Anda di halaman 1dari 103

PENGENALAN LIMBAH

PADAT
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Sub Pokok Bahasan
 Pendahuluan
 Penggolongan Limbah Padat
 Pengolahan Limbah Padat
 Dampak Limbah Padat
Pendahuluan
 Limbah/Sampah (WHO) adalah Sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya
 Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic
dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SK
SNI T-13-1990-F).
 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mengartikan Sampah sebagai benda
yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat digunakan lagi
 Definisi sampah menurut tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Terbentuknya Limbah Secara Umum
Penggolongan Jenis Sampah
 Di negara industri, jenis sampah atau yang dianggap sejenis sampah,
dikelompokkan berdasarkan
 Sumbernya
 Cara penanganan dan pengolahannya
 Komposisinya
 Status permukiman
 Penggolongan lain
Sampah Berdasarkan Sumbernya
 Pemukiman: biasanya berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit,
sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah
berbahaya dan sebagainya
 Daerah komersial: yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar,
perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain
kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan
beracun, dan sebagainya
 Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan lan-
lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah
komersial
 Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya
lanjutan
 Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi
baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain
kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain
 Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan
lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman,
ranting, daun, dan sebagainya
 Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum, Instalasi
pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan
antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya
 Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa
pertanian.
Sampah berdasarkan cara penanganan dan
pengolahannya
 Komponen mudah membusuk (putrescible): sampah rumah tangga, sayuran,
buah-buahan, kotoran binatang, bangkai, dan lain-lain
 Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible):
kayu,kertas, kain plastik, karet, kulit dan lain-lain
 Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible):
logam, mineral, dan lain-lain
 Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible)
 Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small noncombustible)
lanjutan
 Wadah bekas: botol, drum dan lain-lain
 Tabung bertekanan/gas
 Serbuk dan abu: organik (misal pestisida), logam metalik, non metalik,
bahan amunisi dsb
 Lumpur, baik organik maupun non organik
 Puing bangunan
 Kendaraan tak terpakai
 Sampah radioaktif.
Berdasarkan komposisinya
 Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya
termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas
kertas, karton dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang
seragam
 Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari
pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.
Sampah Berdasarkan Status permukiman
 Sampah kota (municipal solid waste), yaitu sampah yang terkumpul di
perkotaan
 Sampah perdesaan (rural waste), yaitu sampah yang dihasilkan di perdesaan.
Sifat sampah
 Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial,
selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3.
 Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi,
sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradablesehingga sulit
terdekomposisi.
 Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus,
plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun.
 Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu.
 Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas,
biasanya dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan
mendatangkan lalat.
Sampah Perkotaan
Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan yang dikelola oleh
Pemerintah Kota di Indonesia sering dikategorikan dalam beberapa kelompok
 Sampah dari rumah tinggal (sampah domestik) . Dari kelompok sumber ini
umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton / dos,
kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadang sampah berukuran besar
seperti dahan pohon. Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan
B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-
obatan, oli bekas, dll.
 Sampah dari daerah komersial: sumber sampah dari kelompok ini berasal dari
pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini
umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga
sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah,
makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini adalah
mirip dengan sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.
lanjutan
 Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini meliputi
perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini
potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar.
 Sampah dari jalan / taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok ini
dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase
kota, dll. Dari daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun / dahan pohon,
pasir / lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dll.
 Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan umum
dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis
sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll. Yang perlu mendapat
perhatian adalah, bagaimana agar sampah yang tidak sejenis sampah kota
tersebut tidak masuk dalam sistem pengelolaan sampah kota.
Karakteristik limbah padat
Berdasarkan karakteristiknya limbah padat dibedakan (Depkes RI, 1987):
 Garbage (sampah basah)
Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayur-sayuran hasil dari pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan
yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.
 Rubbish (sampah kering)
Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah
yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas,
kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar
terbakar sebagian besar mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam,
kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.
Lanjutan...
 Abu (Ashes)
Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis
zat yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik
industri.
 Street cleaning (sampah dari jalan)
Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan
tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,
daun-daunan dan lain-lain.
Lanjutan...
 Industrial wastes (sampah industri)
Merupakan sampah yang berasal dari industri-industri pengolahan hasil bumi/
tumbuhan dan industri lain. Sampah industri dapat berupa:
 Bahan kimia beracun
 Bahan berbahaya
 Bahan kimia
 Mineral
 Residu dan Organik
 Residu patologi radiologi
 Kayu dan kertas

 Demolition wastes (sampah bangunan)


 Hazardous wastes (sampah berbahaya)
 Water treatment residu
Kategori Limbah Padat
 Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya lumpur,
boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat,
sarung tangan, dan sebagainya.
 Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya bahan
radioaktif, bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kuantitas dan Kualitas Sampah
 Jumlah penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya
 Keadaan Sosial Ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah
perkapita sampah yang dibuang
 Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula
Dampak Limbah Padat
Terhadap Lingkungan
 Dampak Menguntungkan
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat
memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang
 Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat
penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar
akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh.
Dapat juga menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke
badan air
Dampak Limbah Padat
Terhadap Manusia
 Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai
sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk
dimanfaatkan
 Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan
binatang pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan
penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria,
Pilariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).
Cara Pengolahan Limbah Padat
 Limbah padat tanpa pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu yang
difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak
mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya.
 Limbah padat dengan pengolahan.
Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya
atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah semacam
ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan
akhir.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
sebelum limbah diolah :
 Jumlah limbah
jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak membutuhkan penanganan khusus
seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah yang dibuang
misalnya 4 meter kubik perhari sudah tentu membutuhkan tempat
pembuangan akhir dan sarana pengangkutan tersendiri.
 Sifat fisik dan kimia limbah
Dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara kimia dapat menimbulkan
reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat yang berupa lumpur
akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah.
Lanjutan...
 Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan
Perlu diketahui komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada
tempat pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana
tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
 Tujuan akhir yang hendak dicapai
Tujuan yang hendak dicapai tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis
atau non ekonomis. Untuk limbah yang memiliki nilai ekonomis mempunyai
tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan
yang masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditujukan
untuk pencegahan perusakan lingkungan.
Proses Pengolahan Limbah Padat
 Ada 4 proses, yaitu:
 Pemisahan
 Penyusutan ukuran
 Pengomposan
 Pembuangan limbah
Pemisahan
Karena limbah padat terdiri dari: ukuran yang berbeda dan kandungan bahan
yang berbeda maka harus dipisahkan dahulu, supaya peralatan pengolahan
menjadi awet.
Pemisahan ada 3 sistem, yaitu:
 Sistem balistik: adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman
ukuran/berat volume
 Sistem gravitasi: adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat.
misal : barang yang ringan/terapung
barang yang berat/tenggelam
 Sistem magnetis: adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet, yang
bersifat magnet akan langsung menempel. misal: untuk memisahkan
campuran logam dan non logam
Penyusutan Ukuran
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen
sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya
dengan maksud antara lain :
 Ukuran bahan menjadi lebih kecil
 Volume bahan lebih kecil
 Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan
pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator.
Pengomposan
 Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia,
sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat.
 Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan
disamakan ukurannya/volumenya.
 Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak membutuhkan
pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap sebagai berikut :
 Pemekatan
 Penghancuran
 Pengurangan air
 Pembakaran
 Pembuangan.
Pembuangan Limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang
dibagi menjadi 2, yaitu:
 Pembuangan di laut
 Pembuangan di darat (sanitary landfill)
Pembuangan Laut
 Pembuangan di laut
Pembuangan limbah padat di laut tidak boleh dilakukan di sembarang tempat
dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut.
 Hal ini disebabkan:
 Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan
 Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu-lintas kapal
 Laut menjadi dangkal
 Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya
(misal: limbah B3 /limbah radioaktif), dapat membunuh biota laut
Pembuangan di darat/di tanah
Untuk pembuangan di darat, perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut:
 Pengaruh iklim, temperatur dan angin
 Struktur tanah
 Jaraknya harus jauh dengan pemukiman
 Pengaruh terhadap sumber air, perkebunan, perikanan peternakan, flora atau fauna.
Pembuangan di darat/tanah dibagi:
 Penebaran di atas tanah
 Penimbunan/penumpukan
 Pengisian tanah yang cekung (landfill)
Pengaruh pengelolaan sampah yang
kurang baik
Terhadap Kesehatan
 Tempat berkembang biak vektor penyakit.
 Insidensi penyk akibat lingk meningkat.
 Kecelakaan. Mis: terinjak kaca, dll.
 Gangg psikosomatis. Mis: sesak, insomnia, dll.
Terhadap Lingkungan
 Estetika dan bau kurang sedap.
 Pencemaran terhadap air dan udara.
 Resiko menyebabkan banjir.
Terhadap Sosial-ekonomi
 Budaya  dapat menyebabkan penurunan wisatawan.
 Perselisihan warga dan pengelola.
Permasalahan Sampah di Indonesia
 Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di
Indonesia
 Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia yang
dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya
adalah pengurugan (landfilling)
 Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah:
KUMPUL –ANGKUT dan BUANG
 Pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA
tersebut, sehingga muncullah kasus-kasus kegagalan TPA. Sehingga TPA
menjadi bom waktu bagi pengelola kota
Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya
Bagaimana Pengelolaan Limbah Padat/
sampah disekitar mu ?
Tugas
 Cari Permasalahan pengelolaan sampah disekitarmu
 Temukan Inti permasalahannya  Buat flow chart pengelolaan dan
dampaknya untuk menemukan masalahnya
 Cari Solusi dan Alternatif solusinya baik skala kecil (mandiri
maupun Kolektif)
 Masing-masing orang berbeda.
Tugas
 Buat makalah maksimal 5 Halaman
 Kumpulkan dalam bentuk PDF
 Kirim Via email
 riyandi@fmipa.untan.ac.id
 Pengiriman disertai dengan
 Subjek. (Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah)
 Nama
 NIM
26/03/2021

LIMBAH GAS
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Pendahuluan
 Pada saat orang menarik nafas, udara yang
mengandung partikel akan terhirup ke
dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu)
yang masuk ke dalam paru-paru akan
menentukan letak penempelan atau
pengendapan partikel tersebut.
 Partikel yang berukuran kurang dari 5
mikron akan tertahan di saluran nafas
bagian atas, sedangkan partikel berukuran
3 sampai 5 mikron akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah.
 Partikel yang berukuran lebih kecil, 1
sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam
kantung udara paru-paru, menempel pada
alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang
dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas
dihembuskan.

1
26/03/2021

Pendahuluan
 Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.
Penyakit pnemoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu)
yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
 Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang
memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis,
Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

Pendahuluan
Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
Ketentuan Umum:
 Pencemaran udara : masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
 Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
 Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada
didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

2
26/03/2021

Pendahuluan
 Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara ambien dapat
memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.

 Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah kadar maksimum dan/atau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan kedalam udara ambien.

 Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan/atau dimasukkannya kedalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

 Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber
bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak
spesifik.

Karakteristik Limbah GAS (Udara)


 Polutan/ Limbah udara primer dapat dibedakan :
 Karbon monoksida (CO)
 Nitrogen Oksida (Nox)
 Hidrokarbon (HC)
 Sulfur Oksida (Sox)
 Dan Partikel
 Sumber polusi utama adalah : transportasi, industri dan rumah tangga Yang
mempengaruhi konsentrasi polutan adalah: suhu, angin, dan kondisi geografis

3
26/03/2021

Pengendalian Pencemaran Udara


Prinsip Pengendalian Pencemaran Udara. Metoda pengendalian pencemaran
(Corbitt,1990) yaitu
 Pada titik sumbernya
 Pengenceran secara alami atas pencemar udara sampai batas kosentrasi
dimana tidak membahayakan manusia, binatang, tanaman dan barang-
barang.

Persyaratan cerobong :
 Tinggi : 2 – 2,5 kali tinggi bangunan sekitar, konsentrasi zat pencemar dpt
dikurangi dengan menggunakan cerobong tinggi
 Kecepatan aliran gas dari cerobong > 20 m/det
 Warna mencolok agar mudah terlihat
 Dilengkapi pelat penahan angin yang melingkari cerobong secara memanjang
ke arah ujung atas
 Puncak cerobong sebaiknya terbuka, bila perlu penutup agar berbentuk
segitiga terbalik (terbuka ketas)
 Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri

4
26/03/2021

Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara


(mengurangi emisi dari partikulat dan gas)
Mekanisme pengendalian :
 Partikulat : secara fisik (penyaringan, perbedaan medan magnet,
penangkapan, dll)
 Gas : secara kimiawi (pelarutan, penyerapan, dll)

Faktor pertimbangan pemilihan


 Jenis proses produksi yang akan dikendalikan
 Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan
 Kelembaban dan temperatur inlet
 Jenis partikulat yang akan dikumpulkan
 Konsentrasi debu pada inlet
 Volume inlet

Jenis Peralatan PPU


 ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (EP)
 SEPARATOR (SIKLON)
 WET SCRUBBER
 FABRIC FILTER (BAGHOUSES)

5
26/03/2021

Electrostatic Precipitator (EP)


Bekerja berdasarkan medan listrik yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik.
Keuntungan :
 Memiliki penurunan tekanan yang konstan dan kinerja bervariasi.
 Menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi, walaupun untuk partikulat yang sangat kecil.
 Tahan terhadap kehilangan tekanan.
 Dapat beradaptasi untuk suatu kondisi yang ekstrim seperti temperatur yang berfluktuasi
secara ekstrim.
 Perawatan relatif mudah.
Kerugian :
 Biaya kapital tinggi.
 Tdk dpt menangani polusi gas.
 Perlu tempat yang luas dalam instalasi.

Aplikasi EP
 Boiler batu bara
 Peleburan logam
 Industri semen
 Boiler biomas (ampas tebu, cangkang sawit, dsb)
 Incenerator
 Boiler bahan bakar residu

6
26/03/2021

Electrostatic Precipirator

7
26/03/2021

Siklon
Bekerja berdasarkan gaya centrifugal dimana udara yang masuk secara
tangensial
Keuntungan :
 harganya cukup murah,
 tidak banyak bagian-bagian yang berputar, dan
 dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi.
Kerugian :
 Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatif besar);
 Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah tidak
dapat dipenuhi hanya dgn menggunakan siklon karena effisiensi 65 % untuk
diameter partikel 40 micron  Cyclone Spray Chamber

Siklon

8
26/03/2021

Cyclone spray chamber

9
26/03/2021

Scrubber Partikulat
 Scrubber dianggap sebagai alat penangkap partikulat dengan sistim basah.
 Alat ini mengumpulkan partikulat melalui kontak langsung dengan cairan (air).
 Banyak sekali desain scrubber yang ada di pasaran, jenisnya kebanyakan
diklasifikasikan berdasarkan cairan yang digunakan untuk memisahkan
partikulat dengan udaranya.

WET SCRUBBER

10
26/03/2021

11
26/03/2021

Fabric Filter
Fabric filter berdasarkan teknik pembersihaannya dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : reverse-
air, shaker dan pulse-jet.
Keuntungan :
 Efisiensinya cukup tinggi untuk partikulat yang kecil.
 Dapat dioperasikan pd kondisi partikulat berbeda-beda.
 Dapat dioperasikan dlm volume alir yang berbeda-beda.
 Kehilangan tekanan relatip rendah.

Kerugiannya:
 Memerlukan lantai yang luas.
 Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu yang tinggi, dan juga korosi.
 Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).
 Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak.

Shaker baghouse

12
26/03/2021

Pulse jet baghouse

13
26/03/2021

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM


PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
 Mendorong kebijaksanaan energi dalam penggunaan bahan bakar yang lebih
bersih bagi lingkungan hidup;
 Mengembangkan tekhnologi bersih dalam proses industri yang terencana;
 Mengembangkan penaatan lingkungan hidup bagi kegiatan pembangunan
yang potensial pencemar udara;
 Menumbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.

14
TEKNIK PENGELOLAAN
LIMBAH PADAT
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Pengelolaan Sampah di Indonesia
 Berdasarkan data tahun 2008, jenis penanganan sampah yang berlangsung di
Indonesia adalah sebagai berikut
 Pengurugan: 68,86%
 Pengomposan: 7,19%
 Open burning: 4,79%
 Dibuang ke sungai: 2,99%
 Insinerator skala kecil: 6,59%
 Non-pengurugan: 9,58%
Manajemen Sampah
Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal
yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di
suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun suatu alternatif
sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini biasanya
akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain:
 Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan pengangkutan
 Perencanaan rute pengangkutan
 Fasilitas untuk daur ulang
 Luas dan jenis TPA.
 Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor musim sangat besar
pengaruhnya terhadap berat sampah.
 Dalam hal ini, musim bisa terkait musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim
buah-buahan tertentu.
 Timbulan sampah dapat diperolehdengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang
sudah tersedia.Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai :
 Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari dan sebagainya
 Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari dan sebagainya

 Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat


menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang harus
diperhitungkan. Terdapat faktor kompaksi yaitu densitas.
 Menurut SNI 19-3964-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka
untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:
 Satuan timbulan sampah kota besar = 2 –2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 –0,5
kg/orang/hari
 Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 –2 L/orang/hari, atau = 0,3
–0,4 kg/orang/hari
 Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah
tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah
tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap
orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan,
pasar, hotel, taman, kantor dsb.
 Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari
permukiman, dan tambah membesar porsi sampah non-permukiman,
sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian.
Contoh :
Jumlah penduduk sebuah kota = 1 juta orang. Bila satuan timbulan sampah = 2,5
L/orang/hari atau 0,5 kg/orang/hari, maka jumlah sampah dari permukiman
adalah = 2,5x1.000.000 /1000 m3/hari = 2500 m3/hari atau setara dengan
500 ton/hari. Bila jumlah sampah dari sektor non-permukiman diasumsi
berkontribusi 35% dari total sampah di kota tersebut, maka total sampah
yang dihasilkan dari kota tersebut = 2500/0,65 = 3846 m3/hari, atau = 769
ton/hari. Bila dikonversi terhadap total penduduk, maka kota tersebut dapat
dinyatakan menghasilkan timbulan sampah sebesar 3846 m3/har/1 juta
orang/hari, atau = 3,85 L/orang/hari, yang merupakan satuan timbulan
ekivalensi penduduk.
Komposisi Sampah
Komposisi sampah domestik
Komposisi Sampah
 Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga
akan cukup tinggi
 Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka
semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan
berkurang karena membusuk, dan yang akan terus Bertambah adalah kertas
dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi
 Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung
Komposisi Sampah
 Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya
menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan
sebagainya
 Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan
menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding
tingkat ekonomi lebih tinggi.
 Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang
seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
Karakteristik Sampah
 Karakteristik sampah dapat
dikelompokkan menurut sifat-sifatnya,
seperti:
 Karakteristik fisika: yang paling penting
adalah densitas, kadar air, kadar volatil,
kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran
 Karakteristik kimia: khususnya yang
menggambarkan susunan kimia sampah
tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O,
P, H, S, dsb
Mekanisme
Pengolahan Limbah
Teknik Operasional Persampahan
 Pewadahan (storage)
 Pengumpulan (collection)
 Pemindahan (transfer)
 Pengangkutan (transportation)
 Pengolahan/pemrosesan (treatment/processing)
 Daur ulang (reuse, recovery, recycling)
 Penyingkiran (disposal)
ASPEK TEKNIS OPERASIONAL
Pewadahan
 Pewadahan : penampungan sementara sampah yang dihasilkan di sumber
baik individual atau komunal. Dengan adanya pewadahan yang baik, maka:
 Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat dapat diatasi.
 Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah dapat dikendalikan.
 Pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari.
 Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka
pewadahan dapat dibagi ke dalam :
 Level 1  wadah sampah yang menampung sampah langsung dari sumbernya (misalnya
diletakkan di dapur, ruang kerja, dll)
 Level 2  bersifat sebagai pengumpul sementara, menampung sampah dari wadah level 1
maupun langsung dari sumbernya (misalnya diletakkan di luar kantor, sekolah atau pinggir
jalan)
 Level 3  merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung
sampah dari level
Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah
Pengumpulan
 Pengumpulan : pengumpulan sampah dari wadah-wadah di sumber sampah,
dengan berbagai sarana seperti gerobak dan truk.
 Pola pengumpulan sampah terdiri atas :
 Pola individual langsung oleh truk pengengkut menuju ke pemrosesan
 Pola individual tidak langsung, dengan menggunakan pengumpul sejenis
gerobak sampah
 Pola komunal langsung oleh truk pengangkut
 Pola komunal tidak langsung
 Pola penyapuan jalan
Pemindahan
Pemindahan : penampungan sementara sampah sebelum diangkut oleh truk.
Sarana yang digunakan dapat berupa sebuah area pemindahan, atausebuah
wadah besar yang peletakkannya terpusat atau tersebar.

Tipe Pemindahan (transfer)


Pengangkutan
Pengangkutan : pengangkutan sampah dari lokasi pemindahan ke tempat daur ulang atau ke
tempat pengolahan atau ke tempat pemrosesan akhir. Sarana yang digunakan misalnya truk atau
kereta api.
Sistem pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan metode :
 Hauled Container System (HCS)  sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pemrosesan akhir. HCS
merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersil.
 Stationary Container System (SCS)  sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat
berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem
wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah permukiman.
Jenis kendaraan pengangkut  truk terbuka, dump truck, arm-roll truck, roll-on truck, multi-
loader truck, compactor truck
Jenis Kendaraan Operasional
Pengolahan
 Pengolahan : bertujuan untuk memroses sampah
agar :
 Berkurang volume atau beratnya, seperti
insinerasi, pengomposan
 Berkurang sifat bahayanya terhadap manusia atau
lingkungan
 Lebih memudahkan dalam penanganan
selanjutnya, antara lain :
 Penghalusan (grinding)
 Pemadatan
Incinerator Scheme
Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Sistem Pengolahan Sampah
Pengelolaan Sampah Mandiri
 Keberadaan sampah memang tidak bisa dihindari, tetapi bisa
DIKURANGI dan DIKENDALIKAN.
 Dengan MENGURANGI 10% sampah, kita bisa mengurangi sekitar
544 kg karbon dioksida. Dengan MENDAUR ULANG setengah dari
sampah rumah tangga, kita bisa mengurangi sekitar 1088 kg
karbon dioksida per tahun.
Bagan pengelolaan sampah
 Pemilahan dilakukan sejak dari rumah tangga, yaitu dengan 3 kantong tempat
sampah. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti
sampah plastik, kertas dan kaca logam. Plastik sachet minuman, snack dan
refill bisa didaur ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, topi, tempat
koran, dll.
 Sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam gentong/ drum komposter.
Nantinya, sampah yang sudah menjadi kompos ini dapat dijual.
 Setelah sampah pemilahan di rumah penuh kemudian dibawa ke drum/ tong
sampah sesuai jenisnya. Kemudian dari drum/ tong sampah tersebut nanti
diangkut petugas dibawa ke TPS
 Di TPS, sampah yang sudah terkumpul disortir, packing dan dijual. Hasil
penjualan untuk biaya operasional dan sisanya masuk kas kampung
Pemilahan sampah
 SAMPAH PLASTIK
 plastik kresek, plastik bening, bungkus snack, kemasan, penyedap, bungkus
mie, bungkus makan
 SAMPAH KERTAS
 kertas HVS, kertas koran, bungkus tempe, bungkus rokok, kardus, bekas
undangan, sobek –sobekan, bungkus makanan, kertas
 SAMPAH LOGAM DAN KACA
 Besi, tembaga, kabel, kaca, botol plastik, botol kaca, pecahan gelas/piring,
seng
Daur Ulang
 Daur ulang : kegiatan penanganan sampah, menggunakan caracara
pengolahan, atau cara-cara manual, agar sampahtersebut dapat dimanfaatkan
kembali berbeda dari asalnya.
 Sampah yang masih memiliki nilai apabila di daur ulang adalah sampah
pembungkus (packaging), kertas bekas dan sampah plastik.
 Di negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur ulang menjadi salah
satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasar.
Cara yang paling mudah untuk mendaur ulang di mulaidengan memisahkan terlebih dahulu
sampah-sampah dari sumbernya. Hal ini dapat dilakukan sendiri di rumah.
KONSEP 3R (3M)
 R1 = Reduce
M1 = Mengurangi jumlah sampah, termasuk penghematan atau pemilihan
bahan yang dapat mengurangi kuantitas sampah serta sifat bahayanya)
 R2 = Re-use
M2 = Menggunakan kembali (tanpa mengalami proses/transformasi)
 R3 = Recycle
M3 = Mendaur ulang sampah (mengalamiproses)
Manfaat dari Upaya Penanganan Sampah dengan 3R
 Mengurangi biaya pengelolaan daninvestasi
 Mengurangi potensi pencemaran air dan air tanah
 Memperpanjang usia TPA
 Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan
 Meningkatkan pendapatan karena penjualan dan pemanfaatan limbah
POTENSI 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

Berdasarkan perhitungan di atas


kertas, bila sampah kota dapat
ditangani melalui konsep 3R, maka
sampah yang akan sampai di TPA
hanya 20% saja
Pembuangan Akhir
Pembuangan Akhir : penyingkiran sampah ke alam lingkungan, seperti ke dalam tanah, ke dalam
lautan, dsb. Merupakan alternatif akhir dan tahap akhir yang dilakukan. Bila dilakukan dengan
mengurug (mengisi) tanah, dikenal sebagai landfilling
Landfill
Revegetation
of landfill
Persentase Penanganan Persampahan
di Beberapa Negara Maju
Hirarki urutan penanganan limbah
Keterkaitan Komponen dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Extended Producer Responsibility(EPR)
 Extended Producer Responsibility (EPR), yaitu strategi yang dirancang dengan
menginternalkan biaya lingkungan ke dalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas
pada produk utamanya, tetapi termasuk pula pengemas dari produk utama tersebut.
 Dengan demikian biaya lingkungan, seperti biaya penangan residu atau limbah yang muncul
akibat penggunaan produk tersebut menjadi bagian dari komponen harga produk yang
dipasarkan tersebut
 Langkah EPR yang diterapkan di Jepang, melalui beberapa langkah
 Langkah 1: penghematan bahan baku di proses produksi
 Langkah 2: memproduksi barang yang berumur panjang, mendorong reparasi pada barang yang
rusak, termasuk servis bergaransi
 Langkah 3: menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas, menggunakan bahan baku
atau menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur-ulang serta mengupayakan penggunaan dan
pengembangan teknologi daur-ulang
Extended Producer
Responsibility(EPR)
Salah satu upaya EPR yang biasa
diterapkan terhadap produk yang
dipasarkan adalah pencantuman eco-
labeling, yang menandakan bahwa
produk tersebut dibuat dengan
memperhatikan aspek lingkungan.
Sampai saat ini Indonesia belum
mempunyai simbol tentang eco-labeling
(1) Blue Angel (Jerman) (2) European Union Ecolabel (3) Green Seal (USA) (4) Terra Choise (Kanada)
(5) China Environmental Labeling (6) Jepang (7) Nordic White Swan (8) Austria (9) Taiwan (10) India (11)
Israel (12) Milijeukeur (Belanda) (13) Environment 2000 (Zimbabwe) (14) Korea Selatan (15) Aenor
(Spanyol) (16) Green Label (Muangthai) (17) Green Label (Hongkong)
Metode Pengukuran
 Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey
pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu
 Mengukur langsung
 Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah tangga dan
non-rumah tanga) yang ditentukan secara random-proporsional di sumber selama 8 hari
berturut-turut (SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991-03)
 Load-count analysis
 Mengukur jumlah (berat dan/atau volume) sampah yang masuk ke TPS, misalnya
diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis
penghasil sampah yang dilayani oleh gerobak yang mengumpulkan sampah tersebut,
sehingga akan diperoleh satuan timbulan sampah per-ekivalensi penduduk
Metode Pengukuran
 Weigh-volume analysis
 bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang masuk ke fasilitas penerima
sampah akan dapat diketahui dengan mudah dari waktu ke waktu. Jumlah sampah
sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area yang layanan, dimana data
penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh satuan timbulan
sampah per-ekuivalensi penduduk
 Material balance analysis
 merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa secara cermat aliran bahan
masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran bahan yang menjadi sampah
dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya (system boundary)
Metode Pengukuran
Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah di Indonesia
biasanya dilaksanakan berdasarkan SNI M 36-1991-03 [21]. Penentuan jumlah sampel sampah
yang akan diambil dapat menggunakan formula berikut:
 Bila jumlah penduduk ≤106jiwa

 Bila jumlah penduduk > 106 jiwa


Contoh Soal
Contoh : Jumlah penduduk = 900.000 jiwa dan Cd = 1
Penyelesaian :
Timbulan Sampah
Untuk memprediksi timbulan sampah dapat digunakan persamaan sebagai berikut

Dengan
Contoh Soal

Anda mungkin juga menyukai