Anda di halaman 1dari 24

Pengantar Dasar

Kepailitan Di
Indonesia
Oleh:

DR. HJ. MARNI EMMY MUSTAFA SH.MH


Magister Kenotariatan
Universitas Jayabaya
2023
Lelang
Penetapan PN KPKLN
Eksekusi
Eksekusi hak
tanggungan / Balai Lelang
jaminan fidusia Swasta
Kewenangan Lelang /jual
sendiri sukarela
Jual sendiri/
Bawah tangan

Bentuk-bentuk Pengadilan Pengadilan Peninjauan


Gugatan Perdata Kasasi MA
langkah hukum Negeri Tinggi Kembali MA
Penyelesaian
sengketa kontrak Permohonan P. Niaga Peninjauan
Kasasi MA
Pailit Tingkat PN Kembali MA

Sukarela
Arbitrase Final
Eksekusi Lelang /
Melalui PN Jual sukarela

Mediasi di
P. Negeri
Mediasi melalui
ADR
ahli/ Mediator
Mediasi luar Eksekusi PN
Pengadilan
Mediasi melalui
lembaga mediator
Anatomi UU Kepailitan
BAB I Ketentuan Umum

BAB II Mengatur Tentang Pailit terdiri dari 221 Pasal

BAB III Mengatur Tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terdiri


dari 72 Pasal
UU Kepailitan Terdiri dari 6 BAB
dan 308 Pasal BAB IV Permohonan Peninjauan Kembali terdiri dari 4 Pasal

BAB V Ketentuan Lain-Lain terdiri dari 6 Pasal

BAB VI Ketentuan Peralihan terdiri dari 2 Pasal

BAB VII Ketentuan Penutup terdiri dari 3 Pasal


Pengadilan khusus dalam bagian Peradilan
Umum

Diperiksa/diputus dalam majelis hakim niaga

Wilayah domisili hukum Termohon Pailit

Terdapat di 5 wilayah Jakarta, Surabaya,


Medan, Semarang, Ujung Pandang
PENGADILAN
UNTUK Tingkat pemeriksaan di PN, Kasasi MA dan
PENGADILAN
MEMERIKSA upaya hukum khusus PK
NIAGA
PERMOHONAN
PAILIT Memiliki hukum acara sendiri walau dapat
di lengkapi dengan HIR/RBG

Kepailitan tidak dalam bentuk gugatan akan


tetapi
“Permohonan” walau hasilnya “Putusan”

Time Frame sangat cepat, 60 hari di tingkat PN,


60 hari di Kasasi dan 30 hari di PK

Putusan bersifat serta merta (Uit Voorbar bij


voraad)
Pengertian Kepailitan

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 37


Tahun 2004

Kepailitan adalah sita umum atas semua


kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas
Maksud, untuk memberikan
perlindungan hukum yang
seimbang (adil) kepada
Kreditor, Debitor, dan
Masyarakat

Hukum
Kepailitan
Tujuan, menyelesaikan masalah utang-
piutang antara Debitor dan
Kreditor secara adil, cepat,
terbuka dan efektif sehingga
dapat menunjang pembangunan
perekonomian nasional.
Syarat Pailit
Syarat substantif diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 37 Nomor 37 Tahun 2004 :

“ Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor, dan


tidak membayar lunas satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan .......”
Syarat Substantif

(1) Adanya Utang;


(2) Utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih;
(3) Ada dua atau lebih Kreditor;
(4) Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang.
Syarat Substantif Tersebut :
• Bersifat kumulatif, yang artinya keseluruhan
syarat itu harus dipenuhi dan dibuktikan oleh
Pemohon Pailit di muka persidangan;
• Apabila salah satu syarat tidak dapat
dibuktikan, maka Pemohonan Pernyataan
Pailit ditolak, dan Debitor tidak jadi Pailit.
Kajian Lebih Rinci Empat
Syarat Substantif
1. Utang
Pasal 1 angka 6 UU Nomor 37 Tahun 2004

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat


dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia
maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang
akan timbul di kemudian hari atau kontinen, yang timbul karena
perjanjian atau Undang-Undang dan wajib dipenuhi oleh Debitor
dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk
mendapat hak pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor”
PMH Telah di
Secara putus final
hukum bersalah dan
wajib ganti rugi

Seluruh bentuk
kewajiban baik Tidak bayar
Pengertian
secara hukum Utang yang tidak utang yang
Utang
maupun secara dibayar dari telah jatuh
kontrak perjanian kredit tempo dan
(loan agreement) dapat
ditagih
Secara
Kontrak
Wan prestasi yang
menimbulkan
utang dan tidak di
bayar
Segala bentuk kewajiban
membayar baik yang
timbul dari
aktivitas pinjam UU Kepailitan Lama
meminjam uang
ataupun akibat wan
Debitur berada dalam
prestasi
keadaan telah berhenti
atau PMH
membayar utang-utangnya

Telah jatuh tempo dan PAILIT


PENGERTIAN dapat ditagih UU Kepailitan Baru
UTANG SEBAGAI
DASAR PAILIT
Tidak dipermasalahkan 1. Tidak melunasi paling
keberadaannya akan tidak satu utang yang
tetapi telah jatuh tempo dan
jikapun ditolak, utang dapat ditagih
tersebut
2. Tidak persoalan
dapat secara mudah
apakah tidak melunasi
dibuktikan
karena tidak mau atau
keberadaannya
tidak mampu

Debitur tidak melunasinya


Secara Normatif Pengertian Utang
Sangat Luas, Yang Meliputi :

Perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit;


Kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul dari
Perjanjian lainnya :
• Perjanjian sewa-menyewa,
• Perjanjian jual-beli,
• Perjanjian pemborongan,
• Perjanjian tukar menukar,
• Perjanjian sewa – beli, dsb
Utang pajak
Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
2. Utang Telah Jatuh Waktu Dan Dapat Ditagih

Maturely date

Exeleration maturety
Telah jatuh Pengenaan sanksi/denda
waktu oleh instansi yang
berwenang
Utang
Putusan Pengadilan /
Badan Arbitrase

Dapat ditagih
- Utang yang timbul karena
perjanjian atau Undang-
Undang
- Utang yang ada tidak
melanggar Undang-Undang;
3. Ada Dua Atau Lebih Kreditor

Ketentuan ini mutlak harus dipenuhi, jika tidak


maka permohonan pailit harus ditolak;
Merupakan kewajiban Pemohon untuk
membuktikannya
Dapat dibuktikan dengan meminta daftar Kreditor
dari bank, atau dari Kantor Pajak
Bagaimana dengan Sindikasi Kreditor?
Dalam Sindikasi Kreditor, masing-masing Kreditor
berdiri sendiri dan setiap Kreditor dapat
mengajukan permohonan pailit
4. Debitor Tidak Membayar Lunas
Sedikitnya Satu Utang

• Ketentuan undang-undang tidak mengharuskan Debitor


tidak mampu membayar utang-utangnya yang
disyaratkan Debitor tidak membayar lunas satu utang
yang jatuh waktu dan dapat ditagih;
• Terdapat transformasi nilai, dari ketidakmampuan
(secara hukum) ke ketidakmauan (secara moral)
Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit

Debitor Kreditor Konkuren

Kreditor Preferen
Kreditor
Pemohon Kreditor Separatio

Debitor melarikan diri,


Kejaksaan Debitor menggelapkan bagian dari harta
kekayaan,
Debitor mempunyai utang kepada BUMN
dan badan usaha lain yang menghimpun
dana dari masyarakat,
Debitor mempunyai utang yang berasal dari
penghimpunan dana dari masyarakat luas,

Debitor tidak beritikat baik atau tidak


kooperatif dalam menyelesaikan utang
piutang
Bank Indonesia Dalam hal Debitornya Bank

Perusahaan Efek

Bursa Efek
Badan
Pemohon Pengawas Lembaga Kliring dan Penjaminan
Pasar
Modal
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Perusahaan Asuransi

Perusahaan Reasuransi
Menteri
Keuangan Dana Pensiun

BUMN yang bergerak di bidang


kepentingan Publik
Yang Dapat Dinyatakan Pailit

Perorangan
Badan Hukum yang mencari keuntungan
seperti Perseroan Terbatas (PT)
Badan
Hukum
Badan Hukum yang bergerak di bidang
Termohon kepentingan Publik : PT. Persero,
Perusahaan Umum (Perum), BUMN,
BUMD, Badan Hukum Pendidikan

Badan Hukum Sosial yang tidak


mencari untung seperti yayasan,
Perserikatan, Asosiasi, Himpunan
Perseroan
Firma

Harta kekayaan orang yang


meninggal
Permohonan Pailit Murni
(Voluntary Bankrupcy Petition)
Jenis Permohonan
Pailit

Permohonan Pailit Tidak Murni


(Unvoluntary Bankrupcy Petition)
Jangka Waktu Memproses
Permohonan Pailit

Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004


“Putusan pengadilan atas permohonan pailit harus
diucapkan paling lambat 60 (enampuluh) hari setelah
tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan”

Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004


“Putusan atas permohonan Kasasi harus diucapkan
paling lambat 60 (enampuluh) hari setelah tanggal
permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung”
Sistem Pembuktian
Permohonan Pernyataan Pailit
Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan


apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) telah terpenuhi”

Apakah maknanya pembuktian secara sederhana?


Cara mencegah Pailit

I. Mengajukan Eksepsi tentang Kompetensi


a. Kompetensi Relatif;
b. Kompetensi Absolut;
II. Mengajukan Eksepsi tentang kadaluarsa
 Pasal 1952 KUHPerdata dan Pasal 1963
KUHPerdata
III. Mengajukan Eksepsi tentang Nebis In Idem

Anda mungkin juga menyukai