Anda di halaman 1dari 59

FILOSOFI

DASAR
BAHWA PENGOPERASIAN /
PENGGUNAAN KENDARAAN
BERMOTOR DI JALAN BERPOTENSI
UNTUK MEMBUNUH / MENCELAKAI
ORANG
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor : 55
Tahun 2012 tentang Kendaraan.
3. Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 19 Tahun 2021, tentang
Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor
KENDARAAN BERMOTOR WAJIB
UJI BERKALA, MELIPUTI :
1.MOBIL PENUMPANG UMUM
2.MOBIL BUS
3.MOBIL BARANG
4.KERETA GANDENGAN
5.KERETA TEMPELAN
PERSYARATAN TEKNIS

 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “susunan” terdiri atas:

 rangka landasan; sistem lampu dan alat pemantul komponen


 motor penggerak; cahaya, terdiri atas: pendukung, yang
lampu utama dekat, warna putih, terdiri atas:
 sistem pembuangan;
atau kuning muda;
 sistem penerus daya; •pengukur
lampu utama jauh, warna putih, atau
 sistem roda-roda; kuning muda;
kecepatan
lampu penunjuk arah, warna kuning
(speedometer);
 sistem suspensi;
tua dengan sinar kelap-kelip; •kaca spion;
 sistem alat kemudi;
lampu rem, warna merah; •penghapus kaca
 sistem rem;
lampu posisi depan, warna putih kecuali sepeda
atau kuning muda; motor;
lampu posisi belakang, warna •klakson;
merah; dan
•spakbor; dan
lampu mundur, warna putih atau
kuning muda •bumper kecuali
sepeda motor
Komponen Kendaraan Bermotor
Sistem Alat
Motor Penggerak Rangka Landasan
Kemudi

Lampu Utama Jauh Lampu Rem

Lampu Utama
Dekat

Lampu Penunjuk
Arah Lampu Mundur

Sistem Penerus Sistem


Sistem Roda-roda Sistem Rem Sistem Suspensi
Daya Pembuangan
PERSYARATAN TEKNIS
 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “perlengkapan” terdiri
atas:

 sabuk keselamatan;
 ban cadangan;
 segitiga pengaman;
 dongkrak;
 pembuka roda;
 helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi
Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih,
yang tidak memiliki rumah-rumah;
 peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan
 APC, RUP
 Ganjal Ban (Bus & Brg)
 Alat Pemadam Api Ringan & Pemecah Kaca (BUS)
PERSYARATAN TEKNIS

 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “ukuran” adalah
dimensi utama Kendaraan Bermotor, antara
lain panjang, lebar, tinggi, julur depan (front
over hang), julur belakang (rear over hang),
dan sudut pergi (departure angle).
FOH Js ROH
WB

FOH Js I Js II ROH

WB
l

T t

t
50 Lb
50
L
Satuan : mm
NSI UTAMA KENDARAAN BERMOTOR
 Lebar max.2.500 mm
 Tinggi max. 4.200 mm atau tidak melebihi 1,7 x lebar
kendaraan (pengangkut peti kemas),
 Panjang max.Kendaraan bermotor tunggal 12.000 mm.
 Panjang max.Kendaraan bermotor dengan kereta
gandengan atau kereta tempelan 18.000 mm.
 Rear over hang (ROH) 62,5% x jarak sumbu.
 Front over hang (FOH) 47,5% x jarak sumbu
 Sudut pergi bagian belakang bawah kendaraan min. 8°
dari permukaan jalan.
PERSYARATAN TEKNIS
 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;

 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “karoseri” adalah
badan kendaraan, antara lain kaca-kaca,
pintu, engsel, tempat duduk, tempat
pemasangan tanda nomor Kendaraan
Bermotor, tempat keluar darurat (khusus
mobil bus), tangga (khusus mobil bus), dan
perisai kolong (khusus mobil barang).
PERSYARATAN KAROSERI :

dirancang kuat untuk menahan semua


jenis beban sewaktu Kendaraan Bermotor
dioperasikan;
diikat kukuh pada rangka landasan; dan
pada bagian dalam Kendaraan Bermotor
tidak terdapat bagian yang runcing yang
dapat membahayakan keselamatan.
PP. 55/12 Pasal 58 ayat 2
PP. 55/12 Pasal 58 ayat 3,4 & 5

Kaca
 Kaca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas
kaca depan, kaca belakang, dan jendela Kendaraan Bermotor
dan Kereta Gandengan.
 Kaca sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi
persyaratan:
a. tahan goresan;
b. bening dan tidak mudah pudar;
c. tidak membahayakan apabila kaca pecah; dan
d. tidak mengganggu penglihatan pengemudi.
 Kaca sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai tingkat
kegelapan tertentu.
Kaca (lanjutan)
Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.439/U/Phb-76
Tahun 1976 Tentang Penggunaan Kaca Pada Kendaraan Bermotor
1.Kendaraan – kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan kaca
samping, kaca – kaca tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak
mudah pecah, tembus pandangan dari dua arah (sangat bening) dan
tidak boleh mengubah secara mengganggu bentuk – bentuk orang
atau benda – benda yang terlihat melalui kaca tersebut.
2.Boleh dipergunakan kaca berwarna atau kaca yang berlapis bahan
berwarna (film coating), asal tembus cahaya dengan prosentase
penembusan cahaya tidak kurang dari 70%.
3.Kaca depan dan atau kaca belakang boleh dipergunakan kaca
berwarna atau kaca berlapis berwatna (film coating) dengan
prosentase penembusan cahaya tidak kurang dari 40% sepanjang sisi
atas (bagian kaca) yang lebarnya tidak lebih dari sepertiga tinggi kaca
yang bersangkutan.
Gambar Kaca
PP. 55/93 Pasal 58 ayat 9

Tempat duduk
Persyaratan tempat duduk pengemudi :
 ditempatkan pada bagian dalam badan Kendaraan yang
memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan
Kendaraannya;
 mempunyai lebar paling sedikit 400 (empat ratus)
milimeter dan simetris dengan pusat roda kemudi;
 memungkinkan pengemudi mempunyai pandangan yang
bebas ke depan dan ke samping; dan
 tidak ada gangguan cahaya dari dalam Kendaraan.
Tempat duduk (lanjutan)
Ukuran lebar tempat duduk penumpang sekurang-
kurangnya 400 milimeter, kecuali tempat duduk
jenis pelana pada sepeda motor dan tempat duduk
penumpang pada bus sekolah.
Tempat duduk penumpang pada bus sekolah
memiliki ukuran lebar sekurang-kurangnya 270
milimeter, serta tinggi dari lantai badan kendaraan
tidak lebih dari 250 milimeter.
Tempat duduk pengemudi pada kendaraan umum
harus terpisah dari tempat duduk penumpang.
PP. 44/93 Pasal 83
Gambar Tempat duduk
PERSYARATAN TEKNIS
 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai
dengan peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “rancangan teknis
kendaraan sesuai dengan peruntukannya” adalah
rancangan yang sesuai dengan fungsi:
 kendaraan bermotor untuk mengangkut orang; atau
 kendaraan bermotor untuk mengangkut barang.
PERSYARATAN TEKNIS
 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan “pemuatan”
adalah tata cara untuk memuat orang
dan/atau barang.
PERSYARATAN TEKNIS
 susunan;
 perlengkapan;
 ukuran;
 karoseri;
 rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
 pemuatan;
 penggunaan;
 penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
 penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 48 ayat 2
Yang dimaksud dengan
“penggunaan” adalah cara
menggunakan Kendaraan Bermotor
sesuai dengan peruntukannya.
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT KENDARAAN
DASAR HUKUM : KM No. 63 Th. 1993 psl 4 yo. PERATURAN MENTERI
LINGKUNGAN HIDUP
NO. 05 TAHUN 2006
TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN
BERMOTOR LAMA

AMBANG BATAS :

Kendaraan berbahan bakar Premium/bensin : ( ALAT UJI GAS


ANALYZER )
CO. Max 4,5 % DAN HC Max 1200 ppm. UNTUK KENDARAAN <
TH 2007
CO. Max 1,5 % DAN HC Max 200 ppm. UNTUK KENDARAAN ≥
TH 2007

Kendaraan berbahan bakar Solar : ( ALAT UJI SMOKE TESTER )


Opacity/ kepekatan asap : MAX 70 % untuk kendaraan < TH 2010
MAX 40 % untuk kendaraan ≥ TH 2010
dan JBB <3500
50 % untuk kendaraan ≥ TH 2010 dan
JBB >3500
 
 
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
KLAKSON
DASAR HUKUM : KM. No. 63 TH 1993 PASAL 8
(ALAT UJI : SOUND LEVEL METER /NOISE
TESTER )

AMBANG BATAS :
Serendah rendahnya 90 dB (A) dan
setinggi tingginya 118 dB ( A) diukur
pada jarak serendah – rendahnya 2 m.
Di depan kendaraan.
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
UJI EFFISIENSI REM UTAMA DAN REM PARKIR :

DASAR HUKUM : KM. No. 63 TH 1993 PASAL 5 :


( ALAT UJI : BRAKE TESTER )

AMBANG BATAS :
REM UTAMA MINIMAL : 50 %
REM PARKIR / REM TANGAN : UNTUK MOBIL PENUMPANG MINIMAL
16 %
: UNTUK MOBIL BARANG DAN BUS MINIMAL 12
%
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
UJI KINCUP RODA DEPAN
DASAR HUKUM : PP.55 TH 2012 PASAL 68
(ALAT UJI : SIDE SLIP TESTER )

AMBANG BATAS :
-5 m/Km. sampai dengan + 5m/Km. Di
ukur pada kondisi tanpa beban dengan
kecepatan tidak melebihi 5 km. per jam
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
KEMAMPUAN PANCAR
LAMPU UTAMA
DASAR HUKUM : PP No.55TH 2012 PASAL 70
(ALAT UJI : HEAD LIGHT TESTER )

AMBANG BATAS :
Serendah rendahnya 12000 cd. dengan deviasi
penyinaran ke kanan 0 ͦ,34 ‘ DAN KEKIRI 1 ͦ,09

PENYIMPANGAN ARAH LAMPU
UTAMA
PENYIMPANGAN ARAH LAMPU
UTAMA
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
RADIUS PUTAR
RADIUS PUTAR KENDARAAN BERMOTOR
MAKSIMAL 12 METER

PP. 55/12 Pasal 71


RADIUS PUTAR
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
PENUNJUK KECEPATAN
DASAR HUKUM : KM. No. 63 TH 1993 PASAL 11
(ALAT UJI : SPEEDO METER TESTER )

AMBANG BATAS :

Sebesar – 10% sampai dengan


+ 15 % diukur pada kecepatan
40 km/jam.
LAIK JALAN
KINERJA MINIMAL KENDARAAN
BERMOTOR, YANG MELIPUTI :
 EMISI GAS BUANG
 KEBISINGAN SUARA
 EFISIENSI REM UTAMA
 EFISIENSI REM PARKIR
 KINCUP RODA DEPAN
 SUARA KLAKSON
 DAYA PANCAR DAN ARAH SINAR LAMPU
 RADIUS PUTAR
 AKURASI ALAT PENUNJUK KECEPATAN
 KESESUAIAN KINERJA RODA DAN KONDISI BAN
 KESESUAIAN DAYA MESIN PENGGERAK TERHADAP BERAT
KENDARAAN
KEDALAMAN ALUR KEMBANG BAN :
PP. 55/12 Pasal 73

MINIMAL SEDALAM 1 mm DIUKUR PADA


BAGIAN TENGAH BAN
Cara Membaca Kode Ban KODE BAN
Contoh : Kode Ban Imperial
4.60-H-18 4PR
4.60 menyatakan kode lebar ban "dalam satuan inchi"
H menunjukkan ambang batas kecepatan pemakaian
18 menunjukkan kode untuk diameter velg/rim "dalam satuan ( " ) inchi"
4PR menunjukkan kode untuk kekuatan ban yang berdasarkan pada
kekuatan serat kain ban atau ply rating, 4PR juga berarti penggunaan
lapisan kain yang terbuat dari bahan nilon di dalam sebuah
carcassberindikasi kekuatannya setara dengan 4 lapisan kain ban.Untuk
Kode Ban Imperial, Aspect Ratio atau perbandingan tinggi ban terhadap
lebar ban didasarkan pada nilai 100 % (tinggi ban sama dengan lebar ban).
KODE BAN
Contoh : Kode Ban Metric
120/70-17 67H
120 menunjukkan kode untuk lebar ban "dalam satuan milimeter"
70 menunjukkan kode perbandingan tinggi ban terhadap lebar
ban. 70 berarti juga perbandingan tinggi ban 90% dari lebarnya
sesungguhnya. Apabila lebar ban 120 mm, maka tinggi ban
tersebut adalah 70 % x 120 mm atau = 85.2 mm. Aspect ratio
kecil pada sebuah ban akan meningkatkan kemampuan stabilitas
serta handling kendaraan.
17 menunjukkan kode Diameter Velg/rim dalam satuan ( " ) inchi.
67 menunjukkan kode untuk beban maximum yang
diperbolehkan dari ( load index / LI ). LI 67 berarti : beban
maksimum yang dapat ditanggung oleh sebuah ban sebesar 307
kg.
H menunjukkan batas kecepatan pemakaian (sama seperti pada
contoh diatas)Catatan:
KODE
BAN
TAHUN PEMBUATAN BAN
ROTASI
BAN
BAGI KENDARAAN BARU DAN MODIFIKASI :

WAJIB DILENGKAPI
DENGAN
SERTIFIKAT
REGISTRASI UJI
TIPE (SRUT) ( PP
NO.55/2012 Psl.134)
utk tanggal penerbitan
sebelum 01 Juli 2023
BAGI KENDARAAN BARU DAN MODIFIKASI :
Sesudah tgl 01 Juli 2023
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai