Anda di halaman 1dari 15

RESUME BAB 2 KESELAMATAN ANGKUTAN BARANG

Nama : MAULI MADUMA


Notar : 2102018
Kelas : MLOG 2A

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT BALI

MANAJEMEN LOGISTIK

2023
BAB 2
STANDAR KESELAMATAN ANGKUTAN BARANG UMUM

2.1. STANDAR KESELAMATAN ANGKUTAN BARANG

Standar Nasional Indonesia (SNI) pada standar keselamatan angkutan barang merupakan
standar baru dan dibuat dengan tujuan sebagai acuan dalam pemeriksaan kendaraan yang terkait
dengan keselamatan (SNI, n/d). SNI 7400: 2008, Cara Pengujian Klakson Untuk Kendaraan
Bermotor.
a) SNI 7520:2009, Penghapus Kaca (Wiper) Untuk Kendaraan Bermotor Kategori M, N dan
O.
b) SNI 2770.1.2009, Kaca Spion Untuk Kendaraan Bermotor Kategori M Dan N.
c) SNI 2770.2.2009, Kaca Spion Untuk Kendaraan Bermotor Kategori L.
d) SNI 15-0048-2005, Kaca Pengaman Diperkeras Untuk Kendaraan Bermotor.
e) SNI 15-1326-2005, Kaca Pengaman Berlapis (Laminated Glass) Untuk Kendaraan
Bermotor.
f) SNI No 7403: 2008, Pengujian Tingkat Ketelitian Speedometer.
g) SNI 7404:2008, Segitiga Peringatan.
h) SNI 09 -2664- 1992, Kunci Roda Untuk Kendaraan Bermotor.
i) SNI 1811:2007, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua.
j) SNI 06-0098-1987, Ban Mobil Barang.
k) SNI 7522:2009, Perlengkapan Perisai Kolong Bagian Belakang Untuk Kendaraan
Bermotor Kategori N2, N3, O3 dan O4.
Selanjutnya, barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan berbahaya, barang khusus,
peti kemas dan alat berat yang terdiri dari: Muatan umum, Muatan logam, Muatan kayu, Muatan
yang dimasukkan ke palet, Pengangkutan kendaraan dengan cara bertingkat, Kendaraan dengan
tutup gorden samping dan Kaca lembaran.

2.2. KOMPONEN KESELAMATAN


2.2.1 PERALATAN
a. Penghapus Kaca Depan
b. Persyaratan mutu penghapus kaca depan:
a) Konstruksi, bentuk dan dimensi penghapus kaca harus sesuai dengan
ketentuan
b) Tampak luar penghapus kaca harus sesuai dengan ketentuan
c) Pergerakan lengan dan penghapus harus halus/lancar dan bebas dari getaran
yang luar biasa dan tidak menimbulkan bunyi yang tidak normal.
d) Pada lengan dan dudukan karet penghapus yang diberi pelapisan dan
pengecatan
e) Lengan dan dudukan karet penghapus yang terbuat dari baja tahan karat
harus bebas korosi.
2.2.2 Klakson
a. Persyaratan klakson: Klakson harus mengeluarkan bunyi dan dapat digunakan tanpa
mengganggu konsentrasi pengemudi, suara klakson paling rendah 83 desibel atau dB
(A) dan paling tinggi 118 desibel atau dB (A).
b. Ambang batas suara klakson diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan.
2.2.3. Kaca Spion
a. Setiap kendaraan bermotor menggunakan beberapa kaca spion sekaligus untuk
memperluas pandangan dan mengurangi titik buta pengemudi. Pada mobil barang
Ni, N2, N3, O1, O2, O3 dan O4, spion dipasang pada:Tengah di atas dashboard dan
pada pintu ataupun fender kiri dan kanan
b. Persyaratan kaca spion: Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih, dibuat dari kaca atau
bahan lain yang dipasang pada posisi yang dapat memberikan pandangan ke arah
samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang
terlihat.
c. Persyaratan pemasangan: Harus terpasang kokoh pada kendaraan bermotor, Dapat
diatur secara vertikal dan horizontal sesuai keinginan pengemudi, Bebas dari tepian
yang tajam pandangan ruangan, dan kendaraan bermotor.
d. Nilai cembung radius bidang pantul (r) kaca spion dalam dan kaca spion luar tidak
boleh
e. kurang dari 1200 mm.
f. Persyaratan dimensi: panjang (“a”) > 70 mm dan lebar (“b”) =70 mm.
2.2.4. Pandangan ke Depan

Gambar 5. Spesifikasi Area Pandangan ke Depan Pengemudi

2.2.5. Kaca Penahan Sinar

a. Kaca Penahan Sinar terdiri atas kaca depan, kaca belakang, dan jendela Kendaraan
Bermotor dan Kereta Gandengan.
b. Persyaratan kaca penahan sinar: tahan goresan, bening dan tidak mudah pudar, tidak
membahayakan apabila kaca pecah, tidak mengganggu penglihatan pengemudi,
mempunyai tingkat kegelapan tertentu.
c. Jenis kaca: Kaca pecah seribu (temperred glass /temperlite) jenis ini digunakan
untuk kaca samping dan belakang mobil. Lamisave (Laminated glass) jenis
laminated glass digunakan untuk kaca bagian depan kendaraan bermotor agar jika
terjadi benturan keras pecahan kaca tidak berhamburan.
2.2.6. Alat-alat Pengendalian

a. Alat-alat pengendalian adalah alat-alat yang berfungsi untuk membantu pengemudi


mengoperasikan instrumen kendaraan melalui tempat duduk pengemudi (ruang
pengemudi). Alat alat tersebut terdiri dari:
1. Lingkar kemudi, tuas pemindahan gigi tramsmisi kecepatan. Tombol/knob
lampu lampu, beam, lampu arah, lampu kecil, lampu posisi depan dan belakang,
tuas rem parkir, tombol tombol tambahan seperti tombol penghapus kaca dan
air pembasuh kaca dan pintu otomatis. perlengkapan tambahan, misalnya GPS
(Global Position System), audio, layar dari kamera untuk mundur, pedal rem,
pedal kopling dan pedal akselerasi.
b. Bentuk alat-alat pengendalian harus ergonomik, bulat dan tidak tajam pada bagian
tepinya serta harus mudah dijangkau sehingga mudah dioperasikan oleh pengemudi.
2.2.7 Lampu Indikasi
Lampu indikasi berfungsi membantu pengemudi untuk mengetahui operasi
lampu-lampu penerangan dan kondisi kendaraan melalui dash board. Posisi lampu
lampu indikator harus mudah dilihat oleh pengemudi, diberi warna tertentu dan
dilengkapi dengan simbol simbol tertentu.
2.2.8 Speedometer
Speedometer adalah alat pengukur kecepatan pada kendaraan bermotor yang
terletak pada panel alat alat pengendalian di ruang kemudi sehingga mudah dibaca
baik pada kondisi siang maupun malam hari. Pengukur kecepatan sebagaimana
dimaksud adalah berupa alat penunjuk kecepatan mekanik dan/atau alat penunjuk
kecepatan elektronik. Akurasi alat penunjuk kecepatan diukur menggunakan alat
pengukur kecepatan pada kecepatan tertentu yang memberikan hasil pengukuran
yang sama antara alat uji dengan alat penunjuk kecepatan. Dalam hal hasil
pengukuran tidak sama dengan alat penunjuk kecepatan dapat diberikan batas
toleransi. Keakurasian speedometer diukur pada kecepatan 40 Km/jam dengan nilai
penyimpangan -10% hingga +15% atau 36 Km/jam hingga 46 Km/jam pada
penunjuk pengukuran.
2.2.9 Perlengkapan
Perlengkapan kendaraan meliputi ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak,
pembuka roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan
bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah serta peralatan
pertolongan pertama pada kecelakaan.

2.3 SISTEM PENERANGAN

2.3.1. Lampu Utama

Lampu utama terdiri atas lampu jauh dan lampu dekat.

1. Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar dimana sebuah filamen wolfram disegel di
dalam sampul transparan kompak yang diisi dengan gas lembam dan sedikit unsur halogen
seperti iodin atau bromin.

2. Lampu HID (High Intensity Discharge) atau lampu berdaya besar. HID (High Intensity
Discharge) atau yang lebih dikenal dengan nama lampu Xenon mampu menghasilkan
cahaya dengan tingkat intensitas yang tinggi.

3. Lampu LED (Light Emitting Diode), jenis lampu ini bukannya lampu jenis filamen yang
terbakar untuk menghasilkan sinar, tetapi sinar dihasilkan dari loncatan- loncatan elektron
dari satu sisi ke sisi lainnya, karena tidak ada proses pembakaran filamen maka lampu ini
tidak menghasilkan panas sehingga tahan lama dan hemat energi.
2.3.2. Arah Lampu

Persyaratan intensitas cahaya dan arah sinar lampu utama:

a. Intensitas yang dihasilkan oleh lampu untuk kendaraan bermotor adalah minimal 12000
candela

b. Arah sinar lampu utama tidak lebih dari 0O34’ (nol derajat tiga puluh empat menit) ke
kanan dan 1O 09’ (satu derajat nol sembilan menit) ke kiri dengan pemasangan lampu
dalam posisi yang tidak melebihi 1,3% (persen) dari lampu pada saat tanpa muatan dan
pada saat bermuatan selisih antara ketinggian arah sinar.

2.3.3. Lampu Posisi

a. Lampu posisi terdiri dari lampu posisi depan dan lampu posisi belakang.

b. Persyaratan lampu posisi depan: Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda,
berjumlah dua buah, dipasang di bagian depan, dapat bersatu dengan lampu utama dekat,
dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian depan kendaraan bermotor dengan ketinggian
tidak melebihi 1.500 milimeter dan tidak menyilaukan pengguna jalan lain dan tepi terluar
permukaan penyinaran lampu posisi depan, tidak melebihi 400 milimeter dari sisi bagian
terluar Kendaraan.

c. Persyaratan lampu posisi belakang: Lampu posisi belakang berwarna merah, berjumlah
genap, dipasang pada ketinggian tidak melebihi 2.100 milimeter di samping kiri dan kanan
bagian belakang kendaraan dan harus dapat dilihat pada malam serta tidak menyilaukan
pengguna jalan lain dan tepi terluar permukaan penyinaran lampu posisi belakang tidak
melebihi 400 milimeter dari sisi bagian terluar Kendaraan.

2.3.4. Lampu Rem

Persyaratan lampu rem adalah sebagai berikut: Berwarna merah, berjumlah paling
sedikit dua buah, mempunyai kekuatan cahaya lebih besar dari lampu posisi belakang tetapi
tidak menyilaukan bagi pengguna jalan lain dan dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian
belakang Kendaraan Bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 milimeter.

2.3.5. Lampu Mundur

Persyaratan lampu mundur adalah sebagai berikut: Berwarna putih atau kuning muda,
berjumlah paling banyak 2 buah, dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian belakang
kendaraan bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.200 milimeter, tidak menyilaukan
pengguna jalan lain, hanya menyala apabila penerus daya digunakan untuk posisi mundur
dan dilengkapi tanda bunyi mundur untuk kendaraan dengan JBB lebih dari 3.500
kilogram.
2.3.6. Lampu Arah / Peringatan

Persyaratan lampu arah adalah sebagai berikut: Berwarna kuning tua dengan sinar
kelap-kelip, berjumlah genap, dapat dilihat pada waktu siang dan malam hari oleh
pengguna jalan lain, dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian depan kendaraan bermotor
dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 milimeter dan dipasang pada sisi kiri dan kanan
bagian belakang kendaraan bermotor dengan ketinggian tidak melebihi 1.500 milimeter.

2.3.7 Reflektor Merah

Reflektor Merah sering juga disebut mata kucing adalah alat pemantul cahaya yang
berfungsi sebagai tanda/pemantul terhadap keberadaan sebuah kendaraan yang sedang
parkir. Persyaratan reflektor merah : Ditempatkan pada sisi kiri dan kanan bagian belakang
Kendaraan Bermotor dipasang secara berpasangan, dapat dilihat oleh pengemudi,
kendaraan lain yang berada di belakang Kendaraan pada malam hari dari jarak paling
sedikit 100 meter apabila pemantul cahaya tersebut disinari lampu utama Kendaraan di
belakangnya, dipasang di bagian belakang Kendaraan Bermotor pada ketinggian tidak
melebihi 1.500 millimeter, tepi bagian terluar pemantul cahaya tidak melebihi 400
milimeter dari sisi terluar Kendaraan.

2.4 SISTEM ALAT KEMUDI

Sistem alat kemudi pada sebuah kendaraan terdiri dari roda kemudi dan batang kemudi.
Persyaratan sistem alat kemudi: Dapat digerakkan, roda kemudi atau stang kemudi
dirancang dan dipasang yang tidak membahayakan pengemudi, sistem alat kemudi dapat
dilengkapi dengan tenaga bantu untuk membantu pengemudi dalam mengendalikan
kendaraan, pengujian kinerja sistem kemudi adalah melalui pemeriksaan sudut bebas
kemudi (speling) dan side slip, sudut Bebas kemudi (Speeling) Batasan maksimum sudut
bebas kemudi adalah 1/5 diameter roda kemudi. Batasan maksimum sudut bebas kemudi
yang diijinkan menurut ukuran diameter kemudi disajikan pada tabel berikut.

Diameter Sudut bebas kemudi maksimum (mm)

300 60

350 70

400 80

450 90

500 100

550 110

600 120
a. Kincup Roda Depan

Kincup roda depan (side slip) adalah bergesernya lintasan roda kendaraan bermotor dari
jalur idealnya saat kendaraan berjalan. Kincup roda depan memiliki batas toleransi lebih
kurang 5 milimeter per meter (mm/m). Kincup roda depan ini diukur pada kondisi tanpa
beban, dengan kecepatan tidak melebihi 5 kilometer per jam.

2.5. AS DAN SUSPENSI

2.5.1. Sumbu

Pemeriksaan sumbu dilakukan secara visual meliputi dudukan sumbu dengan pegas,
keausan pada bantalan roda sumbu dan kelurusan sumbu.

2.5.2. Pegas-Pegas

Pegas dalam kendaraan bermotor terdiri dari beberapa jenis yaitu: Pegas daun (leaf spring),
Pegas ulir (coil spring), Pegas batang torsi, Pegas udara (air spring, air suspension)

2.5.3. Bantalan-Bantalan Roda

Bantalan roda disebut juga bearing roda dipasaran disebut juga “laher”. Bantalan roda
yang sudah aus akan berpengaruh pada keakurasian putaran roda. Roda berputar tidak
seimbang dan bergoyang sehingga nilai side slip akan menjadi besar. Pemeriksaan bantalan
roda dilakukan secara visual dengan menggerakkan roda saat posisi berhenti. Jika terjadi
gerakan relatif pada roda terhadap kendaraan maka bantalan tersebut dikatakan sudah aus/
rusak.

2.6. BAN DAN PELEK

Jenis Ban: Ban Radial. Ban jenis ini mempunyai anyaman benang (carcass) yang melintang
90 derajat dari garis tengah ban dan sabuk dengan bentuk demikian membatasi pergerakan
tapak ban. Ban bias. Ban jenis ini mempunyai anyaman benang secara diagonal dari garis
tengah ban. Ban vulkanisir, yaitu ban luar yang telapaknya telah habis terpakai tetapi
anyaman benang karkasnya masih bagus kemudian dipabrikasi kembali dengan
memperbarui telapak bannya. Ban vulkanisir dapat digunakan maksimum 2 (dua) kali
proses vulkanisir dan ban vulkanisir tidak diperbolehkan digunakan untuk roda depan.

2.6.1. Ukuran dan Jenis Ban

Ukuran ban dan pelek haruslah sesuai. Cara mengetahui kesesuaian adalah dengan
memperhatikan informasi penting yang tercetak pada dinding-samping sebuah ban, yaitu
Tercetak nama ban, ukuran. tipe tubeless atau tube, tingkatan / level ban, batas kecepatan,
batas muatan. batas tekanan angin dan lain sebagainya.
2.6.2. Keadaan Ban

Pemeriksaan keadaan ban perlu dilakukan terhadap:

a. Tekanan angin. Pelek dan ban bertekanan harus memiliki disesuaikan dengan JBB atau
JBKB.

b. Kondisi permukaan ban.

2.6.3. Kedalaman Alur Ban

Kedalaman alur ban adalah kedalaman alur di setiap telapak ban. Kedalaman alur ban yang
diijinkan adalah tidak boleh kurang dari 1 (satu) millimeter

2.6.4. Ukuran Dan Jenis Pelek

Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran peleknya, baik ukuran diameter maupun lebar
dan offsetnya. Ukuran dan jenis pelek harus mengikuti spefisikasi kendaraan yang
ditetapkan oleh masing- masing pabrikan.

2.6.5. Keadaan Pelek

a. Keadaan pelek pada kendaraan bermotor dapat diperiksa secara visual maupun dengan
alat.

b. Persyaratan kondisi secara visual adalah keadaan pelek terbebas dari karat, tidak ada
lekukan lekukan akibat benturan dengan benda lain dan tidak ada keretakan.

c. Pemeriksaan dengan alat adalah untuk mengetahui keseimbangan saat berputar, dimana
tidak ada penyimpangan putaran secara radial, axial dan lateral2.7. RANGKA DAN BODI

2.7.1. Rangka Penopang

a. Rangka penopang pada kendaraan bermotor yang biasa disebut chasis kendaraan harus
bersifat kuat dan kaku sebagai tumpuan dasar dari sebuah kendaraan bermotor khususnya
kendaraan besar seperti bus dan truk.

b. Pada sistem monochoque fungsi dari rangka penopang menjadi satu kesatuan dengan
bodi kendaraan, dengan bentuk sedemikian rupa, sehingga segi kenyamanannyapun
tercapai.

c. Pemeriksaan chasis kendaraan dilakukan secara visual, melihat adanya karat yang
berlebihan, korosi pada chasis yang berakibat mengurangi kekuatan.

2.7.2. Bumper

a. Bumper berfungsi untuk menahan jika terjadi benturan sebagai pengaman pertama
terhadap bodi dan penumpangnya, bumper terdiri dari bumper depan dan bumper belakang.
Bumper terletak atau menjadi satu kesatuan dengan rangka bodi atau chasis sedangkan pada
mobil yang dilengkapi dengan bodi monochoque bumper terikat pada bagian penguat depan
yang melintang atau disebut juga bulkhead. Bumper depan berfungsi sebagai keamanan
kendaraan bermotor penahan utama jika terjadi benturan pada bagian depan. Bumper
belakang berfungsi sebagai keamanan kendaraan bermotor penahan utama jika terjadi
benturan dari belakang. Untuk dapat menahan beban maksimum biasanya bumper terikat
pada chasis. Bumper harus dipasang di depan untuk Mobil Barang. Bumper depan tidak
menonjol ke depan lebih dari 500 milimeter melewati bagian badan Kendaraan yang paling
depan. Mobil barang, Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang tinggi ujung
landasannya dan atau bagian belakang dan/atau bagian samping badannya berjarak lebih
dari 700 milimeter yang diukur dari permukaan jalan, dan/atau sumbu paling belakang
berjarak lebih dari 1.000 milimeter diukur dari sisi terluar bagian belakang wajib dilengkapi
dengan perisai kolong.

b. Fungsi dari perisai kolong tersebut adalah menahan benturan dari samping atau belakang
serta menjadikan pagar agar jika terjadi kecelakaan tidak langsung masuk ke dalam kolong
kendaraan.

2.8. EFISIENSI REM Sistem rem meliputi:

a. Rem utama

b. Rem parkir Selain harus dilengkapi dengan rem utama dan rem parkir untuk kendaraan
bermotor dengan JBB lebih dari 7.000 kilogram harus dilengkapi dengan rem pelambat,
dalam hal ini misalnya rem gas buang (exhaust break) atau transmisi. Efisiensi rem
berfungsi untuk mengetahui seberapa besar tenaga pengereman bekerja pada roda-roda
(rem utama dan rem parkir).

2.8.1. Rem Utama

a. Sistem rem utama terdiri dari pedal rem, booster rem, master silinder, pipa oli rem dan
cakram atau tromol. Sistem rem pada mobil barang terdiri atas:

1. Rem hidrolik adalah jenis rem dimana tenaga pengereman menggunakan hidrolik
sebagai media penerus dan penguat gaya pengereman,

2. Rem air over hydrolic adalah jenis rem hidrolik dimana sistem hidroliknya dibantu oleh
sistem udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor yang digerakkan oleh mesin
kendaraan tersebut sebagai penerus dan penguat sistem pengereman

3. Full air braking adalah jenis rem yang menggunakan alat bantu udara bertekanan yang
dihasilkan oleh kompresor yang digerakkan oleh mesin kendaraan tersebut sebagai penerus
dan penguat pengereman.

b. Pemeriksaan rem:

1. Rem jenis hidrolik: dilakukan dengan uji rem, sebelum uji rem dilakukan pula
pemeriksaan kebocoran oli rem pada bagian master rem, pipa rem, booster dan cylinder
wheel. Pemeriksaan selanjutnya adalah keadaan/ ketebalan sepatu rem dan tromol maupun
cakramnya.
2. Rem jenis air over hydrolic: dilakukan dengan uji rem, sebelum uji rem dilakukan pula
pemeriksaan kebocoran oli rem pada bagian master rem, pipa rem, booster dan cylinder
wheel. Demikian pula pemeriksaan kebocoran udara bertekanan mulai tabung penyimpan,
pipa tekanan tinggi, katup katup dan kompresor sebagai penghasil udara bertekanan.
Pemeriksaan selanjutnya adalah keadaan / ketebalan sepatu rem dan tromol atau
cakramnya.

3. Rem jenis Full air braking: dilakukan dengan uji rem, sebelum uji rem dilakukan pula
pemeriksaan kebocoran udara bertekanan pada bagian katup rem, pipa udara, cylinder
wheel. Demikian pula pemeriksaan keadaan kompresor sebagai penghasil udara bertekanan
dan keadaan / ketebalan sepatu rem dan tromol.

c. Efisiensi rem utama untuk mobil barang serendah-rendahnya 60%pada gaya kendali rem
sebesar ≤ 500 Newton (50 kg) dengan langkah gerakan pedal rem maksimum 100 milimeter
dan pengereman sebanyak 12 kali.

2.8.2. Perbedaan Depan

Roda depan pada saat pengereman haruslah selaras gaya pengeremannya antara roda
kiri dan roda kanan, apabila saat pengereman terjadi ketidak seimbangan antara roda kiri
dan kanan maka kendaraan tersebut akan cenderung berbelok kearah sisi roda yang lebih
pakem remnya keadaan ini sangat membahayakan.

2.8.3. Perbedaan Belakang

Akibat perbedaan pengereman untuk roda belakang tidaklah seperti halnya roda depan,
saat terjadinya pengereman dan perbedaan roda kiri dan kanan yang tidak selaras akan
mengakibatkan terlemparnya bagian belakang kendaraan kearah berlawanan dengan roda
yang lebih pakem sehingga membahayakan karena bagian belakang kendaraan akan keluar
dari jalur normalnya

2.8.4. Rem Parkir

a. Pemeriksaan sederhana rem parkir dilakukan dengan cara meletakkan kendaraan pada
bidang miring kemudian rem parkir ditarik kendaraan harus berhenti atau tidak meluncur
kebawah.

b. Pemeriksaan peralatan rem parkir dilakukan secara visual pada bagian tuas rem parkir,
kabel penghubung antara tuas dan sepatu rem. Pada tuas rem parkir dilengkapi dengan
pengunci rem parkir yang ditandai dengan suara beberapa “klik” saat rem ditarik, menurut
buku manual kendaraan bermotor maksimun saat rem ditarik adalah 7 kali “klik”.

c. Ketentuan efisiensi sistem rem parkir untuk mobil barang :

1. Sistem rem parkir kendaraan dengan kendali rem tangan mobil barang, efisiensinya
ditentukan serendah-rendahnya sebesar 16 % pada kendali rem tangan sebesar ≤ 400
Newton (40 Kg);
2. Sistem rem parkir kendaraan dengan kendali rem kaki untuk mobil barang, serendah-
rendahnya sebesar 15 % pada gaya kendali rem kaki sebesar ≤ 600 Newton (60 Kg);

3. Efisiensi rem parkir, diukur pada kondisi mendapat beban sesuai dengan jumlah berat
yang diperbolehkan (JBB).

2.9. MESIN / TRANSMISI

2.9.1. Kadar Asap

Kadar asap pada kendaraan bermotor diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Dapat dilihat,

b. Tidak dapat dilihat yaitu NOx (Nitrogen Oksida), CO (karbon monoksida) dan HC
(Hidro karbon)

c. Kadar asap diakibatkan karena pembakaran yang tidak sempurna. Kadar asap pada mobil
barang harus dijaga agar tidak mengeluarkan asap hitam. Nilai kadar asap / opasitas untuk
kendaraan berpenggerak motor bakar penyalaan kompresi (diesel) adalah sebagai berikut:

a. Kendaraan tahun pembuatan < 2010 = 70%

b. Kendaraan tahun pembuatan > 2010 = 40%

2.9.2. Emisi CO/HC

Emisi gas buang diukur berdasarkan kandungan polutan yang dikeluarkan Kendaraan
Bermotor. Kandungan polutan tidak boleh melebihi ambang batas.

2.10. SISTEM BAHAN BAKAR

Standar sistem bahan bakar pada mobil barang adalah tidak ada kebocoran baik pada tangki,
pipa, pompa dan karburator atau injektor.

a. Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin, kerosin, alkohol, atau bahan
bakar cair yang mudah terbakar harus memiliki tangki bahan bakar, corong pengisi dan lubang
udara bahan bakar, pipa – pipa yang berfungsi menyalurkan bahan bakar.

b. Tangki bahan bakar. Tangki bahan bakar harus memiliki konstruksi cukup kuat dan tahan
terhadap korosi.

c. Corong Pengisi dan Saluran Udara Tangki Bahan Bakar

Corong pengisi dan saluran udara tangki bahan bakar harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Dikonstruksi cukup kuat sehingga tidak akan mengalami kebocoran kerusakan

2. Ditempatkan pada jarak tertentu dari lobang pipa gas buang yang menjamin keselamatan
dan tidak diarahkan kelobang pipa gas buang;
3. Ditempatkan pada tempat tertentu yang jauh dari terminal listrik yang menjamin
keselamatan.

d.Pipa Saluran Bahan Bakar.

Pipa saluran bahan bakar harus memenuhi persyaratan yaitu dibuat dari bahan yang
tahan terhadap panas dan cukup kuat, dilengkapi dengan katup yang memungkinkan
pengemudi dapat menutup dan membuka saluran bahan bakar apabila bahan bakar tidak dapat
berhenti dengan sendirinya pada saat motor dimatikan, ditempatkan pada jarak yang aman dari
peralatan listrik yang ada pada kendaraan bermotor yang bersangkutan dan terhindar dari
pengaruh panas dan debu yang berlebihan.

e. Tangki, corong pengisi bahan bakar dan lubang pengisi serta pipa saluran bahan bakar tidak
boleh ditempatkan di dalam ruang barang.

f. Untuk kendaraan bermotor yang menggunakan sistem bahan bakar gas tekanan tinggi/ bahan
sejenis dan bahan bakar alternatif lainnya harus memenuhi persyaratan khusus untuk menjamin
keselamatan pengoperasian kendaraan bermotor

2.11. SISTEM KELISTRIKAN

a. Sistem kelistrikan meliputi baterai, kunci kontak, saklar, sekring, pengedip (flaser), relay,
kabel penghubung, altenator dan starter.

b. Kondisi sistem kelistrikan pada mobil barang harus dalam kondisi dan pemasangan yang
baik. Tidak ada isolasi yang terkelupas atau tergesek, baterai terpasang dengan baik dan bila
dipasang dalam ruang pengemudi /di luar kendaraan harus terlindung oleh penutup yang kokoh.

2.12. BAK MUATAN

Bak muatan Mobil Barang terdiri atas: Bak muatan terbuka dan bak muatan tertutup.

Bak muatan terbuka dan tertutup harus memenuhi persyaratan paling sedikit:

a. Panjang, lebar, dan tinggi ukuran bak muatan harus sesuai dengan spesifikasi teknis
Kendaraan Bermotor dan daya angkut;

b. Jarak antara dinding terluar bagian belakang kabin dengan bak muatan bagian depan paling
sedikit 150 milimeter untuk kendaraan sumbu belakang tunggal dan 200 milimeter untuk
Kendaraan Bermotor dengan sumbu belakang ganda atau lebih;

c. Dinding terluar bak muatan bagian belakang tidak melebihi ujung landasan bagian belakang
kecuali untuk dump truck; dan

d. Lebar maksimum bak muatan terbuka tidak melebihi:1. 50 milimeter dari ban terluar pada
sumbu kedua atau sumbu belakang Kendaraan untuk Kendaraan Bermotor sumbu ganda; atau
lebar kabin ditambah 50 milimeter pada sisi kiri dan 50 milimeter pada sisi kanan untuk
Kendaraan Bermotor sumbu tunggal.
2.13. CARA PEMUATAN BARANG

Untuk memuat, menaikkan dan/atau menurunkan barang umum harus memenuhi ketentuan :

a. Dilakukan pada tempat-tempat yang tidak menggangu keamanan, kelancaran dan ketertiban
lalu lintas, b. Pemuatan barang umum dalam ruangan kendaraan pengangkutnya harus ditutup
dengan bahan yang tidak mudah rusak dan diikat dengan kuat, c. Barang umum yang menonjol
melampaui bagian terluar belakang mobil barang tidak boleh melebihi 2.000 milimeter, d.
Bagian yang menonjol lebih dari 1.000 milimeter, harus diberi tanda yang dapat memantulkan
cahaya seperti pada Gambar dibawah ini yang ditempatkan pada ujung muatan, e. Apabila
barang umum yang menonjol menghalangi lampu-lampu atau pemantul cahaya, maka pada
ujung muatan tersebut ditambah lampu-lampu dan pemantul cahaya, f. Pemuatan barang umum
dalam ruangan muatan mobil barang harus disusun dengan baik sehingga beban terdistribusi
secara proporsional pada sumbu-sumbu kendaraan, g. Distribusi muatan barang harus
memenuhi persyaratan muatan sumbu terberat untuk masing-masing sumbu, daya dukung jalan
serta jumlah terberat yang diperbolehkan.

2.13.1. Pemilihan Kendaraan

a. Harus menggunakan kendaraan yang cocok dan peralatan yang aman bagi masing- masing
muatan yang diangkut.

b. Muatan harus cukup aman selama dalam perjalanan, terutama jika terjadi pengereman atau
berbelok mendadak.

c. Desain, konstruksi dan bodywork kendaraan harus cocok untuk muatan yang akan diangkut
demikian pula dengan sifat dan kekuatan bahannya yang digunakannya.

d. Perawatan anti korosif komponen yang memuat muatan sangat diperlukan.

e. Bila sebuah kendaraan akan diangkut dengan kapal seperti operasi feri, harus dibuat untuk
pengendalian muatan ekstra yang diperlukan dan untuk tempat menyangkutkan tali di sasis
(chasis anchorage point) guna mengamankan kendaraan di dek.

f. Perkiraan muatan maksimum di lantai bak kendaraan harus diketahui sehingga lantai dan
bagian lainnya seperti ruang yang menopang balok lintang (crossbeam) mencukupi.

g. Hubungan antara jarak roda kendaraan, panjang bodi dan bodi yang menggantung harus
dipertimbangkan secara seksama sehubungan dengan komposisi muatan yang diangkut.

h. Untuk mencegah kendaraan kandas, pada level crossing dll, jarak antara bagian bawah mobil
dengan permukaan tanah (ground clearance) minimum tertentu bagi trailer harus
dipertahankan.
2.13.2. Susunan Muatan

a. Sebelum kendaraan diisi dengan muatan, harus dilakukan pemeriksaan guna memastikan
bahwa bak terbuka muatan (platform), bodywork, dan tempat menyangkutkan tali pengikat
cocok dengan muatan.

b. Pemuatan tidak boleh melebihi batasan maksimum kekuatan as roda dan batasan berat kotor.

c. Jika platform, bodywork dan tempat menyangkutkan tali pengikat bisa digunakan, muatan
harus diletakkan bersentuhan dengan headboard.

d. Untuk mencapai stabilitas kendaraan yang maksimum, muatan harus ditempatkan sehingga
pusat gravitasi tetap rendah dan dekat dengan garis tengah (centerline) kendaraan.

2.14. TATA CARA PENGANGKUTAN

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan barang umum adalah:

a) Keselamatan muatan kendaraan.


b) Muatan harus diangkut kendaraan dalam kondisi aman.
c) Pemuatan dan pembongkaran harus sesuai ketentuan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.
d) Pemuatan dan pembongkaran harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih.
e) Semua peralatatan pada kendaraan barang harus digunakan sesuai petunjuk dari pabrik
f) Muatan Tinggi
g) Pengoperasian dalam feri:

1. Sistem pengendalian yang cocok untuk di darat tidak berlaku di laut, seperti operasi feri ro-
ro (roll-on/roll-off ferry), kendaraan dan muatannya akan mengikuti karena gerakan berombak
besar (rolling) dan anggukan (pitching) kapal.

2. Operator kendaraan yang ingin menggunakan feri harus memastikan bahwa sistem
pengendalian muatan harus mampu bertahan dalam kekuatan angin semacam itu.

3. Pengamanan kendaraan di kapal juga penting dan oleh karena itu kendaraan harus dilengkapi
dengan tempat mengikat barang (lashing point) yang cukup kuat untuk bertahan terhadap
kekuatan angin yang akan dihadapi di laut. Tempat mengikat barang harus bisa dengan mudah
dicapai awak dek dan tidak terhalang oleh tangki bahan bakar, baterai dll.

Anda mungkin juga menyukai