Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SNI 1836:2006

PELEK KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N, DAN O


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Regulasi dan Standardisasi Otomotif)

Dosen Pengampu :
Dicky Adi Tyagita, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Golongan B Kelompok 1

PROGRAM STUDI MESIN OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
Anggota Kelompok:
1. Luthfi Dirsya Nugraha
2. Moh Rosyid
3. Moch. Ilham Anwar
4. Agus Isnain Firdaus
5. Abdul Rasyid
6. Achmad Agil Febrilhaq
7. Mohammad As'Ad Hizbullah
8. Fitrah Surya Pribadi
9. Fajar Abdillah Shiddiq
10. Rahmat Hidayat
11. Firman Rizki Santoso
12. Ahmad Khoirul Anam
13. Rohmatul Maula Windiansyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produsen serta importir pelek Indonesia perlu lebih waspada sekarang ini.
Pasalnya, pemerintah sudah mengeluarkan aturan, setiap pelek yang dipasarkan di
Indonesia wajib mencantumkan atau mengikuti standar nasional Indonesia (SNI),
baik untuk kendaraan penumpang dan komersial.

Regulasi itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 59/M-


IND/PER/5/2012 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pelek
Kendaraan Bermotor Kategori M, N, O, dan L Secara Wajib. Peraturan ditetapkan
Menteri Perindustrian MS Hidayat pada 16 Mei 2012. Terbitnya peraturan ini
sekaligus mencabut regulasi sebelumnya, Permenperin No 120/M-
IND/PER/11/2010 tentang Pemberlakuan SNI Pelek Kategori M, N, O, dan L yang
telah diubah dengan Permenperin No. 53/M-IND/PER/5/2011.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O?

2. Apa saja ruang lingkup dan klasifikasi penggunaannya?

3. Apa saja syarat mutu Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O?

4. Bagaimana metode uji Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O.

2. Mengetahui ruang lingkup dan klasifikasi penggunaannya.

3. Mengenali syarat mutu Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O.

4. Mengetahui metode uji Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O

Pelek kategori M1 adalah untuk kendaraan roda empat atau lebih dengan
daya muat maksimum delapan penumpang (termasuk pengemudi). Sedangkan
N1 adalah roda empat atau lebih untuk angkutan barang dengan bobot hingga
3,5 ton.

M2 adalah kendaraan roda empat atau lebih (tidak termasuk pengemudi),


berbobot sampai 5 ton. Sedangkan M3 adalah mobil penumpang roda empat
atau lebih denan tempat duduk di atas 8 penumpang dan berbobot di atas 5 ton.
Selanjutnya, N2 untuk angkutan barang roda empat atau lebih dan berbobot di
atas 3,5 ton, N3 buat nangkutan barang roda empat atau lebih dan berbobot di
atas 12 ton. Terakhir O untuk pelek kendaraan penarik gandengan atau tempel.

SNI wajib pelek untuk kategori M1, N1 dan L mulai berlaku mulai 31
Desember 2012, sedangkan untuk kategori M2, M3, N2, N3, dan O akan berlaku
pada 1 Juli 2013. Kalau dalam periode itu ditemukan pelek tidak memnuhi SNI
Wajib, maka akan disita untuk dimusnahkan.

Pemerintah juga masih memberikan waktu untuk pelek kategori M1, N1, dan
L hasil produksi lokal sebelum 31 Desember 2012 dan memenuhi ketentuan
tersebut dan masih dapat diperdagangkan hingga 31 Desember 2014.

2.2 Ruang Lingkup dan Klasifikasi Penggunaan Pelek Kendaraan Bermotor


Kategori M, N, dan O

2.2.1 Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan mutu pelek untuk kendaraan bermotor


yang terbuat dari logam yaitu pelek baja dan pelek paduan logam ringan roda
empat. Standar ini tidak berlaku untuk pelek kendaraan bermotor roda dua,
kendaraan-kendaraan industri dan kendaraan-kendaraan untuk pertanian.
2.2.2 Klasifikasi Penggunaan

Sebagai referensi, klasifikasi bergantung kepada penggunaan pelek dan


bentuk lingkar pelek, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Penggunaan


2.3 Syarat Mutu Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O

2.3.1 Sifat Tampak

Persyaratan-persyaratan sifat tampak:

1) Permukaan bagian dalam lubang katup pelek tanpa ban dalam (tubeless)
harus halus, minimal 25% dari luas permukaan dudukan katup bagian dalam.

2) Bila dilakukan pengecatan (coating) atau pelapisan (plating), permukaan


tersebut harus bebas dari penampakkan material dasar, karat, pengelupasan
lelehan yang terlihat.

3) Permukaan pelek tidak boleh terdapat retak akibat cacat produksi dan
permukaan yang tajam.

4) Pelek tidak boleh memiliki goresan yang dapat mengurangi kekuatan.

5) Lubang katup harus bebas dari sisa material yang tajam (burr) yang dapat
melukai ban dalam (tube), sabuk ban (flaps) dan katup (valve).

6) Ujung flensa dari tipe DC dan WDC tidak boleh ada sisa material yang tajam
(burr) agar tidak melukai pada saat pemasangan dan pelepasan roda.

7) Paku keling, bila digunakan, tidak boleh tajam agar tidak melukai ban, dan
sebagainya.

8) Pelek yang dilas tidak boleh ada kawah (crater), goresan atau sisa potong
yang mengurangi kekuatan.

9) Permukaan yang dilapisi cat tidak menunjukkan permukaan yang tidak


tertutupi.

10) Tidak boleh ada bagian penandaan (marking) yang hilang atau tidak jelas.

2.3.2 Daya tahan terhadap kelelahan momen yang disebabkan belokan


(Cornering Fatigue Test / Moment Life Test). Pelek harus bebas dari keretakan
yang diperiksa dengan cairan penetran (dye liquid penetrant), bebas dari retak,
deformasi yang terlihat dan tidak ada pengenduran mur atau baut pelek yang
tidak normal.
2.3.3 Daya tahan terhadap kelelahan radial dinamis (Dynamic Radial Test / Drum
Test). Pelek harus bebas dari keretakan yang diperiksa dengan cairan penetran
(dye liquid penetrant), bebas dari retak, deformasi yang terlihat dan tidak ada
pengenduran mur atau baut pelek yang tidak normal.

2.3.4 Daya tahan terhadap benturan untuk pelek logam paduan ringan (Impact
Test). Pelek harus bebas dari keretakan yang diperiksa dengan cairan penetran
(dye liquid penetrant) dan bebas dari kebocoran cepat :

1) Untuk kendaraan penumpang (metoda 13°) tekanan udara ban tidak boleh
berkurang 100% dalam waktu 60 detik.

2) Untuk kendaraan niaga (metoda 30°) tekanan udara ban tidak boleh berkurang
50% atau lebih dalam waktu 30 detik setelah uji selesai.

Keretakan yang terjadi di bagian flensa (flange) yang terkena langsung dengan
beban bentur masih diperbolehkan. Uji harus sesuai dengan ketentuan pada
pasal 8.4.

2.3.5 Daya tahan kekedapan udara lingkar pelek untuk pelek logam paduan
ringan (Air Leak Test). Apabila lingkar pelek logam paduan ringan diuji sesuai
ketentuan pasal 8.5.1 tidak boleh ada kebocoran.

2.3.6. Daya tahan kekedapan udara lingkar pelek untuk pelek baja (Air Leak Test).
Apabila lingkar pelek baja diuji sesuai dengan ketentuan sub sub pasal 8.5.2,
yang diterapkan terhadap bagian sambungan las dari pelek yang diuji, tidak
boleh ada kebocoran.

2.3.7 Daya tahan kekuatan sambungan lingkar pelek dan piringan untuk pelek
baja (Shearing Test). Uji harus sesuai dengan ketentuan pada sub sub pasal 8.7.
Pelek harus bebas dari kerusakan pada sambungan antara piringan dan lingkar
pelek.

2.3.8 Kekakuan dudukan mur pelek baja (Nut Seat Rigidity) Uji harus sesuai
dengan ketentuan pada sub sub pasal 8.8. Deformasi dudukan mur tidak boleh
mencapai 0,3 mm atau lebih.
2.3.9 Ketidak-seimbangan statis pelek (Static Unbalance) Uji harus sesuai
dengan ketentuan pada sub sub pasal 8.9. Toleransi eksentrisitas massa pelek
tidak boleh melampaui ketentuan.

2.4 Metode Uji Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O

2.4.1 Sifat tampak

Uji sifat tampak dilakukan secara visual termasuk pemeriksaan cat sesuai
dengan permintaan konsumen.

2.4.2 Daya tahan kelelahan momen lentur (Dynamic Cornering Fatigue Test /
Moment Life Test)

Metode Uji:

- Pasang lingkar pelek dari suatu pelek ke alat uji.

- Pasang lengan beban dan pelek dengan cara yang sama seperti pada
pemasangan di kendaraan.

- Pilih salah satu jenis kombinasi antara koefisien S dan jumlah putaran yang
ditentukan.

- Putar pelek yang telah diberikan momen lentur tertentu sampai dengan putaran
yang telah ditentukan.

2.4.3 Daya tahan terhadap kelelahan radial dinamis (Dynamic Radial Fatigue
Test / Drum Test)

Metode Uji:

Ban yang sudah terpasang pada pelek ditekankan kepada suatu drum yang
berputar dengan kecepatan tetap, sehingga pelek berputar dengan dikenai beban
radial.

2.4.4 Daya tahan terhadap benturan (Impact Test)

Metode Uji (Kendaraan Penumpang):

Letakkan pelek yang dipasangi ban yang sesuai dengan ketentuan SNI 06-0098-
2002 pada alat bantu, tentukan posisi relatif sehingga ujung terendah dari beban
(25 ±1) mm dari bagian luar flensa lingkar pelek ke arah pusat dari roda,
sehingga memungkinkan beban yang diatur sesuai sub pasal 8.4.1.3 jatuh dari
ketinggian (230±2) mm dari ujung flensa roda.

Metode Uji (Kendaraan Niaga):

- Pasang ban ke pelek

- Pasang pelek pada pemegang seperti pemasangan pada kendaraan.

- Tentukan posisi relatif sehingga dudukan bagian bibir luar lingkar pelek
mengenai sisi bawah beban tambahan.

- Jatuhkan beban pada ketinggian yang ditentukan seperti sub pasal 8.4.2.3.
Untuk uji roda yang memiliki Ring, uji dilakukan terhadap flensa lingkar roda.

2.4.5 Kekedapan udara untuk pelek paduan logam ringan (Light Alloy Wheel)

Metode Uji:

- Rapatkan kedua sisi flensa dengan plat penekanan.

- Berikan udara bertekanan pada bagian dalam pelek paduan logam.

- Periksa bagian lingkar pelek dari kebocoran udara.

2.4.6 Kekedapan udara untuk pelek baja (Steel Wheel)

Metode Uji:

- Rapatkan kedua sisi muka lingkar pelek di bagian lasan dengan Jig atas dan
bawah alat penguji kekedapan.

- Berikan udara bertekanan pada bagian dalam lingkar pelek baja

- Periksa kebocoran berupa gelembung udara di dalam air pada bagian lasan
lingkar pelek.

2.4.7 Kekuatan sambungan lingkaran pelek dan piringan untuk pelek baja (Shearing
Test)
Metode Uji:

- Tahan bagian bawah samping lingkar pelek pada cetakan bawah.

- Berikan beban dari bagian dalam piringan sedemikian sehingga secara merata
pada bagian sambungan.

2.4.8 Pengencangan dudukan mur pelek baja (Steel Wheel)

Metode Uji:

- Kencangkan mur sampai torsi yang ditentukan.

- Dan ukuran deformasi dudukan mur.

2.4.9 Pengukuran eksentrisitas masa pelek

Metode Uji:

- Atur pelek pada suatu konus.

- Pilih posisi dimana keadaan menjadi horizontal.

- Ukur jarak antara pusat bentuk muka (shape) pelek ke ujung konus.

2.4.10 Pengukuran dimensi Bentuk (countour) lingkar pelek, Dimensi keliling


lingkar pelek, Offset, dan Pengukuran Eksentrisitas Geometri (Run out)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas, penyusun dapat menyimpulkan dari makalah "Pelek
Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O" yaitu standar ini merupakan revisi
dari SNI 09 –1896– 1998, standar ini menetapkan persyaratan mutu pelek
untuk kendaraan bermotor yang terbuat dari logam yaitu pelek baja dan pelek
paduan logam ringan roda empat.
Standar ini juga mengacu pada JASO C 614-87, Disc wheels for
automobiles, JIS D 4103-1998, Disc wheels for automobiles untuk beberapa
syarat mutu dan pengujian. Sementara untuk pengujian terhadap impak
mengacu pada ISO 7141-2005, Road vehichels-Wheels_Impact test procedure.
3.2 Saran
Penyusun sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Baik dari segi tulisan ataupun bobot materi yang
penyusun sajikan. Hal tersebut karena masih minimnya pengetahuan penyusun
selama menyusun makalah ini sampai pada hari pengajuan makalah ini.
Oleh karena itu, penyusun memohon kritik dan saran yang membangun
sebagai sarana perbaikan di masa yang akan datang. Sehingga penyusun
dapat terus memberikan karya yang terbaik dan tentunya bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2008. Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O.


SNI No. 1896:2008. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Harvenda, Aris, ed. “Kemenperin: Setiap Pelek Yang Dijual Di Indonesia Wajib
Mencantumkan SNI.” Kementerian Perindustrian, Juni 7, 2012.
https://kemenperin.go.id/artikel/3548/Setiap-Pelek-yang-Dijual-di-Indonesia-
Wajib-Mencantumkan-SNI-.

Anda mungkin juga menyukai