Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan teknologi Otomotif membuat dunia

pendidikan tinggi semakin dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas mahasiswanya yang

unggul dan profesional. Karena tantangan kerja di dunia industri khususnya dalam bidang

Otomotif membutuhkan kualifikasi sumber daya manusia dengan spesialisai keterampilan

teknis dan praktis yang produktif. Untuk menjawab tantangan tersebut maka dituntut

peningkatan mutu mahasiswa baik secara teori maupun praktek.

Menjawab tuntutan di atas maka semua pihak harus bertanggung jawab baik

pemerintah, masyarakat, keluarga dan pendidikan. Pada perguruan tinggi terdiri dari

pendidikan jalur profesional. Jalur akademik mendasari pada pengalaman dan keterampilan

kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi.

Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar disamping

mendidik dengan pendidikan juga mendidik diploma (D3). Pendidikan program D3 diarahkan

untuk memahami pengetahuan baik secara teori maupun secara praktek yang praktis.

Jurusan pendidikan teknik otomotif yang memiliki program diploma tiga (D3) sebagai

ahli media diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja didunia industri. Secara

konsepsional perguruan tinggi akan mampu mewujudkan tujuan tersebut, jika sarana dan

prasarana proses belajar mengajar terpenuhi atau mendekati dalam mencapai tujuan. Salah

satu faktor pendukung tercapai kualitas yang diharapkan adalah tersedianya fasilitas praktek.

Fasilitas alat praktek kelistrikan pada laboratorium sudah ada namun belum seimbang

antara jumlah mahasiswa dengan alat praktek kelistrikan. Media praktekum kelistrikan di
laboratorium Pendidikan Teknik Otomotif dua buah sedangkan mahasiswa yang program

pada semester genap tahun ajaran 2013-2014 program studi SI 40 Mahasiswa dan D3 pada

tahun 2012-2013 45 Mahasiswa (prodi Pendidikan Teknik Otomotif), jadi setiap satu alat

praktek ±11 mahasiswa yang menggunakannya sedangkan idealnya 1:3.

Menurut kenyataan penunjang terlaksana proses belajar mengajar praktek masih perlu

dilengkapi khususnya "sistem kelistrikan mobil” maka salah satu cara yang dapat ditempuh

adalah membuat media pengajaran praktek berupa satu unit sistem kelistrikan body mobil

sebagai alat untuk memperlihatkan prinsip kerja sistem kelistrikan, sehingga berguna sebagai

alat praktek sistem kelistrikan body mobil. Tugas ini juga merupakan aplikasi dari ilmu yang

diperoleh dibangku kuliah sehingga ilmu yang didapatkan tersebut dapat ditempatkan dalam

bentuk yang bersifat fisik.

B. Alasan Memilih Judul

Tugas akhir ini berjudul ‘’Media Treiner Kelistrikan’’ merupakan hasil pengamatan

terhadap masalah yang kami temukan pada pelaksanaan praktek dan penggunaan kelistrikan

mobil benar-benar sangat dibutuhkan. Alumni Jurusan Teknik Otomotif nantinya khususnya

program D3 secara otomatis dituntut untuk dapat memahami benar prinsip kerja sistem

kelistrikan. Selain itu, setelah melihat kenyataan yang ada di masyarakat juga banyak

digunakan sistem kelistrikan khususnya pada mobil. Oleh karena itu, guna menghindari
kesulitan mahasiswa Jurusan Teknik Otomotif dalam melakukan praktek dimasa yang akan

datang, maka dirancanglah suatu peralatan praktek yang dapat dipakai untuk mengajarkan

prinsip kerja sistem kelistrikan secara utuh.

C. Tujuan Kegiatan

Untuk mengetahui dan memahami cara merancang media trainer kelistrikan serta

prinsip kerja komponen.

D. Manfaat Kegiatan

1. Mahasiswa

a. Dapat mengetahui dan memahami cara merancang/merakit Media Trainer Kelistrikan.

b. Dapat memahami lebih dalam tentang fungsi dan cara kerja setiap komponen sistem

kelistrikan.

2. Dosen

Dengan adanya media ini, dapat membantu dosen dalam proses pembelajaran bagi

mahasiswa untuk mengetahui prinsip kerja sistem kelistrikan, terutama dalam mata kuliah :

a. Listrik dan elektronika dasar

b. Listrik dan elektronika otomotif

3. Fakultas

Laboratorium/workshop otomotif mendapat tambahan alat praktikum khususnya

trainer kelistrikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sistem Kelistrikan Body

Sistem kelistrikan body adalah instalasi dari berbagai rangkaian penerangan pada

kendaraan. Rangkaian sistem kelistrikan body tersebut, antara lain sistem penerangan lampu

kepala, lampu kota, lampu tanda belok, lampu hazzard, lampu plat nomor, lampu rem, dan

lampu mundur.

B. Fungsi System Kelistrikan Body

Fungsi sistem kelistrikan body adalah sebagai penerangan pada kendaraan untuk

memberikan tanda-tanda kepada pengendara lain pada saat akan membelok maupun akan

berhenti sehingga pengendara akan aman dari kecelakaan. selain itu, juga untuk memberikan

indikator pada pengendara contoh lampu tanda belok ke kanan ataupun kiri sudah menyala,

kondisi bahan bakar masih banyak atau sudah habis dan lain-lain.

C. Bagian-Bagian Sistem Kelistrikan Body

1. Lampu Kepala

Lampu ini ditempatkan di depan kendaraan, berfungsi untuk menerangi jalan

pada malam hari. Umumnya lampu kepala dilengkapi lampu jarak jauh dan jarak dekat.

Nyala lampu jarak jauh dan jarak dekat dikontrol oleh dimmer switch. Lampu kepala

menyala bersamaan dengan lampu belakang melalui saklar tarik atau putar. Lampu kepala

yang dipakai ada dua tipe, yaitu tipe sealed beam dan bola lampu. Jenis Sealed beam banyak

dipakai pada kendaraan yang kostruksinya filamen, kaca dan reflektornya menjadi satu

kesatuan. Tipe bola lampu banyak digunakan sebagai lampu depan pada sepeda motor.
Gambar 1.1 Komponen Lampu Kepala

2. Lampu Kota

Lampu kota (lampu posisi) pada kendaraan bermotor dapat dinyalakan sendiri

dan dapat juga menyala bila lampu kepala dinyalakan. Tujuannya adalah bila malam hari atau

gelap, pengendara atau orang lain dapat dengan cepat mengetahui lebar atau tinggi kendaraan

(untuk kendaraan jenis truk dan bus). Karena kegunaannya untuk mengetahui lebar dan

tinggi kendaraan, posisi lampu kota harus berada di bagian ujung dari bagian yang terlebar

dan tertinggi dari kendaraan. Ada beberapa lampu pada kendaraan yang dapat menyala

bersama lampu kota atau posisi, di antaranya lampu penerangan papan instrument dan lampu

plat nomor bagian belakang.Arus lampu plat nomor selalu dihubungkan dengan lampu kota

sebelah kanan dengan maksud bila lampu kota sebelah kanan belakang mati atau tidak

menyala, masih ada tanda yang lain tentang lebar kendaraan.

Gambar 1.2 Switch Shecring

 Penggunaan Bola Lampu dan Sekring


Dalam satu unit kendaraan bermotor (mobil), pada saat lampu kota atau posisi

dinyalakan, jumlah daya lampu yang diperlukan adalah:

Table 1.1
Daya Lampu
Nama Komponen Daya Lampu

..4 buah bola lampu kota ..4 X 8 Watt = 32 Watt

..2 buah bola lampu plat Nomor ..2 X 3 Watt = 6 Watt

..2 buah bola lampu instrument ..2 X 3 Watt = 6 Watt

Sekring yang terpasang untuk lampu kota (Tail Fuse) adalah 1,5 X daya lampu (1,5 X

44 Watt = 66 Watt). Kebutuhan sekring yang ada di pasaran adalah 10 Amper, maka

pemilihan sekring yang tepat adalah 10 Amper.

3. Lampu Tanda Belok

Lampu tanda belok atau sein dan lampu hazzard adalah dua sistem tanda yang

berbeda,tetapi menggunakan komponen yang sama.Sistem ini terdiri atas empat buah lampu

berwarna kuning, yaitu:

. .1 bola lampu kiri depan

. .1bola lampu kiri belakang

. .1bola lampu kanan depan

. .1 bola lampu kanan belakang

Agar sistem tanda ini berfungsi dengan baik, lampu-lampu tersebut harus dapat

menyala dan berkedip sempurna, yaitu selama 1 menit adalah 60kali kedipan.Hal ini bisa

terjadi bila arus yang masuk ke bola lampu berupa arus putus-hubungyang diperoleh dari alat

pengedip (flasher). Bila saklar lampu tanda belok dioperasikan ke kiri atau ke kanan, lampu
yang berkedip kiri saja atau kanan saja. Saklar tersebut biasanya terletak di bawah lingkar

kemudi dan dirakit di batang kemudi. Bila saklar lampu hazzard dioperasikan atau

difungsikan, lampu yang berkedip adalah kiri dan kanan secara bersamaan. Saklar lampu

hazzard biasanya terletak di bagian batang kemudi sebelah depan. Perbedaan kedua sistem

tersebut adalah dari fungsinya, lampu tanda belok dipergunakan bila kendaraan akan

mengubah arah atau berbelok, sedangkan lampu hazzard digunakan bila dalam keadaan

bahaya. Misalnya mobil sedang menarik atau ditarik mobil lain, mobil berhenti darurat

karena ada kerusakan. Oleh karena itu, lampu hazzard harus dapat dinyalakan tanpa harus

menyalakan kunci kontak.

Gambar 1.3 Saklar (switch) steering

4. Lampu Rem

Lampu rem pada kendaraan bermotor biasanya berwarna merah dan ditempatkan di

bagian belakang yang menyatu dengan lampu kota atau posisi. Daya rem harus lebih besar

daripada lampu posisi. Misalnya bola lampu dobel filamen dengan tulisan 8/21 w 12V berarti

daya lampu kota 8 w dan lampu rem 21 W dengan tujuan pada saat lampu kota atau posisi

menyala dan mobil sedang direm, akan terjadi perubahan sinar lampu terlihat menyala lebih

terang.

Lampu rem akan selalu menyala bila pedal rem diinjak karena pada saat pedal rem diinjak,

tekanan tuas pedal rem cenderung ke posisi atas (tidak mengerem).


Gambar 1.4 Switch Rem

Gambar 1.5 Rangkaian Lampu Rem

5. Lampu Mundur

Lampu mundur pada kendaraan bermotor berfungsi di samping untuk memberi tanda

mundur pada kendaraan yang berada di belakangnya, juga berfungsi untuk menerangi bagian

belakang mobil tersebut. Agar nyala lampu tersebut bisa dibedakan dengan lampu yang lain,

warna dari lampu mundur adalah putih. Supaya dapat terlihat jelas pada jarak yang cukup

jauh, daya lampu yang terpasang sebesar 23 Watt. Lampu mundur hanya dapat menyala bila

mesin hidup ( kunci kontak “ON” ) dan gigi transmisi pada posisi mundur.
Gambar 1.6 Rangkaian Lampu Mundur

D. Komponen-Komponen Pendukung Rangkaian Sistem Kelistrikan Body

1. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber arus searah DC (Dirrect Current) pada

sistem kelistrikan otomotif. Umumnya baterai yang digunakan sebagai sumber tenaga pada

sistem kelistrikan otomotif mempunyai tegangan 12 Volt dan kapasitasnya berkisar 40–70

AH (Ampere Hour).

Gambar 1.7 Baterai

Baterai mempunyai 2 kutub, yaitu kutub (+) dan kutub (-). Kutub (+) diberi kode 30 dan

kutub (-) atau minus diberi kode 31.

2. Kunci Kontak (Switch)

Kelistrikan otomotif pada mobil menggunakan kunci kontak (Ignition Swtch)


sebagai saklar utama yang menghubungkan semua sistem kelistrikan dengan sumber tenaga

(baterai).

Gambar 1.8 Kunci Kontak

Kunci kontak mempunyai beberapa posisi, yaitu ;

Off : terputus dari sumber tegangan (baterai)

ACC : terhubung dengan arus baterai , tetapi hanya untuk kebutuhan accecoris

ON / IG : terhubung ke sistem pengapian (Ignition )

START : untuk start

3. Saklar

Gambar 1.9 Wirring saklar lampu kota (a) dan saklar lampu kepala (b)
Saklar di atas dapat dioperasikan dengan cara menekan dan melepas atau menarik dan

melepas sehingga kontak gerak akan berpindah dari 56a ke 56b atau sebaliknya. Bila saklar

tersebut mempunyai 3 posisi berhenti, pada posisi tidak ditarik (posisi 0), tidak ada kontak

yang berhubungan dengan 30 (+ baterai). Bila ditarik 2 kali (posisi 2), kontak 30 (+ Baterai)

akan berhubungan dengan 56 (ke saklar dim).

4. Sekring(fuse)

Sekring adalah suatu komponen kelistrikan yang berfungsi untuk membatasi

beban arus yang berlebihan. Selain itu, untuk menghindari terjadinya kerusakan pada

rangkaian saat terjadi konsleting atau hubungan singkat. Dengan adanya sekring (fuse)

rangkaian kelistrikan, bola lampu, kabel-kabel, relay, fleser, dan yang lainnya tidak akan

rusak bila terjadi kelebihan arus atau terjadi hubungan singkat karena sekring akan putus

terlebih dahulu. Jenis sekring ada bermacam-macam, baik bentuk (konstruksi) maupun jenis

filamennya.

Gambar 1.10 Sekring Jenis Good (a) dan Sekring Jenis Cartridge (b)

5. Pengedip(Flase)

Pengedip (flaser) digunakan untuk memutus dan menghubungkan arus secara

otomatis pada rangkaian lampu tanda belok sehingga lampu akan berkedip. Jenis pengedip

(flaser) ada dua, yaitu jenis bimetal dan magnet.


Gambar 1.11 Detail Flaser (a) dan Foto Flaser (b)

6. Relay

Relay adalah saklar elektrik yang digunakan untuk memutusdan Menghubung

kan arus secara elektrik. Cara kerjanya, bila dialiri arus listrik, kumparan akan menjadi

magnet sehingga kontak poin tertarik dan terhubung. Ada dua jenis relay, yaitu relay bila

dialiri arus listrik kontak poin akan terhubung dan relay bila dialiri arus listrik akan terputus.

Gambar 1.12. Detail relay jenis terbuka (a), relay jenis tertutup (b) dan
foto relay (c)

7. Kabel Penghubung

Kabel adalah suatu komponen yang digunakan untuk menghubungkan komponen satu

dengan komponen yang lainnya yang terbuat dari tembaga dan diberi isolasi supaya tidak

terjadi konseleting. Diameter kabel terdiri atas berbagai ukuran. Penggunaan kabel berbeda-

beda ukurannya, bergantung pada berapa besar arus yang mengalir. Bila arus yang mengalir

besar, berarti harus menggunakan kabel yang berdiameter besar, tetapi bila arus yang

mengalir kecil, cukup menggunakan kabel yang berdiameter kecil.


Gambar 1.13. Jenis Kabel

E. Rangkaian Sistem Kelistrikan Body

1. Rangkaian Lampu Kepala

Gambar 1.14 Rangkaian Lampu Kepala

Keterangan:

..1. Lampu kepala kiri

..2. Lampu kepala kanan

..3. Relay lampu kepala jarak dekat

..4. Relay lampu jarak jauh

..5. Saklar lampu jarak dekat dan jarak jauh

..6. Saklar utama

..7. Sekring

..8. Fuse link

.. 9. Bateray
2. Rangkaian Lampu Kota

Gambar 1.15 Rangkaian Lampu Kota

Keterangan:

..1. Lampu kota kanan depan

..2. Lampu kota kiri depan

..3. Lampu kota kiri belakang

..4. Lampu kota kanan belakang

..5. Relay

..6. Saklar

..7. Sekring

..8. Fuse link

..9. Bateray

3. Rangkaian Lampu Tanda Belok dan Lampu Hazzard


Gambar 1.16 Rangkaian Lampu Tanda Belok dan Lampu Hazzard

Keterangan:

..1. Lampu tanda belok kiri (depan dan belakang)

..2. Lampu tanda belok kanan (depan dan belakang)

..3. Saklar lampu Hazzard

..4. Saklar lampu tanda belok

..5. Flasher (pengedip)

..6. Sekring lampu tanda belok

..7. Sekring lampu Hazzard

..8. Kunci kontak

. . 9. Lampu kontrol tanda belok

4. Rangkaian Lampu Rem

Gambar 1.17 Rangkaian Lampu Rem


Keterangan:

..1. Lampu Rem Kiri

..2. Lampu Rem Kanan

..3. Switch

..4. Sekring

..5. Baterai

..30. Arus dari Baterei

..54. Plus Baterai

..55. Lampu Rem

F. SISTEM PENGAPIAN

1. Fungsi Sistem Pengapian

Fungsi dari sistem pengapian pada kendaraan adalah menyediakan percikan bunga api

listrik pada busi untuk membakar campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine

pada akhir langkah kompresi.

Gambar 1.18 Sistem Pengapian dengan Coil Pengapian Konvensional


2. Nama-Nama Komponen Sistem Pengapian Serta Fungsinya

a. Baterai (Battery)

Sebagai sumber arus listrik dengan tegangan rendah (12 Volt).

b. Kunci Kontak (Ignition Switch)

Untuk memutus atau menghubungkan arus listrik dari baterai ke koil.

c. Koil (Ignition Coil)

Menaikkan tegangan dari 12 Volt tegangan battery menjadi tegangan tinggi yang besarnya

10.000 – 20.000 Volt.

d. Kontak Pemutus/Platina (Breaker Point)

Untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer dari baterai ke kunci kontak ke koil

sampai ke massa.

e. Kondensor/Kondensator (condensor)

Untuk menyimpan induksi sendiri pada kumparan primer koil yang besarnya 300 – 400 Volt,

mencegah percikan bunga api pada platina, serta mempercepat penuhnya arus primer pada

saat platina menutup.

f. Distributor

Berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang di hasilkan

(dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada koil ke busi pada tiap- tiap silinder sesuai

dengan urutan pengapian. Bagian- bagian ini terdiri dari:

1) Cam (nok)

Membuka breaker point (platina) pada sudut cam shaftt yang tepat untuk masing-masing

selinder.
2) Centrifugal governor advancer

Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

3) Vacuum Advancer

Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacuum

Intake manifold).

4) Rotor

Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignition coil ketiap- tiap busi.

5) Distributor Cap

Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-

masing selinder.

g. Kabel tegangan tinggi

Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari koil ke busi.

h. Busi

Memercikkan bunga api listrik di ruang bakar pada akhir langkah kompresi sehingga terjadi

pembakaran campuran bahan bakar dan udara.

3. Cara Kerja Sistem Pengapian

a. Kunci Kontak ON Platina Dalam Kondisi Menutup

Arus listrik akan mengalir dari (+) battery menuju ke sekring kemudian ke terminal B

kunci kontak  IG kunci kontak  (+) koil  kumparan primer koil  (-) koil  platina 

massa. Akibatnya pada kumparan primer koil timbul kemagnetan yang mempengaruhi

kumparan skunder koil


Gambar 1.19 Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Keterangan :

1. Kumparan primer koil 7. Battery

2. Kumparan skunder koil 8. Kunci kontak

3. Koil 9. Distributor

4. kondensor 10. Kabel busi/kabel tegangan tinggi

5. Platina (kontak pemutus) 11. Busi

6. Sekring

b. Platina Mulai Terbuka

Arus listrik dari battery ke kunci kontak ke koil ke platina sampai ke massa menjadi

terputus. Akibatnya pada kumparan primer dan skunder koil terjadi induksi. Pada kumparan

skunder koil terjadi induksi tegangan tinggi yang besarnya 10.000 – 20.000 Volt yang

dialirkan ke distributor dan ke masing-masing busi sehingga busi dapat meloncatkan bunga

api listrik. Pada kumparan primer koil terjadi induksi sendiri yang besarnya 300 – 400 Volt

yang selanjutnya disimpan di kondensor.


4. Prinsip Kerja Koil Pengapian

Konstruksi.

Gambar 1.20 Konstruksi Coil Pengapian

Coil pengapian terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar pelapis logam untuk

mengurangi kebocoran medan magnet. Lilitan sekunder, yamg mempunyai lilitan lebih

kurang 20.000 lilitan kawat tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang

dilaminasi dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada bagian tutup

coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada inti besi, inti harus diisolasi oleh tutup dan

insolator tambahan diberikan di bagian dasar. Lilitan primer, terdiri dari 200 – 500 lilitan

kawat tembaga yang relatif tebal, di tempatkan dekat dengan bagian luar sekelililng lilitaan

sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan resistansi lilitan primer berubah

tergantung pada penggunaannya.

Coil pengapian adalah transformator peningkat tegangan. Coil menghasilkan pulsa-

pulsa tegangan tinggi yang dikirimkan ke busi-busi untuk menyulut campuran bahan

bakar/udara di tabung engine. Lilitan primer coil, menyimpan enerji dalam bentuk medan
magnit. Pada waktu yang ditentukan kontak poin terbuka, arus primer berhenti mengalir dan

medan magnit kolap memotong coil sekunder menghasilkan tegangan tinggi ke dalamnya.

Tegangan sekunder menyalakan busi.

5. Kondensor

Gambar 1.21 Kondensor Dipasang Pada Distributor.

Kondensor mencegah percikan bunga api pada poin-poin pada saat poin-poin tersebut

mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke dalam kondensor pada saat poin-poin

terpisah. Sebuah Kondensor terdiri dari beberapa lembar kertas timah masing-masing lapisan

diberi isolasi kertas paraffin, lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga berbentuk

silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan dengan satu kawat sebagai kutub positif

dan negative. Kondensor biasanya dipasang didalam distributor dan ada juga yang dipasang

diluar distributor.

Kondensor itu diperlukan karena:

- Poin-poin membuka dan menutup secara mekanis; gerakan tersebut

sangat lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran arus.

- Poin-poin tersebut hanya membuka sedikit.

- Tegangan di dalam coil dapat menjadi sangat tinggi.

Tanpa kondensor, yang terjadi adalah:

- Tegangan induksi di dalam lilitan primer menjadi sangat tinggi


mendorong arus meloncati celah membakar permukaan kontak poin. Aliran arus tidak dapat

cepat berhenti, dan medan magnit kolap sangat lambat. Karenanya tegangan sekunder terlalu

rendah untuk menyalakan busi.

6. Pengendali/Pemaju Pengapian Sentrifugal

Untuk mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat putaran engine naik,

distributor mempunyai mekanisme sentrifugal yang terdiri dari dua buah pemberat yang

mempunyai titik tumpu di bagaian bawah distributor. Kedua pemberat ini ditahan pada

dudukannya oleh pegas dan berputar dengan sumbu distributor. Jika kecepatan putar naik,

pemberat terlempar ke arah luar (karena pengaruh gaya sentrifugal) melawan tarikan pegas

dan akhirnya memajukan bubungan kontak poin.

Gambar 1.22 Salah satu contoh Mekanisme Pemaju Pengapian jenis Sentrifugal.

Bubungan dapat bergerak bebas pada poros distributor dan saat pemberat bergerak ke

arah luar akibat gaya sentrifugal, bubungan bergeser, atau berputar, searah dengan perputaran

poros. Hal ini membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih cepat dengan kontak

poin, dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.

7. Pengendali Pengapian Vacuum


Interval waktu antara saat terjadinya penyalaan dan saat diperoleh tekanan kompresi

maksimum adalah tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai kecepatan pembakaran.

- Jika campuran kaya dan tekanan kompresi tinggi, dia akan terbakar

dengan sangat cepat sewaktu di sulut.

- Jika campuran miskin dan tekanan kompresi rendah, campuran akan

terbakar dengan lambat. Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada suatu

engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder (pada awal langkah kompresi)

berubah-ubah sesuai posisi pembukaan katup throttle, dengan demikian terjadi perubahan

pada tekanan kompresi pada rentang kerja engine.

Gambar 1.23 Konstruksi Vacuum Advancer

Mekanisme pengendali pemajuan pengapian vacuum terdiri dari unit diafragma

vacuum, dihubungkan dengan pelat dudukan distributor dan sisilain diafragma dihubungkan

dengan saluran vacuum karburator melalui selang vacuum. Diafragma ditahan pada posisinya

oleh pegas. Pelat dudukan dan kontak poin akan berputar saat diafragma berhubungan dengan

kevacuuman saluran masuk engine.

Cara Kerja

Pembukaan katup gas/throttle yang kecil akan memberikan tingkat kevacuuman yang

tinggi pada diafragma yang mengakibatkan pelat dudukan berputar mempercepat saat

pengapian.Saat pembukaan katup throttle membuka semakin lebar, pengaruh kevacuuman

akan menurun mengurangi pemajuan saat pengapian. Pembukaan penuh katup throttle akan
memberikan tekanan udara luar (tidak ada kevacuuman) terhadap diafragma mengakibatkan

tidak terjadi pemajuan saat pengapian.

Catatan:

Kerjasama antara pemaju pengapian sentrifugal dan kevacuuman secara otomatis

memberikan perubahan yang pasti terhadap saat pengapian pada setiap rentang kerja

engine.

8. Sudut Dwell

Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan distributor saat kontak poin

menutup. Sudut Dwell yang tepat sangat penting pada coil pengapian. Coil pengapian, agar

dapat berkerja dengan baik memerlukan waktu aliran arus yang mengalir pada lilitan

primercukup lama agar mampu membangkitkan medan magnet yang kuat di

sekitarnya.Kekuatan medan magnet digunakan untuk memotong lilitan sekunder agar

menghasilkan tegangan yang diperlukan untuk menyalakan busi.

Gambar 1.24 Sudut Dwell

Celah kontak poin dapat merubah sudut dwell. Celah kontak poin yang sempit akan

menaikkan sudut dwell. Ini berarti kontak poin tertutup lebih cepat dan munutupnya

terlambat dan ini meningkatkan sudut dwell.

Besarnya sudut dwell dapat di tentukan dengan rumus:

60% x 360/n.
n = jumlah selinder

Sudut dwell yang terlalu besar dapat menimbulkan kerugian. Kontak poin menutup

lebih cepat dapat mempengaruhi kerja coil pengapian dan kondensor menyebabkan

pembakaran yang jelek dan kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan. Celah

yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup lambat dan

membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh kejenuhan medan magnet

dengan demikian menimbulkan pembakaran yang jelek.

9. Busi

Busi berguna untuk menghasilkan bunga api dengan menggunakan tegangan tinggi

yang dihasilkan oleh koil. Bunga api yang dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan

untuk memulai pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang telah di kompresikan

di dalam selinder.

Konstruksi busi

Gambar 1.25 Konstruksi Bus

Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu elektroda tengan dan samping

elektroda tengah mengalirkan arus listrik dari distributor yang kemudian akan mel
ompat menuju elektroda samping.Isolator yang ada pada busi untuk mencegah bocornya arus

listrik tegangan tinggi, sehingga tetap mengalir mel;alui elektroda tengah dan elektroda

samping terus ke masa sambil menghasilkan bunga api dari elektroda tengah ke elektroda

samping.

10. Nilai Panas Busi

Yang dimaksud dengan nilai panas busi adalah kemampuan meradiasikan sejumlah

panas oleh busi. Busi yang meradiasikan panas yang lebih banyak disebut busi dingin sebab

busi tersebut akan tetap dingin, sedangkan busi yang meradiasikan busi panas sedikit disebut

dengan busi panas. Busi dingin mempunyai ujung insulator yang lebih pendek karena

permukaan persinggungan dengan api lebih kecil dan jalur radiasi panasnya pendek, maka

perambatan panas sangat baik dan tempratur elektroda tengah tidak akan naik terlalu tinggi.

Sedangkan busi panas mempunyai ujung insulator yang panjang dan permukaan

singgung dengan api yang luas sehingga jaluir perambatan panas menjadi panjang dan radiasi

panas menjadi kecil. Akibatnya terpratur elektroda tengah menjadi naik.Nilai panas busi juga

dapat ditentukan dengan nomor yang ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu

busi maka semakin tinggi nilai panas busi


Gambar 1.26 Busi Tipe Panas dan Busi Tipe Dingin
BAB III
PROSES PERANCANGAN

A. Jenis Alat Yang Akan Dibuat

Jenis alat yang akan dirancang adalah sebuah alat ‘’media pembelajaran

trainer kelistrikan’’

B. Alat Dan Bahan

a. Alat yang digunakan yaitu :

No. Alat No

1. Gergaji besi 10. Gergaji kayu

2. Mesin bor 11. Tang biasa

3. Mesin Gerinda 12. Tang Potong

4. Kunci ring 13. Mesin Las Asetilin

5. Kunci pas 14. Kuas

6. Obeng (+ ) (- ) 15. Las Listrik

7. Palu 16. Solder

8. Ragum 17. Pisau Akrilik

9. Gergaji besi 18. Avo Meter

Table 1.2 Alat System Kelistrikan

b. Bahan yang digunakan yaitu:

1. Baterai 32. Amperemeter

2. Kotak sekring/sekring 33. Volmeter

3. Kunci kontak 34. Akrilik

4. Ignition coil 35. Besi kotak

5. Lampu kepala 36. Besi strip

6. Klakson 37. Mata bor listrik 6,7,8,10,12,14 mm


7. Lampu ruangan 38. Baut dan mur 10 dan 12

8. Lampu kota depan 39. Sekrup

9. Lampu belakang 40. Mata gerinda

10. Lampu plat nomor 41. Kabel serabut tunggal

11. Lampu kabut 42. Cat

12. Lampu mundur 43. Elektroda las

13. Lampu tanda belok 44. Dioda

14. Lampu indicator 45. Roda

15. Penghapus kaca 46. Amplas

16. Bola lampu 47. Kabel aki dan penjepit

17. Relai 48. Isolasi

18. Flaser 49. Timah

19. Switch lampu rem 50. Tripleks

20. Switch lampu mundur 51. Mata gerinda potong

21. Soket jantan 52. Tinner

22. Soket betina

23. Soket bending ports

24. Soket skun

25. Soket relai

27. Coil

28. Distri butor

29. Busi

30. Kabel busi

31. Kertas stiker

32. Tinta printer


Table 1.3 Bahan System Kelistrikan

C. Prosedur Perancangan

Prosedur perancangan media sistem kelistrikan standar

secara keseluruhan terdiri dari:

1. Mendesain bentuk dasar media

2. Pembuatan Rangka

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Merancang bentuk/model rangka

c. Memotong bahan pembuatan rangka sesuai dengan ukuran pada gambar.

d. Menyambung rangka dengan las

D. Gambar Media

1. Rangka Yang Direncanakan


2. Gambar Rancangan Rangka Dengan Sistem Kelistrikan

E. Rekapitulasi Anggaran

Adapun rencana anggaran yang dibutuhkan dalam pembuatan tugas akhir ini

diuraikan pada kolom dibawah ini adalah sebagai berikut:

NO Nama Barang Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga

satuan

1. Baterai 1 Rp. 650.000 Rp.650.000

2. Kotak Sekring/sekring 1 Rp. 85.000 Rp.85.000

3. Kunci Kontak 1 Rp. 40.000 Rp.40.000

4. Coil 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000

5. Lampu Kepala 2 Rp. 30.000 Rp. 60.000

6. Klakson 2 Rp. 25.000 Rp. 50.000

7. Lampu Ruangan 1 Rp. 45.000 Rp. 45.000

8. Lampu Kota Depan 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000


9. Lampu Kota Belakang 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000

10. Lampu Plat Nomor 1 Rp. 25.000 Rp. 25.000

11. Lampu Kabut 4 Rp. 25.000 Rp. 200.000

12. Lampu Indicator 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000

13. Penghapus Kaca 2 Rp. 150.000 Rp. 300.000

14. Bola Lampu 12 Rp. 7000 Rp. 84.000

15. Relay 4 Rp. 35.000 Rp. 140.000

16. Flaser 1 Rp. 35.000 Rp. 35.000

17. Switch Lampu Rem 1 Rp. 5000 Rp. 5000

18. Switch Lampu Mundur 1 Rp. 5000 Rp. 5000

19. Soket Bending Ports 6 Rp. 10.000 Rp. 60.000

20. Soket Skun 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000

21. Soket Relai 4 Rp. 25.000 Rp. 100.000

22. Distributor 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000

23. Busi 4 Rp. 30.000 Rp. 120.000

24. Kabel Busi 5 Rp. 20.000 Rp. 100.000

25. Kertas Stiker 1 pcs Rp. 100.000 Rp. 100.000

26. Tinta Printer 2 pcs Rp. 50.000 Rp. 100.000

27. Isolasi 10 Rp. 10.000 Rp. 100.000

28. Timah 5 Rp. 15000 Rp. 75000

29. Solder 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000

30. Mesin Gerinda 1 Rp. 450.000 Rp. 450.000

31. Mesin Bor 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000

32. Besi Batang 4 m 5 Rp. 250.000 Rp. 1.250.000


33. Kunci Ring/set 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000

34. Pisau Akrilik 5 Rp. 100.000 Rp. 500.000

35. Avo Meter 1 Rp. 650.000 Rp. 650.000

36. Tang Biasa 1 Rp. 55.000 Rp. 55.000

37. Tang Potong 1 Rp. 65.000 Rp. 65.000

38. Palu 3 Rp. 55.000 Rp. 165.000

39. Soket bending port 6 Rp. 50.000 Rp. 300.000

40. Kuas 5 Rp. 5000 Rp. 25.000

Total Harga : Rp 8.129.000

Anda mungkin juga menyukai