Oleh :
Masra Linda Sari, S.Ked
K1A116051
PEMBIMBING
dr. Ilham Arif, M. Kes., Sp. B(K)V
NIM : K1A116051
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Peripheral Artery Dissease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah suatu
kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi
lengan atau kaki.Penyumbatan pada arteri perifer disebabkan oleh proses
atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit
(stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan faktor resiko
yang menjadi dasar timbulnya atherosklerosis).Aterosklerosis ini dapat
melibatkan hampir semua cabang arteri utama pada tubuh. Aterosklerosis yang
terjadi di arteri lengan dan kaki, serta aorta, dikenal sebagai PAD.Ketika kondisi
ini muncul maka akan terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat
menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal dan laju darah. 2,3
Saat ini, diperkirakan lebih dari 202 juta orang di dunia menderita
Peripheral Artery Dissease (PAD). PAD terjadi pada 8 – 12 juta penduduk
Amerika dan semakin meningkat seiring bertambahnya usia karena terjadi
kelemahan pada pembuluh darah sehingga lebih mudah untuk terjadi
aterosklerosis. Di Amerika Serikat terdapat 34.3% individu usia diatas 40 tahun
dan 14.5% diatas 70 tahun yang terkena PAD. Prevalensi PAD di Indonesia
adalah 9,7%. Hasil ini didapatkan dari penelitian AGATHA oleh American
Society of Cardiology tahun 2006, dimana Indonesia ikut disertakan sebagai
subyek penelitian diantara 24 negara.3 Data prevalensi PAD lainya didapat dari
sebuah penelitian multi negara oleh PAD-SEARCH, dimana Indonesia juga
menjadi salah satu subjek penelitian. Setiap satu juta orang Indonesia, 13.807
diantaranya menderita PAD.3
PAD berdampak buruk bagi penderitanya. PAD dapat menurunkan status
fungsional, mengurangi kualitas hidup, menyebabkan terjadinya amputasi, infark
miokard, stroke, dan kematian.6,5 Pasien dengan PAD juga memiliki risiko lima
kali lebih besar kemungkinan terjadinya serangan jantung dan memiliki
kemungkinan terjadinya stroke dan kematian hingga 2-3 kali lebih besar.8,9,10
Selain karena dampaknya yang buruk bagi pasien, adanya PAD pada satu
arteri juga menjadi prediktor kuat adanya PAD pada arteri lainnya, termasuk pada
pembuluh darah koroner, karotis dan serebral.11 Karena itu, identifikasi PAD
adalah hal yang penting untuk dilakukan. Uji diagnosa yang banyak dilakukan di
klinik adalah ABI (Ankle Brachial Index).12 ABI berfungsi sebagai alat
pemeriksaan vaskular non-invasif yang cepat, sederhana dan akurat.11 ABI
dengan nilai ≤ 0.90 mengindikasikan adanya PAD.13
Berdasarkan pemaparan diatas, maka pemahaman yang baik tentang
Peripheral Artery Dissease (PAD) perlu dimiliki agar penegakan diagnosa dan
penatalaksanaan yang tepat pada pasien PAD dapat dilakukan.
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MF
Umur : 48 tahun
Tanggal Lahir : 22 Februari 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : BTN Maharani, Poasia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk : 13 Oktober 2022
RM : 60 51 62
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama: nyeri tungkai kiri
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien laki-laki usia 48 tahun datang ke Poli Bedah Vaskular RSU
Bahteramas dengan keluhan nyeri tungkai kiri. Nyeri dialami sejak 1 tahun
terakhir. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan terus
menerus dan skala nyeri 3(1-10). Nyeri dirasakan memberat saat
beraktifitas dan nyeri akan berkurang saat beritirahat. Pasien mengaku
belum pernah mengkomsumsi obat apapun untuk meringankan gejala.
Keluhan lain yang dialami pasien yaitu cepat lelah dan sulit melakukan
aktifitas sehari-hari. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal
yang serupa. Namun pasien memiliki riwayat penyakit DM (+), HT (-).
Riwayat operasi sebelumnya (-), riwayat alergi makanan dan obat (-).
Merokok (-), alkohol (-). Serta pasien mengaku jarang melakukan aktivitas
fisik atau berolahraga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan Umum Sakit Berat
Kesadaran Compos mentis
Tanda Vital Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6 oC
SpO2 : 97 %
Status Generalis
Wajah Inspeksi
simetris kiri kanan, edema (-), tidak terdapat laserasi, tidak
terdapat hematom.
Palpasi
nyeri tekan (-), diskontinuitas (-) dan krepitasi (-)
Mata Inspeksi
Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik(-/-), edema (-/-),
laserasi (-/-), hematom (-/-), diplopia (-/-), subkonjuntival
bleeding (-/-).
Palpasi
nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), diskontunuitas (-/-)
Hidung inspeksi
Epitaksis (-) rinorhea (-) edema (-/-), laserasi (-/-), hematom (-
/-).
Palpasi
nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), diskontunuitas (-/-)
Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)
Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (-) perdarahan gusi (-), hiperemis
(+), tidak ada gigi yang hilang
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikular (+/+), Stridor (-/-), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Kulit keriput, Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan menurun
Palpasi
Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, seluruh kuadran Nyeri tekan (+), Ballotemen ginjal (-).
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremitas Inspeksi
-peteki -/-, edema -/-, deformitas -/-
-ekstremitas atas nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), teraba hangat
-ekstremitas bawah nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-), akral
teraba dingin pada kaki kiri, pulseless pada arteri dorsalis
pedis sinistra, CRT < 2 detik.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (12-10-2022)
Koagulasi (12-10-2022)
E. RESUME
Pasien laki-laki usia 48 tahun datang ke Poli Bedah Vaskular RSU
Bahteramas dengan keluhan nyeri tungkai kiri. Nyeri dialami sejak 1 tahun
terakhir. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan terus menerus
dan skala nyeri 3(1-10). Nyeri dirasakan memberat saat beraktifitas dan nyeri
akan berkurang saat beritirahat. Pasien mengaku belum pernah
mengkomsumsi obat apapun untuk meringankan gejala. Keluhan lain yang
dialami pasien yaitu cepat lelah dan sulit melakukan aktifitas sehari-hari.
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal yang serupa. Namun pasien
memiliki riwayat penyakit DM (+), HT (-). Riwayat operasi sebelumnya (-),
riwayat alergi makanan dan obat (-). Merokok (-), alkohol (-). Serta pasien
mengaku jarang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga.
Pemeriksaan fisis didapatkan Tekanan Darah : 120/80 mmHg, nadi : 85
o
x/menit, pernapasan : 22 x/menit, suhu : 36,6 C. Pada pemeriksaan
ekstremitas ditemukan ekstremitas bawah nyeri tekan (+/-), krepitasi (-/-),
akral teraba dingin pada kaki kiri, pulseless pada arteri dorsalis pedis sinistra,
CRT < 2 detik.
F. DIAGNOSIS
Peripheral Artery Disease + ulkus pedis + stenosis bifurcatio A. Tibialis +
oklusi total A. Tibialis anterior
G. TATALAKSANA
1. Percutaneus Transluminal Angioplasty 1 Balon (14 Oktober 2022)
2. Farmakologi
- IVFD RL 18 Tpm
- Injeksi Ceftriaxone 1 Amp/12 jam
- Injeksi Ketorolac 1 Amp/jam
- Injeksi Ranitidin 1 Amp/12 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Peripheral Arterial Disease (PAD) atau bisa juga disebut Peripheral
Arterial Occlusive Disease (PAOD) adalah penyumbatan pada arteri
perifer akibat proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang
menyebabkan lumen arteri menyempit (stenosis), atau pembentukan
trombus. Hal di atas menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah
yang dapat menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal. Studi
menunjukkan bahwa kondisi atherosklerosis kronik pada ekstremitas yang
menghasilkan lesi stenosis. Mekanisme dan proses hemodinamik yang
terjadi pada PAD sangat mirip dengan yang terjadi pada penyakit arteri
koroner. Tempat tersering terjadina PAD adalah daerah tungkai bawah dan
jarang ditemukan pada jari tangan.3
B. ETIOLOGI
Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah adanya stenosis
(penyempitan) pada arteri yang dapat disebabkan oleh reaksi
atherosklerosis atau reaksi inflamasi pembuluh darah yang menyebabkan
lumen menyempit. Faktor resiko dari penyakit oklusi arteri perifer adalah
merokok, diet tinggi lemak atau kolesterol, stress, riwayat penyakit
jantung, serangan jantung, stroke, obesitas, diabetes, dan kelainan sintesis
protein seperti protein C dan protein S.6
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda gejala utama adalah nyeri pada area yang mengalami penyempitan
pembuluh darah. Tanda gejala awal adalah nyeri (klaudikasi) dan sensasi lelah
pada otot yang terpengaruh. Karena pada umumnya penyakit ini terjadi pada
kaki maka sensasi terasa saat berjalan. Gejala mungkin menghilang saat
beristirahat. Saat penyakit bertambah buruk gejala mungkin terjadi saat aktivitas
fisik ringan bahkan setiap saat meskipun beristirahat.6
Pada tahap yang parah kaki dan tungkai akan menjadi dingin dan kebas.
Kulit akan menjadi kering dan bersisik bahkan saat terkena luka kecil dapat
terjadi ulcer karena tanpa suplai darah yang baik maka proses penyembuhan luka
tidak akan berjalan dengan baik.7
Pada fase yang paling parah saat pembuluh darah tersumbat akan dapat
terbentuk gangren pada area yang kekurangan suplai darah. Pada beberapa kasus
penyakit vaskular perifer terjadi secara mendadak hal ini terjadi saat ada emboli
yang menyumbat pembuluh darah. Pasien akan mengalami nyeri yang tajam
diikuti hilangnya sensari di area yang kekurangan suplai darah. Tungkai akan
menjadi dingin dan kebas serta terjadi perubahan warna menjadi kebiruan. 7
D. KLASIFIKASI
Sistem klasifikasi yang pertama adalah dari European Society of
Cardiovascular Surgery pada tahun 1952 dan diterbitkan pada tahun 1954
oleh Fontaine dkk. Sistem klasifikasi ini menilai presentasi klinis pasien
sampai empat tahap. Sistem ini hanya berdasarkan gejala klinis, tanpa tes
diagnostik lainnya, dan biasanya digunakan untuk penelitian klinis dan
tidak rutin digunakan dalam perawatan pasien.7
E. PATOFISIOLOGI
Ada berbagai etiologi PAD non aterosklerotik seperti trauma,
vaskulitis, dan emboli. Etiologi aterosklerosis merupakan presentasi
sebagian besar PAD dan memiliki dampak epidemiologi terbesar.8
Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada PAD sama seperti yang
terjadi pada arteri koroner. Lesi segmental yang menyebabkan stenosis
atau oklusi biasanya terjadi pada pembuluh darah berukuran besar atau
sedang. Pada lesi tersebut terjadi plak aterosklerotik dengan penumpukan
kalsium, penipisan tunika media, destruksi otot dan serat elastis,
fragmentasi lamina elastika interna, dan dapat terjadi trombus yang terdiri
dari trombosit dan fibrin.9,10
Aterogenesis dimulai dengan lesi di dinding pembuluh darah dan
pembentukan plaka terosklerotik. Proses ini dikuasai oleh leokocyte-
mediated inflammation local dan oxidized lipoprotein species terutama
low-density lipoproteins (LDL). Merokok, hiperkolesterolemia, diabetes,
dan hipertensi menurut bebera papenelitian mempercepat pembentukan
aterosklerosis.11
Lesi awal (tipe I) terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan dan
terdiri dari akumulasi lipoprotein intima dan beberapa makrofag yang
berisi lipid. Makrofag tersebut bermigrasi sebagai monosit dari sirkulasi
kelapisan intima subendotel. Kemudian lesi ini berkembang menjadi lesi
awal atau "fatty-streak" (tipe II), yang ditandai dengan banyaknya "foam
cell". Foam cell memiliki vakuola yang dominan berisi cholesteryloleate
dan dilokalisir di intima mendasari endotel. Lesitipe II dapat dengan cepat
berkembang menjadi lesi preatheromic (tipe III), yang didefinisikan
dengan peningkatan jumlah lipid ekstraseluler dan kerusakan kecil
jaringan lokal. Ateroma (tipe IV) menunjukkan kerusakans truktural yang
luas pada intima dan dapat muncul atau silent. Perkembangan lesi
selanjutnya adalah lesi berkembang atau fibroateroma (tipe V), secara
makroskopis terlihat sebagai bentuk kubah, tegas, dan terlihat plak putih
mutiara. Fibroateroma terdiri dari intinekrotik yang biasanya terlokalisasi
di dasar lesi dekat dengan lamina elastik interna, terdiri dari lipid
ekstraseluler dan sel debris dan fibrotic cap, yang terdiri dari kolagen dan
sel otot polos di sekitarnya.17 Ruptur plak memperburuk lesi karena akan
menyebabkan agregasi platelet dan aktivasi fibrinogen, namun tidak
menyebabkan oklusi arteri atau manifestasi klinis. 11
Istilah "aterosklerosis" berasal dari athero, kata Yunani untuk
bubur dan sesuai dengan inti nekrotik, dan dari sclerosis, kata Yunani
untuk keras, sesuai dengan fibrotic cap. Lesitipe VI (complicated lesion)
digunakan untuk menggambarkan berbagai lesi aterosklerotik yang lebih
lanjut yang menunjukkan karakteristik khusus yang tidak ditemukan di
fibro atheromaklasik, seperti lesi ulseratif (dibentuk oleh erosi cap), lesi
hemoragik (ditandai dengan pendarahan di intinekrotik), atau lesi
trombotik (membawa deposit trombotik). Tipe VII adalah lesi kalsifikasi,
ditandai pengerasan arteri dantipe VIII adalah lesi fibrotik, predominan
terdiri dari kolagen.12
Patofisiologi yang terjadi padapasien PAD meliputi keseimbangan
suplai dan kebutuhan nutrisi otot skeletal. Klaudikasio intermiten terjadi
ketika kebutuhan oksigen selama latihan ataua ktivitas melebihi suplainya
dan merupakan hasil dari aktivasi reseptor sensorik local oleh akumulasi
laktat dan metabolit lain. Pasien dengan klaudikasio dapat mempunyai
single atau multiple lesi oklusif pada arteri yang mendarahi tungkai.
Pasien dengan clinical limb ischemic biasanya memiliki multiple lesi
oklusif yang mengenai proksimal dan distal arteri tungkai sehingga pada
saat istirahat pun kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi. 13
b. Anti Hipertensi
c. Anti Platelet
Kesimpulan
angioplasty 1 balon.
DAFTAR PUSTAKA