Anda di halaman 1dari 26

SISTEM PENERANGAN

. Sorotan Utama (Lampu Jauh atau Dim)


A. Fungsinya

menerangi jalan pada malam hari


pada saat melakukan perjalanan dan
sebagai lampu peringatan terhadap
kendaraan yang berlawanan.

B. Dasar hukum :
-

PP No. 44 Pasal 29

setiap kendaraan bermotor

harus dilengkapi dengan lampulampu dan alat pemantul cahaya


yang meliputi :
a. lampu

utama

berpasangan

jauh

untuk

secara

kendaraan

bermotor mampu mencapai jarak


kecepatan dari 40 km/jam pada
jalan datar.
Pasal 31

(1)

: Lampu utama jauh berjumlah genap,


berwarna putih atau kuning muda
yang dipasang pada bagian muka
kendaraan.

(2)

: Lampu jauh dimaksud (a) harus


dapat menerangi jalan pada malam
hari dalam keadaan cuaca cerah
sekurang-kurangnya ;
a. 60

meter

untuk

kendaraan

bermotor yang dirancang dengan


kecepatan > 40 km/jam dan tidak
lebih dari 100 km/jam. ;

b. 100

meter

untuk

kendaraan

bermotor yang dirancang dengan


kecepatan > 100 km/jam.
(3)

: Tepi terluar permukaan penyinaran


lampu jauh dipasang pada ketinggian
tidak melebihi 1250 mm tidak boleh
lebih dekat kesisi bagian terluar
kendaraan dibandingkan dengan tepi
terluar permukaan penyinaran lampu
utam dekat.

Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
a. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.
b. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.
c. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.


d. Dipasang pada kendaraan dengan
tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.

Pasal 64

(2)

: Lampu jauh atau lampu utama dekat


atau lampu kabut yang dipasang pada
kendaraan hanya dapat dinyalakan
apabila lampu-lampu sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dalam


keadaan menyala.
-

KM 63 thn 1993
Pasal 9

(1)

: Kemampuan
bermotor

panacar

kendaraan

ditentukan

serendah-

rendahnya sebesar 12. 000 cd untu


lampu jauh.
(2)

: Kemampuan pancar tersebut diukur


pada kondisi putaran mesin lambat
dengan deviasi penyinaran lampu
kekanan sebesar 00 34 dan kekiri
sebesar 10 09

Catatan :
-

tg 10 09 = y/10 m (1000 cm)

y = tg 10 09 x 1000

0, 020 x 1000 = 20 cm

Tg 00 34 = x/10 m ( 1000 cm )

X = tg 00 34 x 1000

= 0, 00989 x 1000 = 9, 89 (10 cm)

Untuk non sealed bem : penyimpangan keatas 0 (nol) dan kebawah


sebagai berikut :
10 cm untuk mobil penumpang.
20 cm untuk mobil bus dan truck.
30 cm untuk mobil atau khusus.

C. Cara menguji

: kendaraan kontak dibuka, mesin


mati.

Pengemudi

pengemudi,

didalam

menyalakan

ruang
sorotan

utama. Penguji didepan kendaraan,


periksalah

kondisi,

fungsi

dan

dudukan lampu.
D. Alasan penolakan

lampu tidak ada ;

lampu tidak menyala (juga jika lampu dip sebagai ganti) ;

lensa kanca tidak ada sebagian atau seleruhnya ;

letak lampu salah (pemasangan harus simetris dan sama


tingginya);

pancaran sinar slah arah, lampu tidak terikat baik ;

pancaran sinar terbatas.

ARAH SOROTAN DIP (LAMPU DEKAT)


A. Cara menguji

: kendaraan berada pada permukaan


horinsontal yang rata kontak dibuka
tetapi

mesin

mati.

Pengemudi

beradadi dalam ruang pengemudi,


menyalakan lampu. Penguji berada
di depan kendaraan, menyalakan alat
pengetes

lampu,

jalankan

alat

pengetes lampu depan sesuai dengan


petunjuk pabrik pembuatnya.
B. Alasan penolakan

: lampu

tidak

ada,

lampu

tidak

menyala (bila lampu utama atau


kabut menyala sebagai gantinya),
lensa kaca tidak ada sebagian atau
seluruhnya, tidak terikat dengan baik,

letak lampu salah (harus simetris dan


sama tinggi maksimal 1,25 m dari
tanah), pancaran sinar terbatas.

202.Sorotan Utama Pembantu (Tidak Wajib)


A. Cara mengujinya

: Kendaraan

kontak

dibuka

tetapi

mesin mati, pengemudi di dalam


ruang kemudi, menyalakan lampu,
pengemudi
periksalah

didepan
kondisi

kendaraan,

dan

dudukan

lampu.
B. Alasan penolakan

lampu letaknya salah ;

bagian-baigian dudukan mempunyai pinggir bergerigi ;

lebih dari dua lampu terpasang ;

catatan : lampu dan bagian dudukan tidak boleh melewati sisi depan kendaraan
lebih dari pada yang dapat dihindari, tidak boleh mengurangi penglihatan
atau efisiensi lampu wajib serta plat nomor tidak boleh melebihi tinggi
kap mesin, pemasangan harus simetris dan sama tingginya.

203. Sorotan Dip (Lampu Dekat)


A. fungsinya

: untuk

menerangi

jalan

didepan

kendaraan pada malam hari.


B. Dasar Hukumnya :
-

PP Nomor 44 tahun 1993


Pasal 29

(1)

: setiap kendaraan bermotor harus


dilengkapi dengan lampu-lampu dan
alat pemantul cahaya yang meliputi :
a. lampu

utama

berpasangan

jauh

untuk

secara

kendaraan

bermotor mampu mencapai jarak


kecepatan dari 40 km/jam pada
jalan datar.
Pasal 30

(1)

: Lampu dekat sebagimana dimaksud


dalam pasal 29 huruf a berjumlah 2
(dua) buah, berwarna putih atau
kuning muda yang dipasang pada
bagian muka kendaraan dan dapat
menerangi jalan pada malam hari
dngan

cuaca

cerah

sekurang-

kurangnya 40 m kedepan kendaraan.


(2)

: Tepi

terluar

penyinaran

dari

lampu

permukaan
utama

dekat

sebagai mana dimaksud (a) dipasang


pada ketinggian tidak lebih dari 1250
mm dan tidak boleh melebihi 400
mm

dari

sisi

bagian

terluar

kendaraan.
Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
e. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.
f. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.
g. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.

h. Dipasang pada kendaraan dengan


tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.

Pasal 64

(2)

: Lampu jauh atau lampu utama dekat


atau lampu kabut yang dipasang pada
kendaraan hanya dapat dinyalakan
apabila lampu-lampu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dalam
keadaan menyala.

C. Cara mengujinya

: kendaraan

kontak

dibuka

tetapi

mesin mati. Pengemudi di dalam


ruang pengemudi dan menyalakan
lampu.

Penguji

berada

didepan

kendaraan, periksalah fungsi dan


kondisi lampu.
D. Alasan penolakan

lampu tidak ada ;

lampu tidak menyala (atau bila lampu utama atau kabut


menyala sebagai gantinya) ;

lensa kaca tidak ada sebagian atau seluruhnya tidak terikat


dengan baik,

letak lampu salah (harus simetris dan sama tinggi maksimal


1,25 m dari tanah),

pancaran sinar terbatas.

204. Arah Sorotan Dip (Lampu Dekat)


A. Cara mengujinya

: kendaraan berada pada permukaan


horizontal yang rata, Kontak dibuka
tetapi mesin mati, pengemudi berada
dalam ruang pengemudi menyalakan
lampu, penguji berada di depan
kendaraan,
pengetes

menjalankan
lampu,

jalankan

alat
alat

pengetes lampu depan sesuai dengan


petunjuk pabrik pembuatnya.
B. Alasan penolakan

: arah sorotan dip tidak dalam batas


toleransi.

Catatan : Untuk uji manual dengan menggunakan tongkat dan ukur tinggi lampu ambil
jarak 10 m dari lampu depan atau utama dengan tongkat dan ukur tinggi lampu
kemudian beri tanda pada tongkat, nyalakan lampu dip dan lihatlah ke lampu
dari tongkat sambil menggerakan kepala perlahan-lahan kebawah sampai ada
efek menyilaukan, ukurlah tingginya pada tongkat tersebut. (hanya untuk jenis
lampu non sealed beam).

205. Lampu Kabut


A. Fungsinya

: membantu lampu utama pada waktu


mengadakan perjalanan di daerah
atau jalan yang berkabut didepan
kendaraan.

B. Dasar Hukum ;
-

PP Nomor 44
Pasal 52

(1)

: lampu kabut yang dipasang pada


kendaraan bermotor berwarna putih
atau kuning muda, paling banyak 2
buah,

titik

penyinaran

tertinggi
tidak

permukaan

melebihi

titik

tertinggi penyinaran lampu utama


dekat.
(2)

: tepi terluar permukaan penyinaran


lampu kabut tidak melebihi 400 mm
dari sisi terluar kendaraan.

pasal 53

: lampu kabut tidak menyilaukan atau


mengganggu pemakai jalan lain.

Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
i. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.
j. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.
k. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.


l. Dipasang pada kendaraan dengan
tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.

Pasal 64

(2)

: Lampu jauh atau lampu utama dekat


atau lampu kabut yang dipasang pada
kendaraan hanya dapat dinyalakan
apabila lampu-lampu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dalam
keadaan menyala.

C. Cara menguji

: berada pada permukaan horizontal


yang rata (kontak dibuka tapi mesin
mati) pengemudi di dalam ruang
pengemudi,

menyalakan

lampu.

Penguji berada didepan kendaraan.


Periksalah kondisi pemasangan dan
penyetelan lampu. Jalankanlah alat
penguji lampu depan sesuai dengan
petunjuk pabrik pembutnya.
D. Alasan penolakan adalah
-

Letak lampu salah.

Bagian-bagian dudukannya bergerigi yang dapat membahayakan


orang lain.

Penyetelan tingginya salah.

Lampu tidak stabil karena pemasangan kurang erat.

Terpasang lebih dari dua lampu.

Lampu dan bagian dudukannya tidak boleh melewati sisi paling


depan kendaraan lebih yang dapat dihindarkan dan tidak boleh
mengurangi penglihatan atau efek lampu wajib lain dan plat nomor.
Pemasangan harus simetris dan tingginya sama tidak melebihi
sorotan dip.

206. Lampu Posisi


A. Fungsinya

: sebagai

tanda

atau

identitas

kendaraan supaya dapat dikenali


olehn orang lain terhadap posisi
kendaraan tersebut (bagian depan).

B. Dasar Hukum
-

PP Nomor 44 tahun 1993


Pasal 29 (1)

: setiap kendaraan bermotor harus


dilengkapi dengan lampu-lampu dan
alat pemantul cahaya yang meliputi :
e. lampu

posisi

depan

secara

berpasangan;
f. lampu posisi belakang secara
berpasangan .

Pasal 34

(1)

: Lampu posisi depan dengan dipasang


dibagian depan berjumlah 2 buah
berwarna putih atau kuning muda.

(2)

: Dapat bersatu dengan lampu utama


dekat.

(3)

: Dipasang pada ketinggian maksimal


1250 mm dan harus dapat dilihat
pada malam hari dengan cuaca cerah
pada jarak sekurang-kurangnya 300
mm dan tidak menyilaukan orang
lain.

(4)

Tepi terluar permukaan penyinaran


lampu posisi depan tidak boleh
melebihi 400 mm dari sisi terluar.

Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
a. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.

b. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.
c. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.


d. Dipasang pada kendaraan dengan
tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.
Pasal 64

(1)

: lampu posisi depan, lampu posisi


belakang, lampu penyinaran tanda
nomor kendaraan, lampu tanda batas
harus

dapat

dinyalakan

atau

dimatikan secara serentak (1 switch)


Pasal 54

: Kereta

gandengan

dan

kereta

tempelan wajib dilengkapi dengan


lampu-lampu

dan

alat

pemantul

cahaya meliputi :
c. Lampu

posisi

depan

secara

berpasangan, apabila sisi terluar


kereta gansengan melampuai tepi
terluar permukaan penyinaran,
lampu posisi belakang kendaraan
penariknya.
Pasal 57

(1)

: Lampu posisi depan sebagaimana


pasal 54 (c) berjumlah 2 buah dan
berwarna putih.

(2)

: Dipasang disudut kiri dan kanan


bawah

bagian

depan

kereta

gandengan dengan jarak antara tepi

terluar permukaan penyinaran lampu


posisi depan dengan sisi terluar
kereta gandengan tidak lebih dari
150 mm.
C. Cara menguji

: kendaraan

dalam

keadaan

mati,

pengemudi dalam ruang pengemudi,


menyalakan

lampu

dan

penguji

didepan kendaraan. Periksalah fungsi


dan

kondisi

lampu

dan

pemasangannya bila perlu sentuhlah


lampu

itu

mengetahui

apakah

terpasang baik dan tidak kelip-kelip.


D. Alasan penolakan:
-

Lampu tidak ada, lampu tidak menyala.

Lampu kaca tidak ada sebagian atau seluruhnya.

Lampu salah (harus simetris, sama tingginya, jarak tidak boleh


>400 mm dari pinggir).

Arah penyinaran lampu salah.

Lampu tidak terpasang baik.

Pancaran sinar terbatas.

Lampu tidak menyala sewaktu sorotan utama, dip atau lampu


kabut dinyalakan.

207. Lampu belakang


A. Fungsinya

: sebagai

tanda/identitas

kendaraan

bagian belakang pada malam hari.

B. Dasar hukum adalah


-

PP 44 Nomor 44 Tahun 1993 :


Pasal 29

(1)

: setiap kendaraan bermotor harus


dilengkapi dengan lampu-lampu dan
alat pemantul cahaya yang meliputi ;
f. Lampu posisi belakang secara
berpasangan.

Pasal 35

(1)

: Lampu posisi belakang berjumlah


genap, warna merah dan dipasang
dibagian belakang kendaraan.

(2)

: Lampu

posisi

belakang

pada

ketinggian <1. 250 mm dan harus


dapat dilihat pada malam hari dengan
cuaca cerah pada jarak sekurangkurangnya 300 meter dan tidak
menyilaukan pemakai jalan lain.
Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
a. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.
b. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.
c. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.


d. Dipasang pada kendaraan dengan
tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.

Pasal 64

(1)

: lampu posisi depan, lampu posisi


belakang, lampu penyinaran tanda
nomor kendaraan, lampu tanda batas
harus

dapat

dinyalakan

atau

dimatikan secara serentak (1 switch)


Pasal 58

(1)

: Lampu belakang dalam pasal 54 (d)


berjumlah

genap

dan

berwarna

merah yang kelihatan pada malam


hari dengan cuaca cerah pada jarak
300 meter dan tidak menyilaukan
pemakai jalan lain
(2)

: Lampu posisi belakang dipasang


disudut kiri dan kanan bawah bagian
belakang kereta gandengan dengan
jarak antara tepi luar permukaan
penyinaran lampu posisi tidak >400
mm.

(3)

: Kereta gandengan yang lebarnya


tidak >800 mm, dilengkapi dengan 1
buah

atau

lebih

lampu

posisi

dalam

posisi

mati,

belakang.
C. Cara menguji

: kendaraan
pengemudi

didalam

ruang

pengemudi

menyalakan

lampu,

penguji

dibelakang

kendaraan,

periksalah fungsi dan kondisi lampu


dan dudukannya.

D. Alasan penolkan adalah :


-

Lampu tidak ada.

Lampu tidak menyala.

Lensa kaca tidak ada sebagian atau seluruhnya.

Letak lampu salah.

Lampu tidak terpasang dengan baik.

Lampu lain yaitu lampu mundur ikut menyala.

Pacaran sinar tebatas.

Warnanya tidak merah.

208. LAMPU REM.


A. Fungsinya

: sebagai isyarat pemakai jalan di


belakang kendaraan yang melakukan
pengereman.

B. Dasar Hukum
-

PP Nomor 44 Tahun 1993 :


Pasal 29 (d) : Setiap kendaraan bermotor harus
dilengkapi dengan alat pemantul
cahaya yang meliputi ; d, lampu rem
secara berpasangan.
Pasal 33 :

(1). Lampu rem berjumlah 2 buah dan berwarna merah yang


mempunyai kekuatan cahaya yang lebih besar dari lampu posisi
belakang.
(2). Lampu rem dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1. 250 mm
dikiri dan kanan belakang kendaraan.

Pasal 54 (b) : kereta gandengan dan kereta tempelan


wajib dilengkapi dengan lampulampu dan alat pemantul cahaya
yang meliputi ; b, lampu rem secara
berpasangan.
Pasal 56 :
(1). Lampu rem pada pasal 54 (b) berjumlah 2 buah berwarna merah
yang kekuatan cahayanya lebih besar dari lampu posisi belakang
dan dipasangkan disebelah kiri dan kanan bagian belakang
kereta gandengan.
(2). Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kereta gandengan dan
ukuran kecilyang posisinya dalam keadaan ditarik tidak
menutupi lampu rem dari kendaraan lainnya.
C. Cara menguji adalah kontak dibuka, mesin mati, pengemudi dalam
ruang pengemudi, menekan sedikit pedal rem, penguji di belakang
kendaraan. Periksalah fungsi, kondisi dan dudukannya. Tekanlah pedal
rem dan pastikan bahwa lampu rem mulai menyala sebelum tahanan
pedal bertambah.
D. Alasan Penolakan :
-

Lampu tidak ada, lampu tidak menyala.

Lensa tidak ada sebagian atau seluruhnya.

Letak lampu salah.

Arah pancaran sinar salah (harus kebelakang).

Lampu tidak terpasang baik.

Lampu lain ikut menyala (lampu mundur).

Warna tidak merah dan pancaran sinar terbatas.

209. Penerangan Plat Nomor


A. fungsi

: menerangi plat nomor kendaraan


bagian belakang.

B. Dasar Hukumnya
-

PP Nomor 44 :
Pasal 29

(h)

: lampu

penerangan

kendaraan

tanda

bagian

nomor
belakang

kendaraan.
Pasal 37

; lampu penerangan tanda kendaraan


bermotor

dipasang

dengan

baik

sehingga menerangi tanda nomor


kendaraan pada malam hari dengan
cuaca cerah dan dapat dibaca pada
sekurang-kurangnya 50 meter dari
belakang.
Pasal 54 huruf e ; kereta gandengan dan kereta
tempelan wajib dilengkapi dengan
lampu-lampu
cahaya

yang

dan

alat

pemantul

meliputi

lampu

penerangan tanda nomor kendaraan


dibagian belakang kendaraan.
Pasal 63

: lampu- lampu yang berpasangan


harus ;
e. Dipasang

semetris

terhadap

bidang sumbu tengah memanjang


kendaraan.
f. Simetris

dengan

sesamanya

terhadap bidang sumbu tengah


memanjang kendaraan.

g. Memenuhi

persyaratan

kalorimetris yang sama dan sifatsifat falometris yang sama.


h. Dipasang pada kendaraan dengan
tinggi tidak meleihi 1250 mm
dari permukaan jalan.
Pasal 64

(1)

: lampu posisi depan, lampu posisi


belakang, lampu penyinaran tanda
nomor kendaraan, lampu tanda batas
harus

dapat

dinyalakan

atau

dimatikan secara serentak (1 switch)


C. cara mengujinya

: mesin mati, pengendara didalam


ruang pengemudi, menyakan lampu,
penguji

dibelakang

kendaraan.

Periksalah apakah penerangan plat


nomor

berfungsi

dan

cukup

menerangi plat nomor.


D. Alasan Penolakan

: penerangan tidak ada, penerangan


tidak

berkerja

penerangan

dan

dapat

tidak

ckup,

menyilaukan

pemakai jalan lain.

210. Lampu Mundur


A. Fungsinya

: sebagai isyarat kepada pemakai jalan


dibelakang pada Waktu kendaraan
mundur.

B. Dasar Hukum
-

PP nomor 44 Tahun 1993


Pasal 29 (g) : Setiap kendaraan bermotor harus
dilengkapi dengan pemantul cahaya :
(g) lampu mundur.
Pasal 36 :

Lampu mundur berwarna putih / kuning muda dan tidak


menyilaukan / mengganggu.

Lampu mundur dipasang pada ketinggian tidak melebihi 1250


mm dan hanya menyala apabila penerus daya digunakan untuk
posisi mundur.
Pasal 54 (f) :

Lampu mundur dimaksud 54 (f) berjumlah 2 buah berwarna


putih / kuning muda yang tidak menyolaukan pemakai jalan
lain.

Lampu mundur hanya menyala bila alat penerus daya


digunakan pada posisi mundur.
Pasal 63 : sda (item 201).

C. Cara mengujinya adalah kendaraan dan pengemudi berada di dalam


ruang pengemudi, memindahkan tranmisi mundur. Penguji memeriksa
kondisi lampu dan fungsi lampu.
D. Alasan Penolakan :
-

Lampu menyala saat gigi maju dimasukan atau pada saat netral.

Lampu dekat menyilaukan pemakai jalan lain dan letak lampu


salah.

CATATAN : lampu tidak boleh mengurangi terlihatnya dan efisien lampu-lampu


wajib yang lainnya dan plat nomor.

211. Lampu Kabut Belakang (tidak wajib)


A. Cara mengujinya adalah kendaraan kontaknya dibuka, lampu depan
dan bila perlu lampu kabut dinyalakan. Pengemudi berada dalam
kendaraan, menyalakan lampu. Penguji berada dibelakang kendaraan,
periksalah lampu.
B. Alasan Penolakan :
-

Lampu dapat menyilaukan pemakai jalan lain.

Lampu mengurangi lampu wajib lain.

Dipasang lebih dari 2 lampu.

Jarak antara lampu kabut belakang dan lampu rem harus lebih
besar dari 100 mm, diukur dari batas permukaan penyinaran
lampu.

212. Petunjuk Arah / Lampu Bahaya


A. Fungsinya untuk memberikan isyarat pada pengguna jalan lain, pada
saat merubah arah atau membelokkan kendaraan dipersimpangan dan
sebagai lampu isyarat tanda bahaya.
B. Dasar hukum
-

PP No. 44 tahun 1993


Pasal 29 (c & i) : setiap kendaraan bermotor harus
dilengkapi dengan lampu-lampu dan
alat pemantul cahaya yang meliputi
a.lampu

penunjuk

arah

secara

berpasangan dibagian depan dan


belakang kendaraan.
a.lampu isyarat peringatan bahaya.
Pasal 32

: 1. Lampu penunjuk arah berjumlah genap


dan mempunyai sinar kelap-kelip

berwarna kuning tua dan dapat


dilihat pada waktu siang / malam hari
oleh pemakai jalan lain.
2. Lampu penunjuk arah dipasang pada
ketinggian tidak melebihi 1.250 mm
disamping kiri dan kanan bagian
depan dan belakang kendaraan.
Pasal 38

Lampu

isyarat

peringatan

bahaya

menggunakan lampu petunjuk arah


yag menyala bersamaan.
Pasal 54 (a)

Kereta

gandengan

dan

kereta

tempelan wajib dilengkapi dengan


lampu-lampu

dan

alat

pemantul

cahaya meliputi ; a, lampu petunjuk


arah secara berpasangan.
Pasal 63

: sda (item 201)

C. Cara menguji adalah periksalah kondisi dan fungsi dudukan lampu,


periksalah frekuensi, nyalakan lampu isyarat membelok bersama dengan
lampu belakang atau lampu rem dan periksalah apakah dia terpengaruh
oleh lampu isyarat lain.
D. Alasan penolakan adalah lampu tidak ada, lampu tidak menyala,
pancaran sinar salah, lampu lain dengan warna berbeda ikut pula
menyala, lampu lain terpengaruh oleh lampu isyarat membelok, warna
tidak kuning/merah, frekuensinya kurang dari 60 perdetik atau lebih 120
per detik.

213. Reflektor Merah.


A. Fungsinya

: sebagai

tanda/pemantul

terhadap

keberadaan sebuah kendaraan yang


sedang parkir/diletakkan pada suatu
tempat bila mana lampu-lampunya
dimatikan.
B. Dasar Hukum
C. PP No. 44 Tahun 1993.
Pasal 29 (k)

: Setiap kendaraan bermotor harus


dilengkapi dengan lampu-lampu dan
alat pemantul cahaya meliputi; k,
pemantul cahaya berwarna merah
berpasangan dan tidak berbentuk
segitiga.

Pasal 40

: 1. Pemantul cahaya berjumlah genap,


warna

merah

dan

dipasang

dibelakang kendaraan.
2. Pemantul cahaya harus dapat
dilihat oleh pengemudi kendaraan
lain yang ada di belakang, pada
malam hari dengan cuaca cerah
dengan

jarak

sekurang-kurangnya

100 meter, apabila lampu tersebut di


sinari lampu utama kendaraan di
belakangnya.
3. Tepi bagian terluar pemantul cahay,
tidak boleh lebih 400 mm, dari sisi
pinggir terluar kendaraan.
Pasal 54 (g dan h) : Kereta gandengan dan kereta
tempelan

wajib dilengkapi dengan

lampu dan alat pemantul cahaya


yang meliputi :
(g) Alat pemantul cahaya berwarna
merah,

bentuk

segitiga

secara

berpasangan.
(h) Alat pemantul cahaya warna putih
yang tidak berbentuk segitiga secara
berpasangan.
Pasal 61 ( 1 )

: 1) Pemantul cahaya sebagaimana


pasal

54

berwarna

(g),

bejumlah

merah

dan

genap

berbentuk

segitiga sama sisi dengan panjang


sisinya tidak kurang dari 150 200
mm serta dipasang disudut kiri dan
kanan

belakang

kendaraan

gandengan.
2) Pemantul cahaya dapat dilihat oleh
pengemudi yang ada dibelakang pada
waktu malam hari dalam cuaca cerah
dari jarak 100 meter terkena sinar
lampu

utama

kendaraan

dibelakangnya.
3) Titik sudut terluar pemantul cahaya
tidak melebihi 100 meter mili dari sisi
terluar kereta gandengan.
4) Kereta gandengan yang lebarnya
tida

melebihi

800

mili

meter

dilengkapi 1 buah / lebih pemantul


cahaya.

Pasal 62

: Pemantul cahaya dimaksud paal 54 (h)


berjumlah 2 buah dipasang disisi kiri
dan kanan bagian depan kereta
gandengan

dengan

jarak

tidak

melebihi 400 milimeter dari sisi


terluar kereta gandengan.
D. Cara mengujinya adalah periksalah kondisi dan reflektor merah.
E. Alasan penolakan

a) Reflektor tidak ada sebagian atau seluruhnya;


b) Pengaruhnya terbatas, disebabkan warna memudar atau kaca
bahan lebur;
c) Letak reflektor salah dan arah reflekor salah;
d) Reflektor tidak diikat dengan baik;
e) Reflektor bentuk segitiga dipasang pada kendaraan yang bukan
kereta gandengan dengan kereta tempelan;
f) Bukan reflekor bentuk segitiga pada kereta gandengan dan
kereta tempelan.

214.. Lampu Tambahan Wajib


A. Fungsi

: sebagai pembantu pemakai jalan lain


mengenal kendaraan tersebut pada
malam hari baik terhadap tinggi,
lebar, maupun panjangnya.

B. Cara menguji

: kendaraan

kontaknya

mesinnya

mati,

di

buka,

pengemudi

menyalakan lampu.Periksalah bahwa


lampu

tambahan

terpasang

sedemikian rupa, sehingga dia tidak


mengurangi pengaruh lampu wajib,

yakni lampu rem dan lampu isyarat


membelok, periksalah bahwa dia
tidak

menyilaukan

dan

tidak

membingungkan pemakai jalan.


C. Alasan penolakan,
-

Lampu megurangi pengaruh lampu wajib

lampu menyilaukan pemakai jalan lain

lampu terpasang dengan cara atau dalam posisi yang


membahayakan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai