Anda di halaman 1dari 15

Potensi Sengketa, Konsekuensi Hukum, dan

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah


1. Potensi Sengketa dan Konsekuensi
Hukum Sengketa Perbankan Syariah
2. Penyelesaian Sengketa Perbankan
Syariah
DOKUMEN DOKUMEN TIDAK SESUAI
PALSU KETENTUAN/TIDAK SAH

Sertifikat Ganda (Satu


1 Identitas Nasabah Palsu
Objek Ada 2 Sertifikat)

Surat Kuasa Memberikan


Dokumen persetujuan Hak Tanggungan
2 Suami/Istri Palsu (SKMHT) telah jatuh POTENSI SENGKETA
tempo PERBANKAN
SYARIAH
Tidak ada dokumen Izin Sengketa dalam perbankan syariah
Mendirikan Bangunan (IMB) dapat timbul karena perikatan yang
3 dalam dokumen pembiayaan
tidak sesuai dengan persyaratan
nasabah
dan ketentuan peraturan
Belum dilakukan perubahan nama perundang-undangan.
kreditur pada Sertifikat Hak
4 Tanggungan menjadi PT Bank
Syariah Indonesia Tbk
POTENSI SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

Persetujuan Suami/Istri Persetujuan Pembina Yayasan

1 Apabila tidak ada bukti persetujuan suami/istri untuk


memperoleh pembiayaan dan penjaminan aset, maka hal
tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 1320
3 Pasal 32 UU Yayasan menyatakan bahwa untuk
menjaminkan aset yayasan memerlukan persetujuan dari
pembina. Konsekuensi hukum apabila tidak ada
KUHPerdata, sehingga akad dapat dibatalkan. dokumen persetujuan pembina adalah perjanjian jaminan
dapat dibatalkan dan tidak mengikat nasabah sebagai
badan hukum yayasan

Aset PT Dijaminkan >50% Net Worth Jaminan non Fixed Asset Personal Guarantee

2 Pasal 102 Ayat (1) UU PT mengatur bahwa Direksi wajib


meminta persetujuan RUPS untuk menjadikan jaminan
4 dan Corporate Guarantee
Adanya syarat penyerahan jaminan berupa Corporate
utang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari Guarantee dan Personal Guarantee. Apabila tidak ada
50% kekayaan bersih. Konsekuensi hukum apabila tidak dokumen persetujuan penyerahan jaminan corporate
ada persetujuan untuk menjaminkan dari organ perseroan guarantee dan personal guarantee, maka hal tersebut
oleh Dekom atau RUPS adalah perjanjian jaminan dapat tidak sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata sehingga
dimintakan pembatalan dan tidak mengikat PT sebagai akad dapat dibatalkan.
badan hukum.
KONSEKUENSI HUKUM SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

PERDATA
• Perjanjian/Akad Dibatalkan, dari tidak
terpenuhinya syarat subjektif (kesepakatan
dan/atau kecakapan) sebagai syarat sah
perjanjian.
• Perjanjian/Akad Batal Demi Hukum: akibat
PIDANA
hukum dari tidak terpenuhinya syarat objektif
(suatu hal tertentu dan/atau sebab yang halal) • Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
sebagai syarat sah perjanjian. • Tindak Pidana Rahasia Bank
• Ganti Rugi, akibat hukum dari tidak
terpenuhinya perjanjian (wanprestasi), maka
dapat diminta pertanggungjawaban berupa
ganti rugi.
PERKARA GUGATAN BSI
Perkara dimenangkan pihak lain
5,84%

PERKARA DIMENANGKAN
BSI
PERKARA DIMENANGKAN PIHAK
LAIN
Hingga Mei 2023, BSI telah
menangani 120 Perkara. Perkara yang
telah diselesaikan memiliki winning
rate sebesar 94,16% dengan 113
perkara dimenangkan oleh BSI dan 7
perkara BSI kalah.

Beberapa alasan BSI kalah dalam


perkara adalah:
• Kelemahan perikatan
• Tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak pada dokumen
• Pengikatan agunan yang tidak
Perkara dimenangkan BSI sempurna
94,16%
1. Potensi Sengketa dan Konsekuensi
Hukum Sengketa Perbankan Syariah
2. Penyelesaian Sengketa Perbankan
Syariah
PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

NON-
LITIGASI LITIGASI

GUGATAN GUGATAN BIASA ALTERNATIF ARBITRASE


SEDERHANA PENYELESAIAN
SENGKETA
PERMA NO.4 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN
PERMA NO.2 TAHUN 2015
Penyelesaian Sengketa Menurut UU
Perbankan Syariah

Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:

Penyele saian sengke ta Pe rban kan Syaria h


1
dilakukan oleh pe ngadila n dala m lingkunga n
Peradilan Agama.

2 Dalam hal para piha k telah me mperjanjikan


penyele saian sengke ta selain se baga imana
dimaksud pa da aya t (1), peny elesa ia n sengke ta
dilakukan se suai denga n isi Aka d.

Penyele saian sengketa se bagaimana dimaksud


3
pada ayat (2) tid ak boleh bertenta ngan denga n
Prinsip Syariah.
PASAL 55 UU NO. 21 TAHUN 2008
AYAT (2) TENTANG
PERBANKAN SYARIAH:

Penyelesaian sengketa sesuai dengan isi akad yang


telah disepakati oleh para pihak adalah para pihak
dapat melakukan alternatif penyelesaian sengketa
sebagai berikut:
• Musyawarah
• Mediasi Perbankan
• Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional atau
lembaga arbitrase lain;
• Melalui Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum
SEMA NO. 2 TAHUN 2019 TENTANG PEMBERLAKUAN
RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR MAHKAMAH
AGUNG TAHUN 2019 SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN
TUGAS PENGADILAN

“Penyelesaian sengketa ekonomi syariah secara litigasi pasca Putusan


MK No. 93/PUU-X/2012 tanggal 29 Agustus 2013 menjadi kompetensi
absolut/kewenangan mutlak Peradilan Agama. Sedangkan penyelesaian
secara non-litigasi dilakukan sesuai dengan akad”.
LITIGASI

GUGATAN GUGATAN
BIASA SEDERHANA
NON-LITIGASI

1 2 3
APS/ADR UU No. 30/1999
dan Pasal 16 ayat (2) UU
ARBITRASE LAPS SJK
No.48/2009
Dengan objek sengketa Lembaga Alternatif
• Musyawarah bidang perdagangan, Penyelesaian Sengketa
• Mediasi di luar Pengadilan penanaman modal, industri Sektor Jasa keuangan (POJK
• Konsultasi dan keuangan (Pasal 5 ayat 61/2020)
• Negosiasi (1) UU No. 30/1999)
• Konsiliasi
• Penilaian Ahli (Pasal 1 angka
(10) UU No.30/1999)
LAPS SJK
POJK No. 61/POJK.07/2020:

• Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan adalah


lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan
di luar pengadilan.
• LAPS SJK hanya menerima aduan sengketa berkaitan dengan sengketa
antara konsumen dengan pelaku jasa keuangan yang bersifat keperdataan
yang tidak mengandung unsur pidana.
• Ruang lingkup kewenangan/ kompetensi LAPS SJK salah satunya adalah
sengketa perbankan syariah.
• Penyelesaian Sengketa pada LAPS SJK dapat dilakukan secara daring
(Online Dispute Resolution)
THANK OFFICE

YOU
@banksyariahindoneisa

@bankbsi_id

Bank Syariah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai