Anda di halaman 1dari 9

ASAS-ASAS PERADILAN

TATA USAHA NEGARA


Mirrizky Husna Amalia
195010100111064
Asas Dasar

Asas kebebasan
(Freis Ermessen),
Asas tidak boleh
yaitu badan-
menyerobot Asas upaya
Asas Legalitas, Asas tidak boleh badan
badan Asas kesamaan memaksa, atau
bahwa setiap menyalahgunaka administrasi
administrasi hak bagi setiap bersaksi sebagai
perbuatan n wewenang / negara diberikan
negara yang satu, penduduk atau jaminan bagi
administrasi kekuasaan kebebasan dalam
oleh badan asas non pejabat kepada
negara berdasar (detournement du menyelesaikan
administrasi diskriminatif hukum dan
hukum pouvoir) masalah yang
negara lainnya, negara
menyangkut
(exes de pouvoir)
kepentingan
umum
ASAS PRADUGA RECHTMATIG (VERMOEDEN VAN
RECHTMATIGHEID, PRAESUMPTIO IUSTAE CAUSA).

 Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan


penguasa selalu dianggap rechtmatig sampai ada
pembatalan. Dengan adanya asas ini maka setiap gugatan
tidak menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat.
 ASAS PEMBUKTIAN BEBAS TERBATAS
 Asas tersebut dianut dalam Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang
menyatakan “hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang –
kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim”. Asas pembuktian dalam
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara tersebut dalam rangka usaha mencari
kebenaran materiil. Dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam
pemeriksaan tanpa bergantung pada fakta dan hal – hal yang diajukan oleh para
pihak hakim peradilan Tata Usaha Negara dapat menentukan sendiri :

Siapa yang harus


dibebani
pembuktian, hal
Alat bukti mana
apa yang harus
saja yang
Apa yang harus dibuktikan oleh Kekuatan
diutamakan
dibebani pihak yang pembuktian yang
untuk digunakan
pembuktian berperkara dan telah diajukan.
dalam
hal apa saja yang
pembuktian
harus dibuktikan
oleh hakim
sendiri
ASAS DOMINUS LITIS
 Dalam proses persidangan pada Peradilan Tata
Usaha Negara,peranan hakim bersifat aktif (nie
lijdelijkeheid van de rechter). Berbeda dengan
proses pemeriksaan hukum acara perdata dimana
hakim berperan pasif (lijdelijk).
 Timbulnya peranan hakim yang aktif dalam proses
persidangan dikarenakan hakim dibebani tugas
untuk mencari kebenaran materiil.
ASAS ERGA OMNES (PUTUSAN PENGADILAN
MENGIKAT UMUM)

 Sengketa Tata Usaha Negara berada dalam lapangan hukum


publik. Hukum publik di dalamnya terkandung kepentingan
umum, karena itu putusan dalam sengketa publik (Tata
Usaha Negara) bukan saja mengikat mereka yang
bersengketa seperti halnya putusan inter partes, melainkan
juga dapat mengikat masyarakat pada umumnya (ultra
partes).
 Mahkamah Agung Republik Indonesia mengeluakan
Keputusan Nomor KMA/032/SK/IV/2006 telah
memberlakukan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan.
Dalam buku tersebut, dikemukakan karakteristik Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :

1.    Peranan hakim aktif (dominus litis). Peranan hakim yang aktif tersebut karena hakim dibebani tugas
untuk mencari kebenaran materiil. Hal itu diatur dalam Pasal 63 ayat (2) butir a, b, Pasal 80 ayat (1),
Pasal 85, Pasal 95 ayat (1), dan Pasal 103 ayat (1) Undang – Undang Peradilan Tata Usaha Negara.
2.    Dalam sengketa Tata Usaha Negara, kedudukan penggugat dan tergugat tidak seimbang. Penggugat
sebagai orang atau badan hukum perdata diasumsikan dalam posisi yang lemah dibanding dengan
tergugat selaku pemegang kekuasaan publik. Untuk menyeimbangkannya, perlu ada kompensasi kepada
penggugat berupa kemudahan, misalnya dalam pembuktian.
3.    Asas pembuktian yang mengarah pada sistem pembuktian bebas terbatas (vrij bewijs), karena
menurut sistem ini hakim yang menentukan apa yang harus dibuktikan, terbatas pada jenis alat bukti
berupa (a) surat atau tulisan, (b) keterangan ahli, (c) keterangan saksi, (d) pengakuan para pihak, dan €
pengetahuan hakim.
4.    Gugatan tidak menunda pelaksanaan putusan Tata Usaha Negara yang digugat. Hal itu sebagai
konsekuensi berlakunya asas presumtio iuste causa (asas praduga rechtmatig).
5.    Putusan hakim tidak boleh bersifat ultra petita (melebihi tuntutan penggugat), akan
tetapi reformation in peius  dimungkinkan.  reformation in peius  ialah suatu dictum putusan yang justru
tidak menguntungkan penggugat.
Lanjutan

6.    Putusan pengadilan bersifat erga omnes. Berbeda dengan sengketa perdata,


dimana putusan hakim perdata hanya mengikat terhadap pihak – pihak yang
berperkara saja, sedangkan putusan Hakim TUN juga mengikat pihak yang terkait di
luar pihak yang bersengketa.
7.    Seseorang atau badan hukum perdata yang mengajukan gugatan harus
mempunyai kepentingan yang dirugikan akibat terbitnya keputusan Tata Usaha
Negara.
8.    Dalam proses pemeriksaan gugatan di pengadilan TUN dikenal tahapan antara
lain penelitian administratif, dismissal proses, pemeriksaan persiapan dan tahap
persidangan terbuka untuk umum.
9.    Tidak mengenal putusan verstek, hakim dapat memutus tanpa kehadiran tergugat
karena adanya hakim yang aktif tersebut.
10. Tidak mengenal gugatan rekonvensi, karena objek gugatan adalah Keputusan
TUN yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh tergugat berdasarkan wewenang yang
ada padanya.
PERBEDAAN ADMINISTRASI DENGAN
ADMINISTRATIF

 Administrasi berasal dari bahasa Latin : Ad =


intensif dan ministrare = melayani, membantu,
memenuhi. Administrasi merujuk pada kegiatan
atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di
dalam mencapai suatu tujuan.
 Administratrif adalah susunan, struktur, keusahaan

Anda mungkin juga menyukai