tikus, menyebabkan vasodilatasi, meningkatkan resitensi terhadap stres dari luar, dan
mempunyai efek hipoglikemik. Ada bukti tidak langsung
5. Saffron
Saffron atau Kuma-Kuma adalah nama untuk rempah-rempah dari bunga Crocus
sativus, sekaligus nama umum dari tanaman Crocus sativus dari marga crocus famili
Iridaceae. saffron memiliki manfaat untuk mencegah penyakit kanker karena
memiliki sifat antioksidan sehingga bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker,
serta dapat membuat sel kanker menjadi sensitif pada perawatan kemoterapi.

→ zat aktif dan mekanisme

Kandungan utama saffron adalah krosin, pikrokrosin, dan safranal. Zat aktif didalamnya telah terbukti


memiliki berbagai manfaat seperti antidepresan, antiinflamasi, antitumor, bahkan dapat meningkatkan fungsi
otak dalam pembelajaran serta daya ingat.
6. Temulawak
Temulawak adalah tanaman yang berasal dari Indonesia dengan nama latin Curcuma xanthorrhiza.
Temulawak merupakan salah satu dari 19 jenis temu-temuan keluarga Zingiberaceae (Jahe-
Jahean) yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Tanaman ini memiliki
warna kuning muda dengan bagian dalamnya berwarna kuning agak kecokelatan. Tanaman ini
dapat tumbuh liar di hutan hutan, ditanam di ladang atau pekarangan rumah (Suranto, 2001).
Tanaman ini banyak memberikan manfaat pada tubuh karena kandungan gizinya

→ Zat Aktif
Dalam temulawak terdapat kandungan senyawa aktif yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid
dalam temulawak berfungsi sebagai antibakteri, anti kanker, anti tumor, serta mengandung antioksidan.

→Mekanisme Zat Aktif


Temulawak diduga dapat memberikan efek antimikroba karena kandungan bahan aktif berupa minyak atsiri. Salah satu unsur
minyak atsiri yaitu terpenoid yang diduga melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik. Kandungan
lain adalah fenol, diduga bersifat toksik terhadap bakteri melalui inhibisi enzim (Cowan, 1999).
7. Kencur
Kencur (Kaempferia galangal L.) merupakan tanaman tropis yang tumbuh dengan subur di berbagai pelosok daerah di
Indonesia, baik sebagai tanaman yang dipelihara maupun dibudidayakan. Di Indonesia dikenal dengan berbagai nama daerah
seperti kencur, cikur, ceku, cekor, tekur, bataka, suha dan lain lain (Yoanna & Yovita, 2000). Kencur juga banyak digunakan
sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu penyedap masakan.

→ Zat Aktif
Kencur mengandung banyak zat dan senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan diantaranya adalah pati, mineral, sineol,
asam metil kanil, penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamfen, paraeumarin, asam anisat, alkaloid, dan flavonoid.
Etip p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari kencur

→ Mekanisme Zat Aktif


Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur
bekerja pada fase pertama (early phase), dengan menghambat proses
pelepasan serotonin dan histamin yang merupakan mediator kimia ke
tempat terjadinya radang, juga bekerja pada mediator utama dari
inflamasi yaitu dengan menghambat sintesis prostaglandin melalui
penghambatan kerja siklooksigenase (COX) sehingga tidak terjadi
perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin.
8. Sirih
Sirih (Piper Betle) merupakan tumbuhan dari genus Piper Famili Piperaceae (Sirih-Sirihan). Deskripsi Sirih
antara lain bersifat memanjat dengan tinggi 5 - 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur
lonjong, di bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut
sangat pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm. Daun
pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong, dengan panjang kira-kira 1 mm (Wardani,
2009).

→ Zat Aktif
Kandungan bahan aktif daun sirih terdiri atas golongan Monoterpen, Monoterpen alkohol, Seskuiterpen,
Seskuiterpen alkohol, dan Fenil propanoid. Eugenol (golongan Fenil propanoid) adalah kandungan utama dari
minyak atsiri daun sirih dengan kadar antara 13,9% - 64% (Guha, 2006). eugenol banyak digunakan dokter gigi
sebagai antiseptik pada pengobatan gigi (Manigauha, 2009).
→ Mekanisme Zat Aktif

• Meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag


• Meningkatkan kapasitas fagositosis sel makrofag
• Kandungan Hidroksikavikol sebagai imunosupresan menekan reaksi hipersesitivitas sehingga berpeluang
menjadi obat herbal antialergi.
• Menurunkan konsentrasi sitotin proinflamasi (Th1) yaitu IL-2, INF- γ dan TNF-α dan meningkatkan
pembentukan sitokin antiinflamasi (Th2) yaitu IL-4 dan IL-5. Peningkatan pembentukan sitokin IL-4 juga akan
menghambat reaksi alergi/hipersensitivitas melalui induksi sitokin IL-8.
• menurunkan histamin dan GM-CSF yang dibentuk oleh IgE sebagai mediator reaksi hipersensitivitas
(Wirotesangthong et al., 2008).
9. Lemon
Lemon (Citrus limon)(L) merupakan tanaman dari genus Citrus (Jeruk) Famili Rutaceae (Jeruk-Jerukan). Ciri Fisik Tanaman
ini antara lain berduri, tinggi pohon tanaman yang kecil mencapai 10-20 kaki, Berdaun oval dan berwarna hijau gelap yang
tumbuh tersusun pada batangnya, Memiliki bunga beraroma harum serta berwarna putih yang tersusun dari 5 kelopak,
memiliki buah berwarna kuning kehijauan SD kuning cerah dengan bentuk membundar (panjang 8-9 cm). Lemon sangat
mirip dengan jeruk nipis, namun lemon akan berwarna kuning saat matang, dimana jeruk nipis akan tetap berwarna hijau
serta lemon memiliki ukuran yang lebih besar dari jeruk nipis. (Chaturvedi et al, 2016)

→ Zat Aktif
Kulit lemon mengandung hesperidin (salah satu golongan flavonoid)
→ Mekanisme Zat Aktif
hesperidin dapat meningkatkan sistem imun, baik sistem imun nonspesifik maupun sistem imun spesifik.
• Hesperidin meningkatkan produksi interferon (IFN)-γ pada MLNL (Limfosit dari Mesenteric Lymph Nodes)
yang terstimulasi. Hesperidin memodifikasi komposisi limfosit di epitel usus (sel TCRγδ+) dan lamina
propria (macam-macam sel T: sel TCRγδ+, CD45RA+, natural killer T, TCRαβ+CD4+, dan TCRαβ+CD8+).

• Hesperidin lebih mudah berinteraksi dengan protein virus/ sel inang SARS-CoV-2 (target virus) pada
COVID 19, yang menunjukkan bahwa interaksi ini dapat membentuk blokade yang menghasilkan efek
penghambatan terhadap perkembangan virus untuk menginfeksi atau mereplikasi diri.
10. Bawang putih
Bawang Putih (Allium sativum L) adalah tanaman terna berbentuk rumput dari genus Allium Famili Liliaceae
(Bawang-Bawangan). Daunnya panjang berbentuk pipih (tidak berlubang). Helai daun seperti pita dan melipat
ke arah panjang dengan membuat sudut pada permukaan bawahnya, kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus
kelopak daun yang lebih muda sehingga membentuk batang semu yang tersembul keluar. Bunganya hanya
sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar karena sudah gagal tumbuh pada waktu berupa tunas bunga
( J.Sugito dan Murhanto 1999).

→ Zat Aktif
Lektin (Immunomodulator) dan Alisin.

→ Mekanisme Zat Aktif


• Senyawa lektin dapat berikatan dengan TLR1-TLR2, dimana formulasi nanoemulsi kombinasi ekstrak bawang
putih (biasanya dengan meniran) memiliki indeks dan rasio fagositasi lebih tinggi.
• Kemampuan Alisin mengubah pensinyalan NF-kB untuk pengurangan sekresi sitokin yang berpotensi
menargetkan badai sitokin
• meningkatkan pertahanan dengan meningkatkan produksi IFNγ untuk meningkatkan pertahanan antivirus dan
meningkatkan perluasan sel T CD4+ (jenis sel darah putih/limfosit) sehingga menargetkan limfositopenia
(kondisi dengan tingkat limfosit yang rendah)
11.Sambiloto
Sambiloto (Andrographis paniculate (Burm. F Nees) atau Justicia paniculata (Burm.f.)) adalah
tanaman obat yang tumbuh baik di Indonesia dan tersebar hampir di seluruh pulau Jawa,
Madura dan Bawean dengan ketinggian 1 ~ 700 mdpl. Tanaman ini termasuk dalam famili
Acanthaceae dan merupakan terna yang tumbuh tegak hingga mencapai ketinggian 1 m,
dengan ciri fisik mempunyai bunga berwarna putih dengan tanda lembayung pada bibir bagian
bawah. Selain di Indonesia Sambiloto juga ditemukan di India, Asia Tenggara, dan bagian
selatan Cina. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama sambiloto, pepaitan, ki oray, ki
peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa). Sedangkan di Cina dikenal
dengan nama chuan xin lian.

→ Zat Aktif
Zat utama pada sambiloto adalah senyawa diterpen termasuk andrografolid, 14-deoksiandrografolid (DA), 14-deoksi-11, 12-
didehidroandrografolid (DDA), 14-deoksi-11-oksoandrografolid, neoandrografolid, andrografisid (dideoksiandrografolid),
deoksiandrografosid (andropanosid), andrograpanin, deoksiandrografolid-19-D-glukosida, 14-deoksi-12-
metoksiandrografolid, dan senyawa flavonoid. Juga telah dilaporkan enam senyawa diterpen lain yaitu 14-epi-andrografolid,
isoandrografolid, 14-deoksi-12-hidroksiandrografolid, dan 14-deoksi-11-hydroxyandrographolide dan glukosida diterpen, 14-
deoxy-11,12-didehidrografisid, dan 6,5f-asetil-neoandrografolid. Telah diisolasi bersama-sama dengan empat dimer diterpen
baru yakni bis-andrografolid A, B, C, dan D
→Mekanisme Zat Aktif
Aktivitas antikanker dari andrografolid, yakni komponen utama dari sambiloto juga telah diuji dengan
menggunakan beberapa jenis sel kanker.
• Andrografolid menghambat perkembangbiakan (proliferasi) berbagai sel tumor yang mewakili berbagai
tipe kanker secara in vitro, dengan cara langsung beraktivitas pada sel kanker dengan menahan siklus
sel pada fase G0/G1 melalui induksi penghambatan siklus sel protein p27 dan mengurangi aktivitas
cyclin-dependent kinase 4 (CDK4).
• Aktivitas imunostimulan andrografolid ditunjukkan oleh peningkatan proliferasi limfosit dan produksi
interleukin-2.
• Andrografolid juga mempertinggi produksi tumor necrosis factor-alpha (TNF-.’61), sehingga
meningkatkan aktivitas sitotoksis limfosit terhadap sel kanker yang secara tidak langsung berefek
antikanker. Hasil ini menunjukkan bahwa andrografolid merupakan komponen yang menarik dengan
aktivitas antikanker dan imunomodulator, sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
obat terapi kanker.
12. Kelor
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman berkhasiat. Tanaman ini banyak tumbuh dan
mudah dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini memiliki nama yang berbeda-beda disetiap
daerah di Indonesia misalnya murong (sumatera), burunggai, kelor, marungga, marunggai,
mungai, marongghi (Jawa).
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki tinggi batang 7-11 meter. Pohon
kelor tidak terlalu besar, batang kayunya mudah patah dan cabangnya jarang, tetapi mempunyai
akar yang kuat. Tanaman kelor tidak beracun dan ramah lingkungan. Di Indonesia kelor dikenal
sebagai jenis tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan. Buah kelor memiliki bentuk yang
memanjang dan bersudut-sudut pada sisinya. Akar kelor sering digunakan sebagai bumbu
campuran perangsang nafsu makan. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil
bersusun majemuk dalam satu tangkai.

→ Zat Aktif
Daun Kelor mengandung banyak senyawa terpenoid, tannin, saponin, dan polifenol. senyawa polifenol utama
dalam daun kelor adalah flavonoid dan asam fenolat.
→ Mekanisme Zat Aktif
Setiap bagian dari tumbuhan kelor seringkali digunakan secara tradisional dalam berbagai keperluan, baik
nutrisi maupun sebagai obat. Selain mengandung berbagai macam protein, vitamin, lemak, mikro dan makro
mineral, serta senyawa fenol, tumbuhan ini juga memiliki efek anti inflamasi, antimikrobial, antioksidan,
antikanker, kardiovaskuler, hepatoprotektif, anti ulkus, diuretik, antiurolitiatik, dan antihelminthik.

Daun kelor mengandung beragam polifenol dan flavonoid, diantaranya kuersetin-3 glikosida (Q3G), rutin,
kamperol glikosida dan asam klorogenat. Dari sejumlah polifenol tadi, Q3G memiliki efek menurunkan kadar
gula darah. Q3G mempengaruhi intake glukosa di mukosa usus halus
13. Meniran
Meniran (Phyllanthus niruri  L.) adalah tanaman liar yang berkhasiat menyembuhkan
banyak penyakit. Tanaman ini berasal dari daerah tropis yang dapat tumbuh subur di
tempat yang lembab, pada dataran rendah, sampai ketinggian 1000 mdpl. Tanaman ini
merupakan salah satu dari 700 jenis genus Phyllanthus yang banyak tumbuh di Asia
seperti di Indonesia, Cina, Filipina, dan India. Di India meniran sudah lama digunakan
dalam pengobatan tradisional Ayurveda untuk pengobatan penyakit kuning, diabetes,
gangguan haid, dan gangguan pada kulit.

→ Zat Aktif
Didalam herba meniran terkandung bahan aktif berupa:
• Lignan yang terdiri dari filantin, hipofilantin, filtetralin, lintretalin,niratin, nitretalin, nirfilin, nirurin dan
nirurisid.
• Terpen terdiri dari simen, limonen, lupeol, dan lupeol asetat.
• Flavonoid terdiri dari kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin dan fisetin glukosida.
• Lipid terdiri dari asam risinolat, asam dotrianobtanoat, asam linoleat, dan asam linolenat.
• Benzenoid berupa metilsalisilat
• Alkaloid terdiri dari norsekurinin, 4-metoksi-norsekurinin,
• Komponen lain berupa tanin, vitamin C. Kelompok senyawa identitas herba meniran adalah filantin.
→ Mekanisme Zat Aktif

Meniran sering disalahgunakan sebagai penggugur kandungan, dan pada Herba meniran dapat menyebabkan
impotensi. Chairul (2007) menjelaskan flavonoid yang terkandung dalam meniran memberikan efek
menghambat kerja enzim xanthin oksidase sehingga dapat digunakan dalam pengobatan mengurangi kelebihan
asam urat dan batu ginjal.
14. Pegagan
Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang dapat dikonsumsi sebagai sayuran.
Tanaman pegagan di habitat aslinya banyak tumbuh di ladang, perkebunan, tepi jalan, maupun di
pekarangan. Pegagan memiliki beragam manfaat untuk mengobati berbagai masalah kesehatan.
Khasiat dan manfaat pegagan antara lain karena pegagan mengandung sejumlah nutrisi dan
komponen zat kimia yang memiliki efek terapeutik dan dermatologis

→ Zat Aktif
Menurut Winarto dan Surbakti (2003), pegagan mengandung berbagai bahan aktif seperti Triterpenoid saponin,
triterpenoid genin, Minyak atsiri, Flavonoid, fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang
terpenting adalah Triterpenoid dan saponin, yang meliputi:
- asiatikosida,
- sentelosida,
- Madekosida
- asam asiatik
- komponen lain seperti minyak volatil, flavonoid, tanin, fitosterol, asam amino, dan karbohidrat.
→ Mekanisme Zat Aktif
Triterpenoid merupakan senyawa paling penting dalam pegagan.
• Triterpenoid berfungsi meningkatkan fungsi mental dan memberi efek menenangkan.
• Senyawa ini juga dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga memperlancar peredaran darah menuju
otak.
• Asiatikosida merupakan bagian dari triterpenoid yang berfungsi menguatkan sel-sel kulit dan meningkatkan
perbaikannya, menstimulasi sel darah dan sistem imun, dan sebagai antibiotik alami.
• Brahmosida adalah senyawa yang berfungsi memperlancar aliran darah dan merupakan protein penting bagi
sel otak. Pegagan juga mengandung kalsium, magnesium, fosfor, seng, tembaga, betakaroten, serta vitamin
B1, B2, B3.
• Kandungan kimiawi lainnya ialah tankunisida, isotankunisida, madekasosida, asam brahmik, asam
madasiatik, meso-inositol, sentelosa, karotenoid, garam-garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,
kalsium, dan besi, vellarine, dan zat samak yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh.
15. Jambu Biji
Jambu Biji (Psidium guajava L) adalah tanaman tahunan dan yang paling keras di antara pohon
berbuah di daerah tropis. Jambu biji merupakan buah asli yang populer di Karibia, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan. Buah ini banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis di
dunia. Jambu biji dianggap sebagai buah yang bergizi tinggi di Taiwan karena daun, buah, dan
bijinya mengandung sejumlah besar zat esensial berupa minyak fenol, tanin, vitamin, lektin, dan
vitamin.

→ Zat Aktif
Jambu biji mengandung vitamin C, serta vitamin A dan pektin. Banyak Flavonoid terdapat dalam daun jambu biji terutama
kuersetin. jambu biji dianggap sebagai buah super karena mengandung serat makanan, mineral makanan, kalium, mangan,
tembaga, serta asam folat. Buah Ini mengandung vitamin C 4X lebih banyak dibandingkan dengan jeruk. Pada buah segarnya
kaya akan senyawa antioksidan, mirisetin, dan asam apigenin. Komposisi kimia jambu biji sangat bervariasi menurut varietas,
tingkat kematangan, dan musim.
→ Mekanisme Zat Aktif

• Flavonoid pada jambu biji memiliki efek imunomodulator dengan mekanisme meningkatkan aktivasi sel
limfosit T, yang menghasilkan IFN-γ dalam jumlah banyak. IFN-γ yang akan meningkatkan aktivasi dari sel
makrofag, oleh karena itu kemampuan fagositosis juga meningkat (Nugroho, 2012).
• Ditemukan bahwa media makrofag yang diberi polisakarida biji jambu biji (GSPS) menghambat pertumbuhan
sel PC-3 yaitu kanker prostat sel, melalui penurunan rasio sekresi sitokin pro-/anti-inflamasi di media .
• Demikian pula GSPS memperlakukan splenosit dikondisikan media menghambat pertumbuhan sel MCF-7
kanker payudara, melalui peningkatan rasio sekresi sitokin Th2/Th1 di media . GSPS baru memiliki potensi
imunomodulator untuk mempengaruhi sel, lalu menurunkan pertumbuhan sel kanker melalui imunoterapi
tumor. Karakterisasi GSPS harus diurai lebih lanjut untuk menerapkan penggunaan makanan fungsional dan
farmakologi
16. Kunyit
Kunyit (Curcuma longa) adalah anggota dari zingiberaceae (jahe-jahean) yang tersebar di seluruh Afrika tropis,
Asia, dan Amerika. Tanaman ini tumbuh hingga ketinggian 3 – 5 kaki. Kunyit terdiri dari herba aromatik
dengan batang bawah horizontal atau rimpang berbonggol. Rimpang adalah bagian tanaman yang digunakan
secara medis, biasanya direbus, dibersihkan, dan dikeringkan, lalu menghasilkan bubuk kuning. Kunyit telah
digunakan di Asia khususnya pada zaman india kuno untuk alergi dan asma. Dalam pengobatan Ayurveda
kunyit dianggap memiliki banyak khasiat sebagai obat, dan di India banyak digunakan sebagai antiseptik dan
agen antibakteri. Kunyit adalah suplemen makanan yang populer di Asia. Penelitian terbaru telah difokuskan
pada sifat antioksidan, hepatoprotektif, antiinflamasi, antikarsinogenik, dan antimikroba selain
penggunaannya pada penyakit kardiovaskular dan gangguan gastrointestinal.
→ Zat Aktif
Kandungan aktif kunyit adalah flavonoid, kurkumin, dan minyak atsiri termasuk tumeron, atlanton, dan zingiberon.
Konstituen lain termasuk gula, protein, dan resin. Konstituen aktif terbaik yang diteliti adalah polifenol kurkumin yang terdiri
dari 0,3 – 5,4% kunyit mentah. Kurkumin juga dikenal sebagai kuning alami 3, digunakan sebagai pewarna makanan dan
bahan tambahan makanan (E100). Kunyit bisa dalam bentuk keto dan enol. Bentuk Keto dominan dalam fase padat
sedangkan bentuk enol lebih stabil dalam bentuk larutan.

→ Mekanisme Zat Aktif


Secara farmakologis kurkumin pada kunyit terbukti aman. Uji klinis pada manusia menunjukkan tidak ada toksisitas. Dosis
terbatas bila diberikan pada dosis hingga 10 gr/hari.
• Ekstrak kunyit dapat bermanfaat bagi jantung dengan mengurangi kadar kolesterol dan faktor risiko penyakit lainnya.
• Pelindung efek kurkumin terhadap miokard yang diinduksi isoprenaline iskemia pada miokardium tikus telah dilaporkan.
Efek ini dapat dikaitkan dengan sifat antioksidan dan efek penghambatan xantin dehidrogenase/ xantin oksidase
konversi, dan produksi anion superoksida yang dihasilkan. Penelitian lain menunjukkan bahwa hewan yang diberi kunyit
memiliki kadar kolesterol total lebih rendah daripada kontrolnya.
• kurkumin menurunkan respon Th2 melalui penurunan rekrutmen eosinofil, penurunan antibodi IgE dan produksi sitokin,
dan respon inflamasi yang lebih rendah.
17. Jahe
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang tahunan yang berasal dari Asia
Tenggara. Jahe pertamakali dibudidayakan oleh Orang Austronesia dan diangkut ke
tempat lain melalui lautan indopasifik 5000 tahun yang lalu. Jahe memiliki makna
religius di antara orang Austronesia, yang mana digunakan pada ritual untuk
penyembuhan dan mencari perlindungan dari roh-roh serta memberkahi kapal

→ Zat Aktif
Jahe kaya akan berbagai senyawa kimia yaitu fenolik, terpen, polisakarida, lipid, asam organik, dan bahan serat
mentah. Manfaat kesehatan jahe terutama dikaitkan dengan senyawa fenolik bioaktifnya seperti gingerol dan
shogaol.
→ Mekanisme Zat Aktif
• Jahe menghambat produksi IL-2 dari limfosit kultur campuran, yang menunjukkan bahwa senyawa volatile
minyak jahe atau minyak atsiri pada jahe menghambat sekresi IL-1 dari peritoneum tikus makrofag.
• Sebagai anti inflamasi Sitokin Th2, IL-10 dapat menghambat proliferasi sel Th1 dan produksi IL-2.
Wilasrusmee et al. (2002) juga menemukan bahwa jahe menghambat produksi IL-10, sehingga Efek
kompleks jahe pada keseimbangan sitokin Th1/Th2 masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
• Selain itu minyak atsiri jahe menghasilkan penekanan yang signifikan terhadap proliferasi limfosit T yang
dirangsang oleh mitogen pada tikus.
• Jahe juga terbukti menghambat stimulasi mitogen dan alloantigen proliferasi limfosit pada tikus
(Wilasrusmee et al.,2002b).
 
 
Daftar Pustaka
• https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201127135920-255-575322/mengenal-imunomodulator-dan
-manfaatnya-untuk-sistem-imun
• http://jurnal.yamasi.ac.id/index.php/Jurkes/article/view/165
• http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/32/23
• http://eprints.undip.ac.id/14225/1/Ariestya-G2A005024.PDF
• https://fkh.ub.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/0911310041_Firmansjah-A-Hasan.pdf
• http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/494/495
• https://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/4184/4545
• http://repository.um-surabaya.ac.id/1002/3/BAB_2.pdf
• http://eprints.umm.ac.id/39314/3/BAB%202.pdf
• https://www.halodoc.com
• http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/10806/5150
• https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/152/BERBAGAI-MANFAAT-SAMBILOTO--i-Andrographis-
paniculata--i---BURM-f--NESS.html
• https://pkht.ipb.ac.id/index.php/2018/03/23/pegagan-centella-asiatical-urban/
• http://repository.maranatha.edu/1505/
• https://www.ema.europa.eu/en/medicines/herbal/centellae-asiaticae-herba
• Bellavite, Paolo and Alberto Donzelli. 2020. Hesperidin and SARS-CoV-2: New Light on the Healthy
Function of Citrus Fruits. Review Journal Antioxidants Vol.9. Page 1-18. University of Verona Medical
School.
• Guha, P. (2006). Betel Leaf: The Neglected Green Gold of India. Journal Human Ecology, 19(2): 87-93.
• Camps-Bossacoma, Mariona, Angels Franch, Fransisco J. Perez-cano and Margarida Castell. 2017. Influence of
Hesperidin on the Systemic and Intestinal Rat Immune Response. Journal Nutrients Vol.9 (6). Faculty of Pharmacy
and Food Science, University of Barcelona.
• Chaturvedi Dev and Shrivasta Rishi Raj Suhane Nidhi. 2016. Basketful benefit of Citrus Limon. International
Research of Journal Pharmacy 7 (6): 8. http://www.irjponline.com/admin/php/uploads/2498_pdf.pdf
• Darmawan, Kadek Hendra, Ronny Martien, Nugraha Dian Erlangga, Sitohang dan Hamindar Pambudi. 2017.
Pemanfaatan Nano Ekstrak Etanolik Kombinasi Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Dan Bawang Putih (Allium
Sativum L.) Sebagai Immunomodulator Alami Dalam Pengembangan Nanoherbal, Studi In Silico Dan In Vitro.
Journal of Pharmaceutical Sciense and Clinical Research 02, Hal (110-119).
• Noena, Raymond Arief N, Nurul Hidayah Base. 2021. Inventarisasi Tanaman dan Ramuan Tradisional Etnis
Sulawesi Selatan Sebagai Imunomodulator. Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar. Vol. 5 No.2, Hal (42-29)
• Manigauha A., ( 2009) Study the Effect of Phytochemical Constituents of Piper betel Leaves Extracts on Liver
Disorders by in vivo Model, J. Pharmacy Res. Vol, 2, Issue 3, 353 – 356
• Musdja, Muhammad Yanis. 2012. Efek Imunomodulator, Aktivitas Antibakteri Bahan Dan Campuran Bahan
Menyirih Serta Perbandingan Komposisi Minyak Atsiri Daun Sirih Dengan Campuran Bahan Menyirih. Disertasi.
Program Studi Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
• EVALUASI EFEK ERGOGENIK GINSENG Oleh: Rachmah Laksmi Ambardini Dosen IKORA FIK UNY
• Sumarya, I Made. 2020. Potensi Loloh Air Rebusan Daun Sirih Sebagai Immunomodulator Alami. Jurnal.
Widya Biologi. Volume 11 Nomor 02. Hal (102-108). Program Studi Biologi, Fakultas Teknologi Informasi,
Universitas Hindu Indonesia.
• Wardani P. L., (2009), Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle) Pada
Kulit Punggung Kelinci. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal: 1, 4-7
• Wirotesangthong, M., Inagaki, N., Tanaka, H., Thankijcharoenpath, W. and Nagai, H. 2008. Inhibitory effects
of Piper betle on production of allergic mediators by bone marrow-derived mast cells and lung epithelial
cells. Int. Immunopharmacol. 8: 453–457
• Johny, R.H., dan Djumidi. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Jakarta: Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Halaman 75-76.
• Kumar, N., Misra, P., Dube, A., Bhattacharya, S., Dikshit, M., and Ranade, S. 2010. Piper Betel Linn. a
Maligned Pan-Asiatic Plant with an Array of Pharmacological Activities and Prospects for Drug Discovery.
Current Science 99(7):922-932.
•Irshad. Zunaira , Muhammad Asif Hanif, Muhammad Adnan Ayu , Muhammad Idrees Jilani3 , Vahid Tavallali,
2020, Guava. Medicinal Plants of South Asia, 341-354
•Wahyuni Djoko, Shelly Taurhesia, Ratna Djamil, Partomuan Simanjuntak. 2020. Standardisasi Ekstrak Etanol
Herba Pegagan (Centella asiatica). Jurnal Ilmu Kefarmasian Saintech Farma. Vol 13, No 02.
https://ejournal.istn.ac.id/index.php/saintechfarma/article/view/765 Diunduh pada Minggu, 02 Januari 2022
•Panca Widayati. 2008. EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT MENCIT PUTIH JANTAN GALUR BALB-C HIPERURISEMIA.
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/1460
Diunduh pada Minggu, 02 Januari 2022

•Menon, V., Elgharib, M. , El-awady, R., & Saleh, E. 2021. Ginger : From Serving Table to Salient Therapy. Food
Bioscience, 41, 100934 (
https://sci-hub.se/https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2212429221000596)
•Zhou, H., Deng, Y., & Xie, Q. 2006. The Modulatory effects of The Volatile Oil of Ginger on The Cellular
Immune Respone in vitro and in vivo in mice. Journal of Ethnopharmacology, 105(1-2), 301-305 (
https://sci-hub.se/https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378874105007397 )
•Kurup,V.P., & Barrios, C. S. 2008. Imunnomodulatory effect of curcumin in allergy. Molecular Nutrition & Food
Research, 52(9),1031-1039 (
https://sci-hub.se/https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/mnfr.200700293 )
•Hsiao-Chien Lin, Jin-Yuarn Lin, Characterization of guava (Psidium guajava Linn) seed polysaccharides with an
immunomodulatory activity. 154 (2020) 511–520 (
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0141813019402936 )
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai