FOURNIER GANGRENE
Oleh:
Pembimbing
dr. Tomy Nurtamin, Sp.B.U
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Nama :
NIM :
, Tomy Nurtamin2
A. PENDAHULUAN
Fournier’s gangrene (selanjutnya disingkat FG) merupakan fasiitis
nekrotikans di daerah perianal, perineal, serta genital yang bersifat progresif
dan fatal. Penyakit ini sering disertai faktor predisposisi yang menyebabkan
perkembangan penyakit ini menjadi progresif, antara lain diabetes, gangguan
ginjal, keganasan. 1
Fournier's gangrene termasuk penyakit infeksi yang fatal namun jarang
terjadi. Fournier's gangrene pertama kali ditemukan pada tahun 1883 oleh
seorang venerologis Prancis Jean Alfred Fournier. Infeksi pada Fournier's
gangrene memiliki karakteristik khas, yaitu akan menyebabkan trombosis
pada pembuluh darah subkutis yang akan menyebabkan nekrosis kulit di
sekitarnya. Fournier's gangrene merupakan penyakit yang memiliki potensi
fatal dengan angka mortalitas tinggi dan termasuk dalam kasus
kegawatdaruratan bedah dan urologi.2
Meskipun awalnya digambarkan sebagai Gangren yang idiopatik pada
alat kelamin, namun penyebab Fournier gangren dapat diidentifikasikan
pada 75-95% dari jumlah kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari
infeksi di anorektal (13- 50%), saluran urogenital (17-87%), sedang yang lain
dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar alat kelamin.3
Pada beberapa tahun terakhir kasus insiden Fournier’s Gangrene
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan faktor predisposisi dari Fournier‘s
Gangrene seperti diabetes mellitus, imunosupresi, dan penyakit hati dan
ginjal kronik juga meningkat dalam beberapa tahun ini. Infeksi pada sebagian
besar kasus Fournier’s Gangrene merupakan gabungan sinergis antara
bakteri aerob dan anaerob. Mikroorganisme penyebab infeksi seringkali tidak
hanya satu macam, melainkan merupakan infeksi polimikroba dari enterik
gram negatif, gram positif Stafilokokus atau Streptokokus, dan bakteri
anerobik (Clostridium spp). E coli, Bakteroides, Klebsiella spp, Proteus spp,
Pseudomonas spp, dan Enterokoki disebut sebagai bakteri yang paling sering
menyebabkan infeksi ini. 2,3
Dasar penanganan Fournier's gangrene adalah dengan stabilisasi
hemodinamik, terapi antibiotik sistemik, dan surgical debridement. Prinsip
terapi pada gangrene Fournier adalah terapi suportif memperbaiki keadaan
umum pasien, pemberian antibiotika, dan debridement dengan membuang
jaringan nekrosis. Antibiotika yang dipilih adalah yang sesuai dengan hasil
sensitifitas kultur kuman atau jika belum ada hasil kultur, dipilih antibiotika
yang berspektrum luas, yaitu golongan penisilin, klindamisin, atau
aminoglikosida.2
B. DEFINISI
Gangren Fournier / Fournier Gangrene adalah terjadinya fascitis
necrotican yang diawali dengan infeksi jaringan lunak yang disebabkan
polimikroba yang agresif dan sering fatal pada daerah perineum, perianal, dan
genitalia eksterna. 4
Fournier’s gangrene merupakan polimikrobial fascitiis nekrotikan di
daerah perineum dan genitalia pria. Pada tahun 1764, Baurienne
mendeskripsikan gangrene yang fulminan pada perineum pria. Penyakit ini
dapat berkembang menjadi infeksi jaringan lunak yang fulminan yang
menyebar secara cepat sepanjang fascia, yang mengakibatkan nekrosis kulit,
jaringan lunak subkutan, dan fascia yang dihubungkan dengan sepsis
sistemik. Jika penyakit ini tidak didiagnosis dengan cepat dan diterapi yang
tepat, maka akan terjadi morbiditas dengan waktu perawatan yang lama dan
bahkan dapat terjadi kematian. 5
C. EPIDEMIOLOGI
Seperti diketahui, keadaan penyakit ini meningkat seiring waktu, dan
Fournier’s gangrene terjadi paling sering pada pria usia tua (dengan puncak
insiden pada dekade kelima dan keenam) dan sebagian besar kasus memiliki
sebab yang tidak teridentifikasi. Pada beberapa literatur lain disebutkan
puncak usia terbanyak ditemukan pada usia antara 30–60 tahun, dan 56 kasus
pediatrik dengan 60% terjadi pada bayi usia kurang dari 3 bulan. 5
Di USA penyakit ini relatif jarang dan insiden sebenarnya tidak
diketahui. Pada penelitian retrospektif ditemukan 1726 kasus yang
didokumentasikan pada literatur dari tahun 1950–1999, dengan rata-rata 97
kasus per tahun yang dilaporkan sepanjang tahun 1989–1998. Meskipun
demikian, insidennya meningkat, sebagian besar tampaknya akibat
meningkatnya usia harapan hidup rata-rata pada populasi penduduk, seperti
meningkatnya jumlah pasien dengan terapi immunosupresif atau menderita
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), terutama di Afrika. 5
Angka kematian bervariasi sekitar 7,5%. Faktor yang berhubungan
dengan tingginya mortalitas adalah sumber infeksi anorektal, usia tua,
penyakit yang meluas, (menyebar ke dinding abdomen dan femoral), syok
sepsis, gagal ginjal, disfungsi, dan hepar. Kematian biasanya akibat penyakit
sistemik seperti sepsis, koagulopati, gagal ginjal akut, diabetik ketoasidosis,
atau kegagalan multi organ.5
Gangren Fournier adalah kondisi yang relatif jarang, mewakili hanya
0,02% dari pasien yang masuk di rumah sakit menurut studi epidemiologi
baru-baru ini, meskipun kejadiannya meningkat dengan populasi yang menua
dan prevalensi diabetes yang lebih tinggi. 6
D. ETIOLOGI
JA Fournier menggambarkan kondisi Fourniere gangrene tersebut
sebagai proses yang idiopatik, namun, gangren Fournier jarang benar-benar
idiopatik dan dengan pengamatan dan penelitian, penyebab yang mendasari
dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus. Fasciitis nekrotikans sering
kali berasal dari infeksi dari ano-rektum (30-50%), uro-genitalia (20-40%)
atau kulit genital (20%). Trauma pada daerah ini, baik disengaja atau tidak
disengaja telah dilaporkan dalam literatur sebagai kemungkinan sumber
infeksi. Gangren Fournier telah terbukti sangat terkait dengan diabetes,
alkoholisme kronis, human immunodeficiency virus (HIV), penyakit limfo-
proliferatif, penyalahgunaan steroid kronis dan obat-obatan sitotoksik. Prinsip
yang mendasari semua kondisi ini adalah terganggunya imunitas pejamu,
menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk terjadinya infeksi.
Malnutrisi dan status sosial ekonomi yang lebih rendah juga telah terbukti
berhubungan dengan perkembangan gangren Fournier. Kedua faktor ini
berpotensi terkait dengan kebersihan perineum yang buruk dan kekebalan
yang lebih rendah yang berhubungan dengan perkembangan gangren
Fournier. 6
Founier’s Gangrene disebabkan infeksi bakteri aerob dan anaerob
seperti E. coli, coliform Klebsiella spp., Bacteroides spp., Streptococcus spp.,
Enterococcus spp., Pseudomonas spp., Proteus spp. dan Clostridium spp.4
E. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor penyebab penyakit ini dapat diidentifikasi pada lebih dari
90% kasus dan harus dicari secara aktif, karena hal ini menentukan
penatalaksanaan dan prognosisnya. Pada kasus yang tampaknya idiopatik,
penyebabnya mungkin tertutupi oleh proses nekrosis penyakit ini.
Kemungkinan penyebab Fournier’s gangrene tertera di tabel di bawah ini.
Infeksi mungkin berasal dari area yang tertera berikut, dengan penyebaran ke
arah fascia yang menjadi fasciitis. 5
Meskipun Fournier’s gangrene terutama mengenai pria usia tua, tapi
dapat juga mengenai semua umur, dan hampir sekitar 10% kasus terjadi pada
wanita. Penyebab khusus pada wanita termasuk blok nervus pudendus atau
episiotomi pada persalinan pervaginam, aborsi septik, histerektomi, dan abses
vulva, serta Bartholin.5
Urogenital Striktur uretra
Indwelling kateter transuretra
Penggunaan kondom kateter dalam jangka
waktu lama
Batu Uretra
Uretritis
Pembedahan Transuretral
Infeksi kelenjar periuretral dan abses parauretral
TBC Urogenital
Kanker Uretra
Biopsi Prostat
Massase Prostat
Abses Prostat
Insersi protese penis
Constriction ring device untuk penatalaksanaan
ED
Trauma iatrogenik Kauterisasi genital warts
Sirkumsisi
Manipulasi pada long standing paraphimosis
Noniatrogenic trauma
Gigitan hewan, serangga, atau manusia
Abses scrotal
Hidrocele yang terinfeksi
Hydrocelectomy
Vasectomy
Balanitis
Phimosis
Anorektal Abses Ischiorectal atau perianal atau
intersphincter
Biopsi mukosa rektum
Banding pada hemorrhoid
Dilatasi anal
Kanker sigmoid atau kanker rektum
Diverticulitis
Perforasi rektal oleh benda asing
Kolitis ischemik
Stenosis anal
Kutaneous Hidradenitis suppurativa
Folliculitis
Scrotal pressure
Infeksi luka pasca pembedahan scrotal
Selulitis scrotum
Pyoderma gangrenosum
Akses femoral untuk pemakaian obat intravena
Penyebab Abses psoas
Retroperitoneal Abses perinephric
Appendisitis dan abses apendiks
Pankreatitis dengan nekrosis lemak
retroperitoneal
Penyebab lain Repair hernia inguinalis
Filariasis di daerah endemik
Hernia richter strangulata
2. Pemeriksaan Fisik
Fournier gangrene adalah diagnosis klinis berdasarkan adanya
fluktuasi, krepitasi, nyeri tekan yang luar biasa, dan luka pada alat
kelamin dan perineum. 8
a. Manifestasi pada kulit :
- Normal
- Eritema
- Krepitasi subkutaneus
- Gangrene
- Luka yang dicurigai sebagai portal masuknya bakteri
b. Bau busuk
c. Cairan purulent
d. Edema
e. Palpasi lunak 6
Gambar 3. Fournier gangrene pada skrotum 9
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kasus Fournier gangrene tidak
spesifik, seperti anemia, leukositosis, trombositopenia, gangguan
elektrolit, hiperglikemia, peningkatan serum kreatinin, azotemia, dan
hipoalbuminemia.1
Penemuan abnormal, seperti anemia, trombositopenia,
koagulopati, hiponatremia, dan peningkatan ureum dan kreatinin.
Hipokalsemia mungkin terjadi pada beberapa kasus, sebagai akibat
chelasi dari kalsium yang terionisasi oleh trigliserida yang dibebaskan
oleh lipase bakterial. Leukositosis dengan hitung jenis lekosit di atas
15.000/mm3 dan pergeseran ke kiri (shift to the left), ditemukan pada
lebih dari 90% kasus. Neutrofilia menggambarkan infeksi bakteri
yang hebat. Perlu dicermati bahwa leukositosis mungkin tidak
ditemukan pada pasien dengan imunosupressi. Anemia mungkin
tampak sebagai gambaran sepsis. Koagulopati dapat diindikasikan
dengan peningkatan Prothrombin Time (PT) dan Partial
Thromboplastin Time (PTT), dan trombositopenia. Peningkatan nilai
fibrinogen dan D-dimer positif menggambarkan onset dari
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).5
Kultur urin dan darah, bersamaan dengan apusan luka (wound
swabs) dan spesimen dari kultur bakteri amatlah penting. Status HIV
harus dipastikan pada semua pasien, sebab Fournier’s gangrene
mungkin merupakan presentasi pasien dengan HIV.5
b. Pemeriksaan radiologi
Imaging radiologis dapat bermanfaat jika diagnosis meragukan,
tetapi pemeriksaan ini jangan sampai menunda manajemen
pembedahan. X-ray abdomen dan pelvis mungkin akan memberikan
gambaran gas pada lapisan fascia subkutan di daerah perineum dan
dinding abdomen.5
Radiografi konvensional dapat mengungkapkan emfisema
subkutan memanjang dari perineum dan genitalia eksterna ke daerah
inguinal, paha dan dinding perut anterior. Kehadiran udara subkutan
tidak patognomik tetapi meningkatkan indeks kecurigaan infeksi
nekrotikans jaringan lunak dimana 90% pasien dengan gangren
Fournier telah dilaporkan mengalami emfisema subkutan. Radiografi
juga dapat mengungkapkan pembengkakan jaringan skrotum yang
signifikan.6
c. Oksigen hiperbarik
Hyperbaric Oxygen (HBO) telah digunakan sebagai terapi dalam
penatalaksanaan Fournier’s gangrene. Protokol yang biasa digunakan
berupa sesi multipel pada 2,5 atm selama 90 menit dengan inhalasi
oksigen 100% tiap 20 menit. 5
HBO meningkatkan level tekanan oksigen di jaringan dan memiliki
efek yang menguntungkan pada proses penyembuhan luka. Oxygen
Free Radical dibebaskan dari jaringan yang hipoksia, yang bersifat
toksik terhadap bakteri anaerobik. Aktivitas fibroblast meningkat
dengan diikuti angiogenesis yang akan mempercepat penyembuhan
luka.5
Namun HBO ini mahal dan tidak nyaman. Kontraindikasi metode
ini adalah di mana ruang udara tertutup pada tubuh dapat mengalami
kerusakan akibat ekspansi pada saat pengembalian ke tekanan atmosfer
yang normal, seperti sinusitis, otitis media, asma, dan penyakit
pulmonal bulosa (bullous pulmonary disease). Perhatian khusus harus
diberikan pada penderita diabetes, di mana hipoglikemia dapat
dieksaserbasi oleh HBO.5