Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

FORNIERE GANGRENE

Oleh:
Firman Aprilianto Widodo, S.Ked
NIM. 2130912310097

Pembimbing:
Dr. dr. Eka Yudha Rahman M.Kes Sp.U(K)

DEPARTEMEN / KSM ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juni, 2023 1
PENDAHULUAN
• Fournier's gangrene atau disingkat FG merupakan fasciitis nekrotikans yang progresif pada daerah penis, skrotum,
dan perineum. Infeksi pada Fournier’s Gangrene memiliki karakteristik khas, yaitu akan menyebabkan trombosis
pada pembuluh darah subkutis yang akan menyebabkan nekrosis kulit di sekitarnya

• Meskipun awalnya digambarkan sebagai Gangren Idiopatik alat kelamin, tetapi penyebab Fournier gangren dapat
diidentifikasikan pada 75-95% dari jumlah kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di anorektal
(13- 50%), saluran urogenital (17-87%), sedang yang lain dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar alat
kelamin

• faktor predisposisi dari Fournier‘s Gangrene seperti diabetes mellitus, imunosupresi, dan penyakit hati dan ginjal
kronik juga meningkat dalam beberapa tahun ini

• Dasar penanganan Fournier’s Gangrene adalah dengan stabilisasi hemodinamik, terapi antibiotik sistemik, dan
surgical debridement

Andres Humberto Vargas, Jorge Carbonell, Daniel Osorio, Herney Andres Garcia. Evaluation of Fournier‘s necrosis in a high complexity hospital. General urology. Arch Esp Urol. 2011;64:948
Purnomo, Basuki. Dasasr-Dasar Urologi. Edisi:3. Malang : Sagung Seto, 2011. 76- 84.
Silvio Altarac, Davorin Katušin, Suad Crnica. Fournier‘s gangrene: Etiology and outcome analysis of 41 patients. Urol Int. 2012;88:289-93. 2
Gutiérrez-Ochoa J, Castillo-de Lira HH, Velázquez-Macías RF. Usefulness of Fournier‘s gangrene severity index: A comparative study. Rev Mex Urol. 2010;70:27-30
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
• Fournier gangren, bentuk necrotizing fasciitis yang relatif jarang, adalah penyakit progresif cepat
yang mempengaruhi jaringan dalam dan superfisial perineum, anus, skrotum, dan daerah genital.

• Dinamakan setelah Dr. Alfred Fournier, spesialis dermatologi dan kelamin Prancis, penyakit ini
awalnya dideskripsikan pada tahun 1883

• Juga dikenal sebagai necrotizing fasciitis, penyakit ini melibatkan penyebaran cepat proses inflamasi
dan infeksi yang parah di sepanjang bidang fasia yang mempengaruhi jaringan lunak yang
berdekatan.

• Proses infeksi dan peradangan menyebar dengan cepat di sepanjang fasia Dartos, Colles, dan Scarpa,
memungkinkan keterlibatan awal dinding perut.

Gutiérrez-Ochoa J, Castillo-de Lira HH, Velázquez-Macías RF. Usefulness of Fournier‘s gangrene severity index: A comparative study. Rev Mex Urol. 2010;70:27-30.
Carroll PR, Cattolica EV, Turzan CW, McAninch JW. Necrotizing soft-tissue infections of the perineum and genitalia. Etiology and early reconstruction. West J Med. 1986 Feb;144(2):174-8. [PMC free article]
Short B. Fournier gangrene: an historical reappraisal. Intern Med J. 2018 Sep;48(9):1157-1160. [PubMed] 3
Taken K, Oncu MR, Ergun M, Eryilmaz R, Demir CY, Demir M, Gunes M. Fournier's gangrene: Causes, presentation and survival of sixty-five patients. Pak J Med Sci. 2016 May-Jun;32(3):746-50
Epidemiologi
• Fournier gangren adalah infeksi langka yang memiliki persentasi <0,02% dari semua rawat inap.

• Rasio 10:1 insidensi pada laki-laki : perempuan (1,6 kasus per 100.000 laki-laki)

• Menurut penelitian di Turki, rata-rata umur pasien FG adalah 52 tahun, dengan jarak usia antara 26
hingga 90 tahun, dan rasio antara pria dan wanita 4:1.

• Amerika Serikat bagian tenggara memiliki tingkat Fournier gangren tertinggi yang dilaporkan pada
1,9 kasus per 100.000 penduduk.

• Walaupun jarang pada wanita, wanita cenderung terjadi secara akut, dua kali lebih mungkin
memerlukan ventilasi mekanik dan dialisis, serta memiliki rata-rata perawatan inap lebih lama.
Wanita juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari pada pasien laki-laki.

Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Op Acc Emerg Med. 2020;12:353-364.
Gadler T, Huey S, Hunt K. Recognizing Fournier's Gangrene in the Emergency Department. Adv Emerg Nurs J. 2019 Jan/Mar;41(1):33-38. [PubMed]
Oguz A, Gümüş M, Turkoglu A, et al. Fournier's Gangrene: A Summary of 10 Years of Clinical Experience. Int Surg. 2015;100(5):934-941. 4
Sorensen MD, Krieger JN. Fournier's Gangrene: Epidemiology and Outcomes in the General US Population. Urol Int. 2016;97(3):249-259. [PubMed]
Etiologi
• Proses penyakit ini diakibatkan oleh infeksi sinergis polimikroba aerobik dan anaerobik pada fasia
dan jaringan lunak subkutan. Bakteri gram positif seperti Grup A Streptococci dan Staphylococcus
aureus dan bakteri gram negatif seperti E. Coli dan Pseudomonas aeruginosa adalah organisme yang
paling sering tumbuh dalam kultur luka pasien gangren Fournier karena biasanya polimikrobial.

• Bakteri ini dapat masuk melalui beberapa sumber, termasuk urin, usus, atau kulit. Infeksi saluran
kemih dan proses infeksi perineum lainnya, seperti abses perianal atau bahkan jerawat sederhana,
juga dapat menjadi titik awal infeksi.

• Sekitar 25% kasus tidak memiliki etiologi yang diketahui atau dapat diidentifikasi.

Bjurlin MA, O'Grady T, Kim DY, Divakaruni N, Drago A, Blumetti J, Hollowell CM. Causative pathogens, antibiotic sensitivity, resistance patterns, and severity in a contemporary series of Fournier's gangrene.
Urology. 2013 Apr;81(4):752-8.
Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Open Access Emerg Med.
2020;12:353-364.
Mishra SP, Singh S, Gupta SK. Necrotizing Soft Tissue Infections: Surgeon's Prospective. Int J Inflam. 2013;2013:609628El-
Qushayri AE, Khalaf KM, Dahy A, Mahmoud AR, Benmelouka AY, Ghozy S, Mahmoud MU, Bin-Jumah M, Alkahtani S, Abdel-Daim MM. Fournier's gangrene mortality: A 17-year systematic review and meta- 5
analysis. Int J Infect Dis. 2020 Mar;92:218-225.
Faktor Risiko
• Faktor predisposisi tersering adalah diabetes melitus dan alkoholisme. Diabetes menyebabkan
gangguan pembuluh darah, neuropati diabetikum, defek sistem fagosit, yang akhirnya menekan
sistem imun.

• Faktor lain adalah usia terlalu muda ataupun tua, keganasan, penggunaan steroid jangka panjang,
penggunaan obat sitotoksik, penyakit limfoproliferatif, malnutrisi, serta infeksi HIV.

• Penelitian di Taiwan pada 90 pasien fornier gangren lansia menemukan faktor predisposisi diabetes
melitus (50%), hipertensi (40%), sirosis hepatis (5,6%), uremia (2,2%), gangguan ginjal kronis
(13,3%), keganasan (11,1%), penyakit paru obstruktif kronik (13,3%), penyakit jantung koroner
(8,9%), dan penyakit pembuluh darah otak atau korda spinalis (15,6%). Hanya satu pasien yang tidak
memiliki penyakit dasar.

Chennamsetty A, Khourdaji I, Burks F, Killinger KA. Contemporary diagnosis and management of Fournier’s gangrene. Therapeutic Advances in Urology. 2015;7(4):203-15. 6
Benjelloun EB, Souiki T, Yakla N, Ousadden A, Mazaz K, Louchi A, et al. Fournier’s gangrene: Our experience with 50 patients and analysis of factors affecting mortality. World J Emergency Surg. 2013;8:13.
Patofisiologi
• Infeksi FG menunjukan ketidakseimbangan antara imunitas dan virulensi mikroorganisme.

• Faktor polimikrobial pada kasus FG sangat penting dalam menciptakan sinergisme produksi enzim
sehingga terjadi multiplikasi kuman dengan cepat. Mikroorganisme tersebut memiliki agresivitas
rendah jika infeksi bersifat tunggal.

• Suatu mikroorganisme dapat memproduksi enzim yang menyebabkan koagulasi pada pembuluh
darah  trombosis tersebut menyebabkan menurunnya suplai darah  kadar oksigen menurun 
mikroorganisme fakultatif anaerob dan organisme mikroaerofilik menjadi lebih aktif 
menimbulkan endarteritis obliterative  terjadi nekrosis vaskular di lapisan kutan dan subkutan 
iskemi lokal dan proliferasi bakteri.

• Contoh sinergisme lain antar mikroorganisme adalah Bacteroides  berperan menghambat


fagositosis kuman aerob  mempercepat multiplikasi kuman aerob.
6
Mallikarjuna MN, VijayakumarA, Patil VS, Shivswamy BS. Fournier’s gangrene: Curr practices. ISRN Surg. 2012;2012:942437
Diagnosis
• Diagnosis FG didasari pada gejala klinis, berupa nyeri menyebar, perubahan warna kulit menjadi
hijau kehitaman di sekitar perineum dan genital, fluktuasi, krepitasi, nyeri lokal, serta luka di daerah
perineum ataupun genital.

• Pemeriksaan laboratorium kasus FG tidak spesifik, seperti anemia, leukositosis, trombositopenia,


gangguan elektrolit, hiperglikemia, peningkatan serum kreatinin, azotemia, dan hipoalbuminemia.

• Pada hampir semua kasus, pemeriksaan radiologis tidak diperlukan.

• Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan langsung dan dapat melihat patologi skrotum, atau abses
maupun cairan di jaringan lunak dan gambaran udara di lapisan subkutan. Karakteristik terdapat gas
di jaringan dengan gambaran hiperekoik disertai bayangan di daerah distal. Ultrasonografi mungkin
juga dapat menunjukkan penebalan kulit skrotum dan cairan peritestikular.

9
Kube E, Stawicki SP, Bahner DP. Ultrasound in the diagnosis of Fournier’s gangrene. Int J Crit Illn Inj Sci. 2012;2(2):104-6
Diagnosis
• Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan gambaran patologis akibat inflamasi jaringan lunak atau
nekrosis liquefaktif. Gambaran khas pada CT berupa adanya udara di jaringan lunak; cairan di fasia
bagian dalam tidak selalu terlihat bisa karena gas di jaringan lunak belum terdeteksi pada stadium
awal. CT scan merupakan modalitas yang paling sensitif untuk mendeteksi gas di jaringan lunak. CT
scan sangat baik untuk evaluasi luasnya jaringan yang terkena FG, dapat melihat kemungkinan
sumber infeksi, serta dapat melihat komplikasi yang mungkin terjadi seperti ruptur vaskular akibat
nekrosis jaringan.

• Diagnosis FG tetap berdasarkan penemuan klinis. Hanya sedikit pasien yang menjalani diagnostik
CT scan. Dari sebuah penelitian pada 50 pasien, hanya 2 kasus yang menjalani CT scan pelvis.

Benjelloun EB, Souiki T, Yakla N, Ousadden A, Mazaz K, Louchi A, et al. Fournier’s gangrene: Our experience with 50 patients and analysis of factors affecting mortality. World J Emergency Surg. 2013;8:13. 9
Mallikarjuna MN, VijayakumarA, Patil VS, Shivswamy BS. Fournier’s gangrene: Curr practices. ISRN Surg. 2012;2012:942437
Tata Laksana
Manajemen Medikamentosa

• Fournier gangren adalah keadaan darurat bedah yang sebenarnya. Proses penyakit ditangani dengan
intervensi bedah dan resusitasi medis karena pasien seringkali mengalami septik dan syok.

• Selain terapi antibiotik, resusitasi cairan sangat penting pada pasien yang mungkin mengalami
hipotensi dan syok septik.

• Vasopresor dapat menjadi tambahan pada upaya resusitasi pasien jika hipotensinya tidak responsif
terhadap cairan saja. Abnormalitas elektrolit juga harus dikoreksi dengan tepat, sebaiknya dengan
kristaloid seimbang seperti larutan Ringer Laktat.

Chernyadyev SA, Ufimtseva MA, Vishnevskaya IF, Bochkarev YM, Ushakov AA, Beresneva TA, Galimzyanov FV, Khodakov VV. Fournier's Gangrene: Literature Review and Clinical Cases. Urol Int.
2018;101(1):91-97.
Hakkarainen TW, Kopari NM, Pham TN, Evans HL. Necrotizing soft tissue infections: review and current concepts in treatment, systems of care, and outcomes. Curr Probl Surg. 2014 Aug;51(8):344-62
Morgan MS. Diagnosis and management of necrotising fasciitis: a multiparametric approach. J Hosp Infect. 2010 Aug;75(4):249-57. 9
Evans L, Rhodes A, Alhazzani W, et.al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock 2021. Crit Care Med. 2021 Nov 01;49(11)
Tata Laksana
• Kombinasi sefalosporin generasi ketiga, aminoglikosida, penisilin, dan metronidazol, secara klasik
telah digunakan sebagai cakupan antibiotik tiga terapi selama setidaknya dua minggu. Regimen
antibiotik yang direkomendasikan saat ini untuk Fournier gangren meliputi:

- Karbapenem (imipenem atau meropenem 1 g IV setiap 6-8 jam, ertapenem 1 g IV setiap 24 jam. atau

- Piperacillin-tazobactam (3,375 g IV setiap 6 jam atau 4,5 g IV setiap 8 jam) + Klindamisin (600
hingga 900 mg IV setiap 8 jam) + Vankomisin (15 hingga 20 mg/kg IV setiap 8 hingga 12 jam)
Daptomycin atau linezolid dapat menggantikan vankomisin.

- Agen antijamur seperti amfoterisin B, flukonazol, atau sejenisnya dapat ditambahkan sesuai
kebutuhan. Regimen alternatif termasuk aminoglikosida atau fluoroquinolones plus metronidazole.

Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Open Access Emerg Med.
2020;12:353-364
Di Serafino M, Gullotto C, Gregorini C, Nocentini C. A clinical case of Fournier's gangrene: imaging ultrasound. J Ultrasound. 2014 Dec;17(4):303-6. 9
Montrief T, Long B, Koyfman A, Auerbach J. Fournier Gangrene: A Review for Emergency Clinicians. J Emerg Med. 2019 Oct;57(4):488-500.
Tata Laksana
Manajemen Pembedahan

• Intervensi bedah didasarkan pada reseksi yang agresif, radikal, luas dari semua jaringan nekrotik dan
gangrene.

• Debridemen bedah didasarkan pada pengangkatan semua jaringan yang mati, terinfeksi, dan nekrotik
yang ditentukan oleh pemisahan kulit, dan jaringan subkutan.

• Penutupan dengan bantuan vakum atau balutan sistem VAC luka sering digunakan setelah prosedur
debridemen dan rekonstruksi untuk meminimalkan pengumpulan cairan, mengurangi cacat kulit, dan
meningkatkan penyembuhan jaringan.

Wong CH, Chang HC, Pasupathy S, Khin LW, Tan JL, Low CO. Necrotizing fasciitis: clinical presentation, microbiology, and determinants of mortality. J Bone Joint Surg Am. 2003 Aug;85(8):1454-60.
Hong KS, Yi HJ, Lee RA, Kim KH, Chung SS. Prognostic factors and treatment outcomes for patients with Fournier's gangrene: a retrospective study. Int Wound J. 2017 Dec;14(6):1352-1358. 9
Ozkan OF, Koksal N, Altinli E, Celik A, Uzun MA, Cıkman O, Akbas A, Ergun E, Kiraz HA, Karaayvaz M. Fournier's gangrene current approaches. Int Wound J. 2016 Oct;13(5):713-6.
Prognosis
Sistem skor Laboratory Risk Indicator for Necrotizing Fasciitis (LRINEC)

Jika skor:
 <5 maka probabilitas fasitis
nekrotikans adalah <50%,
 6-7 maka probabilitas 50-75%
 >7 probabilitas >75%

El-Menyar A, Asim M, Mudali IN, Mekkodathil A, Latifi R, Al-Thani H. The laboratory risk indicator for necrotizing fasciitis (LRINEC) scoring: The diagnostic and potensial prognostic role. Scand J Trauma, 18
Resuscitation and Emergency Med. 2017;25:28
Prognosis
Sistem skor Fournier Gangrene Severity Index (FGSI)

Total skor:
>9 menunjukkan prognosis lebih buruk

Martinschek A, Evers B, Lampl L, Gerngroβ H, Schimdt R, Sparwasser C. Prognostic aspect, survival rate, and predisposing risk factors in patients with Fournier’s gangrene and necrotizing soft tissue infections: 18
Evaluation of clinical outcome of 55 patients. Urol Int. 2012;89:173-9.
LAPORAN
KASUS
Identitas

• Nama : Tn. HI

• Umur : 46 Tahun

• Agama : Islam

• Suku : Banjar

• Pendidikan : SMA

• Pekerjaan : Swasta

• Alamat : Jl. Bali GG Binaan no. 26

• MRS tanggal : 11 Mei 2023 (Tulip Lt. 1)

• RMK : 01-50-XX-XX

9
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Keluhan Utama : Nyeri pada buah zakar

• Riwayat Penyakit Sekarang :

- Pasien datang dengan Riwayat buah zakar membengkak sejak 2 hari yang lalu. Kemudian muncul perlahan kemudian
membengkak sampai dengan skrotum. Keluhan disertai dengan skrotum kemerahan, terasa panas dan nyeri. Pasien
juga mengeluh terdapat demam bersifat terus menerus,membaik dengan antipiretik.

- Keluhan diawali dengan adanya bisul pada sekitar anus sejak 10 hari terakhir. Bisul kemudian pecah dan menjadi
borok serta mengeluarkan nanah dalam 3 hari terakhir. Keluhan seperti mual muntah serta nyeri perut disangkal.
Pasien masih dapat flatus dan BAB. BAK dalam batas normal. Tidak ada Riwayat trauma sebelumnya.

- Riwayat operasi, Pasien dilakukan operasi di RS Bhayangkara 3 hari yang lalu untuk membersihkan luka bernanah
disekitar anus (debridement). Tetapi selama perawatan, luka menjalar ke bagian skrotum.

9
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Riwayat Penyakit Dahulu :

HT (-), DM (-), Vetiligo (+) • Riwayat Pribadi :

- Riwayat alergi : Tidak ada

• Riwayat Penyakit Keluarga : - Riwayat imunisasi : Tidak mengngiat

TB (-), HT (-), DM (-), keganasan (-) - Hobi : Tidak ada

- Olahraga : Tidak berolahraga

- Pekerjaan : Swasta

- Kebiasaan makan : Suka makan makanan yang


berminyak dan bersantan

- Merokok : Merokok
9
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang • Kulit
- Kesadaran : Compos mentis, GCS = E4V5M6 - Inspeksi : Tugor kulit baik, ptekie (-) dan purpura (-),
- Antropometri : BB = 62,6 kg & TB = 165 cm hematom (-), rambut terdistribusi merata, tidak mudah
- Status Gizi : Normoweight, IMT = 22,9 kg/m2 rontok, ikterik (-)
- Palpasi : Nodul (-), atrofi (-), sclerosis (-)
• Tanda Vital • Kepala dan Leher
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg - Inspeksi : Bentuk mesosefali, sikatrik (-), sianosis (-),
- Denyut Nadi : 93 kali/menit, kuat angkat, regular palpebra edema (-), pembengkakan leher (-), mukosa
- Frekuensi Nafas : 20 kali/menit, regular kering (-)
- Temperatur Aksila : 37,2°C - Palpasi : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
- SpO2 : 99% on room air nyeri tekan pada tiroid dan KGB (-). JVP R+2 cmH2O,
hepatojugular reflux (-) 9
- VAS : 4-5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Telinga • Mata
- Inspeksi : Serumen (+/+) minimal, infeksi (-/-) - Inspeksi : Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-),
- Palpasi : Nyeri mastoid (-/-), massa (-) refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+)

• Hidung • Thoraks Pulmo


- Inspeksi : Mukosa hidung kemerahan (-/-), perdarahan - Inspeksi : Bentuk dada normal, gerakan dinding dada
(-/-) simetris, pernapasan irama reguler, tumor (-), retraksi
- Palpasi : Nyeri (-) (-/-)
- Palpasi : Fremitus fokal simetris pada kedua lapang paru
• Rongga Mulut dan Tenggorokan dan tidak ada peningkatan atau penurunan
- Inspeksi : Tidak terdapat hiperemis, leukoplakia maupun - Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru (SSS/SSS)
kelainan lain pada rongga mulut, gigi lengkap - Auskultasi : Suara nafas (V,V,V/V,V,V), rhonki basah
- Palpasi : Nyeri (-), massa (-) halus (---/---), wheezing (---/---) 9
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Thorax Cor • Abdomen


- Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS V linea - Inspeksi : Datar, venektasi (-), Spider nevi (-), distensi
midklavicularis sinistra. (-), caput medusa (-), bekas luka (-)
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea - Auskultasi : Peristaltik usus (+), 5-6 x/menit, bruit (-)
midclavicular sinistra, thrill (-). - Perkusi : Timpani
- Perkusi : Batas pinggang jantung: ICS II linea - Palpasi : Nyeri tekan (-), splenomegali (-), defan
parasternalis sinistra, Batas kiri bawah: ICS VI linea muscular (-), HLM tidak teraba.
axillaris anterior sinistra, Batas kanan bawah: ICS V • Ekstremitas
linea midclavicular dextra - Inspeksi : Ikterik (-), gerak sendi normal, deformitas (-),
- Auskultasi : S1, S2 tunggal, murmur (-), gallop (+)
tugor kulit baik, ptekie (-) purpura (-), hematom (-)
• Punggung - Palpasi : Teraba hangat (-), nyeri tekan (-) edema
- Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) tungkai (-), pitting edem (-)
9
- -
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023

• Rectal Toucher • Suprapubik


- Inspeksi : Massa (-)Tampak ulkus pada perianal kiri, pus - Inspeksi : Distensi (-), massa (-)
(+), edem (+), eritem (+) - Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
- Palpasi : Spinchter ani menjepit kuat, ampula relaps (-),
massa (-), permukaan rectum licin dan intac • CVA
- Handscoon : Feses (+) kuning kecoklatan, darah (-) - Inspeksi : Massa (-/-), hematoma (-/-), hiperemis (-/-),
edema (-/-), scar (-/-)
• Genitalia - Palpasi : Massa (-/-), nyeri tekan (-/-)
- OUE : Terpasang DC 16 FC, bloody discharge (-), massa - Perkusi : Nyeri ketok CVA (-/-)
(-)
- Skrotum : Ulcus (+) nekrotik (+), edem (+) sampai • Neurologi : Tremor (-/-)
dengan perineum, krepitasi (+) Fluktuasi (+) • Bicara : Disartria (-), afasia (-), apraxia (-)
- DC : Kuning jernih, batu (-), darah (-), nanah (-) 9
Foto Klinis

9
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Rontgen Thorax RSUD Ulin Banjarmasin (30 Mei 2023)

Interpretasi Rontgen Thorax :


• Trakea : Lusen, tidak ada deviasi
• Cor : CTR 53% tidak tampak pembesaran
jantung
• Sinus costophrenicus : Tampak tajam
• Sinus cardiophrenicus : Tampak tajam
• Diafragma : Elevasi hemidiafragma dextra
• Hilus dan Pulmo : Tampak infiltrate pada basal
paru, hilus tidak melebar, dan corakan
bronchovaskuler dalam batas normal
• Tulang dan Jaringan lunak : Baik

Kesimpulan: Cor batas normal. Susp Pneumoni


9
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium RSUD Ulin Banjarmasin (11-16 Mei 2023)

PEMERIKSA NILAI SATUA PEMERIKSAA


11/5/23 13/5/23 16/5/23
NILAI
SATUAN
11/5/23 13/5/23 N RUJUKAN
AN RUJUKAN N
KIMIA DARAH
HEMATOLO GDS 284 234 70 – 199 mg/dl
GI HbA1C 9.6 12 – 16 g%
Hemoglobin 11.2 9.6 12.0 - 16.0 g/dl Albumin 1.9 2.1 3.5 – 5.2 g/dl
Lekosit 18.8 14.4 4.0 - 10.5 ribu/ul SGOT 28 10 – 37 U/L
Eritrosit 3.75 3.26 3.90 – 6.90 juta/ul
SGPT 9 10 – 42 U/L
Hematokrit 31.8 27.9 37.0 - 43.0 %
Ureum 21 86 15 – 39 mg/dl
Trombosit 488 442 150 – 450 ribu/ul
Kreatinin 0.59 2.11 0.6 – 1.1 mg/dl
RDW-CV 11.7 12.5 12.1 - 14.0 %
Kolestrol Total 115 70 - 199 mg/dL
MCV, MCH, MCHC
HDL Kolestrol 7 >40.00 mg/dL
MCV 84.4 85,6 80.0 - 94.0 fl LDL Kolestrol 70 0-100 mg/dL
MCH 29.9 29,4 28.0 - 32.0 pg Trigliserida 238 0-150 mg/dL
ELEKTROLIT
MCHC 35.2 34.4 32.0 - 36.0 %
Natrium 119 125 129 136 – 145 Meq/L
MIKROBIOLOGI
Kalium 4.5 3.7 3.0 3.5 – 5.1 Meq/L
Non- Chlorida 97 100 101 98 – 107 Meq/L
HbsAg Non-reaktif Meq/L
reaktif
Non-
HIV Rapid Non-reaktif Meq/L
reaktif

9
Diagnosis Kerja

Fournier Gangren + Abses Perianal

9
Follow Up
Follow Up pada 19 Mei – 23 Mei 2023

9
PEMBAHASAN
Click icon to add picture Click icon to add picture
30

KASUS TEORI

Dilaporkan kasus Seorang Laki-laki usia 46 • Fournier gangren, bentuk necrotizing fasciitis
Tahun dengan Fournier Ganngren pada yang relatif jarang, adalah penyakit progresif
scrotum dan abses perianal cepat yang mempengaruhi jaringan dalam dan
superfisial perineum, anus, skrotum, dan
daerah genital.
• Fournier gangren sering dikaitkan dengan
tanda-tanda umum sepsis, kerusakan jaringan
yang cepat, dan tingkat kematian yang tinggi
sebesar 40%

Gutiérrez-Ochoa J, Castillo-de Lira HH, Velázquez-Macías RF. Usefulness of Fournier‘s gangrene severity index: A comparative study. Rev Mex Urol. 2010;70:27-30.
Carroll PR, Cattolica EV, Turzan CW, McAninch JW. Necrotizing soft-tissue infections of the perineum and genitalia. Etiology and early reconstruction. West J Med. 1986 Feb;144(2):174-8. [PMC free article]
Short B. Fournier gangrene: an historical reappraisal. Intern Med J. 2018 Sep;48(9):1157-1160. [PubMed]
Taken K, Oncu MR, Ergun M, Eryilmaz R, Demir CY, Demir M, Gunes M. Fournier's gangrene: Causes, presentation and survival of sixty-five patients. Pak J Med Sci. 2016 May-Jun;32(3):746-50
Click icon to add picture Click icon to add picture
31

KASUS TEORI

Pasien yang dilaporkan merupakan pasien • Fournier gangren memiliki kecenderungan


dengan jenis kelamin laki laki dan usia 46 yang kuat untuk laki-laki dibandingkan
tahun yang merupakan presentase kejadian dengan perempuan, dengan rasio 10:1.
tersering • Insidensi pada laki-laki adalah 1,6 kasus per
100.000 laki-laki.
• Menurut penelitian di Turki, rata-rata umur
pasien FG adalah 52 tahun, dengan jarak usia
antara 26 hingga 90 tahun, dan rasio antara
pria dan wanita 4:1.

Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Op Acc Emerg Med. 2020;12:353-364.
Gadler T, Huey S, Hunt K. Recognizing Fournier's Gangrene in the Emergency Department. Adv Emerg Nurs J. 2019 Jan/Mar;41(1):33-38. [PubMed]
Oguz A, Gümüş M, Turkoglu A, et al. Fournier's Gangrene: A Summary of 10 Years of Clinical Experience. Int Surg. 2015;100(5):934-941.
Sorensen MD, Krieger JN. Fournier's Gangrene: Epidemiology and Outcomes in the General US Population. Urol Int. 2016;97(3):249-259. [PubMed]
Click icon to add picture Click icon to add picture
32

KASUS TEORI

Pasien awalnya mengeluhkan nyeri pada • Proses penyakit ini diakibatkan oleh infeksi
skrotum yang diawali adanya bisul dan pecah sinergis polimikroba aerobik dan anaerobik
menjadi suatu luka pada fasia dan jaringan lunak subkutan.
• Bakteri ini dapat masuk melalui beberapa
sumber, termasuk urin, usus, atau kulit.
• Infeksi saluran kemih dan proses infeksi
perineum lainnya, seperti abses perianal atau
bahkan jerawat sederhana, juga dapat menjadi
titik awal infeksi.

Bjurlin MA, O'Grady T, Kim DY, Divakaruni N, Drago A, Blumetti J, Hollowell CM. Causative pathogens, antibiotic sensitivity, resistance patterns, and severity in a contemporary series of Fournier's gangrene. Urology. 2013
Apr;81(4):752-8. [PubMed]
Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Open Access Emerg Med. 2020;12:353-364.
Mishra SP, Singh S, Gupta SK. Necrotizing Soft Tissue Infections: Surgeon's Prospective. Int J Inflam. 2013;2013:609628.
Click icon to add picture Click icon to add picture
33

KASUS TEORI

Pada kasus ini pasien awalnya tidak memiliki • Faktor predisposisi tersering adalah diabetes
diabetes militus namun kondisi pasien melitus dan alkoholisme.
beberapa follow-up lab menunjukkan tanda • Diabetes menyebabkan gangguan pembuluh
hiperglikemi, dan akhirnya terdiagnosis darah, neuropati diabetikum, defek sistem
diabetes militus sehingga pasien di terapi fagosit, yang akhirnya menekan sistem imun.
untuk DM agar mempercepat kesembuhan

Chennamsetty A, Khourdaji I, Burks F, Killinger KA. Contemporary diagnosis and management of Fournier’s gangrene. Therapeutic Advances in Urology. 2015;7(4):203-15.
Click icon to add picture Click icon to add picture
34

KASUS TEORI

Pada kasus ini pasien juga mengaku • Diagnosis FG didasari pada gejala klinis.
mengeluhkan nyeri yang menyebar kearah Pasien dapat mengalami perburukan gejala
genital disertai perubahan warna kulit dari dengan cepat setelah beberapa hari
kehijauaan menjadi kehitaman mengalami nyeri. Perburukan berupa nyeri
menyebar, perubahan warna kulit menjadi

Pada kasus ini px fisik ditemukan krepitasi, hijau kehitaman di sekitar perineum dan

nyeri lokal dan jaringan nekrotik pada daerah genital.

skrotum hingga perineum • Gejala klinis lain yang dapat ditemukan


adalah fluktuasi, krepitasi, nyeri lokal, serta
luka di daerah perineum ataupun genital.

Kube E, Stawicki SP, Bahner DP. Ultrasound in the diagnosis of Fournier’s gangrene. Int J Crit Illn Inj Sci. 2012;2(2):104-6
Click icon to add picture Click icon to add picture
35

KASUS TEORI

Pasien pada kasus ini diberikan antibiotik • Intervensi medis diinisiasi antibiotik
berupa ciprofloxacin dan clindamisin. Pada spektrum luas empiris sambil menunggu
kasus ini pasien tidak diberikan 3 kombinasi sensitivitas kultur.
antibiotik • Terapi antibiotik secara historis melibatkan
terapi rangkap tiga dalam mencakup
organisme gram positif, gram negatif, dan
anaerob. Kombinasi sefalosporin generasi
ketiga, aminoglikosida, penisilin, dan
metronidazol selama durasi setidaknya dua
minggu
Auerbach J, Bornstein K, Ramzy M, Cabrera J, Montrief T, Long B. Fournier Gangrene in the Emergency Department: Diagnostic Dilemmas, Treatments and Current Perspectives. Open Access Emerg Med. 2020;12:353-364
Di Serafino M, Gullotto C, Gregorini C, Nocentini C. A clinical case of Fournier's gangrene: imaging ultrasound. J Ultrasound. 2014 Dec;17(4):303-6.
Montrief T, Long B, Koyfman A, Auerbach J. Fournier Gangrene: A Review for Emergency Clinicians. J Emerg Med. 2019 Oct;57(4):488-500.
Click icon to add picture Click icon to add picture
36

KASUS TEORI

• Pasien diberikan NaCL 0,9% sebanyak • Selain terapi antibiotik, resusitasi cairan
1500 cc dalam 24 jam untuk memenuhi sangat penting pada pasien yang mungkin
kebutuhan cairan tubuh pasien. mengalami hipotensi dan syok septik.
• Pasien diberikan Novorapid dan Levemir • Pasien diabetes yang menderita gangren
untuk mengkontrol gula darah pasien.. Fournier memerlukan koreksi kelainan
• Pada kasus ini juga saat pasien datang ke glukosa darah.

IGD, pasien disegerakan untuk dilakukan • Tidak boleh menunda eksplorasi dan
penanganan bedah berupa debridement. debridemen bedah yang muncul dini dan
agresif, yang merupakan terapi definitif dan
kritis untuk Fournier gangrene.
Chernyadyev SA, Ufimtseva MA, Vishnevskaya IF, Bochkarev YM, Ushakov AA, Beresneva TA, Galimzyanov FV, Khodakov VV. Fournier's Gangrene: Literature Review and Clinical Cases. Urol Int. 2018;101(1):91-97.
Hakkarainen TW, Kopari NM, Pham TN, Evans HL. Necrotizing soft tissue infections: review and current concepts in treatment, systems of care, and outcomes. Curr Probl Surg. 2014 Aug;51(8):344-62
Morgan MS. Diagnosis and management of necrotising fasciitis: a multiparametric approach. J Hosp Infect. 2010 Aug;75(4):249-57.
Evans L, Rhodes A, Alhazzani W, et.al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock 2021. Crit Care Med. 2021 Nov 01;49(11)
Penutup

Telah dilaporkan kasus seorang laki laki usia 46 Tahun dengan Fournier gangrene disertai abses perianal. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana pada pasien ini
diantaranya adalah IVFD Nacl 0,9% 1500 cc/24 jam, Inj. Ciprofloxacin 2x200mg, Inj. Antrain 3x1gr, Inj. Omeprazole
2x40mg, Po. Clindamicin 2x300, Levemir 0-0-14 IU dan Novorapid 12-12-12. Fournier’s gangrene adalah suatu fasiitis
nekrotikans yang bersifat progresif dan fatal. Sumber infeksi awal sering berasal dari kolorektal, urogenital, infeksi kulit,
atau trauma jaringan lokal.
Diagnosis FG didasari gejala klinis dan pada hampir semua kasus, pemeriksaan radiologis tidak diperlukan. Tiga
prinsip utama penanganan, yaitu tindakan debridement jaringan nekrosis yang agresif dan segera, perbaikan hemodinamik
dengan resusitasi cairan segera, serta pemberian antibiotik spektrum luas parenteral. Beberapa metode prediksi mortalitas
meliputi Laboratory Risk Indicator for Necrotizing Fasciitis Score (LRINEC) dan Fournier Gangrene Severity Index
(FGSI). Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis; infeksi awal dicurigai berasal dari kolorektal. Pasien
mendapat terapi resusitasi cairan, antibiotik levofloxacin dan metronidazole, dilakukan debridement, dan tindakan
rekonstruksi 1 bulan setelahya. Hasil akhir didapatkan baik.
9
Terima Kasih

21

Anda mungkin juga menyukai