Anda di halaman 1dari 30

PENGOLAHAN

LIMBAH PADAT
LINDRI FIAMELDA S.TP, M.SI

Prodi Sarjana Terapan


Kesehatan & Keselamatan
Kerja
PENGERTIAN SAMPAH
• Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial,
industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya. Sampah
juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak
terpakai (Purwendro & Nurhidayat, 2006).
• Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya
dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang
tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari zat-zat
organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan yang
tidak mudah membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam, abu sisa
pembakaran dan lain sebagainya.
PENGERTIAN SAMPAH
• Sampah organik atau sampah basah merupakan sampah yang mudah terurai secara alam
seperti kulit buah, kertas, sisa makanan dan sisa sayuran. Sampah organik kering
merupakan sampah yang kandungan airnya sedang seperti kertas, dan dedaunan.
Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sulit terurai oleh alam seperti
plastik, karet, logam dan besi. Sampah juga dikatakan berpengaruh terhadap lingkungan
dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek kimia dan aspek biologis (Sarudji,
2010).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAMPAH

Soemirat (2009), menyatakan bahwasannya kuantitas dan kualitas sampah di pengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah antara lain:

1. Jumlah Penduduk
Dengan semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula sampah yang diihasilkan oleh
penduduk
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang
dibuang tiap harinya. Kualitas sampahnya pun semakin banyak yang bersifat non organik atau tidak
dapat membusuk.
3. Kemajuan Teknologi
1.Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku
semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktor yang semakin beragam dapat mempengaruhi
jumlah dan jenis sampahnya.
TIMBULAN
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat
sampah yang di hasilkan dari jenis sumber sampah
diwilayah tertentu persatuan waktu (Departemen PU,
2004). Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan
dari sumber sampah (SNI, 2004). Timbulan sampah sangat
diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan
yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas
recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir
(LPA) sampah.
TIMBULAN
Menurut SNI 19-3964-1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem,
dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut:

1. Satuan timbulan sampah kota sedang 2,75-3,25 L/orang/hari atau 0,070-0,080 kg/orang/hari.

2. Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau 0,625-0,70 kg/orang/hari

• Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari
perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah
biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan sebagainya. Rata- rata
timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara
lainnya.
BESARAN TIMBULAN SAMPAH BERDASARKAN
KOMPONEN SUMBER SAMPAH
BESARAN TIMBULAN SAMPAH
BERDASARKAN KLASIFIKASI KOTA
JENIS SAMPAH

Sampah Organik Sampah Anorganik Sampah B3


Sampah yang terdiri dari bahan-bahan Sampah ini terdiri dari bahan-bahan Limbah ini berasal dari bahan-bahan
yang bisa terurai secara yang sulit terurai secara biologis. berbahaya dan beracun seperti limbah
alamiah/biologis, seperti sisa makanan Proses penghancurannya rumah sakit, limbah pabrik dan lain-
dan guguran daun. Sampah jenis ini membutuhkan penanganan lebih lanjut lain.
biasa disebut sampah basah. di tempat khusus, misalnya plastik,
kaleng dan styrofoam. Sampah jenis
ini juga biasa disebut dengan sampah
kering.
KARAKTERISTIK SAMPAH

• Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat- sifatnya, seperti:


Karakteristik
Karakteristik fisika
kimia

Densitas Carbon

Kadar Air Nitrogen

Kadar Volatil Oksigen

Kadar Abu Fosforus

Nilai kalor Hidrogen

Distribusi Ukuran dsb


SUMBER SAMPAH

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste).


Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah
dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan, baik yang sudah dimasak atau belum, bekas
pembungkus, baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian- pakaian bekas, bahan-
bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun- daunan dari kebun atau taman. 

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.


• Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat–tempat hiburan, terminal
bis, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun dan
sebagainya.
SUMBER SAMPAH

3. Sampah yang berasal dari perkantoran.

Sampah ini dari perkantoran, baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan
sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini
bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).

4. Sampah yang berasal dari jalan raya.


• Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas kertas, kardus-kardus, debu, batu
batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
Sampah yang berasal dari kawasan industri. 
SUMBER SAMPAH

5. Sampah ini berasal dari kawasan industri


termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang
berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 

6. Sampah yang berasal dari pertanian atau perkebunan.


• Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-
mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
SUMBER SAMPAH

7. Sampah yang berasal dari pertambangan.

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran
(arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan.


• Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-
sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
KOMPOSISI SAMPAH
• Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing- masing komponen yang terdapat pada
sampah dan distribusinya.
• Pengelompokan sampah yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalkan
dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain,
makanan, dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2004).
• Menurut Tchobanoglous (1993), komposisi sampah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:
KOMPOSISI SAMPAH
• Secara fisik terdiri dari sampah basah (garbage), sampah halaman,
taman, kertas, kardus, kain, karet, plastik, kulit, kayu, kaca, logam,
debu, dan lain-lain. Informasi mengenai komposisi fisik sampah
KOMPOSISI FISIK diperlukan untuk memilih dan menentukan cara pengoperasian setiap
peralatan serta fasilitas- fasilitas lainnya, memperkirakan kelayakan
pemanfaatan kembali sumber daya dan energi dari sampah, serta
sebagai perencanaan fasilitas pembuangan akhir.

• Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon,


Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang
terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Untuk mengetahui
KOMPOSISI KIMIA komposisi kimia sampah, perlu dilakukan analisa kandungan kimia
sampah di laboratorium. Unsur-unsur kimia yang diselidiki tergantung
dari alternatif cara pengolahan sampah yang akan dievaluasi
PENGELOLAAN SAMPAH
• Pengelolaan sampah didefinisikan semua kegiatan yang bersangkutan dengan pengendalian
timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan
akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi,
teknologi, konservasi, estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan
respon masyarakat.
• Menurut UU No.18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.
PENGELOLAAN SAMPAH

• Kegiatan pengurangan meliputi: • Sedangkan kegiatan penanganan


1. Pembatasan timbulan sampah meliputi:
2. Pendauran ulang sampah, dan/atau 1. Pemilahan
3. Pemanfaatan kembali sampah 2. Pengumpulan
3. Pengangkutan
4. Pengolahan
5. Pemrosesan akhir sampah
PENGELOLAAN SAMPAH
Menurut Usman (2016), tipe pengelolaan sampah dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: 1. Penanganan
Setempat
• Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah. Sistem
penanganan yang terpusat, maka adanya suatu institusi yang menangani langsung pengelolaan
persampahan mutlak diperlukan. Institusi dalam sistem pengelolaan persampahan memegang peranan
yang sangat penting meliputi, status, struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta
koordinasi vertikal maupun horisontal dari badan pengelola
• Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang
terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Penimbunan

Pengomposan

Insinerasi

Daur ulang
1. PENIMBUNAN

• Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka atau open
dumping dan metode sanitary landfill.
• Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat
pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode
kuno yang memberikan dampak negatif lain. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah
dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-
zat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open
dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu sanitary landfill. 
1. PENIMBUNAN

SANITARY LANDFILL METHODE


Menurut Tchobanoglous, dkk (1993), hal utama yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan desain Sanitary landfill adalah data
mengenai jumlah timbulan sampah dalam landfill. Jumlah timbulan
sampah ini akan mempengaruhi luas area yang dibutuhkan untuk
pembuatan landfill. Selain kebutuhan lahan untuk area penimbunan
sampah (landfilling), juga diperlukan beberapa sarana penunjang yang
diperlukan dalam pengoperasian metode Sanitary Landfill. Sarana
penunjang pengoperasian yang diperlukan antara lain adalah sarana
saluran drainase, sistem pengumpul lindi dan sistem pengumpul gas.
1. PENIMBUNAN

AREA METHODE
Area Methode atau penimbunan berbentuk segiempat
bertingkat ini, diterapkan pada kondisi lahan yang level air
tanahnya dangkal (dekat dengan permukaan). Sampah dibuang
menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapis
dalam proses pengisian (biasanya per 1 hari). Lapisan
dipadatkan dan ditutup dengan material penutup setebal 15-30
cm. Luas area penyebaran bervariasi tergantung volume
timbulan sampah dan luas lahan yang tersedia, dengan panjang
dan lebar hingga 305 m. Penimbunan sampah dengan
menggunakan Area Methode dapat dilihat pada Gambar 2.1
1. PENIMBUNAN

TRENCH METHODE
Trench Methode atau penimbunan berbentuk parit
segiempat ini, digunakan pada area yang memiliki
muka air tanah yang dalam, sehingga dari lokasi akan
tersedia material penutup yang cukup. Tiap sel galian
umumnya berbentuk segiempat, dengan panjang dan
lebar hingga 305 m dan dengan slope 1.5:1 sampai
2:1. Galian bervariasi dengan panjang 61-305m,
kedalaman 1-3 meter dan 5-15 meter untuk lebarnya.
1. PENIMBUNAN

DEPRESSION METHODE
Depression Methode atau penimbunan dalam
cekungan atau lembah ini, biasa digunakan untuk
penimbunan sampah yang dilakukan pada daerah
lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering dan
bekas galian. Teknik perletakan dan pemadatan
sampah tergantung pada jenis material penutup yang
tersedia, kondisi geologi dan hidrologi lokasi, tipe
fasilitas pengontrolan lindi dan gas yang digunakan,
dan sarana menuju lokasi.
2. PENGOMPOSAN
• Kompos didefinisikan sejenis pupuk organik, dimana kandungan unsur N, P dan K yang tidak terlalu tinggi , hal ini
membedakan kompos dengan pupuk buatan. Kompos sangat banyak mengandung unsur hara mikro yang
berfungsi membantu memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi
gembur dan lebih mampu menyimpan air (Tchobanoglous et al.,1993).
• Cara atau metoda untuk membuat kompos adalah proses komposting. Proses komposting ini merupakan proses
dengan memanfaatkan proses biologis yaitu pengembangan massa mikroba yang dapat tumbuh selama proses
terjadi. Metoda ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama sampah organic yang basah)
menjadi kompos karena adanya interaksi kompleks dari organisme yang terdapat secara alami.
• Proses komposting merupakan suatu proses yang paling relatif mudah dan murah, serta menimbulkan dampak
lingkungan yang paling rendah. Proses ini hampir sama dengan pembusukan secara lamiah, dimana berbagai
jenis mikroorganisme berperan secara serentak dalam habitatnya masing-masing. Makanan untuk
mikorooganisme adalah sampah, sedangkan suplai udara dan air diatur dalam proses komposting ini.
3. INSINERASI
• Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator.
Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak, bisa mencapai
90 %. Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik atau untuk memanaskan ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah
padat dapat dibakar dalam insinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya
adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk
insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai. Kelemahan utama metode insinerasi adalah
biaya operasi. yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi
pencemar udara serta abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
4. DAUR ULANG
• Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang
sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat
digunakan kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastik,
karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
• Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya hampir sama atau sama dengan
produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam
bentuk botol atau wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur dengan
aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang menjadi kaleng
alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang
menjadi berbagai produk lain, seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
TUGAS 2.
1. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kekurangan teknologi pengolahan limbah padat (Open
dumping, sanitary landfill, insinerasi) ? (POIN 30)
2. Uraikan teknologi pengolahan limbah padat suatu Industri yang tidak disebutkan pada
materi? (boleh memakai studi kasus) (POIN 50)
3. Apa saja manfaat mengolah limbah padat dengan cara daur ulang? (POIN 20)

Kumpul tugas via WA/email, paling lambat hari ini (4 Mei 2023) dengan format pdf/word/scan.
Minggu depan (11 Mei 2023) UTS, Semangat!

081311329722/lindri.fiamelda@gmail.com
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai