Disusun oleh:
Nerissa Alviana Sutantie
2017-84-040
Pembimbing:
dr. Fahmi Maruapey, Sp.An
Trauma
Stress berlebihan
Tonus simpatik menurun Aliran darah
menurun
Tekanan plantar
meningkat
Charcot Iskemia
Deformitas struktur
ULKUS KAKI
DIABETIK
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
1 diantara 20 penderita DM akan menderita ulkus pada kaki-
1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun
Amputasi kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini
selama rentang 5 tahun ke depan.
Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes
merupakan risiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti
dengan penyakit mikrovaskuler dan regulasi glukosa darah yang
buruk.
Pada penderita diabetes dengan neuropati, meskipun hasil
penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhannya 66% dan
angka amputasi meningkat menjadi 12%.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi salah satu teknik anestesi untuk
anggota/daerah tubuh tertentu, khususnya daerah
lengan dan abdomen bagian bawah/tungkai.
Regional anestesi menggangu transmisi impuls
pada saraf perifer dan medulla spinalis tanpa
menyebabkan hilangnya kesadaran pada pasien
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Subarachnoid Anesthesia Epidural Anesthesia
Kemampuan untuk menambah Minimal (< 24 hours) Sangat baik and berlaku untuk
postoperative analgesia beberapa hari
Absolut Relatif
Infeksi pada area injeksi Sepsis
Pasien menolak Pasien tidak kooperatif
Penyakit koagulopati atau Riwayat defisit neurologis
bleeding diathesis Demyelinating lesions
Hipovolemia berat
Peningkatan ICP Deformitas spinal berat
(Intracranial Pressure)
Stenosis aorta berat
Stenosis mitral berat
TINJAUAN PUSTAKA
Pertimbangan teknik Blokade Sentral
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Teknik ini dilakukan
dengan memasukkan obat lokal
anestesi ke dalam ruang
subarachnoid sehingga didapatkan
anestesi pada segmen yang terblok,
ke bawah.
Anestesi spinal (anestesi
subaraknoid) disebut juga sebagai
blok spinal intradural atau blok
intratekal
Lokasi penusukan
jarum anestesi spinal
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi: Corda spinalis sampai L1-L2, sehingga punksi di atas L2 bisa
menyebabkan lesi pada corda spinalis. SAB dilakukan pada rongga antara L 3-L4
atau L4-L5.
Indikasi:
Pembedahan daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah papila
mamae kebawah).
Durasi operasi yang tidak terlalu lama, maksimal 2-3 jam.
Luas daerah yang teranestesi, tergantung dari: dosis, volume, kecepatan
penyuntikan, tempat penyuntikan, dan panjang columna vertebralis.
Teknik ini digunakan pada Bedah ekstremitas bawah, Bedah panggul, Tindakan
sekitar rektum perineum, Bedah obstetrik-ginekologi, Bedah urologi, Bedah
abdomen bawah.
Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anestesi umum ringan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontra Indikasi Absolut
Infeksi pada tempat suntikan: infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural.
Hipovolemia berat karena dehidrasi, perdarahan, muntah ataupun diare: karena pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia.
Koagulapati atau mendapat terapi koagulan.
Tekanan intrakranial meningkat: dengan memasukkan obat kedalam rongga subaraknoid, maka bisa makin menambah tinggi tekanan intrakranial, dan bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim: pada anestesi spinal bisa terjadi komplikasi seperti blok total, reaksi alergi dan lain-lain, maka harus dipersiapkan fasilitas dan obat emergensi lainnya.
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi: Hal ini dapat menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis, keterampilan dokter anestesi sangat penting.
Pasien menolak.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontra Indikasi Relatif
Infeksi sistemik: jika terjadi infeksi sistemik, perlu diperhatikan apakah diperlukan pemberian antibiotik. Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran infeksi.
Infeksi sekitar tempat suntikan: bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal.
Kelainan neurologis: perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak membingungkan antara efek anestesi dan defisit neurologis yang sudah ada pada pasien sebelumnya.
Kelainan psikis
Bedah lama: masa kerja obat anestes i lokal adalah kurang lebih 90-120 menit, bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150 menit.
Penyakit jantung: perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kearah jantung akibat efek obat lokal anestesi.
Hipovolemia ringan: sesuai prinsip obat anestesi, memantau terjadinya hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan .
Nyeri punggung kronik: kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan. Hal ini berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang, dapat membuat pasien tidak nyaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Persiapan dan Pelaksanaan
TINJAUAN PUSTAKA
Termo
Renal
regulator
• Penurunan • Hipotermi
aliran darah a
ginjal
• Penurunan
urin output
Renal
TINJAUAN PUSTAKA
Komplikasi
Hipotensi beratAkibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa
dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500
ml sebelum tindakan.
Bradikardia Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi
akibat blok sampai T2.
Hipoventilasi Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat
kendali nafas.
Trauma saraf.
Mual-muntah.
Menggigil.
Kejang.
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi spinal menggunakan obat anestesi lokal yaitu Bupivacaine.
Obat ini menghasilkan onset anestesia spinal dalam waktu 5 sampai 8 menit.
Dosis yang direkomendasikan
Anestesia regional dapat memberikan risiko yang lebih besar pada pasien
diabetes dengan neuropati autonomik.
Hipotensi yang dalam dapat terjadi dengan akibat gangguan pada pasien
dengan penyakit arteri koronaria, serebrovaskular dan retinovaskular.
Risiko infeksi dan gangguan vaskular dapat meningkat dengan
penggunaan teknik regional pada pasien diabetes.
Abses epidural lebih sering terjadi pada anestesia spinal dan epidural.
Sebaliknya, neuropati perifer diabetik yang timbul setelah anestesia
epidural dapat dikacaukan dengan komplikasi anestesia dan blok regional.
Kombinasi anestesi lokal dengan epinefrin dapat menyebabkan risiko yang
lebih besar yaitu terjadinya cedera saraf iskemik dan atau edema pada
penderita diabetes mellitus
DISKUSI
Pasien Tn. HL berusia 58 tahun dengan diagnosis
Diabetic foot wagner 4 digiti iv pedis sinistra,
dilakukan tindakan debridement dan amputasi pada
tanggal 10 November 2018. Dari data anamnesis
didapatkan adanya penyulit berupa penyakit DM
tipe 2 (terkontrol).
DISKUSI
Pada dasarnya urutan dalam anestesi terdiri atas:
Persiapan
Pre medikasi
Induksi/anestesi
Maintenance Monitoring
Monitoring
Persiapan
Informed consent
Kemudian pemeriksaan fisik lokalis tempat
penyuntikan dilakukan untuk menyingkirkan
kontraindikasi seperti skoliosis, kifosis, ataupun
infeksi. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan
adalah pemeriksaan hematologi untuk mengetahui
ada tidaknya gangguan perdarahan
Klasifikasi ASA PS II
Pilihan anestesi RA-SAB Sesuai Indikasi
Pre Medikasi
Pre medikasi pada pasien yang mana dapat diartikan sebagai pemberian obat sebelum
dilakukannya induksi bertujuan:
Memberikan rasa nyaman kepada pasien: menghilangkan rasa cemas, memberikan
ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesia dan mencegah muntah.
Memudahkan atau memperlancar induksi.
Mengurangi dosis obat anestesi.
Menekan reflex yang tidak diharapkan.
Mengurangi sekresi: saluran nafas, saliva
Mengurangi resiko aspirasi.
Merupakan salah satu teknik anestesi
pada kasus ini diberikan premedikasi berupa: ranitidin 5mg/iv, ondancentron
32mg /iv dan ceftriaxon 1gr/iv.
Induksi/ Anestesi
Anestesi spinal (blokade subarakhnoid) adalah
anestesi regional dengan tindakan penyuntikan agen
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid dibawah
vertebra lumbal 2 dengan tujuan menghindari cedera
medulla spinalis. Penentuan posisi ditentukan oleh
kenyamanan pasien dan kesanggupan spesialis
anestesi.