Kata kunci:
- Menghitam di ujung
jari,
- Dicetuskan oleh dingin.
- Tidak ada FR merokok
Peripheral arterial disease
Buerger disease /
Tromboangitis
obliterans (2)
Kata kunci:
- menghitam di ujung
jari,
- nyeri,
- FR merokok!
Peripheral arterial disease
Acute limb ischemia
Kata kunci:
- Nyeri tungkai onset
akut, mendadak!
- Etiologi: emboli
- Faktor risiko: riw.
Penyakit jantung (MI,
aritmia, gangguan
katup)
Peripheral arterial disease
Chronic limb ischemia
Kata kunci:
- Perbedaan ABI kanan
dan kiri.
- Nyeri tungkai onset
kronik
- Etiologi: atherosclerosis
- FR: dislipidemia, DM,
HT.
Deep Vein Thrombosis / DVT (2)
• Ciri: membentuk kelokan
kebiruan di bagian yang
terkena, pegal, mudah
kram
• Komplikasi : emboli paru
• Pemeriksaan khas:
- Homan sign (+)
- D-Dimer ↑
• Tatalaksana:
- antikoagulan (LMWH) (low
molecular weight heparin)
Homan Sign
Kata kunci:
- menghitam di ujung
jari,
- nyeri,
- FR merokok!
Peripheral arterial disease
Penyakit raynaud
(raynaud disease) /
Raynaud’s Phenomenon
(2)
Kata kunci:
- Menghitam di ujung
jari,
- Dicetuskan oleh dingin.
- Tidak ada FR merokok
Peripheral arterial disease
Acute limb ischemia
Kata kunci:
- Nyeri tungkai onset
akut, mendadak!
- Etiologi: emboli
- Faktor risiko: riw.
Penyakit jantung (MI,
aritmia, gangguan
katup)
Peripheral arterial disease
Chronic limb ischemia
Kata kunci:
- Perbedaan ABI kanan
dan kiri.
- Nyeri tungkai onset
kronik
- Etiologi: atherosclerosis
- FR: dislipidemia, DM,
HT.
Deep Vein Thrombosis / DVT (2)
• Ciri: membentuk kelokan
kebiruan di bagian yang
terkena, pegal, mudah
kram
• Komplikasi : emboli paru
• Pemeriksaan khas:
- Homan sign (+)
- D-Dimer ↑
• Tatalaksana:
- antikoagulan (LMWH) (low
molecular weight heparin)
Homan Sign
Diagnosis : DVT
Deep Vein Thrombosis / DVT (2)
• Ciri: membentuk kelokan
kebiruan di bagian yang
terkena, pegal, mudah
kram
• Komplikasi : emboli paru
• Pemeriksaan khas:
- Homan sign (+)
- D-Dimer ↑
• Tatalaksana:
- antikoagulan (LMWH) (low
molecular weight heparin)
Homan Sign
• Varises Primer:
Terjadi jika katup sistem vena superfisial gagal
menutup, sehingga terjadi refluks dan dilatasi.
→ IDIOPATIK
• Varises Sekunder:
Terjadi akibat trombosis/tromboflebitis vena
profunda dan sumbatan vena profunda karena
tumor
Kata kunci:
• Keluhan di
tungkai
• Faktor risiko
berdiri lama
• Varises:
bulging vein
• IVK:
jika sudah ada
pembengkakan
kaki, perubahan
warna, dan ulkus
vena
Tatalaksana
• Pemeriksaan fisik:
Ronkhi basah di kedua
lapang paru,
peningkatan jvp,
edema tungkai
Tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
• Spirometri : FEV1 < 80
• Uji Bronkodilator <20%
• Rontgen thoraks (PA dan Lateral):
• Emfisema: hiperinflasi, hiperlusen, sela iga melebar, ruang retrosternal
melebar, diafragma mendatar, jantung menggantung (pendulum)
• Bronkhitis kronik: corakan bronkovaskuler meningkat
Klasifikasi
Diagnosis
Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
PPOK Stabil
Tatalaksana
Diagnosis : UAP
Acute Coronary Syndrome/
Sindrom Koroner Akut (3B)
• ACS merupakan sindroma continuum karena
adanya disrupsi dari plak aterosklerosis dengan
pembentukan agregasi trombosit dan formasi
thrombus intrakoroner.
Diagnosis
• Nyeri dada tipikal: • Setelah nyeri dada
1. Nyeri seperti tertindih tipikal, tentukan
gajah apakah UAP, NSTEMI,
atau STEMI
2. Menjalar ke lengan
kiri, leher, rahang,
punggung, ulu hati
3. Tidak dapat ditunjuk
4. Tidak membaik
dengan istirahat
5. Membaik setelah
diberi nitrat
Diagnosis
• A. Nyeri dada tipikal
• B. EKG
• UAP → Normal / ST Depresi / T Inversi
• NSTEMI → ST Depresi / T Inversi
• STEMI → ST Elevasi / LBBB new onset
• C. Enzim (<3 jam: mioglobin, >3 jam: Troponin I>T>CKMB)
ONACOM
• Oksigen bila saturasi <94%
• Nitrat sublingual
• Aspirin 160 mg (sediaan 80 mg)
• Clopidogrel 300 mg (sediaan 75 mg)
• Morfin 5 mg IV jika nitrat gagal
• STEMI
• Jika onset <12 jam, maka
• Door to needle time <30 menit → Trombolisis
dengan agen fibrinolitik
• Door to balloon time <90 menit → PCI
• Jika onset >12 jam, maka
• Mulai terapi adjuvan
• Heparin (UFH atau LMWH)
• Nitroglycerin
Agen Fibrinolitik
Gagal Jantung (3B)
Berdasarkan Waktu
• Gagal Jantung Akut → sindrom klinis disfungsi
jantung yang berlangsung cepat dan singkat
(dalam beberapa jam dan atau hari).
• Gagal Jantung Kronis → sindrom klinis ditandai
gejala dan tanda abnormalitas struktur dan
fungsi jantung.
Klasifikasi
LMNOP
• Lasix
• Morfin
• Nitrat
• Oksigen
• Posisi
semifowler
Jawaban lainnya
b. ACS : Rumah besar nyeri dada karena infark jantung
• Pemeriksaan fisik:
Ronkhi basah di kedua
lapang paru,
peningkatan jvp,
edema tungkai
Tatalaksana
Diagnosis : CHF
Gagal Jantung (3B)
Berdasarkan Waktu
• Gagal Jantung Akut → sindrom klinis disfungsi
jantung yang berlangsung cepat dan singkat
(dalam beberapa jam dan atau hari).
• Gagal Jantung Kronis → sindrom klinis ditandai
gejala dan tanda abnormalitas struktur dan
fungsi jantung.
Klasifikasi
LMNOP
• Lasix
• Morfin
• Nitrat
• Oksigen
• Posisi
semifowler
Jawaban lainnya
Torsa de pointes
Ventrikular Fibrilasi
Tatalaksana Takiaritmia
1. Pasang OMI
1. O2
2. Monitor
3. Infus
2. Pastikan apakah pasien stabil?
HKGSN ( dibaca Hongkong Singapur)
1. Hipotensi?
2. Kesadaran menurun?
3. Gagal jantung?
4. Syok?
5. Nyeri dada?
Jika pasien stabil
Jika pasien tidak stabil
Kardioversi
Jawaban Lainnya
a. Av Blok Mobits 1
b. Av Blok Mobits 2 derajat 1
c. Av Blok Mobits 2 derajat 2
d. Av Blok Mobits 3
e. Av Blok Mobits 4
Soal 10
Laki laki 55 tahun datang ke IGD dengan keluhan jantung
berdebar sejak 2 jam yang lalu. Pasien memiliki riwayat
gangguan irama jantung sebelumnya. Pada pemeriksaan
didapatkan TD: 90/60, N:34, R:26, S:36,7C, pada EKG
didapatkan gambaran sebagai berikut. Apalah diagnosis
pada pasien tersebut ?
a. Av Blok Mobits 1
b. Av Blok Mobits 2 derajat 1
c. Av Blok Mobits 2 derajat 2
d. Av Blok Mobits 3
e. Av Blok Mobits 4
Soal 11
Wanita 16 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan kedua
tungkai lumpuh pada kedua kaki sejak 3 hari yang lalu. Kedua
telapak kaki terasa kesemutan dan semakin meluas, kemudian
diikuti kedua tangan dan lengan lumpuh. BAK dan BAB dalam
batas normal. Pasien sebelumnya memiliki riwayat batuk pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan motorik atas 4/4 dan motorik
bawah 2/2. Apa penatalaksanaan yang tepat pada kasus diatas?
a. Kortikosteroid
b. Immunoglobulin intravena
c. Radioterapi
d. Ventilator
e. Kemoterapi
Soal 11
Wanita 16 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan kedua
tungkai lumpuh pada kedua kaki sejak 3 hari yang lalu. Kedua
telapak kaki terasa kesemutan dan semakin meluas, kemudian
diikuti kedua tangan dan lengan lumpuh. BAK dan BAB dalam
batas normal. Pasien sebelumnya memiliki riwayat batuk pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan motorik atas 4/4 dan motorik
bawah 2/2. Apa penatalaksanaan yang tepat pada kasus diatas?
Etiologi
• Antibodi terhadap patogen tertentu (C. jejuni)
bereaksi silang dengan myelin sistem saraf
perifer → Demielinisasi saraf
Diagnosis
Penunjang
• Lumbal Pungsi: ditemukan disosiasi sitoalbumin
→ peningkatan protein tanpa peningkatan
leukosit
• EMG: penurunan impuls dan respons saraf
• NCS: penurunan kecepatan konduksi saraf
Tatalaksana
• Plasmafaresis ATAU
• IVIg 0–4g/kg/hari selama 5 hari
Jawaban Lainnya
Klinis
• Anamnesis: nyeri punggung bawah yang menjalar
ke paha, sering disertai kelemahan otot dan rasa
kebas.
• Nyeri meningkat saat membungkuk ke depan,
duduk, batuk, atau stress yang berlebih pada
diskus
Diagnosis
PF:
• Tes Lasegue (+), perubahan refleks, penurunan
sensitifitas
• Pemeriksaan lain: tes Bragard, Patrick,
Contrapatrick
Penunjang
• MRI
Tatalaksana
Diagnosis : Spondilitis TB
Spondilitis TB (2)
Klinis
• Gejala TB sebelumnya
• Pembesaran KGB
• Benjolan tulang belakang yang nyeri
• Nyeri punggung, spasme orot, nyeri radiks saraf
• Kelemahan anggota gerak
• Gangguan bladder dan defekasi.
Diagnosis
Diagnosis : Migrain
Nyeri Kepala (4A)
TTH Migrain Cluster
Lokasi Bilateral Unilateral Bi/Unilateral
Kualitas Terikat Berdenyut Tertusuk
Keluhan lain Nyeri leher Aura (klasik)* Lakrimasi
Tanpa aura (mata, hidung)
(common)
Diagnosis : Parkinson
Parkinson Disease (3A)
Degenerasi neuron dopaminergik di substansia nigra
Klinis
• TRAP: tremor, rigiditas, akinesia, dan postural instability
• Wajah seperti topeng
• Cogwheel phenomenon
• Diagnosis ditegakkan jika ada 2 dari 3 kardinal sign:
tremor saat istirahat, rigiditas, dan bradikinesia
Tatalaksana
• Levodopa
Jawaban Lainnya
b. Trihexyphenydil : anti extrapiramidal sindrome
Klinis
• Ptosis (tersering), pasien tidak bisa
mempertahankan membuka mata dan diplopia
• Paresis ekstremitas
• Dysarthria, disfagia, sesak nafas
• Gejala semakin sore semakin memburuk
Diagnosis
Penunjang
• Waternberg test (+)
• Tensilon/Edrofonium test (+) → diberikan
edrofonium (asetilkonesterase inhibitor), jika
ada perbaikan kekuatan otot = MG (+)
• Ice Pack Test (+) → diberikan kompres ice pack
pada area mata, jika ptosis membaik = MG
(+)
Tatalaksana
• ABC
• Prehospital : Diazepam per rektal, maksimal 2
kali, interval 5 menit
• BB<12 kg : 5mg
• BB>12 kg : 10 mg
• Hospital : Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kgBB
• Bila kejang teratasi, lanjutkan dengan
pemberian rumatan 5-10 mg/kgBB dibagi 2
dosis atau fenobarbital 3-5 mg/kgBB dibagi 2
dosis.
Epilepsi (3A)
Suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang sebagai akibat dari adanya
gangguan fungsi otak secara intermitten yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik
abnormal dan berlebihan di neuron-neuron
secara paroksismal
Terdiri atas:
• Kejang Umum (berasal dari dua hemisfer)
• Kejang Parsial (berasal dari satu hemisfer)
Kejang Umum
o Absens / lena /petit Bengong mendadak, tanpa aura, tanpa kebingungan pasca
mal serangan. Berlangsung singkat <30 detik.
Tipikal : setelah bangkitan kembali seperti semula
Atipikal : setelah bangkitan terdapat perubahan kesadaran
(mengantuk), perubahan pada tonus otot lebih menonjol
o Tonik Fleksi atau ekstensi tonik mendadak pada kepala, badan, atau
ekstremitas
o Tonik-klonik umum Kejang berawal sebagai ekstensi tonik ekstremitas atas dan
primer (grand mal) bawah yang berlangsung beberapa detik, kemudian menjadi
gerakan klonik ritmik, dengan kebingungan pasca serangan.
Tatalaksana
• Kejang parsial: Karbamazepine 10-25 mg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis
• Kejang umum: Asam valproate 20-60 mg/kgBB/hr
dibagi 2-3 dosis
• Tipe absans: Etosuksimid 15-35 mg/kgBB/hr
dibagi 2 dosis
• Pengobatan rutin sampai 2-3 tahun bebas kejang
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Meningitis TB
Meningitis (3B)
Trias Meningitis:
• Demam
• Nyeri kepala
• Kaku kuduk
Diagnosis
Trias Ensefalitis
• Demam
• Kejang
• Penurunan kesadaran
Diagnosis
Farmakologi
• Antivirus : Asiklovir 10mg/kgbb selama 8 jam
• Antipiretik
• Antikonvulsan
• Antinyeri
• Mannitol 20% 1-1,5 gr/kgbb bila ada tanda
peningkatan TTIK
Jawaban Lainnya
a. Meningitis bakteri : Dominasi PMN
Klinis
• TIA: defisit neurologis akut yang membaik /
kembali menjadi normal dalam waktu kurang
dari 24 jam setelah onset
• RIND: defisit neurologis akut yang membaik /
kembali menjadi normal dalam waktu 72 jam
setelah onset.
Tatalaksana
TATALAKSANA
• Farmakoterapi : asetaminofen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural
• Non farmakoterapi : imobilisasi, fisioterapi
Sumber :
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Acuan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta. Perdossi. 2016
Jawaban lainnya
Diagnosis : Meningocele
Spina Bifida (2)
Kelainan kongenital yang disebabkan gagalnya
penutupan neural tube dan mempengaruhi system
saraf, terjadi pada minggu ke-4 post fertilisasi.
Jenis lainnya
• Spina bifida occulta → belum ada penonjolan,
muncul rambut halus di area kelainan neural tube
• Meningocele → benjolan berisi lapisan meningens,
gangguan motorik (-)
• Myelomeningocele → benjolan berisi lapisan
meningens dan medula spinalis, gangguan motorik
(+)
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Spondilosis
Spondilitis, Spondilolistesis,
Spondilolisis (2)
Spondilitis TB Ankylosing Spondilitis
• Riw. TB • Peradangan kronis yang dapat
menyebabkan menutupnya celah
• Destruksi dan kompresi vertebra
antar ruas tulang belakang
bagian ventral membentuk →
Gibbus • Ciri: Bamboo Spine
Spondilitis, Spondilolistesis,
Spondilolisis (2)
Diagnosis : Tetanus
Tetanus (4A)
Etiologi
• Clostridium tetani (basil gram positif anaerob
berspora). Menghasilkan toksin tetanolisin dan
tetanospasmin.
Diagnosis
Manifestasi klinis terdiri dari 4 macam :
• Tetanus lokal : kaku, nyeri di sekitar luka
• Tetanus sefalik : karena luka di daerah kepala.
Gejala meiluti trismus, disfagia, rhesus
sardonikus, disfungsi CN
• Tetanus umum/generalisata : trismus, disfagia,
opistotonus
• Tetanus neonatorum : pada bayi baru lahir,
disebabkan infeksi tali pusat. Gejala : tidak
mau menetek, lemah, kaku dan spasme.
Tatalaksana
• Manajemen luka : Bersihkan luka dan debridemen
• Isolasi di ruang tenang, ICU, support ventilasi
• Oksigenasi
• Diet cukup kalori dan protein : 3500 – 4500 kalori
per hari dengan 100-150 gr protein.
• Anti konvulsan: Diazepam 0,5mg/kgbb/kali iv
maks 240mg/hari
• Anti-tetanus serum (ATS) 50.000 IU (IM), perlu
dilakukan skin test, atau Tetanus Immunoglobulin
(TIG) (untuk mengikat toksin bebas) 3000–6000 IU
IM
Tatalaksana
• Eliminasi bakteri :
• Penisilin Prokain 1,2 juta Unit IM/IV tiap 6 jam
selama 10 hari atau
• Alergi penisilin : Tetrasiklin 500 mg PO atau IV tiap
6 jam selama 10 hari atau
• Metronidazole loading dose 15mg/kgbb/jam atau
penisilin (menyingkirkan sumber infeksi)
• TT (untuk menginduksi imunitas): dosis inisial
0,5 ml toksoid IM dalam 24 jam awal. Diulang
8 minggu kemudian.
• Diazepam (mengatasi kejang) :
0,5mg/kgbb/kali iv maks 240mg/hari
Pencegahan
Diagnosis : Radikulopati
Radikulopati (3A)
DEFINISI DIAGNOSA
Gangguan fungsi dan struktur radiks akibat • Spurling test : (+) Radikulopati cervical
proses patologik, dapat mengenai satu atau • Laseque’s sign : baring, fleksikan sendi
lebih radiks dengan pola gangguan bersifat coxae dan tahan lutut tetap ekstensi
dermatomal nyeri dan baal sebelum lutut mencapai 70º
• Straight-leg-raising-test : metode kerning’s
KLINIS sign iritasi meningen atau radiks
• Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, lumbosakral
menjalar ke bokong, paha, hingga ke • Bonnet’s phenomenon : nyeri akan lebih
betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan berat atau lebih cepat muncul bila tungkai
dengan Valsava maneuvers (seperti : batuk, dalam keadaan adduksi dan endorotasi
bersin, atau mengedan saat defekasi) • Bragard’s sign : Lasegue disertai dengan
• Diskus pada daerah lumbalis dorsofleksi kaki
menyebabkan iritasi radiks saraf yang • Sicard’s sign : Lasegue disertai dengan
terasa sebagai nyeri dan parestesia pada dorsofleksi jari-1 kaki
segmen yang berkaitan. Kerusakan yang
lebih berat dari radiks menyebabkan defisit
sensorik dan motorik segmental.
PENUNJANG
• Rontgen
• MRI mendeteksi kelainan diskus intervertebra
• CT Scan Gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik, dan gambaran
herniasi diskus intervertebra
TATALAKSANA
• Farmakoterapi : asetaminofen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural
• Non farmakoterapi : imobilisasi, fisioterapi
Sumber :
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Acuan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta. Perdossi. 2016
Sprain dan Strain
Sprain Strain
• Cedera sendi yang • Cedera pada tendon
biasanya melibatkan atau pada otot.
robek ringan (trauma • Paling sering
mikro) pada ligamen mengenai betis,
dan kapsul sendi. selangkangan, dan
• Sering mengenai hamstring (otot paha
Talofibular dan belakang)
Tibiotalar ligament
Jawaban lainnya
Klinis
• Ptosis (tersering), pasien tidak bisa
mempertahankan membuka mata dan diplopia
• Paresis ekstremitas
• Dysarthria, disfagia, sesak nafas
• Gejala semakin sore semakin memburuk
Diagnosis
Penunjang
• Waternberg test (+)
• Tensilon/Edrofonium test (+) → diberikan
edrofonium (asetilkonesterase inhibitor), jika
ada perbaikan kekuatan otot = MG (+)
• Ice Pack Test (+) → diberikan kompres ice pack
pada area mata, jika ptosis membaik = MG
(+)
Tatalaksana
Penunjang
• Nerve Conduction Study/Velocity (NCS/NCV)
Tatalaksana
Etiologi
• Antibodi terhadap patogen tertentu (C. jejuni)
bereaksi silang dengan myelin sistem saraf
perifer → Demielinisasi saraf
Diagnosis
Penunjang
• Lumbal Pungsi: ditemukan disosiasi sitoalbumin
→ peningkatan protein tanpa peningkatan
leukosit
• EMG: penurunan impuls dan respons saraf
• NCS: penurunan kecepatan konduksi saraf
Tatalaksana
• Plasmafaresis ATAU
• IVIg 0–4g/kg/hari selama 5 hari
Jawaban Lainnya
b.Reseptor Acetilcoline yang terganggu : Myastenia Gravis
KLINIS
a. Foot drop,
b. Berdasarkan lesi :
• Kaput fibula : parese jari kaki, dorso fleksi kaki dan jari kaki, bagian lateral distal dari
tungkai
• Deep peroneal : parese jari kaki, dan dorsofleksi kaki, gangguan sensoris di sela jari
kaki 1 dan 2
• Superfisial peroneal nerve syndrome : gangguan eversi kaki, gangguan sensoris lateral
distal tungkai bawah dan dorsum kaki
PENUNJANG
EMG
Sumber :
Marciniak C. Fibular (Peroneal) Neuropathy. Phys Med Rehabil Clin N Am. 2013;24:121-137
Jawaban lainnya
a. N.Medianus : Carpal tunnel sindrome
Pemeriksaan Fisik
• Pria: Orifisium uretra hiperemis, edema dan
ektropion. Duh tubuh uretra mukopurulen.
• Wanita: Serviks hiperemis dan edema. Duh
tubuh serviks mukopurulen.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Pewarnaan Gram:
diambil dari sediaan
apus duh tubuh
ditemukan diplokokkus
Gram negatif
intraselular.
• Kultur dengan media
Thayer-Martin
• Tes Definitif (dilakukan
pada hasil kultur yang
(+)): tes oksidasi dan
tes fermentasi.
Tatalaksana
• Pengobatan Gonore tanpa komplikasi +
Pengobatan Non GO (Klamidiasis)
Tatalaksana
Edukasi
• Periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
• Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh
secara klinis dan laboratoris, apabila tidak
dapat menahan diri anjurkan memakai
kondom.
• Kunjungan ulang pada hari ke-7.
• Konseling: mengenai penyakit gonore dan
komplikasi, pentingnya penanganan pasangan
seksual tetapnya.
Epididimitis dan Orchitis (2)
Etiologi
• Mumps/parotitis
• Infeksi dari traktus urinaria bawah. Bateri
penyebab: N. gonorrheae, C. trachomatis, dan
E.coli.
Diagnosis
Gejala
• Skrotum akan membengkak, terasa hangat,
dan nyeri saat disentuh.
• Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu
sisi.
• Darah pada cairan sperma.
• Nyeri saat buang air kecil
• Ciri Khas : Phren sign (+)
Phren Sign
• Ketika testis
dinaikkan, nyeri akan
mereda.
• Phren Sign (+)
• Antibiotik
• NSAID
• Bedrest
• Elevasi skrotum
Jawaban lainnya
• Berdasarkan anatomis
• ISK Atas: Pyelonefritis
• ISK Bawah: Sistitis, Prostatitis, Epididimitis dan
Urethritis
Pemeriksaan Fisik
• Demam
• Nyeri tekan suprapubic → sistitis
• Nyeri ketok CVA → pyelonephritis
• Nyeri tekan prostat saat rectal toucher → prostatitis
Diagnosis
Penunjang
• Gold standart: kultur urin midstream → bakteri
(+) dengan jumlah koloni >100.000 CFU /mL
• Urinalisis: bacteriuria, hematuria,
leukosit >5 per lapang pandang besar
• Urin dipstick (+) nitrit atau leukosit esterase
Tatalaksana
Non farmakologis
• Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi
ginjal normal
• Menjaga higienitas genitalia eksterna
Tatalaksana
Farmakologis
• Non Komplikata diberikan selama 3–5 hari
• Komplikata diberikan selama 7–14 hari
• Pilihan obat:
• Ciprofloxacin 2x500 mg
• Kotrimoxazole (TMP-SMX) 2x960 mg
• Pada wanita hamil dapat diberikan
• Amoxicilin 50mg/kgBB 3x sehari atau sefalosporin
pada awal kehamilan
• Trimpetrohropin pada akhir kehamilan
Jawaban lainnya
Diagnosis : Pielonefritis
Infeksi Saluran Kemih (4A)
• Berdasarkan anatomis
• ISK Atas: Pyelonefritis
• ISK Bawah: Sistitis, Prostatitis, Epididimitis dan
Urethritis
Pemeriksaan Fisik
• Demam
• Nyeri tekan suprapubic → sistitis
• Nyeri ketok CVA → pyelonephritis
• Nyeri tekan prostat saat rectal toucher → prostatitis
Diagnosis
Penunjang
• Gold standart: kultur urin midstream → bakteri
(+) dengan jumlah koloni >100.000 CFU /mL
• Urinalisis: bacteriuria, hematuria,
leukosit >5 per lapang pandang besar
• Urin dipstick (+) nitrit atau leukosit esterase
Tatalaksana
Non farmakologis
• Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi
ginjal normal
• Menjaga higienitas genitalia eksterna
Tatalaksana
Farmakologis
• Non Komplikata diberikan selama 3–5 hari
• Komplikata diberikan selama 7–14 hari
• Pilihan obat:
• Ciprofloxacin 2x500 mg
• Kotrimoxazole (TMP-SMX) 2x960 mg
• Pada wanita hamil dapat diberikan
• Amoxicilin 50mg/kgBB 3x sehari atau sefalosporin
pada awal kehamilan
• Trimpetrohropin pada akhir kehamilan
Kolik Renal (3A)
• Etiologi
• Kalsium oksalat 70% kasus
• Kalsium fosfat
• Batu asam urat
• Sturvit
• Sistin
Klasifikasi
Diagnosis : Chancroid
Chancroid (3A)
Pemeriksaan fisik
• Sifilis stadium I / SI (Sifilis primer) → Ulkus
durum (berbentuk bulat dan soliter, dinding
tidak bergaung, tidak nyeri bersih, indolen dan
teraba indurasi).
• Sifilis stadium II / SII (Sifilis sekunder) → Ruam
multiple pada kulit, ‘great imitator’. Perbedaan
dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal
dan terdapat limfadenitis generalisata.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Tes Serologi Sifilis (TSS), antara lain VDRL
(Venereal Disease Research Laboratories) TPHA
(Treponemal pallidum Haemoglutination Assay),
dan tes imunofluoresens (Fluorescent
Treponemal Antibody Absorption Test-FTA-Abs)
• Histopatologi dan imunologi.
Tatalaksana
Herpes Genitalis (2)
Anamnesis
• Pasien datang dengan luka pada kelamin
berupa ulkus yang dangkal multipel atau
berkrusta.
• Gejala prodomal (demam, sakit kepala, nyeri
otot), lalu timbul vesikel yang mudah pecah,
disertai rasa terbakar.
• Dapat rekuren akibat factor pencetus, seperti
stress fisik/psikis, menstruasi, minuman
beralkohol.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Vesikel/erosi/ulkus dangkal, berkelompok,
dengan dasar eritematosa disertai nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
• + Tzank test dan pewarnaan Giemsa → sel
datia berinti banyak (multinucleated giant cell)
dan badan inklusi intranuclear.
Tatalaksana
Jawaban lainnya
Diagnosis : CKD
Gagal Ginjal Kronis (2)
Gejala
• Trias CKD: hipertensi, anemia, edema
• Dispneu (edema pulmo)
• Nyeri pinggang menjalar
Klasifikasi dan Tatalaksana
Diagnosis : Parafimosis
Fimosis dan Parafimosis (4A)
Fimosis Parafimosis
Definisi Preputium tidak dapat Preputium menjepit batang
diretraksi melewati glans penis dapat menyebabkan
penis ganggren
Penyebab:
• Inflamasi kronis → urethritis dan periuretritis
• Trauma uretra terjadi pada fraktur pelvis dan
cedera langsung
Diagnosis
• Sulit BAK,
• Pancaran menjadi kecil lemah dan bercabang
• Sering disertai mengejan.
Diagnosis : Pyelonefritis
Infeksi Saluran Kemih (4A)
• Berdasarkan anatomis
• ISK Atas: Pyelonefritis
• ISK Bawah: Sistitis, Prostatitis, Epididimitis dan
Urethritis
Pemeriksaan Fisik
• Demam
• Nyeri tekan suprapubic → sistitis
• Nyeri ketok CVA → pyelonephritis
• Nyeri tekan prostat saat rectal toucher → prostatitis
Diagnosis
Penunjang
• Gold standart: kultur urin midstream → bakteri
(+) dengan jumlah koloni >100.000 CFU /mL
• Urinalisis: bacteriuria, hematuria,
leukosit >5 per lapang pandang besar
• Urin dipstick (+) nitrit atau leukosit esterase
Tatalaksana
Non farmakologis
• Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi
ginjal normal
• Menjaga higienitas genitalia eksterna
Tatalaksana
Farmakologis
• Non Komplikata diberikan selama 3–5 hari
• Komplikata diberikan selama 7–14 hari
• Pilihan obat:
• Ciprofloxacin 2x500 mg
• Kotrimoxazole (TMP-SMX) 2x960 mg
• Pada wanita hamil dapat diberikan
• Amoxicilin 50mg/kgBB 3x sehari atau sefalosporin
pada awal kehamilan
• Trimpetrohropin pada akhir kehamilan
Jawaban lainnya
Diagnosis : Chancroid
Chancroid (3A)
Terapi
Artesunate i.v
= 2,4 mg/kg i.v
Jawaban Lainnya
• Suportif: Antipiretik
• Leptospirosis: Doksisiklin 2x100 mg, Amoksisilin
4x500 mg, Ampilisin 4x500-750 mg
• Weill’s Disease: Penicilin G 1,5 juta unit/6 jam
(IV)
• Profilaksis: Doksisiklin 200 mg/minggu (selama
tinggal di tempat berisiko)
Soal 39
Diagnosis : DHF
Infeksi Dengue (4A)
• Virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe : DEN1,
DEN2, DEN 3 (paling sering), DEN4
• Vektor : nyamuk Aedes aegypti dan albopictus
Klasifikasi
Diagnosis
Gejala Penunjang
• Demam <7 hari • Darah rutin:
• Ruam kulit hemokonsentrasi,
leukopenia,
• Manifestasi perdarahan trombositopenia
(uji tourniquet / spontan)
• LED meningkat
• Nyeri kepala, nyeri
retroorbital , mialgia, • Hari ke 1-3 NS1 (+)
artralgia • Hari ke 4 IgM (+)
• Leukopenia (4000/mL) • Hari ke 7 IgG (+)
• Terdapat kasus dengue di
lingkungannya
Diagnosis
Tatalaksana
• Tirah baring
• Cairan dengan jumlah volume rumatan +
dehidrasi 5%
• Antipiretik : parasetamol 3x500 mg atau 10-
15mg/kgBB
• Hindari aspirin dapat menyebabkan Reye’s
syndrome
Tatalaksana DSS grade 3
Tatalaksana DSS Grade 4
Kriteria Pulang
• Tampak perbaikan secara klinis
• Nafsu makan membaik
• Tidak dijumpai distres pernafasan
• Lebih dari 24 jam (2 hari) bebas demam tanpa
antipiretik
• Lebih dari 48 jam (3 hari) setelah syok teratasi
• Hematokrit stabil
• Jumlah Trombosit cenderung naik
• ( > 50 000 mm3 )
Jawaban Lainnya
Etiologi
• Alergi terhadap obat atau bahan tertentu
Gejala dan Tanda
Sistem Gejala dan Tanda
Kardiovaskular Hipotensi dan kolaps kardiovaskuler. Takikardi,
aritmia, EKG mungkin memperlihatkan perubahan
iskemik. Henti jantung.
Sistem Pernapasan Edema glottis, lidah dan saluran napas dapat
menyebabkan stridor atau obstruksi saluran napas.
Bronkospasme – pada yang berat
Gastrontestinal Terdapat nyeri abdomen, diare atau muntah.
Hematologi, Koagulopati
Koagulopati
Kulit Kemerahan, eritema, urtikaria, angioedema
Mata Lakrimasi
SSP Gelisah, kejang
Tatalaksana
c. Dopamin : Ionotropik
d. Dobutamin: Ionotropik
Diagnosis : Malaria
Malaria (4A)
ETIOLOGI
• Parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak di dalam sel darah
• Plasmodium falciparum
• Plasmodium vivax
• Plasmodium ovale
• Plasmodium malariae
• Plasmodium knowlesi
Kriteria P. Falciparum P. Vivax P. Ovale P. Malariae
Masa 9–14 hari 12–17 hari 16–18 hari 18–40 hari
Inkubasi
Tipe Malaria M. Tropikana M. Tertiana M. Tertiana M. Kuartana
Tanda Khas Maurer Spots Schufner Dots Schufner Dots Ziemanns
Dots
Eritrosit Normal Lebih besar, Lebih besar, Normal
pucat oval
Stadium Ring Accole, Ameboid, Rectangular,
Tropozoit Ring pita
Stadium - - - Bunga
Skizont
Stadium Banana Sferis Sferis Sferis
Gametosit shaped,
bulan sabit,
sosis
Diagnosis
Anamnesis
• Trias malaria: Demam, Mengigil, Berkeringat
• Nyeri kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot
• Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria
(Indonesia Timur)
Penunjang
• Apus darah tebal dan tipis, untuk menentukan:
• Ada tidaknya parasit malaria
• Spesies dan stadium malaria
• Kepadatan parasit
Diagnosis
• MALARIA BERAT, Jika ditemukan:
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik,
tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit
>100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Tatalaksana
• Malaria Falciparum
• DHP 3 hari + Primakuin 1 hari
• Dosis DHP sesuai berat badan
• Dosis Primakuin 0,25mg/kgBB
Tatalaksana
• Malaria Vivax
• DHP 3 hari + Primakuin 14 hari
Tatalaksana
• Malaria Ovale
• DHP 3 hari + Primakuin 14 hari
Tatalaksana
• Malaria Malariae
• DHP 3 hari
Tatalaksana
Malaria Berat
• Artesunat IV
• Dosis 2,4mg/kgBB IV sebanyak 3 kali jam ke 0,
12, dan 24.
• Selanjutnya diberikan 2,4mg/kgBB IV setiap 24
jam sehari sampai pasien mampu minum obat.
Profilaksis
Klinis
• Rasa panas pada tangan atau kaki, gatal,
telinga berdenging, sakit kepala, perdarahan
atau trombosis, splenomegali, hepatomegali
• PE : TD meningkat, takipneut
Diagnosis
Kriteria WHO untuk Polisitemia Vera
• Kriteria Mayor :
• Hb>18,5 g/dl pada pria, >16,5 g/dl pada wanita atau
Ht >52 pada pria dan >48 pada wanita
• Adanya mutasi gen JAK2
• Kriteria Minor :
• Biopsi sumsum tulang menunjukkan hiperselular dengan
proliferasi seri eritroid, granulositik, dan megakariosit
• Eritropoetin serum di bawah normal
• Adanya pembentukan koloni eritroid endogen secara
invitro
Diagnosis ditegakkan jika ada 2 Mayor +1 Minor
atau kriteria mayor pertama+ 2 minor
Klasifikasi
Tatalaksana
• Flebotomi untuk
mempertahankan
Ht<42% pada
perempuan dan <47%
pada pria.
• Defisiensi besi
merupakan efek
samping pengobatan
flebotomi berulang. Hal
tersebut dapat diatasi
dengan pemberian
preparat besi.
Anemia
Merupakan suatu keadaan jumlah eritrosit tidak
dapat memenuhi fungsi nya untuk membawa O2
yang cukup dalam jaringan perifer.
Etiologi
• Diet: kurang makan daging
• Ibu hamil dan menyusui
• Gangguan absobsi: makan Fe bersamaan dengan
teh, susu, antasida
• Perdarahan kronis: tukak peptic, infeksi cacing
tambang, menorhagia
Diagnosis
Gejala
• Koilonikia (kuku sendok),
• Atropi papil lidah (lidah licin)
• Cheilosis (radang sudut mulut)
• Pica (keinginan makan yang aneh seperti
tanah, lem, kayu)
Diagnosis
Penunjang
• RBC Indices: MCV dan MCH menurun
• Hasil Lab: Serum Fe (<50 mg/dl) dan transferin
<15%, ferritin serum <20mg/l, TIBC
meningkat (>350 mg/dl) → Fe ↓ , TIBC ↑
• Mikroskopik: hipokromik mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, sel pensil
• Bone marrow: pearl stain
Diagnosis
Diagnosis
Pencil/Cigar Cell
Tatalaksana
• SF 3x 200mg sampai hb normal, dilanjutkan SF
3x100 mg 2-6 bulan untuk mengisi cadangan Fe
tubuh.
• Transfusi jika < 8 mg/dl
• Vit C (Asam Askorbat) 3x100 mg/hari
membantu meningkatkan penyerapan besi
Respon baik terhadap terapi bila :
• Retikulosit meningkat pada minggu ke-1, mencapai
normal setelah minggu ke-2
• Hb meningkat 2g/dl setelah 3-4 minggu, mencapai
normal setelah 4-10 minggu
Anemia Hemolitik (3A)
Definisi
Anemia yang terjadi karena adanya lisis eritrosit
sebelum masuk ke fase hepatik
Gejala
Klinis : Anemia, Jaundice, Splenomegali, urin
merah gelap
Diagnosis
Penunjang
• RBC Indices normal, Bilirubin indirek
meningkat, LDH meningkat, Retikulositosis
• Morfologi darah tepi : fragmentasi eritrosit
(sferosit, skistosit, helmet cell, retikulosit)
• Coomb test (+)
Klasifikasi
Ekstrinsik Intrinsik
• Autoimun (AIHA test • Membran (Hereditary
coomb (+) Sperocytosis test osmotic
Fragility)
• Infeksi (Malaria )
• Enzim ( defisiensi G6PD
• Microangiopathy test G6PD assay terdapat
(Prosthetic Heinz bodies & bite cell)
valves,DIC,TTP)t • Hemoglobin Thalasemia
Hb elektroforesis terdapat
poikilositosis,target
cell,anisositosis
Anemia Aplastik (2)
Etiologi
Kloramfenikol, infeksi virus
Gejala
Pucat, perdarahan di kulit, dan mukosa, dan
demam
Diagnosis
Ciri Khas
• Anemia
• Trombositopenia
• Leukopenia
Penunjang
• RBC indices: MCV
normal, MCH normal
• Pemeriksaan Gold
Standar: biopsi sumsum
tulang: hiposelular, berisi
lemak banyak
Anemia Megaloblastik (2)
Etiologi
• Defisiensi vitamin B12: malabsorpsi,
gastroileostomy, reseksi dan bypass ileum,
gastrectomy, alkoholisme
• Defisiensi asam folat: kurang asupan,
alkoholisme, kehamilan, obat-obatan
(zidovudin, fenitoin, fenobarbital,
Diagnosis
Gejala
• Akibat defisiensi asam folat: hipertrofi ginggiva,
papilla
• Akibat defisiensi B12: neuropati perifer
Penunjang
• Hasil Lab : Mikroskopis darah: anisositosis &
poikilositosis, retikulosit ↓, hipersegmentasi
neutrofil
• RBC Indices : MCV>100 fL
Tatalaksana
• Tirah baring
• Cairan dengan jumlah volume rumatan +
dehidrasi 5%
• Antipiretik : parasetamol 3x500 mg atau 10-
15mg/kgBB
• Hindari aspirin dapat menyebabkan Reye’s
syndrome
Tatalaksana DSS grade 3
Tatalaksana DSS Grade 4
Kriteria Pulang
• Tampak perbaikan secara klinis
• Nafsu makan membaik
• Tidak dijumpai distres pernafasan
• Lebih dari 24 jam (2 hari) bebas demam tanpa
antipiretik
• Lebih dari 48 jam (3 hari) setelah syok teratasi
• Hematokrit stabil
• Jumlah Trombosit cenderung naik
• ( > 50 000 mm3 )
Jawaban Lainnya
Etiologi
Kloramfenikol, infeksi virus
Gejala
Pucat, perdarahan di kulit, dan mukosa, dan
demam
Diagnosis
Ciri Khas
• Anemia
• Trombositopenia
• Leukopenia
Penunjang
• RBC indices: MCV
normal, MCH normal
• Pemeriksaan Gold
Standar: biopsi sumsum
tulang: hiposelular, berisi
lemak banyak
Anemia Penyakit Kronik
Terjadi pada semua penyakit kronis (pneumonia,
syphilis, AIDS, TB, limfoma Hodgkin, kanker, dll)
Ciri Khas:
• Hb 7-9 gr/dl
• Iron serum ↓, Fe ↓, TIBC N/↓
• Eritrosit ↓
• Umumnya berbentuk normokrom normositer,
walaupun sebagian berbentuk mikrositik hipokrom
Diagnosis : DSS
Infeksi Dengue (4A)
• Virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe : DEN1,
DEN2, DEN 3 (paling sering), DEN4
• Vektor : nyamuk Aedes aegypti dan albopictus
Klasifikasi
Diagnosis
Gejala Penunjang
• Demam <7 hari • Darah rutin:
• Ruam kulit hemokonsentrasi,
leukopenia,
• Manifestasi perdarahan trombositopenia
(uji tourniquet / spontan)
• LED meningkat
• Nyeri kepala, nyeri
retroorbital , mialgia, • Hari ke 1-3 NS1 (+)
artralgia • Hari ke 4 IgM (+)
• Leukopenia (4000/mL) • Hari ke 7 IgG (+)
• Terdapat kasus dengue di
lingkungannya
Diagnosis
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Lipoma
Lipoma (4A)
Merupakan benjolan lemak jinak yang tumbuh secara
lambat di jaringan subkutan
Klinis
• Predileksi: punggung, paha, leher, lengan, perut, atau
bahu.
• Dapat tumbuh menjadi sebesar kelereng hingga
sebesar bola pingpong.
• Pertumbuhan benjolan sangat lambat.
• Kenyal, mobile
• Mudah untuk digoyangkan
• Slip Sign (+)
Tatalaksana
• Eksisi
Jawaban lainnya
Sprain Strain
• Cedera sendi yang • Cedera pada tendon
biasanya melibatkan atau pada otot.
robek ringan (trauma • Paling sering
mikro) pada ligamen mengenai betis,
dan kapsul sendi. selangkangan, dan
• Sering mengenai hamstring (otot paha
Talofibular dan belakang)
Tibiotalar ligament
Ankle Sprain dan Strain (4A)
Diagnosis
Sprain Strain
• Nyeri ketika • Nyeri
digerakkan • Edema (-)
(inversi/eversi)
• Kelemahan
• Edema (+)
• Spasme otot
• Tidak stabil
Klasifikasi Sprain
Tatalaksana
• RICE
• Analgesik, NSAID
Jawaban Lainnya
Gejala
• Nyeri ketika ingin plantarfleksi,
• Bengkak,
• Terdengar bunyi pop ketika kontraksi otot.
• Merasakan sensasi seperti ditembak, dipotong
di pergelangan kaki bagian belakang,
• Tidak mampu berdiri menggunakan kakinya.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik:
• Tanda peradangan (+),
teraba gap
• Thompson test positif
(bila dilakukan
penekanan pada m.
Gastrocnemius tidak
terjadi plantar fleksi)
• ROM : plantar fleksi
sulit dilakukan,
hiperdosofleksi pada
gerakan pasif
Tatalaksana
• NSAID
• Functional bracing
• Tendon repair
Jawaban Lainnya
Gejala
Nyeri sendi interfalangeal
pada pagi hari
Bila diekstensikan secara
pasif akan bunyi “klik” di
daerah
metacarpofalangeal
Trigger Finger
Tatalaksana
NSAID (Na diklofenak 75-150 mg/hari,
meloxicam 7,5-15 mg/hari, acetaminophen
2-4 gr/hari, ketoprofen 75 mg/hari, dll)
Injeksi lokal kortikosteroid
Konsul Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi
Injeksi proloterapi bila dengan terapi
konservatif di atas belum ada perbaikan
GOUT ARTHRITIS (3A)
Klinis
• Bengkak pada sendi, kemerahan, dan panas
• Nyeri sendi terutama saat malam,
• Biasanya pada sendi metatarsophalang 1 atau
sendi tarsal lain
Penunjang
• Kadar asam urat >7
mg/dl
• X ray :
pembengkakan
asimetris pada sendi
dan kista subkortikal
tanpa erosi
• Aspirasi sendi atau
tofus: positif kristal
monosodium urat
Tatalaksana
Gejala
• Bengkak dan nyeri sendi bilateral/simetris
• Kekakuan pada sendi pagi hari >1jam
• Sering pada PIP, MTP, dan MCP
• Deformitas (swan neck, boutonniere)
Penunjang
• Rheumatoid fator
(RF) (+)
• Anti CCP (+)
• Radiologi: extensive
cartilage loss dan
erosi pannus
Tatalaksana
• NSAID
• Na Diklofenak 50mg 3 kali sehari
• Meloxicam 7,5 mg 2 kali sehari
• Celecoxib 200 mg 2 kali sehari
• DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatoid Drugs)
• Metrotrexat 7,5 mg 1 kali seminggu
GA VS RA VS OA
GOUT RA OA
Sumber :
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ed 9. UK. Hodder Arnold. 2010
Young CC, Ho SSW. Ankle Sprain. Emedicine. 2019. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview
Ankle Sprain & Strain
Sumber :
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ed 9. UK. Hodder Arnold. 2010
Young CC, Ho SSW. Ankle Sprain. Emedicine. 2019. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview
Ankle Sprain & Strain
Sumber :
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ed 9. UK. Hodder Arnold. 2010
Young CC, Ho SSW. Ankle Sprain. Emedicine. 2019. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview
Jawaban Lainnya
Diagnosis : De Quervain
De Quervain’s Syndrome
ETIOLOGI
inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi r
adius distal dan jepitan pada kedua tendon
tersebut
GEJALA KLINIS
Nyeri pada sekitar ibu jari
Bengkak pada pergelangan tangan sisi ibu jari
Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
Adanya penurunan lingkup gerak sendi
carpometacarpal
Tes Finkelstein (+)
Trigger Finger
Definisi
Pembengkakan fusiform dan
terbentuknya nodulus pada
tendo otot fleksor jari daerah
metakarpofalangeal
Gejala
Nyeri sendi interfalangeal
pada pagi hari
Bila diekstensikan secara
pasif akan bunyi “klik” di
daerah
metacarpofalangeal
Trigger Finger
Tatalaksana
NSAID (Na diklofenak 75-150 mg/hari,
meloxicam 7,5-15 mg/hari, acetaminophen
2-4 gr/hari, ketoprofen 75 mg/hari, dll)
Injeksi lokal kortikosteroid
Konsul Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi
Injeksi proloterapi bila dengan terapi
konservatif di atas belum ada perbaikan
GOUT ARTHRITIS (3A)
Klinis
• Bengkak pada sendi, kemerahan, dan panas
• Nyeri sendi terutama saat malam,
• Biasanya pada sendi metatarsophalang 1 atau
sendi tarsal lain
Penunjang
• Kadar asam urat >7
mg/dl
• X ray :
pembengkakan
asimetris pada sendi
dan kista subkortikal
tanpa erosi
• Aspirasi sendi atau
tofus: positif kristal
monosodium urat
Tatalaksana
Gejala
• Bengkak dan nyeri sendi bilateral/simetris
• Kekakuan pada sendi pagi hari >1jam
• Sering pada PIP, MTP, dan MCP
• Deformitas (swan neck, boutonniere)
Penunjang
• Rheumatoid fator
(RF) (+)
• Anti CCP (+)
• Radiologi: extensive
cartilage loss dan
erosi pannus
Tatalaksana
• NSAID
• Na Diklofenak 50mg 3 kali sehari
• Meloxicam 7,5 mg 2 kali sehari
• Celecoxib 200 mg 2 kali sehari
• DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatoid Drugs)
• Metrotrexat 7,5 mg 1 kali seminggu
GA VS RA VS OA
GOUT RA OA
Diagnosis : Pseudogout
Gout Arthritis
Peradangan pada sendi akibat deposisi TATALAKSANA
kristal monosodium urat di jaringan sekitar a. Kolkisin (efektif dalam 24 jam pertama
sendi setelah serangan nyeri sendi timbul) :
dosis inisial 1 mg dilanjutkan 0,5-0,6
KLINIS mg/hari. Dosis maks 6 mg
a. Bengkak pada sendi, kemerahan, dan b. NSAID : natrium diklofenak 25-50 mg,
panas 3-5 hari, indometasin 150-200
b. Nyeri sendi terutama saat malam, mg/hari PO, 3 hari
c. Biasanya pada sendi metatarsophalang 1 c. Prednison 2-3 x 5 mg/hari, 3 hari, jika
atau sendi tarsal lain terdapat kontraindikasi pemberian
kolkisin/NSAID
d. Allupurinol 100 mg/hari. Tidak boleh
PENUNJANG diberikan saat serangan akut
a. Kadar asam urat >7 mg/dl
b. X ray : pembengkakan asimetris pada
sendi dan kista subkortikal tanpa erosi
c. Aspirasi sendi atau tofus: positif kristal
monosodium urat
Perbedaan Gout Arthritis, Rhematoid Arthritis, dan Osteoarthritis
GOUT RA OA
LOKASI JEMPOL SENDI KECIL, SIMETRIS SENDI BESAR,
UNILATERAL, OBESITAS
CIRI AS. URAT TINGGI MORNING STIFFNES > MORNING STIFFNES <
JIKA CALCIUM POSPAT 30-1JAM 30 MENIT
MENINGKAT
PSEUDOGOUT
Sumber :
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Ed 1. IDI. Jakarta. 2017
Jawaban Lainnya
Diagnosis : BPPV
BPPV (4A)
Etiologi c. Calcium Channel Blocker :
Kanalith di dalam kanalis semisirkularis cinnarizine 15-30 mg, 3 kali sehari
atau 1x75 mg sehari
Tatalakasana
a. Manuver Epley (oleh dokter)
b. Metode Brand Daroff (oleh pasien di
rumah)
Jawaban Lainnya
Etiologi :
• Streptococcus pneumonia dan Hemophilus
influenza
Stadium
• Oklusi: Tuba tersumbat →
retraksi membrane timpani.
penurunan pendengaran,
demam (-), Nyeri (-).
Terapi : Dekongestan
(efedrin 0,5-1%)
• Hiperemis: Inflamasi
membrane timpani →
Hiperemis. Penurunan
pendengaran, Demam(+),
Nyeri (+).
Terapi : Dekongestan +
Antibiotik.
Stadium
• Supuratif : Membran timpani
menonjol (bulging). Penurunan
pendengaran, demam tinggi
(+), sangat nyeri (+).
Terapi : Antibiotik +
Miringotomi
• Perforasi : Ruptur membrane
timpani (perforasi) → secret
mengalir keluar. Penurunan
pendengaran, demam (-), nyeri
(-).
Terapi : Antibiotik (ofloxacin
2x5–10 gtt) + Ear toilet (H2O2
3%) selama 3-5 hari
• Resolusi: Penutupan membrane timpani
(perforasi menutup) → secret mongering,
demam (-), nyeri (-), cairan (-). Dapat berlanjut
menjadi OMSK (jika penutupan tidak
sempurna. Terapi : Observasi
1. Tuli Konduktif
Disebabkan oleh kelainan yang terdapat di
telinga luar (atresia di telinga, sumbatan oleh
serumen, otitis eksterna sirkumkripta, osteatoma
liang telinga) dan kelainan telinga tengah (tuba
katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum
dan dislokasi tulang pendengaran)
2. Tuli Sensorineural
Penurunan pendengaran akibat gangguan pada
struktur telinga dalam (koklea) atau saraf
vestibulokoklear.
Etiologi:
• Tuli sensorineural koklea (aplasia (kongenital),
labirinitis (oleh bakteri, virus),
• Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin,
neomisin, kina, asetosal atau alcohol)
• Tuli mendadak/sudden deafness (trauma kapitis,
trauma akustik dan pajanan bising)
Klasifikasi Tuli
Audiogram Tes Rinne Tes Weber Tes Swabach Interpretasi
AC=BC, <25 dB + Lateralisasi (-) Sama dengan Normal
AC dan BC berimpit, tidak pemeriksa
ada air-bone gap
BC normal, <25 dB - Lateralisasi ke Memanjang Tuli Konduktif
AC >25 dB telinga yang
Antara AC dan BC sakit
terdapat air-bone gap
AC dan BC >25 dB + Lateralisasi ke Memendek Tuli
AC dan BC berimpit, tidak telinga yang Sensorineural
ada air-bone gap sehat
BC >25 dB - Lateralisasi ke Memendek Tuli Campuran
AC > BC, terdapat air- telinga yang
bone gap sehat
Jawaban lainnya
Diagnosis : Ca nasofaring
Tumor THT
KARSINOMA NASOFARING ANGIOFIBROMA NASOFARING BELIA
DEFINISI Tumor ganas daerah kepala dan leher Tumor jinak pembuluh darah di
yang disebabkan oleh infeksi virus EBV nasofaring, namun dapat mendestruksi
(Ebsdtein-Barr), makan-makanan tulang dan meluas ke jaringan
pengawet, dan factor genetic. Lokasi sekitarnya.
tumor berada di fossa Rosenmuller
*Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher FK UI. Edisi Ketujuh. 2012.
Karsinoma Nasofaring
*Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher FK UI. Edisi Ketujuh. 2012.
Diagnosis : Otomikosis
Otomikosis
Otitis eksterna yang disebabkan
oleh jamur
Etiologi :
• Pityrosporum, Aspergilus
niger.
Klinis :
• Gatal pada telinga, otalgia,
penuh pada telinga.
Terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe.
Tatalaksana
Tatalaksana :
• Membersihkan liang telinga
• Larutan asam asetat 2% dalam alkohol
• Povidon Iodin 5%
• Antijamur topikal seperti nistatin/klotrimazol
Otitis Media Supurasi Kronik
(OMSK) (3A)
Kelanjutan dari OMA yang gagal menutup
sempurna. Gejala lebih dari 6 minggu dengan
klinis penurunan pendengaran namun tidak nyeri
dengan gambaran membrane timpani perforasi.
Etiologi :
• OMA dengan infeksi berulang atau
penatalaksanaan yang kurang tepat.
OMSK Benigna/Aman OMSK Maligna/Bahaya
• Klinis :
• Klinis: Perforasi
Perforasi sentral, Pars attic/marginal, Pars :
: tensa, Kolesteatoma flaxida, Kolesteatoma
(-), Radiologi : seluler. (+), Radiologi :
• Terapi : sklerotik + erosi.
Antibiotik topikal • Terapi :
(neomisin + Mastoidektomi
polimiksin ) + Ear dengan atau tanpa
toilet H202 3% timpanoplasti. Jika
selama 3-5 hari. terdapat abses : insisi
dan drainase terlebih
dahulu.
Otitis Eksterna (4A)
OTITIS EKSTERNA SIRKUMKRIPTA OTITIS EKSTERNA DIFUSA
DEFINISI Peradangan pada bagian telinga Peradangan pada bagian
luar yang ditandai adanya telinga luar yang ditandai
furunkel (sirkumkripta) pada 1/3 adanya efusi pada 2/3 liang
liang telinga luar. telinga dalam.
Diagnosis : NIHL
Tuli Sensorineural (2)
Gejala Klinis
a. Penurunan pendengaran progresif, simetris
b. Tinnitus nada tinggi
c. Pasien dapat mendengar suara percakapan tapi sulit memahaminya,
terutama bila diucapkan dengan latar belakang bising (cocktail party
deafness)
d. Bila intensitas ditinggikan, timbul rasa nyeri di telinga (recruitment)
Diagnosis
a. Tes penala : tuli sensorineural
b. Pemeriksaan audiometri nada murni : tuli saraf nada tinggi, bilateral
c. Pemeriksaan audiometri nada tutur : gangguan diskriminasi wicara
Presbiaskusis Noise Induced Hearing Loss(NIHL)
Khas • Disebabkan pajanan bising yang
Tuli Sensorineural cukup keras dalam waktu lama
Usia >65 tahun • Pemeriksaan audiometri nada
Bilateral murni : tuli sensori neural pada
Terapi : Alat Bantu dengar frekuensi 3000-6000 Hz
Noice Induce Hearing Loss
(NIHL) (2)
Tuli sensorineural
akibat pajanan bising Batas Pajanan :
secara terus-menerus. 85 dB 8 jam
88 dB 4 jam
Klinis : 91 dB 2 jam
Klasifikasi :
• Waktu:
• Sinusitis skut (<4minggu),
• Sinusitis subakut (4 minggu – 3 bulan),
• Sinusitis Kronis (>3 bulan).
• Tempat :
• Sinus maksila, Sinus Frontal, Sinus Etmoid, Sinus Sfenoid.
Diagnosis
• Hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada
wajah (nyeri pipi menandakan sinusitis maksila)
• nyeri di belakang kedua bola mata menandakan
sinusitis etmoid,
• nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis
frontalis,
• nyeri di vertex, oksipital dan daerah mastoid
menandakan sinusitis sfenoid),
• secret hidung purulent, sering turun ke tenggorok (post
nasal drip),
Diagnosis
• Foto polos radiologis
memberikan gambaran
perselubungan, air-fluid
level, dan penebalan
mukosa sinus.
• Waters → sinus maksila,
frontal dan etmoid.
• Postero-Anterior → sinus
frontal.
• Lateral → frontal,
sfenoid, etmoid.
• Caldwell : Sinus Frontalis.
Tatalaksana
Etiologi :
• Streptococcus pneumonia dan Hemophilus
influenza
Stadium
• Oklusi: Tuba tersumbat →
retraksi membrane timpani.
penurunan pendengaran,
demam (-), Nyeri (-).
Terapi : Dekongestan
(efedrin 0,5-1%)
• Hiperemis: Inflamasi
membrane timpani →
Hiperemis. Penurunan
pendengaran, Demam(+),
Nyeri (+).
Terapi : Dekongestan +
Antibiotik.
Stadium
• Supuratif : Membran timpani
menonjol (bulging). Penurunan
pendengaran, demam tinggi
(+), sangat nyeri (+).
Terapi : Antibiotik +
Miringotomi
• Perforasi : Ruptur membrane
timpani (perforasi) → secret
mengalir keluar. Penurunan
pendengaran, demam (-), nyeri
(-).
Terapi : Antibiotik (ofloxacin
2x5–10 gtt) + Ear toilet (H2O2
3%) selama 3-5 hari
• Resolusi: Penutupan membrane timpani
(perforasi menutup) → secret mongering,
demam (-), nyeri (-), cairan (-). Dapat berlanjut
menjadi OMSK (jika penutupan tidak
sempurna. Terapi : Observasi
1. 0–25 dB : Normal
2. 26–40 dB : Tuli ringan
3. 41–55 dB : Tuli sedang
4. 56–70 dB : Tuli sedang-berat
5. 71–90 dB : Tuli berat
6. >90 dB : Tuli sangat berat
Jawaban Lainnya
Etiologi
Sumbatan tuba, virus, alergi, idiopatik.
Diagnosis
Gejala: Pemeriksaan tambahan :
a. Pendengaran berkurang, a. Otoskopi (terlihat
b. rasa tersumbat pada retraksi membrane
telinga, timpani)
c. suara sendiri lebih b. Terdapat gelembung
terdengar pada telinga udara (bubble) atau
yang sakit (diplacusis terdapat permukaan
binauralis), cairan dalam cavum
d. nyeri telinga, timpani (air fluid level).
e. Tampak cairan serosa. c. Pemeriksaan Garputala
(tuli konduktif)
Otitis Media Serosa
Tatalaksana
Etiologi :
• Streptococcus pneumonia dan Hemophilus
influenza
Stadium
• Oklusi: Tuba tersumbat →
retraksi membrane timpani.
penurunan pendengaran,
demam (-), Nyeri (-).
Terapi : Dekongestan
(efedrin 0,5-1%)
• Hiperemis: Inflamasi
membrane timpani →
Hiperemis. Penurunan
pendengaran, Demam(+),
Nyeri (+).
Terapi : Dekongestan +
Antibiotik.
Stadium
• Supuratif : Membran timpani
menonjol (bulging). Penurunan
pendengaran, demam tinggi
(+), sangat nyeri (+).
Terapi : Antibiotik +
Miringotomi
• Perforasi : Ruptur membrane
timpani (perforasi) → secret
mengalir keluar. Penurunan
pendengaran, demam (-), nyeri
(-).
Terapi : Antibiotik (ofloxacin
2x5–10 gtt) + Ear toilet (H2O2
3%) selama 3-5 hari
• Resolusi: Penutupan membrane timpani
(perforasi menutup) → secret mongering,
demam (-), nyeri (-), cairan (-). Dapat berlanjut
menjadi OMSK (jika penutupan tidak
sempurna. Terapi : Observasi
Klasifikasi :
• Waktu:
• Sinusitis skut (<4minggu),
• Sinusitis subakut (4 minggu – 3 bulan),
• Sinusitis Kronis (>3 bulan).
• Tempat :
• Sinus maksila, Sinus Frontal, Sinus Etmoid, Sinus Sfenoid.
Diagnosis
• Hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada
wajah (nyeri pipi menandakan sinusitis maksila)
• nyeri di belakang kedua bola mata menandakan
sinusitis etmoid,
• nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis
frontalis,
• nyeri di vertex, oksipital dan daerah mastoid
menandakan sinusitis sfenoid),
• secret hidung purulent, sering turun ke tenggorok (post
nasal drip),
Diagnosis
• Foto polos radiologis
memberikan gambaran
perselubungan, air-fluid
level, dan penebalan
mukosa sinus.
• Waters → sinus maksila,
frontal dan etmoid.
• Postero-Anterior → sinus
frontal.
• Lateral → frontal,
sfenoid, etmoid.
• Caldwell : Sinus Frontalis.
Tatalaksana
1. Tuli Konduktif
Disebabkan oleh kelainan yang terdapat di
telinga luar (atresia di telinga, sumbatan oleh
serumen, otitis eksterna sirkumkripta, osteatoma
liang telinga) dan kelainan telinga tengah (tuba
katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum
dan dislokasi tulang pendengaran)
2. Tuli Sensorineural
Penurunan pendengaran akibat gangguan pada
struktur telinga dalam (koklea) atau saraf
vestibulokoklear.
Etiologi:
• Tuli sensorineural koklea (aplasia (kongenital),
labirinitis (oleh bakteri, virus),
• Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin,
neomisin, kina, asetosal atau alcohol)
• Tuli mendadak/sudden deafness (trauma kapitis,
trauma akustik dan pajanan bising)
Klasifikasi Tuli
Audiogram Tes Rinne Tes Weber Tes Swabach Interpretasi
AC=BC, <25 dB + Lateralisasi (-) Sama dengan Normal
AC dan BC berimpit, tidak pemeriksa
ada air-bone gap
BC normal, <25 dB - Lateralisasi ke Memanjang Tuli Konduktif
AC >25 dB telinga yang
Antara AC dan BC sakit
terdapat air-bone gap
AC dan BC >25 dB + Lateralisasi ke Memendek Tuli
AC dan BC berimpit, tidak telinga yang Sensorineural
ada air-bone gap sehat
BC >25 dB - Lateralisasi ke Memendek Tuli Campuran
AC > BC, terdapat air- telinga yang
bone gap sehat
Derajat Tuli
1. 0–25 dB : Normal
2. 26–40 dB : Tuli ringan
3. 41–55 dB : Tuli sedang
4. 56–70 dB : Tuli sedang-berat
5. 71–90 dB : Tuli berat
6. >90 dB : Tuli sangat berat
Jawaban lainnya
b. Telinga kanan tuli sedang dan kiri tuli sedang : Kurang
tepat
c. Telinga kanan tuli sedang, telinga kiri tuli berat : Kurang
tepat
d. Telinga kanan tuli ringan, telinga kiri tuli sedang berat :
Kurang tepat
e. Telinga kanan tuli sedang, telinga kiri tuli berat : Kurang
tepat
Soal 67
Diagnosis : Kalazion
Mata Merah Visus Normal
Gangguan Kelopak Mata
Hordeolum Hordeolum
Kalazion
Eksternum Internum
Definisi Peradangan supuratif Peradangan supuratif Peradangan
akut pada kelenjar akut pada kelenjar granulomatosa kronik
Zeis atau Moll Meibom non-infektif pada
kelenjar Meibom
Pemeriksaan Glaukoma
• Perimetri/tes konfrontasi (melihat lapang
pandang), tonometri (Menilai TIO), gonioskopi
(melihat sudut iridokornea), funduskopi (Menilai
CD (cup-disc) ratio.
Klasifikasi
Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Glaukoma • Mata merah, berair, Terapi awal untuk mencapai target
akut/sudut visus turun TIO
tertutup : mendadak, nyeri, • Carbonic anhydrase inhibitor
Obstruksi mual, muntah, halo Acetazolamid HCl tab 500 mg,
trabekula oleh sign dilanjutkan 4x250
iris perifer • TIO > 21 mmHg, • β- Bloker Timolol 0,5 % 2x1
injeksi konjungtiva, • Steroid topikal + antibiotik 4x1
edema kornea, pupil • Kolinergik/mitotic Pilokarpin HCl
midriasis, COA 0,50% 2-4x 1gtt
dangkal • Tetes KCl 0,5% 2x1 tetes/hari
• Definitif: iridotomi perifer
Glaukoma • Biasanya • β- Bloker Timolol maleat 0,5%
kronis/sudut asimptomatik. 2x1 gtt
terbuka : • Penurunan lapang • Definitif: trabekulotomi
Disfungsi pandang.
trabekula • TIO biasanya normal
• CD Ratio > 0,5
Retinopati Hipertensi (2)
Etiologi
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Protozoa (Acanthamoeba)
Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Tatalaksana
Bakterial: • Penggunaan • Sampel kerokan • Antibiotik topical
1. Stafilokokus lensa kontak kornea (flurokuinolon,
2. Pseudomonas • Riwayat • Pewarnaan Gram : gentamisin, polimiksin
3. Moraksela operasi Giemsa, acid-fast B)
• Riwayat stain • Sikloplegik (atropin)
korpal • Kultur pada blood • Kortikosteroid
agar
untuk organisme
aerobic
Virus • Riwayat HSV • Lesi dendritik (seperti • Acyclovir 5 x 400 mg
1. Herpes / VZV cabang pohon) selama 7 hari (HSV)
Simplex Virus • Nyeri • Geografika • Acyclovir 5 x 800 mg
2. Varicella- dermatomal • Vesikel +/- selama 7-10 hari (VVZ)
Zoster Virus • Gel mata ganciclovir
0.15% 5x1
Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Tatalaksana
Jamur • Riwayat trauma • Ulkus putih keabu- • Suspensi mata natamycin
1. Filamentous dengan abuan dengan tepi 5% tetes per 2 jam
fungi tumbuhan meninggi (fusarium, aspergillus),
(Aspergillus, • Feathery finger-like • Tetes mata amphotericin B
Fusarium) extensions 1.5% 1 tetes per jam
2. Yeasts • Lesi satelit kecil multiple (candida)
(Candida) di sekitar lesi utama • Antifungi sistemik
(flukonazol 200 mg)
Protozoa • Riwayat • Opasitas epitel dan • Amebisida
(acanthamoeba) berenang di subepitel halus dan • Kortikosteroid topikal
danau berjalan radial
• Riwayat sepanjang corneal
pemakaian nerves
lensa kontak • Ring-shaped lesion
• Nyeri sangat sentral / parasentral
hebat (stadium lanjut
membentuk abses)
Katarak (2)
Kekeruhan pada lensa yang menyebabkan
penurunan tajam pengelihatan.
Etiologi
• Congenital and developmental cataract
• Acquired cataract :
• Senile cataract • Electric cataract
• Traumatic cataract • Radiational cataract
• Complicated cataract • Toxic cataract
• Metabolic cataract • Cataract associated with skin/
osseous diseases
1. Katarak Kongenital
• Umumnya karena infeksi intrauterin (Rubella)
• Pemeriksaan fisik → refleks merah abnormal
atau ada leukokoria. Bila tidak diobati dapat
menyebabkan ambliopia (penurunan visus
yang tidak dapat dikoreksi menjadi normal,
akibat gangguan pada nervus optikus) bahkan
kebutaan.
• Tatalaksana → pembedahan, dilakukan
sebelum usia 2 bulan agar perkembangan
visus tidak terganggu
2. Katarak Senilis
Insipien Imatur Matur Hipermature
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
Lensa
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test (-) (+) (-) Pseudo positif
Visus Normal < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis dan
(fakomorfik) Glaukoma
(Fakolitik)
3. Katarak Traumatik
• Pada trauma tumpul. Khas gambaran stelata
(opasitas berbentuk bintang)
• Shadow Test: sinar masuk dengan sudut 45°,
positif jika sinar akan dipantulkan mengenai iris
sehingga terbentuk bayangan iris pada lensa.
Tatalaksana
• Farmakologi → Bertujuan untuk memperbaiki fungsi
visual sementara, memperlambat pertumbuhan katarak
( ↓ sorbitol, aspirin, vit C dan E)
• Pembedahan
Metode Cara Keterangan
Indikasi :
Katarak tak stabil, menggembung,
EKIK (Ekstraksi hipermatur, terluksasi
Membuang lensa dan kapsul
Katarak Kontraindikasi
secara keseluruhan
Intrakapsular) 1. Absolut: anak, ruptur kapsul krn trauma.
2. Relatif: miop tinggi, marfan, morgagni,
vitrous ke COA
EKEK (ekstraksi Membuang nukleus dan korteks Irisan kecil, risiko astigmat rendah,
katarak melalui kapsul anterior lalu tidak dapat pada pasien dengan zonula
ekstrakapsular) menanam IOL lemah
SICS (small Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2
Irisan sangat kecil, hampir tidak
incision cataract dan 3, subkapsular posterior, awal
butuh jahitan
surgery) kortikalis
Menggunakan ultrasonik untuk
EKEK +
memecah nukleus dan
fakoemulsifikasi
mengaspirasi lensa
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Keratitis
Keratitis (3A)
• Peradangan pada kornea
• Gejala Klinis: Mata merah, visus turun
mendadak, injeksi silier, nyeri, fotofobia
Etiologi
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Protozoa (Acanthamoeba)
Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Tatalaksana
Bakterial: • Penggunaan • Sampel kerokan • Antibiotik topical
1. Stafilokokus lensa kontak kornea (flurokuinolon,
2. Pseudomonas • Riwayat • Pewarnaan Gram : gentamisin, polimiksin
3. Moraksela operasi Giemsa, acid-fast B)
• Riwayat stain • Sikloplegik (atropin)
korpal • Kultur pada blood • Kortikosteroid
agar
untuk organisme
aerobic
Virus • Riwayat HSV • Lesi dendritik (seperti • Acyclovir 5 x 400 mg
1. Herpes / VZV cabang pohon) selama 7 hari (HSV)
Simplex Virus • Nyeri • Geografika • Acyclovir 5 x 800 mg
2. Varicella- dermatomal • Vesikel +/- selama 7-10 hari (VVZ)
Zoster Virus • Gel mata ganciclovir
0.15% 5x1
Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Tatalaksana
Jamur • Riwayat trauma • Ulkus putih keabu- • Suspensi mata natamycin
1. Filamentous dengan abuan dengan tepi 5% tetes per 2 jam
fungi tumbuhan meninggi (fusarium, aspergillus),
(Aspergillus, • Feathery finger-like • Tetes mata amphotericin B
Fusarium) extensions 1.5% 1 tetes per jam
2. Yeasts • Lesi satelit kecil multiple (candida)
(Candida) di sekitar lesi utama • Antifungi sistemik
(flukonazol 200 mg)
Protozoa • Riwayat • Opasitas epitel dan • Amebisida
(acanthamoeba) berenang di subepitel halus dan • Kortikosteroid topikal
danau berjalan radial
• Riwayat sepanjang corneal
pemakaian nerves
lensa kontak • Ring-shaped lesion
• Nyeri sangat sentral / parasentral
hebat (stadium lanjut
membentuk abses)
Mata Merah Visus Turun
Gangguan Kornea
Ulkus Kornea
Keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi
a. Sentral : lokasi di sentral kornea, hampir selalu karna infeksi
b. Marginal : lokasi di perifer kornea, umumnya dimediasi oleh imun
Konjungtivitis Vernal (4A)
Etiologi
• Reaksi atopi terhadap allergen eksogen
• Lebih sering pada usia 4-20 tahun, saat musim
panas, dan di daerah tropis
Diagnosis
Gambaran Klinis
• Tidak terdapat
keterlibatan jaringan
periorbital
• Tipe Palpebral : papilla
tersusun cobble-stone
atau pavement-stone Cobble Stone
• Tipe Bulbar : bintik
keputihan sepanjang
limbus (tranta’s spots)
• Tipe Campuran
kombinasi gambaran tipe
palpebral dan bulbar
Horner Tranta dots
Terapi
Etiologi
• Idiopatik
• Penyakit sistemik (RA, SLE, IBD)
• Infeksi (herpes, TB, sifilis)
• Post Operasi
Diagnosis
Anamnesis
• Nyeri terutama saat malam hari
• Mata merah
• Fotofobia
• Blefarospasme
• Lakrimasi
• Penurunan visus
Diagnosis
• Edema palpebral
• Corneal signs → edema kornea, keratic precipitate
(KP), opasitas kornea posterior.
• Anterior Chamber signs → aqueous cells, aqueous
flare (Tyndal phenomenon), hipopion, hifema,
perubahan kedalaman & sudut anterior chamber
• Iris signs → perubahan pola normal dan warna
iris, iris nodules (Koeppe’s nodules, Busacca’s
nodules), sinekia posterior, neovaskularisasi iris
(rubeosis iridis)
• Pupillary signs → pupil miosis, ireguler, ektropion,
hilangnya reflex pupil, occlusio pupillae
Tatalaksana
Topikal
• Mydriatic cyclopegic drugs (atropine sulfat,
siklopentolat)
• Kortikosteroid (dexamethasone, betamethasone,
hidrokortison, prednisolone)
• Antibiotik
Sistemik
• Kortikosteroid
• NSAID
• Immunosupresan
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Hordeolum
Mata Merah Visus Normal
Gangguan Kelopak Mata
Hordeolum Hordeolum Kalazion
Eksternum Internum
Definisi Peradangan supuratif Peradangan supuratif Peradangan
akut pada kelenjar akut pada kelenjar granulomatosa kronik
Zeis atau Moll Meibom non-infektif pada
kelenjar Meibom
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi
a. Sentral : lokasi di sentral kornea, hampir selalu karna infeksi
b. Marginal : lokasi di perifer kornea, umumnya dimediasi oleh imun
Jawaban lainnya
Etiologi
• Reaksi atopi terhadap allergen eksogen
• Lebih sering pada usia 4-20 tahun, saat musim
panas, dan di daerah tropis
Diagnosis
Gambaran Klinis
• Tidak terdapat
keterlibatan jaringan
periorbital
• Tipe Palpebral : papilla
tersusun cobble-stone
atau pavement-stone Cobble Stone
• Tipe Bulbar : bintik
keputihan sepanjang
limbus (tranta’s spots)
• Tipe Campuran
kombinasi gambaran tipe
palpebral dan bulbar
Horner Tranta dots
Terapi
Etiologi
• Reaksi atopi terhadap allergen eksogen
• Lebih sering pada usia 4-20 tahun, saat musim
panas, dan di daerah tropis
Diagnosis
Gambaran Klinis
• Tidak terdapat
keterlibatan jaringan
periorbital
• Tipe Palpebral : papilla
tersusun cobble-stone
atau pavement-stone Cobble Stone
• Tipe Bulbar : bintik
keputihan sepanjang
limbus (tranta’s spots)
• Tipe Campuran
kombinasi gambaran tipe
palpebral dan bulbar
Horner Tranta dots
Terapi
Diagnosis : Xerophtalmia
Buta Senja/Xerophtalmia (3A)
Etiologi
• Defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa
Diagnosis
Klasifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Buta Senja Pengelihatan menurun pada -
(XN) malam hari atau keadaan gelap
Xerosis Konjungtiva Mata tampak kering, berubah Selaput tampak kering,
(XIA) menjadi kecoklatan berkeriput, berpigmentasi,
permukaan kasar dan kusam
Bitot Spot Mata bersisik atau timbul busa Bercak putih berbentuk segitiga
(XIB) di celah kelopak temporal atau
nasal
Xerosis Kornea Pengelihatan suram, kering, Kekeringan yang berlanjut ke
(X2) permukaan mata kasar kornea
Keratomalasia Tidak dapat melihat, kornea Kornea nekrosis dan melunak
(X3A) terdapat luka putih perlukaan dan terbentuk ulkus
Sikatriks Kornea Tidak dapat melihat, bola mata Terdapat jaringan parut pada
(XS) tampak mengempis bagian bawah kornea
Xeroftalmia Fundus Tidak dapat melihat Funduskopi : rusaknya struktur
(XF) retina
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
Pemeriksaan Glaukoma
• Perimetri/tes konfrontasi (melihat lapang
pandang), tonometri (Menilai TIO), gonioskopi
(melihat sudut iridokornea), funduskopi (Menilai
CD (cup-disc) ratio.
Klasifikasi
Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Glaukoma • Mata merah, berair, Terapi awal untuk mencapai target
akut/sudut visus turun TIO
tertutup : mendadak, nyeri, • Carbonic anhydrase inhibitor
Obstruksi mual, muntah, halo Acetazolamid HCl tab 500 mg,
trabekula oleh sign dilanjutkan 4x250
iris perifer • TIO > 21 mmHg, • β- Bloker Timolol 0,5 % 2x1
injeksi konjungtiva, • Steroid topikal + antibiotik 4x1
edema kornea, pupil • Kolinergik/mitotic Pilokarpin HCl
midriasis, COA 0,50% 2-4x 1gtt
dangkal • Tetes KCl 0,5% 2x1 tetes/hari
• Definitif: iridotomi perifer
Glaukoma • Biasanya • β- Bloker Timolol maleat 0,5%
kronis/sudut asimptomatik. 2x1 gtt
terbuka : • Penurunan lapang • Definitif: trabekulotomi
Disfungsi pandang.
trabekula • TIO biasanya normal
• CD Ratio > 0,5
Jawaban lainnya
Gejala Epidemic Kerato- Terdapat lesi Penyebaran lesi Terdapat lesi Peradangan
conjunctivitis (EKC) : primer herpetic secara multiple, pucat, disertai dengan
gejala sistemik (-), 80% pada wajah dermatomal konsistensi seperti titik perdarahan
terjadi keratitis dan lilin dengan pada konjungtiva, nyeri
palpebra lubang periorbital, berair,
Pharyngoconjunc di tengahnya fotofobia, edema
tiva Fever (PCF) : (umbilicated palpebra, kemosis,
gejala sistemik (+), lesions) limfadenopati
30% terjadi Keratitis preaurikular.
Terapi Simptomatis kompres dingin, air mata artifisial atau antihistamin topikal
Belum ada terapi Salep acyclovir 3% 5x1 sealama Eksisi atau Belum ada terapi
definitif. 10 hari. krioterapi. definitif, namun
penyembuhan 5-7
hari.
Jawaban Lainnya
Etiologi
• Kelainan kornea (90%)
• Perubahan lengkung kornea
• Kelainan lensa
• Kekeruhan lensa (ex. katarak insipien, imatur)
Manifestasi Klinis:
• Mata kabur saat melihat jauh dan dekat, objek
membayang, astenopia
Klasifikasi
Astigmatisma miopikus simpleks
• Satu bayangan dibiaskan tepat di retina, bayangan lain
dibiaskan di depan retina (C-)
Astigmatisma hipermetropikus simpleks
• Satu bayangan dibiaskan tepat di retina, bayangan lain
dibiaskan di belakang retina (C+)
Astigmatisma miopikus kompositus
• Kedua bayangan dibiaskan di depan retina (S-,C-)
Astigmatisma hipermetropikus kompositus
• Kedua bayangan dibiaskan di belakang retina (S+,C+)
Astigmatisma mixtus
• Satu bayangan dibiaskan di depan retina, bayangan lain
dibiaskan di belakang retina (S-,C+) atau (S+,C-)
Transposisi pada Astigmatisma
• Jika menemukan soal astigmatisma mixtus
• S (+) C (-) atau S(-) C(+)
• Harus ditransposisi dahulu!
Contoh:
S +2 C-1 → S +1 C +1
Dx: astigmatisma hipermetropia kompositus
Jawaban lainnya
Etiologi
• Congenital and developmental cataract
• Acquired cataract :
• Senile cataract • Electric cataract
• Traumatic cataract • Radiational cataract
• Complicated cataract • Toxic cataract
• Metabolic cataract • Cataract associated with skin/
osseous diseases
Katarak Senilis
Insipien Imatur Matur Hipermature
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
Lensa
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test (-) (+) (-) Pseudo positif
Visus Normal < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis dan
(fakomorfik) Glaukoma
(Fakolitik)
Tatalaksana
• Farmakologi → Bertujuan untuk memperbaiki fungsi
visual sementara, memperlambat pertumbuhan katarak
( ↓ sorbitol, aspirin, vit C dan E)
• Pembedahan
Metode Cara Keterangan
Indikasi :
Katarak tak stabil, menggembung,
EKIK (Ekstraksi hipermatur, terluksasi
Membuang lensa dan kapsul
Katarak Kontraindikasi
secara keseluruhan
Intrakapsular) 1. Absolut: anak, ruptur kapsul krn trauma.
2. Relatif: miop tinggi, marfan, morgagni,
vitrous ke COA
EKEK (ekstraksi Membuang nukleus dan korteks Irisan kecil, risiko astigmat rendah,
katarak melalui kapsul anterior lalu tidak dapat pada pasien dengan zonula
ekstrakapsular) menanam IOL lemah
SICS (small Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2
Irisan sangat kecil, hampir tidak
incision cataract dan 3, subkapsular posterior, awal
butuh jahitan
surgery) kortikalis
Menggunakan ultrasonik untuk
EKEK +
memecah nukleus dan
fakoemulsifikasi
mengaspirasi lensa
Uveitis Anterior/Iridosiklitis (3A)
Etiologi
• Idiopatik
• Penyakit sistemik (RA, SLE, IBD)
• Infeksi (herpes, TB, sifilis)
• Post Operasi
Diagnosis
Anamnesis
• Nyeri terutama saat malam hari
• Mata merah
• Fotofobia
• Blefarospasme
• Lakrimasi
• Penurunan visus
Diagnosis
• Edema palpebral
• Corneal signs → edema kornea, keratic precipitate
(KP), opasitas kornea posterior.
• Anterior Chamber signs → aqueous cells, aqueous
flare (Tyndal phenomenon), hipopion, hifema,
perubahan kedalaman & sudut anterior chamber
• Iris signs → perubahan pola normal dan warna
iris, iris nodules (Koeppe’s nodules, Busacca’s
nodules), sinekia posterior, neovaskularisasi iris
(rubeosis iridis)
• Pupillary signs → pupil miosis, ireguler, ektropion,
hilangnya reflex pupil, occlusio pupillae
Tatalaksana
Topikal
• Mydriatic cyclopegic drugs (atropine sulfat,
siklopentolat)
• Kortikosteroid (dexamethasone, betamethasone,
hidrokortison, prednisolone)
• Antibiotik
Sistemik
• Kortikosteroid
• NSAID
• Immunosupresan
Jawaban Lainnya
Case Control
Penelitian dimana peneliti mencari sampel
yang mempunyai penyakit (outcome),
kemudian peneliti menggali riwayat paparan
(exposure) terhadap faktor risiko yang ingin
diteliti. Ukuran hubungan dengan Odd Ratio
(OR)
• Pada soal ini, dimuali dari Outcome lalu
melihat Exposurenya
Jawaban Lainnya
Definisi
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis penyidik yang berwenang,
mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap
manusia, baik hidup atau matiataupun bagian atau
diduga bagian tubuh manusia berdasarkan
keilmuannya dan dibawahsumpah, untuk
kepentingan peradilan
Dasar Hukum
• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang
menyatakan VeR adalah “Suatu Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter
atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang
diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara pidana”
Diagnosis : PID
Kehamilan Ektopik Terganggu (2)
Faktor Risiko
• Infeksi genital, merokok, IUD
Diagnosis
Klinis Penunjang
• Nyeri perut bawah, • Plano / PP test positif
perdarahan per vagina, • USG: uterus kosong
sebelumnya haid
terlambat. Kehamilan • Beta-HCG:
Ektopik Terganggu • >1500 IU/L (USG
(KET) atau ruptur: nyeri transvaginal),
sangat berat, abdomen • >6500 IU/L (USG
distensi, bisa sampai transabdominal)
syok. • Kuldosintesis
PF
• nyeri goyang portio (+)
Tatalaksana
Faktor Risiko
• Faktor Risiko Utama: GENETIK
Diagnosis
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban lainnya
Diagnosis : Ab imminens
Abortus (3B)
Berakhirnya
kehamilan
sebelum
usia gestasi
20 minggu
Abortus (3B)
Septic Abortion
• Abortus dengan komplikasi infeksi pelvis.
Disertai demam, nyeri abdomen, sekret vagina.
Diagnosis : PEB
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Minggu Riwayat TD Proteinuria Kejang
Muncul Hipertensi
HT Kronis <20 + >140/90 - -
HT Gestasional >20 - >140/90 - -
PER >20 - >140/90 + -
PEB >20 - >160/110 ++/+++ -
Impending* >20 - >140/90 +/++/+++ -
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban lainnya
Atonia Uteri
• Kompresi bimanual internal atua eksternal
• Infus oksitosin dan oksitosin IM
• Ergometrin
• Asam Tranexamat
Sisa Plasenta
• Infus Oksitosin dan Oksitosin IM
• Eksplorasi digital (menggunakan jari) atau dengan
kuretase
• Antibiotik profilaksis
Tatalaksana
Jawaban lainnya
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban lainnya
Normozoospermia
´ Jumlah sperma ≥ 20 juta/ml
Oligozoospermia
´ Jumlah sperma < 20 juta/ml
Astenozoospermia
´ Motilitas sperma a <25% atau a+b <50%
Azoopermia
0 sperma + plasma semen
Aspermia
0 sperma + 0 plasma semen
Jawaban lainnya
Edukasi
• Menjaga perineum selalu bersih dan kering
• Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih
yang mengalir 3-4x/hari
• kontrol 1 minggu untuk memeriksa
penyembuhan luka.
Ruptur Perineum
Jawaban Lainnya
e. SC : kurang tepat
Soal 99
Wanita, 28 tahun P1A0 di rujuk ke IGD Rumah Sakit dari klinik
karena perdarahan jalan lahir. Pasien melahirkan 2 jam lalu di
bidan dengan BBL 4050gr, robekan sampai seluruh sfingter ani
eksterna dan sfingter ani interna. Apakah tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan untuk menghindari komplikasi pada pasien
tersebut ?
a. Ekstraksi vakum
b. Ekstrasiforsep
c. Episiotomi
d. Amniotomi
e. SC
Soal 100
Seorang wanita 24 tahun G1P0A0 usia kehamilan 23-24
minggu datang ke Poli Obgyn ingin memeriksakan
kehamilannya. Pada pemeriksaan didapatkan TD : 170/90
Proteinuria (+++), Nonpitting edema pretibial (+).
Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut ?
a. Dipulangkan + antihipertensi
b. Rawat + magnesium sulfat
c. Rawat + kalsium
d. Rawat + magnesium sulfat + antihipertensi
e. Tidak diberikan apa-apa
Soal 100
Diagnosis : PEB
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Minggu Riwayat TD Proteinuria Kejang
Muncul Hipertensi
HT Kronis <20 + >140/90 - -
HT Gestasional >20 - >140/90 - -
PER >20 - >140/90 + -
PEB >20 - >160/110 ++/+++ -
Impending* >20 - >140/90 +/++/+++ -
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban Lainnya
Tatalaksana
a. Kompresi bimanual internal atua eksternal
b. Infus oksitosin dan oksitosin IM
c. Ergometrin
d. Asam Tranexamat
Perdarahan Post Partum
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
Klasifikasi
a. Grade 1 → puting dapat dikeluarkan dengan
tekanan jari pada puting atau areola
b. Grade 2 → dapat dikeluarkan, namun kembali
masuk saat tekanan dilepas.
c. Grade 3 → puting tidak bisa dikeluarkan
Tatalaksana
a. Penarikan puting secara manual/dengan tangan.
b. Menggunakan spuit ukuran 10-20 ml, tergantung
pada besar puting.
• Ujung spuit yang terdapat jarum dipotong dan penarik
spuit dipindahkan ke sisi bekas potongan.
• Ujung yang tumpul diletakkan di atas puting,
kemudian lakukan penarikan beberapa kali hingga
puting keluar. Lukakan 3x1 masing-masing 10x.
c. Jika kedua upaya tidak berhasil, ibu dapat
memberikan ASInya dengan cara memerah atau
menggunakan pompa payudara.
Jawaban Lainnya
Tatalaksana
a. Melahirkan bokong (hanya pada bokong sempurna atau
bokong murni) : spontan
b. bracht, manual aid (muller, lovset, classic). Incomplete breech
: SC
COMPLETE/SEMPURNA FRANK/MURNI INCOMPLETE/FOOTLING
Jawaban Lainnya
Diagnosis : IUFD
Intra Uterine Fetal Death (2)
Tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam rahim
Etiologi
• Kelainan kromosom, kelainan kongenital, infeksi, diabetes,
insufisiensi plasenta
Pemeriksaan
• DJJ tidak ada
• USG: ditemukannya tanda-tanda kematian janin
• Lab : gangguan pembekuan darah
Berakhirnya
kehamilan
sebelum
usia gestasi
20 minggu
Abortus (3B)
Septic Abortion
• Abortus dengan komplikasi infeksi pelvis.
Disertai demam, nyeri abdomen, sekret vagina.
d. Miss Abortion : Janin telah mati, tapi tidak ada epulsi jaringan
dan usia kehamilan < 20 minggu
Penunjang
USG
Tatalaksana
o Janin hidup
Cukup bulan: terminasi dengan pervaginam atau SC
Kurang bulan: steroid, terminasi
o Janin mati : Persalinan per vaginam
Plasenta Previa (2)
Faktor Risiko
• Riwayat plasenta previa sebelumnya, riwayat SC
atau operasi uterus, multiparitas, kehamilan
multipel, merokok
Klasifikasi
• Komplit: seluruh ostium
tertutup
• Parsial: sebagian
ostium tertutup
• Marginal: tidak
menutup, tapi berada
dalam jarak < 2 cm
dari ostium
• Letak rendah: berada
dalam jarak 2 – 3,5 cm
dari ostium. Tidak
dianggap plasenta
previa
Plasenta Previa VS Solusio Plasenta
Tatalaksana Tatalaksana
• Tidak ada perdarahan: tunggu • Janin hidup
sampai 37 minggu, lalu SC • Cukup bulan: terminasi
• Perdarahan: dengan pervaginam atau
• ≥ 37 minggu: SC SC
• ≤ 37 minggu: • Kurang bulan: steroid,
• bila hemodinamik tidak stabil terminasi
→ SC.
• Bila hemodinamik stabil → • Janin mati
rawat inap, observasi • Persalinan per vaginam
Vasa Previa (2)
• Korda umbilikus
berada diantara fetus
dan ostium serviks
• Klinis: Perdarahan
berat ketika ketuban
pecah saat
persalinan. Risiko
kematian janin akibat
syok sangat tinggi
• Tatalaksana: SC
Jawaban Lainnya
Berakhirnya
kehamilan
sebelum
usia gestasi
20 minggu
Abortus (3B)
Septic Abortion
• Abortus dengan komplikasi infeksi pelvis.
Disertai demam, nyeri abdomen, sekret vagina.
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban Lainnya
Anamnesis
• Keputihan yang berwarna putih dan berbau
amis.
• Kadang-kadang disertai gatal.
Pemeriksaan Fisik
• Dinding vagina dan vestibulum: terdapat duh
tubuh warna putih homogeny
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Memenuhi kriteria Amsel yaitu (3 dari 4 sebagai
berikut)
1. Duh vagina sesuai klinis
2. Tes Amin/Whiff test (+) tercium bau amis seperti
ikan pada duh tubuh vagina yang ditetesi KOH
10%).
3. pH cairan vagina >4,5
4. Sediaan basah dengan larutan Nacl 0,9% atau
apius dengan pewarnaan Gram ditemukan clue
cells.
Tatalaksana
Trikomoniasis (4A)
Anamnesis
• Keputihan yang berbau busuk, warna kuning
kehijauan, kadang-kadang berbusa.
• Dapat disertai gatal dan perih pada vulva.
• Pria : Discharge sedikit disertai dysuria.
• Coitus suspectus dengan risiko (+)
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Wanita:
Serviks: Strawberry
appearance. Pada
Forniks posterior
tampak duh tubuh
yang seropurulent,
berbau busuk, warna
kuning kehijauan,
berbusa.
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan
Mikroskopis: sediaan
basah dengan larutan
Nacl 0,9%.
• (+) bila ada gerakan
flagel T.vaginalis
• (Bahan sedimen
wanita: duh tubuh,
pria: urin sewaktu).
Tatalaksana
Kandidiasis Vulvovaginalis (4A)
Pemeriksaan Fisik
• Vulva dan vagina: Hiperemis, dapat timbul
fisura, edema jika berat, vaginal discharge
warna putih seperti susu; bergumpal dan tidak
berbau.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Bahan sedimen: vaginal discharge yang
berasal dari dinding lateral vagina.
• Sediaan apus dengan pewarnaan Gram
ditemukan blastospora dan atau pseudohifa.
• Sediaan basah dengan larutan KOH 10%
ditemukan blastospora dan pseudohifa.
• Kultur dengan Saboraud Dextrose Agar (SDA).
Tatalaksana
Gonore (4A)
Pemeriksaan Fisik
• Pria: Orifisium uretra hiperemis, edema dan
ektropion. Duh tubuh uretra mukopurulen.
• Wanita: Serviks hiperemis dan edema. Duh
tubuh serviks mukopurulen.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Pewarnaan Gram:
diambil dari sediaan
apus duh tubuh
ditemukan diplokokkus
Gram negatif
intraselular.
• Kultur dengan media
Thayer-Martin
• Tes Definitif (dilakukan
pada hasil kultur yang
(+)): tes oksidasi dan
tes fermentasi.
Tatalaksana
• Pengobatan Gonore tanpa komplikasi +
Pengobatan Non GO (Klamidiasis)
Tatalaksana
Edukasi
• Periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
• Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh
secara klinis dan laboratoris, apabila tidak
dapat menahan diri anjurkan memakai
kondom.
• Kunjungan ulang pada hari ke-7.
• Konseling: mengenai penyakit gonore dan
komplikasi, pentingnya penanganan pasangan
seksual tetapnya.
Jawaban Lainnya
a. Vaginosis trikomonas : Strawberry Serviks, mikroskopik :
protozoa berflagel
Diagnosis : Preeklampsi
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Minggu Riwayat TD Proteinuria Kejang
Muncul Hipertensi
HT Kronis <20 + >140/90 - -
HT Gestasional >20 - >140/90 - -
PER >20 - >140/90 + -
PEB >20 - >160/110 ++/+++ -
Impending* >20 - >140/90 +/++/+++ -
Anamnesis
• Keputihan yang berbau busuk, warna kuning
kehijauan, kadang-kadang berbusa.
• Dapat disertai gatal dan perih pada vulva.
• Pria : Discharge sedikit disertai dysuria.
• Coitus suspectus dengan risiko (+)
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Wanita:
Serviks: Strawberry
appearance. Pada
Forniks posterior
tampak duh tubuh
yang seropurulent,
berbau busuk, warna
kuning kehijauan,
berbusa.
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan
Mikroskopis: sediaan
basah dengan larutan
Nacl 0,9%.
• (+) bila ada gerakan
flagel T.vaginalis
• (Bahan sedimen
wanita: duh tubuh,
pria: urin sewaktu).
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
Tatalaksana
• Jika tekana diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan antihipertensi.
• Istirahat
• Pikirkan komplikasi: solusio plasenta, IUGR,
superimposed preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan (2)
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang didiagnosa setelah usia kehamilan
20 minggu dan tanpa proteinuria.
Tatalaksana:
• Rawat jalan, pantau kondisi janin setiap minggu
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin
terhambat → rawat dan pertimbangkan terminasi
Pre Eklampsia
Tatalaksana
• sama seperti
preeklampsia.
Hipertensi dalam Kehamilan
Eklampsia
• Preeklampsia disertai kejang
Tatalaksana
• Sama seperti preeklampsia, namun persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang
• Bila kejang berikan antikonvulsan
Tatalaksana
Antikonvulsan
• Pilihan obat: MgSO4
• Dosis: 4 gr IV sebagai larutan 20% dalam 5
menit, diikuti MgSO4 (50%) 5 gr bokong kanan
dan 5 gr bokong kiri.
• Sebelum pemberian, cek:
• RR minimal 16 x/menit,
• Refleks patella (+),
• Urin minimal ≥ 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
• Tersedia antidotum: Ca glukonas 1 gr (20 ml dalam
larutan 10%) IV sampai bernafas kembali.
Jawaban Lainnya
a. Preeklamsi berat : Hipertensi > 20 minggu dengan
proteinuria, TD ≥160/110 mmHg
Edukasi
• Menjaga perineum selalu bersih dan kering
• Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih
yang mengalir 3-4x/hari
• kontrol 1 minggu untuk memeriksa
penyembuhan luka.
Ruptur Perineum
Jawaban Lainnya
e. SC : kurang tepat
Soal 114
Wanita, 28 tahun, P1A0 di rujuk ke rs dari klinik karena
perdarahan jalan lahir, pasien melahirkan 2 jam lalu di
bidan dengan BBL 4050gr, Pada pemeriksaan fisik TD:
100/70, N : 105 x/menit, R : 24 x/menit, S : 37,5 C,
robekan sampai seluruh sfingter ani eksterna dan sfingter
ani interna, apa pencegahan yang seharusnya dilakukan
untuk pasien ini?
A. Ekstraksivakum
B. Ekstrasiforsep
C. Episiotomi
D. Amniotomi
E. SC
Soal 115
Seorang wanita, 28 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan timbul lenting-lenting berisi cairan di sekitar
kelaminnya. Suami pasien adalah seorang supir bus antar
kota. Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelum
ini. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36,8oC, RR 20x/menit. Pada status
dermatologis didapatkan vesikel berkelompok dengan
dasar eritem. Tatalaksana untuk pasien ini adalah ?
a. Asiklovir 5x200 mg selama 5 hari
b. Asiklovir 4x400 mg selama 7 hari
c. Asiklovir 3x400 mg selama 5 hari
d. Asiklovir 5x200 mg selama 7 hari
e. Asiklovir 5x400 mg selama 5 hari
Soal 115
Seorang wanita, 28 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan timbul lenting-lenting berisi cairan di sekitar
kelaminnya. Suami pasien adalah seorang supir bus antar
kota. Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelum ini.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36,8oC, RR 20x/menit. Pada status
dermatologis didapatkan vesikel berkelompok dengan dasar
eritem. Tatalaksana untuk pasien ini adalah ?
Anamnesis
• Pasien datang dengan luka pada kelamin
berupa ulkus yang dangkal multipel atau
berkrusta.
• Gejala prodomal (demam, sakit kepala, nyeri
otot), lalu timbul vesikel yang mudah pecah,
disertai rasa terbakar.
• Dapat rekuren akibat factor pencetus, seperti
stress fisik/psikis, menstruasi, minuman
beralkohol.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Vesikel/erosi/ulkus dangkal, berkelompok,
dengan dasar eritematosa disertai nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
• + Tzank test dan pewarnaan Giemsa → sel
datia berinti banyak (multinucleated giant cell)
dan badan inklusi intranuclear.
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
a. Asiklovir 5x200 mg selama 5 hari : Harusnya 7 hari
Manifestasi klinis
• Gejala utama batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
• Dahak bercampur darah
• Batuk darah
• Sesak nafas
• Nafsu makan menurun
• Berat badan turun
• Malaise
• Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
• Demam meriang lebih dari satu bulan.
TB Paru Dewasa
Pemeriksaan Fisik suara nafas bronkhial,
ronkhi basah kasar di apex, amforik
Pemeriksaan Penunjang
• Darah : limfositosis/monositosis, LED
meningkat, Hb turun
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid
Fast Bacill (AFB)) SPS (sewaktu-pagi-sewaktu),
dengan pewarnaan Ziehl Nelsen
• Rontgen Thoraks PA-Lateral/Top Lordotik :
kavitas atau infiltrate
Diagnosis
Klasifikasi Berdasarkan
Riwayat Pengobatan
1. TB paru kasus baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
1 bulan (˂ dari 28 dosis).
2. TB paru kasus kambuh (Relaps)
Pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
3. TB paru kasus gagal pengobatan (Failure)
Pasien TB dengan BTA positif yang masih positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5.
Klasifikasi Berdasarkan
Riwayat Pengobatan
4. TB paru kasus putus obat (Default/lost to follow-
up)
Pasien yang pernah diobati lebih dari satu bulan
dan berhenti > 2 bulan.
5. TB paru kasus pindah (Transfer In)
Pasien yang dipindahkan keregister lain atau
pindah untuk melanjutkan pengobatannya
6. Bekas TB
Tidak ada tanda TB, BTA negatif, hanya ada
fibrosis pada rontgen thoraks.
Klasifikasi Berdasarkan Uji
Kepakaan Obat
1.TB Monoresisten (TB MR)
Resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja.
2.TB Poliresisten (TB PR)
Resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan.
3.TB Multi drug resisten (TB MDR)
Resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan.
Klasifikasi Berdasarkan Uji
Kepakaan Obat
4.TB Extensive drug resisten (TB XDR)
TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
5.TB resisten rifampisin (TB RR)
Resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau
metode fenotip (konvensional).
Tatalaksana
1.Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3)
• Kasus baru BTA positif
• BTA negatif, rontgen thoraks positif
• TB ekstra paru
Tatalaksana
Tatalaksana
2. Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus obat
Tatalaksana
Efek Samping OAT
Efek Samping OAT
Evaluasi pasien TB
Jawaban Lainnya
A. TB paru putus obat : Pasien yang pernah diobati lebih dari satu
bulan dan berhenti lebih dari dua bulan
B. TB paru gagal pengobatan : Pasien TB dengan BTA positif yang
masih positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5
C. TB paru kasus baru : Pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
D. TB paru pernah terpapar obat : Kuranng tepat
Soal 116
Laki-laki usia 48 tahun datang ke RS dengan keluhan batuk berdarah
sejak 1 bulan yang lalu. Batuk disertai dahak kental. Pasien juga
mengeluh berat badan semakin menurun dan keringat pada malam hari.
3 Tahun yang lalu pasien terdiagnosis TB paru dan meminum OAT dan
dinyatakan sembuh oleh dokter. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80
mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,8oC, RR 20x/menit, ronchi (-) wheezing
(-). Apa diagnosis yang tepat pada kasus diatas?
A. TB paru putus obat
B. TB paru gagal pengobatan
C. TB paru kasus baru
D. TB paru pernah terpapar obat
E. TB paru relaps
Soal 117
Laki laki 40 tahun datang ke praktek dokter, mengeluh batuk dan
terdapat bercak-bercak merah selama 3 minggu yang lalu. Pasien
sudah didiagnosa TB Paru. Pasien sudah pernah minum OAT
selama 3 bulan dan pasien berhenti minum OAT karena jika
minum OA, pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua kaki.
OAT yang mempunyai efek samping yang menyebabkan keluhan
pasien adalah ?
A. Etambutol
B. Pirazinamid
C. Rifampisin
D. INH
E. Streptomisin
Soal 117
Laki laki 40 tahun datang ke praktek dokter, mengeluh
batuk dan terdapat bercak-bercak merah selama 3
minggu yang lalu. Pasien sudah didiagnosa TB Paru.
Pasien sudah pernah minum OAT selama 3 bulan dan
pasien berhenti minum OAT karena jika minum OA,
pasien mengeluhkan kesemutan pada kedua kaki. OAT
yang mempunyai efek samping yang menyebabkan
keluhan pasien adalah ?
Diagnosis : TB Paru
TB Paru Dewasa
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronik menular
langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Manifestasi klinis
• Gejala utama batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
• Dahak bercampur darah
• Batuk darah
• Sesak nafas
• Nafsu makan menurun
• Berat badan turun
• Malaise
• Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
• Demam meriang lebih dari satu bulan.
TB Paru Dewasa
Pemeriksaan Fisik suara nafas bronkhial,
ronkhi basah kasar di apex, amforik
Pemeriksaan Penunjang
• Darah : limfositosis/monositosis, LED
meningkat, Hb turun
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid
Fast Bacill (AFB)) SPS (sewaktu-pagi-sewaktu),
dengan pewarnaan Ziehl Nelsen
• Rontgen Thoraks PA-Lateral/Top Lordotik :
kavitas atau infiltrate
Diagnosis
Tatalaksana
1.Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3)
• Kasus baru BTA positif
• BTA negatif, rontgen thoraks positif
• TB ekstra paru
Tatalaksana
Tatalaksana
2. Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus obat
Tatalaksana
Efek Samping OAT
Efek Samping OAT
Jawaban Lainnya
Diagnosis : TB Paru
TB Paru Dewasa
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronik menular
langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Manifestasi klinis
• Gejala utama batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
• Dahak bercampur darah
• Batuk darah
• Sesak nafas
• Nafsu makan menurun
• Berat badan turun
• Malaise
• Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
• Demam meriang lebih dari satu bulan.
TB Paru Dewasa
Pemeriksaan Fisik suara nafas bronkhial,
ronkhi basah kasar di apex, amforik
Pemeriksaan Penunjang
• Darah : limfositosis/monositosis, LED
meningkat, Hb turun
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid
Fast Bacill (AFB)) SPS (sewaktu-pagi-sewaktu),
dengan pewarnaan Ziehl Nelsen
• Rontgen Thoraks PA-Lateral/Top Lordotik :
kavitas atau infiltrate
Diagnosis
Jawaban Lainnya
Total : skor 9
Jawaban Lainnya
A. 5 : Tidak tepat
B. 6 : Tidak tepat
C. 7 : Tidak tepat
D. 8 : Tidak tepat
Soal 119
An. Usia 8 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan
batuk kurang lebih sudah sebulan. Pasien juga tampak lesu dan
kurang aktif disbanding anak seusianya. Pasien sudah berobat
kebeberapa bidan dan dokter, namun tidak kunjung sembuh dan
dianjurkan ke rumah sakit. Pasien diketahui sering diasuh sang
nenek yang bulan lalu terkonfirmasi TB melalui uji dahak dan
sedang dalam terapi. BB/ TB < 90 % , hasil rontgen: TB paru
aktif dan hasil tuberculin adalah 15 mm , berapakah skor
penegakan diagnosis TB pada anak tersebut ?
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 9
Soal 120
An. Mizan 3 tahun, dibawa ke dokter dengan keluhan batuk
sejak 4 hari lalu. Batuk seperti menggonggong disertai
demam tinggi. Pada pemeriksaan didapatkan HR
125x/menit, RR 37x/menit, T38,8C. Pemeriksaan fisik
generalis dalam batas normal. Gambaran rontgen yang
dapat menunjang diagnosis adalah…
a. Wine bottle sign
b. Rolled edge sign
c. Rice grain calcification
d. Eggshell calcification
e. Groundglass appearance
Soal 120
An. Mizan 3 tahun, dibawa ke dokter dengan keluhan batuk
sejak 4 hari lalu. Batuk seperti menggonggong disertai
demam tinggi. Pada pemeriksaan didapatkan HR
125x/menit, RR 37x/menit, T38,8C. Pemeriksaan fisik
generalis dalam batas normal. Gambaran rontgen yang
dapat menunjang diagnosis adalah…
Diagnosis : Croup
Croup (laringotrakeo bronkitis
viral)
Menyebabkan obstruksi saluran
respiratorik atas, jika berat, dapat
mengancam jiwa. Paling berat
terjadi pada masa bayi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Leukosit >10.000/mm3
b. Xray : penyempitan di subglotis
(steeple sign/Wine Bottle Sign)
DIAGNOSIS
a. Croup ringan ditandai dengan:
Demam
Suara serak
Batuk menggonggong
Stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.
a. Croup berat ditandai dengan:
Stridor terdengar walaupun anak tenang
Napas cepat dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam.
Tatalaksana
• Golongan makrolid (azitromisin,
klaritromisin, eritromisin)
• Fluorokuinolon (levofloksasin)
• B-Laktam (sefotaksim,
seftriakson, ampisilin)
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
Etiologi
a. Defisiensi surfaktan
b. Diabetes gravidarum
c. Bayi Prematur (<34 minggu)
d. Asfiksia prenatal
Pemeriksaan
Rontgen : gambaran ground glass
lung, bell-shaped thoraks
a. Grade 1 : bercak retikulogranuler
dengan – air brochogram
b. Grade 2 : gr. 1 + airbronchogram,
yang overlaps dengan jantung
c. Grade 3 : batas jantung tidak
dapat ditentukan
d. Grade 4: konsolidasi paru bilateral
(White Lung)
Tatalaksana
a. Surfactant intratracheal
b. Antenatal kortikosteroid
(prophylactic preterm baby)
Transient Takipneu of Newborn
Disebut juga Wet lung adalah distress pernapasan biasanya ringan dan self
limited. Terjadi pada bayi lahir matur (term) atau mendekati matur (near-term)
yang berhubungan dengan keterlambatan clearance cairan paru yang tertunda.
Distres pernapasan akan membaik dalam waktu 3-5hari.
Diagnosis
Anamnesis Sesak napas, sianosis, lahir dengan kondisi faktor
risiko yang telah disebutkan.
Pemeriksaan Fisik
Takipnea (>60x/menit), takikardi, grunting, pernapasan cuping
hidung, retraksi intercostal, sianosis, barrel chest.
Tatalaksana
Oksigenasi, antibiotic sprektum luas, puasakan jika respirasi bayi
>60x/menit, <60x/menit beri minum, 60-80x/menit dapat diberi
minum melalui pipa nasogastric
Sindroma Aspirasi
Mekonium (MAS)
Penyebab
hipoksia akut/kronik → keluarnya mekonium → aspirasi cairan ketuban yg
mengandung mekonium
Gejala klinis
a. Bayi dgn tanda postmaturitas
b. Terdapat mekonium pada cairan ketuban → kental seperti lumpur
c. Obstruksi jalan nafas
d. Distres pernafasan
Pemeriksaan penunjang
a. Thorax : hiperinflasi, diafragma mendatar, infiltrat kasar/patchy infiltrate
b. BGA : hipoksemia
Diagnosis : PPOK
Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
Penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif
non-reversibel atau reversibel parsial. Terdiri dari
bronkitis kronik dan atau emfisema.
Bronkitis kronik, kelainan saluran napas yang ditandai
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut -
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema, suatu kelainan anatomis paru yang ditandai
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.
Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
Faktor Resiko Asap rokok, debu organik dan non organic, polusi
udara, genetic, infeksi, status sosial-ekonomi
Manifestasi Klinis
• Anamnesis Batuk berulang dengan atau tanpa dahak, sesak
dengan atau tanpa mengi, riwayat paparan kronik rokok, zat iritan
• Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
Pursed - lips breathing, Barrel chest (diameter AP dan transversal
sebanding), penggunaan otot bantu napas, hipertropi otot bantu
napas, pelebaran sela iga, bila telah terjadi gagal jantung
kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai. Penampilan pink puffer atau blue bloater.
• Palpasi Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
• Perkusi Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
Suara vesikuler N, atau melemah, Terdapat ronki dan atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa, Ekspirasi memanjang
, bunyi jantung terdengar jauh
• Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen thoraks (PA dan Lateral):
Emfisema: hiperinflasi, hiperlusen, sela iga melebar, ruang retrosternal
melebar, diafragma mendatar, jantung menggantung (pendulum)
Bronkhitis kronik: corakan bronkovaskuler meningkat
• Spirometri : FEV1 < 80
• Uji Bronkodilator <20%
Klasifikasi
Diagnosis
Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
PPOK Stabil
Tatalaksana
Etiologi
• Edema paru merupakan manifestasi klinis gagal
jantung akut, kongestif dengan faktor pencetus seperti
infark miokard, anemia, obat- obatan, hipertensi,
aritmia, emboli paru, gagal ginjal ataupun
tirotoksikosis.
Edema Paru Akut
Klasifikasi
• Edema Non-Kardiogenik : Adanya perubahan
permeabilitas alveolar-kapiler membran seperti
yang terjadi pada ARDS, serta kelainan sistem limfe
seperti limfangitic carcinomatosis
• Edema Kardiogenik : Dapat terjadi akibat
peningkatan tekanan vena pulmonalis
Edema Paru Akut
f. Rontgen toraks : Bat wing appearance
Sumber: Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis PAPDI. 2017 Interna Publishing: Jakarta.
Edema Paru Akut
Tatalaksana
Tiga Tujuan utama :
1. Mengurangi venous return dari paru (mengurangi preload).
2. Mengurangi tahanan sistemik pembuluh darah (mengurangi
afterload).
3. Pemberian inotropic pada beberapa kasus dapat
menyebabkan hipotensi, seperti pada disfungsi ventrikel kiri
atau gangguan katup.
• Terapi Oksigen, 8L/menit untuk mempertahankan PaO2
• Sodium Nitropussid, 0,3 µg/kg/menit dapat ditingkatkan 5
µg/kg/menit
• Nitrat IV, 20 µg/menit dapat dinaikkan 200 µg/menit, jika
menggunakan isosorbid dinitrat dosisnya 1-10mg/jam.
• Nesiritede
• Diuretik, furosemide dapat di bolus 40-60mg intravena
Emboli Paru
Emboli paru (EP) adalah udara, lemak, cairan amnion,
tumor, atau benda asing, maupun trombus (disebut juga
tromboemboli) yang menyebar ke pembuluh darah paru
dan menyebabkan obstruksi pembuluh darah paru
Etiologi
> 90% EP disebabkan trombi berasal dari vena dalam
besar tungkai, terutama vena poplitea dan vena dalam di
atasnya, dapat juga berasal dari vena kecil dalam betis,
kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi vena dan
menyebar di kedua paru(65%), paru kanan (25%), dan paru
kiri (10%).
Emboli Paru
Faktor Risiko
a. Primer (genetik) : mutasi faktor V, defisiensi antitrombin III, defisiensi
protein C atau protein S, defek fibrinolisis, golongan darah A
b. Sekunder (didapat): tirah baring lama atau perjalanan yang lama,
infark miokardium, kerusakan jaringan (operasi, patah tulang, luka
bakar), keganasan, katup jantung buatan, KID, atrial fibrilasi,
kardiomiopati dilatasi, tromboflebitis, sindrom nefrotik, kateterisasi
jantung, sickle-cell anemia
Diagnosis
a. Anamnesis : Tiga gejala klasik Batuk darah, sesak dan nyeri dada
pleuritic. Gejala lain nyeri punggung, wheezing, pingsan, berdebar.
b. Pemeriksaan Fisik : Takipnea, takikardia, dyspnea, demam, flebitis,
rales, wheezing, hemaptoe, pleuritic rub, peningkatan vena jugularis,
gallop, edema tungkai, sianosis, hipotensi.
Pemeriksaan Penunjang
• D-dimer untuk tromboemboli vena
• Rontgen thorax atelectasis, efusi pleura, infiltrate pulmonal dan elevasi
hemidiafragma.
• Angiografi Gold standar
Abses Paru
Definisi Faktor Risiko
Cairan purulent yang berasal dari Aspirasi pneumonia, kistik fibrosis,
supurasi dan nekrosis parenkim paru, GERD, imunodefisiensi, aspirasi benda
sehingga pada gambaran toraks asing.
terdapat rongga yang berbatas tegas
berdinding tebal di jaringan paru. Etiologi
a. Bakteri anaerob : Peptostreptococcus,
Klasifikasi veillonella, microaerophilic
a. Abses primer : tidak ada penyakit streptococci, bifidobacterium,
yang mendasari clostridium, fusobacterium,
b. Abses sekunder : terdapat penyakit/ bacteroides.
faktor predisposisi b. Bakteri aerob : Streptococcus
pneumonia, streptococcus β
hemolyticus grup A, staphylococcus
aureus, staphylococcus epidermidis,
proteus, pseudomonas aeruginosa
Abses Paru
Diagnosis bronkus. Atau gambaran air fluid level bila
a. Anamnesis : Demam tinggi mencapai terdapat hubungan dengan bronkus
40oC, lemah, muntah, BB turun, batuk b. Laboratorium : leukosit ↑ dengan PMN
berdahak, nyeri dada, sesak napas, dominan
napas berbau, hemoptysis
b. Pemeriksaan Fisik : Takipnea, retraksi Tatalaksana
dinding dada, pergerakan toraks a. Antibiotik, diberikan selama 2-3 minggu,
tertinggal, pekak pada perkusi, serta dilanjutkan sampai 4-6 minggu dengan
suara pernapasan ↓, crackles, pernapasan antibiotic oral. Klindamisin, penisilin, dan
bronkial pada auskultasi, dapat kombinasi metronidazole dengan
ditemukan clubbing jari-jari. penisilin.
Pemeriksaan Penunjang b. Operasi bila antibiotic yang optimal
a. Rontgen toraks tidak berhasil dalam 7-10hari.
Tampak rongga berdinding tebal di paru, c. Fisioterapi dada
dapat soliter atau multiple d. Terapi bronkoskopi untuk mengangkat
Tampak gambaran radioopak bila tidak ada benda asing.
hubungan antara rongga abses dan cabang
Abses Paru
Gagal Jantung / Heart Failure
Definisi: Kegagalan jantung untuk memompa darah dengan laju yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau keadaan di
mana jantung dapat memompa darah dengan laju yang cukup jika tekanan
pengisian jantung sangat tinggi (backward failure).
Klasifikasi
Berdasarkan Waktu
Gagal Jantung Akut sindrom klinis disfungsi jantung yang berlangsung
cepat dan singkat (dalam beberapa jam dan atau hari).
Gagal Jantung Kronis sindrom klinis ditandai gejala dan tanda
abnormalitas struktur dan fungsi jantung.
ACC/AHA stadium gagal jantung NYHA Kelas Fungsional Gagal Jantung
(A) Mempunyai faktor risiko gagal jantung, tanpa
kelainan structural dan gejala gagal jantung
(A) Mempunyai kelainan structural jantung tanpa I. Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik
gejala gagal jantung
(A) Mempunyai kelainan structural jantung I. Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik
dengan gejala gagal jantung II. Aktivitas fisik sedang menimbulkan gejala
gagal jantung
III. Aktivitas fisik ringan menimbulkan gejala
gagal jantung
IV. Gejala gagal jantung muncul saat pasien
sedang istirahat
(A) Gagal jantung refrakter yang membutuhkan IV. Gejala gagal jantung muncul saat pasien
intervensi khusus sedang istirahat
c. Diagnosis
Sumber:
1. L. S. Lilly, Pathophysiology of Heart Disease, Philadelphia: Lippimcot Williams & Wilkins, 2011.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. 2016.
Gagal Jantung
Gagal Jantung Akut
Kronis
Terapi pada fase 1. Diuretik: Furosemid oral/IV 1mg/kgBB
akut, meliputi:
a. Terapi oksigen 2. ACEI/ARB bila tidak ada kontraindikasi
Penatalaksanaan
O2 nasal 2-4L/menit, disesuaikan 3. Beta blocker bila tidak ada
Restriksi cairan 1,5 -2 Liter/hari dengan pulseoxymetry.
kontraindikasi, dosis kecil dan naik
Pengurangan BB pada pasien b. Obat-obatan
- Furosemide IV: bertahap. Bila sudah dosis optimal
obesitas (>30 kg/m2)
Bolus 40 mg(bila tidak dalam tetapi HR cepat (>70x/menit), dengan:
Latihan fisik pengobatan diuretic
sebelumnya), 2,5x dosis - Irama sinus + Ivabadrin 2x2,5mg
direkomendasikan pada
sebelumnya (bila sebelumnya
pasien gagal jantung kronis - Atrial fibrilasi digoxin dosis rumat
sudah minum diuretik)
stabil - Nitrogliserin infus 0,25 mg pagi.
Dimulai dari 5 µg/menit, bila TD 4. Aldosterone antagonist bila tidak
sistolik >110 mmHg, atau ada
kecurigaan sindroma coroner ada kontraindikasi
akut.
- Morphin sulfat injeksi 2-4 mg bila
masih takipnoe.
- Dobutamin/dopamine/norepinefrin
bila ada syok kardiogenik
- Digoksin IV 0,5 mg bolus bila
fibrilasi atrium respon cepat, bisa
diulang tiap 4 jam. Maks 1 mg
- Captopril mulai dari 6,25 mg bila
fase akut teratasi.
Cor Pulmonale
c. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Definisi: Kor pulmonal sering disebut sebagai penyakit jantung
Sesak
paru, didefinisikan sebagai dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan Sesak saat aktifitas
Fatigue
akibat adanya penyakit parenkim paru atau pembuluh darah
Letargi
paru. Exertional syncope
anoreksia
Pemeriksaan Fisik
Jantung: Tachycardia, Atrial fibrillation, LVH and
strain on ECG, Premature atrial/ventricular
contractions, Congestive heart failure, Angina
with/without coronary artery disease, Systolic BP
↑ Diastolic BP ↓ , Pulse pressure 50-80 mmHg.
Tatalaksana
Etiologi
1. Primary : Iodine deficiency, excess iodine intake, thyroid ablation (surgery), Hashimoto’s
subthyroiditis, sub acute thyroiditis, genetic abnormalities, drug.
2. Secondary: Hypopituitarism (Adenoma, ablative therapy
3. Tertiary : Hypothalamic dysfunction
Tatalaksana
a.Resusitasi awal ABC
b.Evaluasi penyebab penurunan kesadaran
c. Loading levotiroksin IV : 4-10 mcg/kgBB atau 500 µg bolus IV,
dilanjutkan dengan 50-100mcg/24 jam IV atau PO.
d.Hidrokortison 50 mg setiap 6jam
Evaluasi Hipotiroid
Etiologi
1. Primary : Grave’s disease, toxic multinodular goiter, toxic adenoma, struma ovarii,
function thyroid carcinoma metastases
2. Secondary : TSH-secreting pituitary adenoma, gestational thyrotoxicosis.
Tatalaksana
a. Pemberian obat simptomatis
b. Propanolol dosis 40-80mg dalam 2-4 dosis
c. PTU 300-600mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas.
B. Grave’s disease
Klasifikasi
Kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan sistem kekebalan
tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, antibodi berikatan
dengan reseptor TSH sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid terus menerus.
Manifestasi klinis
Gangguan kulit : pretibial myxedema, “Orange-skin appearance”,
“clubbing finger”, graves ophtalmopathy (Dalrymple’s sign, von Graefe’s
sign, stellwag’s sign, Joffroy’s sign, mobius’ sign, diplopia,
exophthalmos)
Pemeriksaan Fisik
Jantung: Tachycardia, Atrial fibrillation, LVH and strain on ECG,
Premature atrial/ventricular contractions, Congestive heart failure,
Angina with/without coronary artery disease, Systolic BP ↑ Diastolic BP
↓ , Pulse pressure 50-80 mmHg.
Klasifikasi
Tatalaksana
Medikamentosa Obat Anti Tiroid
a.Golongan Tionamid (Propiltiourasil/PTU)
PTU 100-200 mg tiap 3-4x/hari, bila kondisi pasien membaik, dosis
turunkan secara bertahap, dosis titrasi berikan 50- 100mg/hari.
a.Golongan Imidazole
- Metimazole atau carbimazole (10-20mg, 2-3x/hari awalnya, titrasi
menjadi 2,5-10mg/hari).
- Beta Bloker Propanolol (20-40mg setiap 6 jam)
Tes fungsi tiroid harus diperiksa 3-4 minggu setelah mulai
pengobatan.
Non-medikamentosa
a.Iodin radioaktif
b.Pembedahan : lobektomi/ tiroidektomi (total/subtotal)
Klasifikasi
C. Krisis Tiroid
a. Keadaan klinis berat dan mengancam jiwa akibat eksaserbasi akut dari tirotoksikosis.
b. Kejadiannya 1-2% dari pasien yang dirawat dengan atau tanpa riwayat pengobatan antitroid
sebelumnya.
c. Kejadian krisis tiroid sebagian besar terjadi pada Graves Disease dengan putus obat atau dapat
pula pada hipertiroidism yang belum terdiagnosis.
Interpretasi
Kriteria Burch-Wartofsky untuk diagnosis krisis tiroid • Skor ≥45 kecurigaan sangat
tinggi (highly suggestive)
• Skor 25-44 mengarahkan
kemungkinan (suggestive of
impending storm)
• Skor <25 tidak seperti (unlikely
thyroid storm).
Klasifikasi
Tatalaksana
Umum : Rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCl) dan kalori (glukosa), oksigen, obat sedasi,
kompres es.
Koreksi hipertiroid
a. Memblok sintesis hormon baru : PTU dosis besar loading 600-1000 mg diikuti 200 mg
PTU/ 4 jam dengan dosis sehari total 1000-1500 mg
b. Memblok keluarnya hormone : Solusio lugol 10 gtt/ 6-8 jam atau SSKI (larutan kalium
iodida jenuh) 5 gtt/ 6 jam.
c. Menghambat konversi perifer dari T4 dan T3 : propranolol, ipodat, beta blocker dan/
atau kortikosteroid
Hidrokortison dosis stress : Pemberian hidrokortison dosis stress (100 mg/8 jam) atau
deksametason 2mg/ 6 jam (karena ada defisiensi steroid relatif akibat hipermetabolisme dan
menghambat konversi perifer T4)
a. Antipiretik : Asetaminofen (hindari aspirin)
b. Terapi faktor pencetus : Infeksi, trauma tiroid, obat
Evaluasi
Tirotoksikosis
Etiologi
• Primary: Iodine deficiency, excess iodine intake,
thyroid ablation (surgery), Hashimoto’s
subthyroiditis, sub acute thyroiditis, genetic
abnormalities, drug.
• Secondary: Hypopituitarism (Adenoma, ablative
therapy
• Tertiary: Hypothalamic dysfunction
Diagnosis
Hipotiroid Kongenital
Gejala
• Badan kurus
• Lemas
• Nafsu makan berkurang
• Sering tidur
• Mongoloid face
• Makroglosia
Diagnosis
Tatalaksana
Tatalaksana
• Levo-thyroxine (L-T4) pilihan terapi terbaik untuk kasus
hipotiroid
• Dewasa <60 tahun, dosis awal 50-100µg PO 1
kali/hari naikkan 25-50µg/ 3-4 minggu hingga eutiroid
dan kadar TSH normal. Dosis rumatan 100-200 µg PO
1 kali/hari.
• Pasien dengan penyakit coroner 12,5-25 µg/hari.
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
Tatalaksana :
• Resusitasi awal ABC
• Evaluasi penyebab penurunan kesadaran
• Loading levotiroksin IV : 4-10 mcg/kgBB atau 500 µg
bolus IV, dilanjutkan dengan 50-100mcg/24 jam IV
atau PO.
• Hidrokortison 50 mg setiap 6 jam
Evaluasi
Hipotiroid
Jawaban Lainnya
E. T3 : Tidak tepat
Soal 128
Seorang wanita 30 tahun G2P1A0 sering mengalami
keluhan lemas, jantung berdebar-debar, mudah lelah dan
terdapat pembesaran kelenjar gondok. Saat ini pasien
sedang mengkonsumsi propiltiourasil. Namun, pasien takut
kalau bayinya nanti mengalami hipotiroid. Pemeriksaan
apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan
kekhawatiran pasien ?
A. FT3
B. FT4
C. TSH
D. Anti-TPO
E. T3
Soal 129
Wanita 20 tahun datang dengan keluhan jantung berdebar-
debar, tremor, sering berkeringat, pasien mengaku banyak
makan tapi berat badan tidak pernah naik. Teraba benjolan
di leher, ikut gerakan menelan. Pengobatan apa yang
disarankan oleh dokter ?
A. PTU 100 mg dosis tunggal
B. PTU 100 mg dosis terbagi
C. PTU 300 mg dosis tunggal
D. PTU 300 mg dosis terbagi
E. PTU 600 mg dosis tunggal
Soal 129
Wanita 20 tahun datang dengan keluhan jantung berdebar-
debar, tremor, sering berkeringat, pasien mengaku banyak
makan tapi berat badan tidak pernah naik. Teraba benjolan
di leher, ikut gerakan menelan. Pengobatan apa yang
disarankan oleh dokter ?
Diagnosis : Hipertiroid
Hipertiroid
Etiologi
• Primary: Grave’s disease, toxic multinodular
goiter, toxic adenoma, struma ovarii, function
thyroid carcinoma metastases
• Secondary: TSH-secreting pituitary adenoma,
gestational thyrotoxicosis.
Diagnosis
Indeks Wayne Hipertiroid
Interpretasi skor
• >19 : toxic
• 11-19 : equivocal
• <11 : euthyroid/ not toxic
Grave Disease
Pemeriksaan Fisik
Jantung: Tachycardia, Atrial fibrillation, LVH and
strain on ECG, Premature atrial/ventricular
contractions, Congestive heart failure, Angina
with/without coronary artery disease, Systolic BP
↑ Diastolic BP ↓ , Pulse pressure 50-80 mmHg.
Tatalaksana
Diagnosis : Hipoparatiroid
Hipoparatiroid
Definisi
kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan
insupisiensikadar hormon paratiroid di
sirkulasi" sering terjadi pada orang dewasa
yang mengalami pengangkatan kelenjar
tiroid
Klasifikasi
1. Hipoparatiroid neonatal
Hipopara!iroid neonatal dapa! terjadi pada bayi yangdilahirkan oleh ibu yang
sedang menderi!ta hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus
ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
2. Idiopatik hipoparatiroid
gangguan ini dapat ditemukan pada anak(anak a!auorang dewasa. Terjadinya
sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi
terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya
gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme"
hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandidiasis
d. T depresi : Ischemic
e. T tall : Hiperkalemia
Soal 130
Wanita 27 tahun mengalami kejang 30 menit lalu. Kejang
berlangsung selama 5 menit dan pasien tidak sadar. Saat
kejang, pasien mengentakkan keempat ekstremitasnya.
Sebelum kejang, pasien merasa wajahnya berkedut dan
leher kaku. Pasien pernah menjalani tiroidektomi karena
penyakit Graves. Pada pemeriksaan lab terdapat
hipokalsemia, bagaiman gambaran EKG yang didapatkan
pada kondisi ini ?
a. ST elevasi
b. PR interval memanjang
c. QT interval memanjang
d. T depresi
e. T tall
Soal 131
Ny. Fauziah 50 tahum datang ke IGD dengan keluhan
lemas. Keluhan pasien disertai mual, muntah, tidak mau
makan. Pada pemeriksaan fisik TD 80/60mmHg, N
60x/menit, RR 18x/menit, S 38,5C. Pada pemeriksaan
laboratorium, didapatkan hyponatremia, hyperkalemia,
penurunan kadar kortisol dan ACTH. Apa diagnosis yang
mungkin…
a. Addison’s disease
b. Cushing syndrome
c. Sindrom metabolic
d. Krisis adrenal
e. Plummer disease
Soal 131
Ny. Fauziah 50 tahum datang ke IGD dengan keluhan
lemas. Keluhan pasien disertai mual, muntah, tidak mau
makan. Pada pemeriksaan fisik TD 80/60mmHg, N
60x/menit, RR 18x/menit, S 38,5C. Pada pemeriksaan
laboratorium, didapatkan hyponatremia, hyperkalemia,
penurunan kadar kortisol dan ACTH. Apa diagnosis yang
mungkin ?
2. Hipoadrenal sekunder
Defisiensi ACTH hipofisis sebagai penyebab (insufisiensi
adrenokortikal sekunder).
Etiologi Terapi glukokortikoid eksogen, hypopituitarism,
tumor pituitary, defisiensi ACTH terisolir, penyakit
granulomatous (tuberculosis, sarcoma)
Diagnosis
Manifestasi Klinis
• Gejala utama yang membedakan hipoadrenal primer
dengan sekunder adalah pigmentasi kulit, selalu ada
pada kasus insufisiensi adrenal primer, dan tidak
dijumpai pada insufisiensi sekunder.
• Pigmentasi dapat dilihat dikulit yang terpapar sinar
matahari, bekas luka baru, aksila, puting payudara,
lipatan kulit telapak tangan, daerah-daerah yang
terkena tekanan, dan membrane mukosa (buccal,
vaginal, vulval)
• Pada penyakit addison kronis, meliputi gangguan
otoimun mungkin dijumpai vitiligo. Gambaran klinis
memori, depresi dan psikosis, kelelahan seringkali
menonjol.
• Tanda dan gejala
Krisis Adrenal (3B)
Manifestasi Klinis
Sindroma Cushing
Tatalaksana
1. Penyakit Cushing
Mengendalikan hipersekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH)
a. Bedah, mikro transfenoid (transphenoidal microsurgery).
b. Radiasi, radiasi konvensional, gamma knife radiosurgery, dan implantasi radioaktif
dalam sela tursika. Kerugian : kerusakan sel-sel yang mensekresi hormon
pertumbuhan.
c. Obat-obatan, seperti siproheptadin. Obat untuk menghambat sekresi glukokortikoid
adrenal adalah ketokonazol, metirapon, dan aminoglutetimid
2. Sindrom ACTH ektopik
Tindakan pada sindrom ACTH ektopik hanya dapat dilakukan pada kasus-kasus tumor
jinak seperti tumor timus atau tumor bronkial. Kesulitan dalam tata laksana sindrom
ACTH ekt disebabkan karena tumor-tumor ganas telah bermetastasis, bersamaan
dengan keadaan hiperglukokortikoid yang berat.
3. Tumor adrenokortikal
Bedah (unilateral adrenalectomy), selanjutnya diberikan glukokortikoid sampai fungsi
adrenal kontralateral normal. Pada kasus karsinoma adrenal yang telah mengalami
metastasis atau telah dieksisi sebagian, dapat diberikan preparat adrenolitik seperti
mitotane.
Sindroma Metabolik
Definisi
Kondisi dimana seseorang memiliki
tekanan darah tinggi, obesitas sentral
dan dislipidemia, dengan atau tanpa
hiperglikemik.
Sindroma Metabolik
Kriteria Sindroma Metabolik
Kriteria diagnosis NCEP-ATP III
Komponen Kriteria diagnosis WHO (minimal 3 komponen di Kriteria diagnosis IDF
bawah ini)
Kadar glukosa darah Toleransi glukosa terganggu, ≥ 110 mg/dl GDP ≥ 100mg/dl
tinggi glukosa puasa
terganggu,resistensi insulin atau
DM
Diagnosis : Hipoglikemia
Diabetes Melitus Tipe 2 (4A)
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Algoritma Diagnosis
DM Perkeni 2011
Tatalaksana
Obat Anti Hiperglikemia (OAH)
Insulin
Insulin
Dosis Insulin
Contoh: BB=60kg
0,5 x 60kg = 30 IU
- 60% = 18 IU dibagi 3x pemberian → 6 IU pagi,
siang, malam
- 40% = 12 IU → diberikan malam
Hipoglikemia (4A/3B)
C. Acarbose : Flatus
Diagnosis : Hiperparatiroid
Hiperparatiroidisme
Kondisi ketika kelenjar paratiroid yang terletak di leher memproduksi terlalu banyak hormon
paratiroid dalam aliran darah
Etiologi
a. Hiperparatiroidisme primer. Kondisi ini terjadi ketika adanya ganguan pada satu atau
beberapa kelenjar paratiroid. Hiperparatiroidisme primer bisa disebabkan karena adanya
tumor jinak (adenoma) atau tumor ganas pada kelenjar paratiroid atau pembesaran
pada kelenjar paratiroid sendiri.
b. Hiperparatiroidisme sekunder. Terjadi saat ada kondisi medis lain yang membuat kadar
kalsium menjadi rendah, sehingga kelenjar paratiroid bekerja sangat aktif untuk
menggantikan kalsium yang hilang. Contohnya adalah gagal ginjal kronis, gangguan
penyerapan makanan, atau kekurangan vitamin D.
c. Hiperparatiroidisme tersier. Pada kondisi ini, penyebab dari hiperparatiroid sekunder telah
diatasi, namun kelenjar paratiroid tetap menghasilkan hormon paratiroid secara
berlebihan. Akibatnya, kadar kalsium dalam darah tetap tinggi.
Diagnosis
a. Tes urine. Tes dengan mengumpulkan sampel urine selama 24 jam
ini dapat menunjukkan kerja ginjal dan seberapa banyak kalsium
yang dikeluarkan melalui urine.
b. Tes kepadatan tulang atau bone mineral densitometry (BMD). Tes
dengan perangkat foto Rontgen ini mengukur berapa jumlah
kalsium dan mineral lain pada satu bagian tulang.
c. Pemindaian ginjal. Pemindaian dengan foto Rontgen atau USG
digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ginjal yang tidak normal,
termasuk keberadaan batu ginjal.
d. Pemindaian DEXA. Pemindaian ini dilakukan untuk mengukur
ketebalan tulang.
e. Biopsi kelenjar paratiroid. Pengambilan sampel dari kelenjar ini
dengan jarum untuk memastikan penyebab hiperparatiroidisme.
Komplikasi
Komplikasi hiperparatiroidisme bisa timbul saat kadar kalsium dalam
tulang sudah terlalu rendah, namun kalsium yang beredar dalam aliran
darah terlalu banyak. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
a. Batu ginjal. Kelebihan kalsium dalam darah memicu peningkatan
jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine, sehingga rentan
terbentuk endapan kalsium di ginjal yang menjadi batu ginjal.
b. Penyakit kardiovaskuler. Tingginya kadar kalsium dapat memicu
penyakit hipertensi atau beberapa jenis penyakit jantung.
c. Osteoporosis. Kehilangan kalsium dalam tulang membuat tulang
menjadi lemah, rapuh, dan mudah mengalami patah tulang.
d. Hipoparatiroid pada bayi baru lahir. Hiperparatiroidisme yang terjadi
pada wanita hamil, berisiko menyebabkan hipoparatiroidisme pada
bayi baru lahir sehingga bayi memiliki kadar kalsium darah yang
rendah.
Hipoparatiroid
Kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan insupisiensikadar hormon paratiroid
di sirkulasi" sering terjadi pada orang dewasa yang mengalami pengangkatan
kelenjar tiroid
Klasifikasi
a. Hiperparatiroidisme primer. Kondisi ini terjadi ketika adanya ganguan pada
satu atau beberapa kelenjar paratiroid. Hiperparatiroidisme primer bisa
disebabkan karena adanya tumor jinak (adenoma) atau tumor ganas
pada kelenjar paratiroid atau pembesaran pada kelenjar paratiroid sendiri.
b. Hiperparatiroidisme sekunder. Terjadi saat ada kondisi medis lain yang
membuat kadar kalsium menjadi rendah, sehingga kelenjar paratiroid
bekerja sangat aktif untuk menggantikan kalsium yang hilang. Contohnya
adalah gagal ginjal kronis, gangguan penyerapan makanan, atau
kekurangan vitamin D.
c. Hiperparatiroidisme tersier. Pada kondisi ini, penyebab dari hiperparatiroid
sekunder telah diatasi, namun kelenjar paratiroid tetap menghasilkan
hormon paratiroid secara berlebihan. Akibatnya, kadar kalsium dalam
darah tetap tinggi.
Hipoparatiroid
Manifestasi
Klinis
Hipoparatiroid
Hipoparatiroid
Jawaban Lainnya
a. Hipertiroid : Tidak tepat
Diagnosis : DM tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2 (4A)
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Algoritma Diagnosis
DM Perkeni 2011
Tatalaksana
Obat Anti Hiperglikemia (OAH)
Insulin
Insulin
Dosis Insulin
Contoh: BB=60kg
0,5 x 60kg = 30 IU
- 60% = 18 IU dibagi 3x pemberian → 6 IU pagi,
siang, malam
- 40% = 12 IU → diberikan malam
Jawaban Lainnya
a. Sulfonylurea : Tidak tepat
3 dari 5 → Metsin
Tatalaksana
Etiologi
• Tidak seimbangnya asupan energi dan aktivitas
fisik, genetik, faktor psikologis dan stres, obat-
obatan : steroid, KB hormonal, anti-depresan,
usia (menopause).
Diagnosis
Anamnesis
• Kelebihan berat badan
Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran antopometri (BB, TB dan LP) Indeks
Masa Tubuh, lingkar pinggang laki – laki >85cm
dan perempuan >80cm, tekanan darah →
menentukan risiko dan komplikasi
Pemeriksaan Penunjang:
• Gula darah, profil lipid, asam urat → menentukan
risiko & komplikasi.
Klasifikasi
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight ≥ 23,0
BB Lebih dengan risiko 25,0 – 29,9
Obese I 25,0 – 29,9
Obese II ≥ 30
• Kolesterol non-HDL
• Target kolesterol non-HDL adalah 30 mg/dL di atas
target kolesterol LDL.
• STRATEGI
INTERVENSI
PENURUNAN
KONSENTRASI
KOLESTEROL
LDL
Tatalaksana
Diagnosis : SJS
SJS/TEN (3B)
Faktor resiko :
• Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara
pemberian, pengaruh pajanan sinar matahari,
atau kontak obat pada kulit terbuka), Riwayat atopi
diri dan keluarga, Alergi terhadap alergen lain,
Riwayat alergi obat sebelumnya
• Pemeriksaan Fisik : Lesi khas: Vesikel, bercak,
Eritema, Lesi target berbentuk bulat lonjong atau
numular Kadang-kadang disertai erosi, Bercak
hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya,
terutama pada lesi berulang
Tatalaksana
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Gambar dikutip dari : ATLAS Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR edisi 2
Jawaban Lainnya
b. TEN : BSA yang kena > 30 %
Klinis :
Gejala objektif berupa edema kulit mendadak pada area predileksi.
Gejala subjektif berupa rasa nyeri atau rasa terbakar, dan gatal ringan.
Pemeriksaan Fisik : Edema sewarna kulit, atau kadang eritema. Lokasi anatomis
berurutan dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir, ektremitas, glottis,
lidah, genitalia. Dapat disertai gejala sesak nafas.
Angioedema
Tatalaksana :
• Sistemik : Apabila ada gangguan nafas: epinefrin atau adrenalin
(1:1000) dosis 0,3 ml subkutan atau intramuskular, diulangi setiap
10 menit, Pengobatan selanjutnya:
• Lini pertama: Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti loratadin,
cetirizin, desloratadin,
• atau feksofenadin, dapat diberikan pada pasien rawat jalan, atau
antihistamin H-1 generasi ke-1
• Lini kedua: Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4
kali lipat
• Lini ketiga: Kortikosteroid diindikasikan pada pasien dengan syok
anafilaksis, edema laring, dan gejala yang berat yang tidak
berespons dengan pemberian antihistamin. Dosis 0,5-1
mg/kgBB/hari dengan atau tanpa tapering.
Angioedema
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Klinis :
Timbulnya urtika dan atau angioedema secara cepat. Urtika terdiri
atas tiga gambaran klinis khas, yaitu: edema di bagian sentral
dengan ukuran bervariasi, hampir selalu dikelilingi oleh eritema,
disertai oleh gatal atau kadang sensasi seperti terbakar, dan berakhir
cepat, kulit kembali ke kondisi normal biasanya dalam waktu 1-24
jam.
Urtikaria
Pemeriksaan Penunjang :
Gambaran histopatologi : udem pada dermis atas dan tengah, disertai
dilatasi venula postkapiler dan pembuluh limfatik dermis atas.
Tatalaksana :
1. Topikal : Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan kamfer.
2. Sistemik :
Urtikaria akut : Antihistamin generasi dua
Urtikaria kronik : Antihistamin H1 generasi kedua, Jika gejala menetap
setelah 2 minggu, antihistamin H1 generasi kedua (non sedatif) dapat
dinaikkan dosisnya 2-4 kali, bila gejala masih menetap sampai 1-4 minggu,
ditambahkan: Antagonis leukotrien (montelukast), atau siklosporin atau
omalizumab. Jika terjadi eksaserbasi gejala dapat diberikan kortikosteroid
sistemik dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari, tidak boleh lebih dari 10 hari.
Urtikaria
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Gambar dikutip dari : ATLAS Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR edisi 2
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Melasma
Melasma (3A)
• Hipermelanosis didapat
terutama di wajah dan
leher berwarna coklat
muda sampai dengan
coklat tua, dipengaruhi
oleh faktor hormonal,
pajanan sinar
matahari, kehamilan,
genetik, pemakaian
kontrasepsi oral, obat-
obatan dan kosmetik.
Diagnosis
• Topikal: hidrokuinon,
asam retinoat, asam
azeleat
• Sistemik: asam askorbat
(vit C), glutation
• Khusus: pengelupasan
kimiawi, bedah laser
Pitriasis Rosea
TATALAKSANA
1. LINI1: KS topikal potensi menengah – kuat dgn
vehikulum krim atau salep ± oklusi
2. Bila masih eksudtif: kompres dulu, misal dengan
solusio permanganas kalikus 1/10.000 dgn 3 lapis
kassa bersih selama 15-20 mnt sampai kering
3. Preparat ter: liquor carbonis detergent 5-10% atau
calcineurin inhibitor, takrolimus, pimekrolimus
4. Ada infeksi bakteri ab
5. Berat atau refrakter: KS sistemik jangka pendek
6. Pruritus: AH1
Tinea Versikolor
Etiologi :
Malassezia furfur
Faktor resiko :
Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif
bekerja)., cuaca yang panas dan lembab, tubuh yang berkeringat,
imunodefisiensi
Klinis :
Tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul
terutama saat berkeringat, namun sebagian besar pasien
asimptomatik.
Pemeriksaan Fisik :
Lesi makula hipopigmentasi, berskuama halus. Bersifat kronis.
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat
paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah
yang tertutup pakaian dan bersifat lembab.
Tinea Versikolor
Pemeriksaan penunjang :
• Lampu Woods kuning keemasan
• KOH hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok
(spaghetti and meatball appearance).
Tatalaksana :
• Pengobatan topikal : Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk
shampo yang digunakan 2-3 kali seminggu dan derivat azol topikal,
antara lain mikonazol dan klotrimazol.
• Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini terdapat pada
daerah yang luas atau jika penggunaan obat topikal tidak berhasil.
Obat tersebut, yaitu: Ketokonazol per oral dengan dosis 1x200 mg
sehari selama 10 hari, atau Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x
200 mg sehari selama 5-7 hari.
Tinea Versikolor
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Gambar dikutip dari : ATLAS Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR edisi 2
Jawaban Lainnya
a. Tinea Versikolor : Lesi makula hipopigmentasi, berskuama halus,
bersifat kronis, predileksi di bagian atas dada, lengan, leher,
perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan kepala
Diagnosa : Melasma
Melasma (3A)
• Hipermelanosis didapat
terutama di wajah dan
leher berwarna coklat
muda sampai dengan
coklat tua, dipengaruhi
oleh faktor hormonal,
pajanan sinar
matahari, kehamilan,
genetik, pemakaian
kontrasepsi oral, obat-
obatan dan kosmetik.
Diagnosis
Klinis :
• Bentuk: makula / papul
(papilomatosa, papul
berbentuk kubah/dome
shape)
• Warna: sewarna kulit,
merah jambu, kecoklatan
Tumor Ganas Kulit (2)
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
DEFINISI Definisi : Tumor ganas kulit, bersifat Definisi : Tumor ganas kulit Definisi : Tumor ganas kulit
destruktif, dan invasi setempat serta yang berasal dari sel yang berasal dari sel
sangat jarang bermetastasis keratosit, dapat melanosit aatau sel nevus
bermetastasis dan dan sangat mudah
berkembang dari ulkus atau bermetastasis.
radang kronis
MANIFESTASI Manifestasi : Papul, nodus permukaan Manifestasi : Tumor teraba
Manifestasi :
mengkilap seperti lilin, berpigmen atau padat, dapat verukosa atau
A =(Asymetri) = bentuk lesi
kemerahan terdapat talangieksis berbenjol-benjol dan
asimetris
lama-kelamaan menjadi ulkus, dengan berbentuk ulkus, tepi tumor
B =(border) = batas ireguler
tepi papul berkilat seperti mutiara tidak jelas, lokasi tumorC =(color) = warna dapat
(pearly appearance) kerusakan makin paling sering wajah dan bermacam-macam , biru,
dalam mencapai tulang. lengan bawah. hitam, coklat, kemerahan,
dan abu-abu
D = (diameter) = ≥ 6 mm
E = (elevation/evaluaation)
peninggian pada permukaa
atau perkembaangan lesi
PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
PENUNJANG Biopsi kulit untuk pemeriksaan Biopsi kulit untuk Biopsi kulit untuk
histopatologi pemeriksaan histopatologi pemeriksaan histopatologi
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
TATALAKSANA Tatalaksana Tatalaksana Tatalaksana
Non medikamentosa : Non medikamentosa : Non medikamentosa :
menghindari sinar matahari menghindari sinar menghindari sinar
Bedah : bedah skalpel, bedah matahari dan matahari
beku, bedah listrik, bedah laser, karsinogen Bedah : bedah skalpel
bedah mohs Bedah : bedah skalpel, Kemoterapi, imunoterapi,
Radioterapi (bila menolak/ tidak bedah lksitrik, bedah terapibiologis, radioterapi
dapat dioperasi) mohs, (dilakukan pada melanoma
Krim imiquimod 5% tiap hari atau Radioterapi yang tidak daat dioperasi
5 hari/minggu selama 12 minggu Sitostatik : 5-fluorourasil stadium lanjut dan atau
intralesi pada pasien yang telaah terjadi metastasis
menolak operasi
GAMBAR
Jawaban Lainnya
a. Karsinoma Planocellulare : Tidak tepat
Tatalaksana
a. Non medikamentosa : menghindari sinar matahari
b. Bedah : bedah skalpel, bedah beku, bedah listrik, bedah laser, bedah mohs
c. Radioterapi (bila menolak/ tidak dapat dioperasi)
d. Krim imiquimod 5% tiap hari atau 5 hari/minggu selama 12 minggu
Tumor Ganas Kulit (2)
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
DEFINISI Definisi : Tumor ganas kulit, bersifat Definisi : Tumor ganas Definisi : Tumor ganas kulit
destruktif, dan invasi setempat serta kulit yang berasal dari sel yang berasal dari sel
sangat jarang bermetastasis keratosit, dapat melanosit aatau sel nevus dan
bermetastasis dan sangat mudah bermetastasis.
berkembang dari ulkus
atau radang kronis
MANIFESTASI Manifestasi : Papul, nodus permukaan Manifestasi : Tumor teraba Manifestasi :
mengkilap seperti lilin, berpigmen atau padat, dapat verukosa A =(Asymetri) = bentuk lesi
kemerahan terdapat talangieksis atau berbenjol-benjol dan asimetris
lama-kelamaan menjadi ulkus, dengan berbentuk ulkus, tepi tumor B =(border) = batas ireguler
tepi papul berkilat seperti mutiara tidak jelas, lokasi tumor C =(color) = warna dapat
(pearly appearance) kerusakan makin paling sering wajah dan bermacam-macam , biru,
dalam mencapai tulang. lengan bawah. hitam, coklat, kemerahan,
dan abu-abu
D = (diameter) = ≥ 6 mm
E = (elevation/evaluaation) =
peninggian pada permukaa
atau perkembaangan lesi
PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
PENUNJANG Biopsi kulit untuk pemeriksaan Biopsi kulit untuk Biopsi kulit untuk pemeriksaan
histopatologi pemeriksaan histopatologi histopatologi
Tumor Ganas Kulit (2)
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
TATALAKSANA Tatalaksana Tatalaksana Tatalaksana
Non medikamentosa : Non medikamentosa : Non medikamentosa :
menghindari sinar matahari menghindari sinar menghindari sinar
Bedah : bedah skalpel, bedah matahari dan matahari
beku, bedah listrik, bedah laser, karsinogen Bedah : bedah skalpel
bedah mohs Bedah : bedah Kemoterapi, imunoterapi,
Radioterapi (bila menolak/ tidak skalpel, bedah lksitrik, terapibiologis, radioterapi
dapat dioperasi) bedah mohs, (dilakukan pada melanoma
Krim imiquimod 5% tiap hari atau Radioterapi yang tidak daat dioperasi
5 hari/minggu selama 12 minggu Sitostatik : 5-fluorourasil stadium lanjut dan atau telaah
intralesi pada pasien yang terjadi metastasis
menolak operasi
GAMBAR
Jawaban Lainnya
a. Squamous Cell Carcinoma : Tumor ganas kulit, bersifat destruktif,
dan invasi setempat serta sangat jarang bermetastasis
c. Melanoma maligna : Tumor ganas kulit, bersifat destruktif, dan invasi
setempat serta sangat jarang bermetastasis
d. Neurofibroma : Kelainan genetik dimana pertumbuhan sel terganggu
sehingga tumbuh tumor-tumor pada jaringan saraf. Tumor tersebut
umumnya jinak dan bisa muncul di berbagai bagian dari sistem
saraf, seperti pada otak maupun saraf tulang belakang hingga
saraf-saraf tepi
e. Melasma : Hipermelanosis didapat terutama di wajah dan leher
berwarna coklat muda sampai dengan coklat tua, dipengaruhi oleh
faktor hormonal, pajanan sinar matahari, kehamilan, genetik,
pemakaian kontrasepsi oral, obat-obatan dan kosmetik
Soal 142
Seorang laki-laki datang dengan keluhan
ada benjolan pada sebelah hidung kiri.
Benjolan ini sudah lama, dan berbentuk
seperti ulkus roden. Apa diagnosisnya ?
a. Squamous Cell Carcinoma
b. Basal Cell Carcinoma
c. Melanoma maligna
d. Neurofibroma
e. Melasma
Soal 143
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan muncul bercak
kemerahan pada kulit dan mati rasa. Bercak timbul 1 di daerah lengan
bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan bercak
eritematous, hipoestesi, penebalan saraf ulnaris (+) dan hasil BTA (-).
Diagnosis yang tepat padaa kasus diatas adalah ?
a. Rifampisin 600 mg/bulan, Dapson 100 mg/hari selama 6 bulan
b. Rifampisin 600 mg/bulan, Clofazimine 300 mg/ bulan, Dapson 100
mg/ hari, Clofazimine 50 mg/ hari selama 12 bulan
c. Rifampisin 600 mg/bulan, Dapson 100 mg/hari selama 12 bulan
d. Rifampisin 600 mg/bulan, Clofazimine 300 mg/ bulan, Dapson 100
mg/ hari, Clofazimine 50 mg/ hari selama 6 bulan
e. Rifampisin 300 mg/bulan, Clofazimine 300 mg/ bulan, Dapson 100
mg/ hari, Clofazimine 50 mg/ hari selama 12 bulan
Soal 143
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang dengan
keluhan muncul bercak kemerahan pada kulit dan
mati rasa. Bercak timbul 1 didaeraah lengan
bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
ditemukan bercak eritematous, hipoestesi,
penebalan saraf ulnaris (+). dan hail BTA (-).
Diagnosis yang tepat padaa kasus diatas adalah ?
Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
Penebalan saraf disertai 1 saraf >1 saraf
gangguan fungsi saraf
• Tipe MB
Jawaban Lainnya
b. Rifampisin 600 mg/bulan, Clofazimine 300 mg/ bulan, Dapson 100
mg/ hari, Clofazimine 50 mg/ hari selama 12 bulan : Untuk MH tipe
MB
Definisi :
Tumor ganas kulit yang berasal dari sel keratosit, dapat bermetastasis dan
berkembang dari ulkus atau radang kronis
Anamnesis & pemeriksaan fisik:
Gambaran klinis: plak atau tumor teraba padat, dapat verukosa atau
berbenjol-benjol dan berbentuk ulkus Tepi tumor tidak jelas Lokasi tumor paling
sering wajah dan lengan bawah
Pemeriksaan penunjang
Biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologi : sel-sel tumor pleiomorphik,
mitosis, dan terdapat mutiara tanduk
Tatalaksana
a. Non medikamentosa : menghindari sinar matahari dan karsinogen
b. Bedah : bedah skalpel, bedah lksitrik, bedah mohs,
c. Radioterapi
d. Sitostatik : 5-fluorourasil intralesi pada pasien yang menolak operasi
Tumor Ganas Kulit (2)
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
DEFINISI Definisi : Tumor ganas kulit, bersifat Definisi : Tumor ganas Definisi : Tumor ganas kulit
destruktif, dan invasi setempat serta kulit yang berasal dari sel yang berasal dari sel
sangat jarang bermetastasis keratosit, dapat melanosit aatau sel nevus dan
bermetastasis dan sangat mudah bermetastasis.
berkembang dari ulkus
atau radang kronis
MANIFESTASI Manifestasi : Papul, nodus permukaan Manifestasi : Tumor teraba Manifestasi :
mengkilap seperti lilin, berpigmen atau padat, dapat verukosa A =(Asymetri) = bentuk lesi
kemerahan terdapat talangieksis atau berbenjol-benjol dan asimetris
lama-kelamaan menjadi ulkus, dengan berbentuk ulkus, tepi tumor B =(border) = batas ireguler
tepi papul berkilat seperti mutiara tidak jelas, lokasi tumor C =(color) = warna dapat
(pearly appearance) kerusakan makin paling sering wajah dan bermacam-macam , biru,
dalam mencapai tulang. lengan bawah. hitam, coklat, kemerahan,
dan abu-abu
D = (diameter) = ≥ 6 mm
E = (elevation/evaluaation) =
peninggian pada permukaa
atau perkembaangan lesi
PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
PENUNJANG Biopsi kulit untuk pemeriksaan Biopsi kulit untuk Biopsi kulit untuk pemeriksaan
histopatologi pemeriksaan histopatologi histopatologi
Tumor Ganas Kulit (2)
SQUAMOUS CELL
BASAL CELL CARCINOMA/ BASALIOMA MELANOMA MALIGNA
CARCINOMA
TATALAKSANA Tatalaksana Tatalaksana Tatalaksana
Non medikamentosa : Non medikamentosa : Non medikamentosa :
menghindari sinar matahari menghindari sinar menghindari sinar
Bedah : bedah skalpel, bedah matahari dan matahari
beku, bedah listrik, bedah laser, karsinogen Bedah : bedah skalpel
bedah mohs Bedah : bedah Kemoterapi, imunoterapi,
Radioterapi (bila menolak/ tidak skalpel, bedah lksitrik, terapibiologis, radioterapi
dapat dioperasi) bedah mohs, (dilakukan pada melanoma
Krim imiquimod 5% tiap hari atau Radioterapi yang tidak daat dioperasi
5 hari/minggu selama 12 minggu Sitostatik : 5-fluorourasil stadium lanjut dan atau telaah
intralesi pada pasien yang terjadi metastasis
menolak operasi
GAMBAR
Veruka Vulgaris (4A)
• Lini pertama:
• Pengobatan topikal dengan pemberian bahan
kaustik, misal: Asam salisilat 20–40%, asam
trikloroasetat (TCA) 50%, atau larutan AgNO3 25%
• Lini kedua:
• Jika topikal gagal, Krioterapi (bedah beku)
Keratosis Seboroik (2)
Diagnosis : Karbunkel
Furunkel dan Karbunkel (4A)
Predileksi:
• Daerah berambut yang sering mengalami
gesekan, oklusif, berkeringat, misalnya leher,
wajah, aksila, dan bokong.
• Furunkel: Lesi berupa nodus eritematosa,
awalnya keras, nyeri tekan, dapat membesar 1-
3 cm, setelah beberapa hari terdapat fluktuasi,
bila pecah keluar pus.
• Karbunkel: timbul bila yang terkena beberapa
folikel rambut. Karbunkel lebih besar, diameter
dapat mencapai 3-10 cm, dasar lebih dalam.
Nyeri dan sering disertai gejala konstitusi.
Pecah lebih lambat, bila sembuh dapat
meninggalkan jaringan parut.
Tatalaksana Umum
• Non medikamentosa
1. Mandi 2 kali sehari dengan sabun
2. Mengatasi/identifikasi faktor predisposisi dan
keadaan komorbid, misalnya infestasi parasit,
dermatitis atopik, edema, obesitas dan
insufisiensi vena
Prinsip: pasien berobat jalan, kecuali pada
erisipelas, selulitis dan flegmon derajat berat
dianjurkan rawat inap.
1. Topikal
• Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka
dengan permanganas kalikus 1/5000, asam
salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon
iodine 1%; dilakukan 3 kali sehari masing-
masing ½-1 jam selama keadaan akut.
• Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim
asam fusidat 2%, mupirosin 2%. Dioleskan 2-3
kali sehari, selama 7-10 hari.
2. Sistemik: minimal selama 7 hari
• Lini pertama:
• Kloksasilin/dikloksasilin**: dewasa 4x250-500
mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis
• Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-
500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis
• Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
dosis. (A,2)
• Lini kedua:
• Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan
1x250 mg (hari 2-5)
• Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
• Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak
20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis
3. Tindakan
• Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai
fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase.
Folikulitis (4A)
Predileksi
• Anak : kulit kepala.
• Dewasa: daerah kumis / janggut, aksila,
ekstremitas, bokong
Dua tipe:
1. Folikulitis superfisialis (impetigo
bockhart/impetigo folikular)
1. Predileksi: dagu, axila, bokong, ekstremitas
bawah
2. PF: pustul, multipel, dome-shaped, mudah pecah
3. Terasa gatal dan hangat
2. Folikulitis profunda (sycosis barbae)
1. Predileksi: dagu dan atas bibir (area kumis)
2. Nodul dengan dasar eritem
3. Nyeri dan hangat pada perabaan
Karbunkel
Gambar dikutip dari : ATLAS Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR edisi 2
Hidradenitis Supuratif (4A)
Lesi akut:
• nodul → triamcinolon (3-5 mg/mL).
• abses → triamcinolon (3-5mg/mL) yang diikuti
insisi dan drainase cairan abses.
• Antibiotik oral → eritromisin (250-500mg 4 kali
sehari)
Kronik residitif:
• Antibiotik oral (eritromicin, tetrasiklin,
minocyclin) dan Kortikosteroid
Jawaban Lainnya
a. Folikulitis superfisial : peradangan folikel rambut yang ditandai
dengan pustul/papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih
c. Furunkel : peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa
papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya
dan disertai rasa nyeri. Furunkulosis adalah beberapa furunkel yang
tersebar
d. Hidradenitis supurativa : Predileksi pada ketiak, Faktor risiko :
Merokok, obesitas, banyak berkeringat, pemakaian deodorant,
menggunting rambut ketiak
e. Folikulitis profunda : peradangan folikel rambut yang ditandai
dengan pustul/papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih
Soal 145
Laki-laki 22 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan di tengkuk kepalanya sejak 3 hari yang lalu.
Pasien merasakan nyeri dan demam sejak 3 hari ini. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80, HR 80 , RR 20,
Suhu 37,8 oC. status lokalis di temukan nodul ukuran
4x3cm dengan multipel pustul diatasnya. Diagnosis pada
pasien tersebut adalah ?
a. Folikulitis superfisial
b. Karbunkel
c. Furunkel
d. Hidradenitis supurativa
e. Folikulitis profunda
Soal 146
Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
kebotakan. Dari pemeriksaan terlihat kebotakan
pada area tertentu tidak berbentuk seperti pola.
Apakah diagnosis pada kasus ini ?
a. Tinea Kapitis kerion
b. Alopesia Areata
c. Alopesia Androgenik
d. Telogen Effluvium
e. Psoariasis Vulgaris
Soal 146
Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
kebotakan. Dari pemeriksaan terlihat kebotakan
pada area tertentu tidak berbetntuk seperti pola.
Apakah diagnosis pada kasus ini ?
KLINIS Kebotakan rambut kepala terpola di temporal, Gambaran klinis alopesia areata berupa bercak
frontal/parietal, verteks, oksipital. kebotakan berbentuk bulat, oval atau ophiasis tanpa
Derajat keparahan disertai gejala, walaupun bisa ditemukan rasa gatal yang
- Norwood-Hamilton: Tipe I muncul pada skalp ringan, sensasi terbakar, atau rasa nyeri. Alopesia areata
prepubertas dengan rambut terminal tumbuh pada dapat menyerang semua folikel pada area yang
dahi dan pada seluruh scalp. Tipe II dan III berambut, namun 90% dijumpai pada scalp. Daerah lesi
menunjukkan kemunduran garis rambut frontal alopesia areata ditandai dengan adanya rambut
kebanyakan bentuk M. Tipe IV V, VI menunjukkan “exclamation mark” yang panjangnya sekitar 2 – 4 mm,
semakin menipis pada vertex. Tipe VII dan VIII bagian ujung lebih melebar dan depigmentasi pada
tampak kebotakan bergabung dan rambut yang bagian akar, disebut juga dengan istilah point noir,
tinggal hanya pada belakang dan samping kepala. rambut cadaver, atau black dots.
- Ludwig: Kerontokan difus pada puncak kepala dan
menetapnya garis frontal, namun
pada wanita terdapat juga kerontokan yang
meningkat pada bagian depan,
disebut dengan Christmast tree pattern.
Alopecia (2)
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Gambar dikutip dari : ATLAS Penyakit Kulit dan Kelamin UNAIR edisi 2
Hamilton Classification
a. Type 1: Frontal margin
b. Type 2: frontal + onset of occipital (vertex or crown)
c. Type 3,4,5 : both regions + complete balding of top of
scalp, sparing of sides
Ludwig Classification
Alopesia (2)
A. Alopecia Androgenik
Alopecia yang terpola diakibatkan factor androgen dan genetik yang
menyebabkan konversi rambut terminal menjadi rambut velus
Klinis
a. Pada pria penipisan rambut di temporal, frontal/parietal, vertex dan oksipital.
b. Pada wanita penipisan rambut difus terutamma didaerah fronto/parietal
B. Alopecia Areata
Penyakit autoimun konis akibat reaktivitas sel T yang mempengaruhi folikel
rambut
Klinis
a. Sepetak kulit kepala yang botak bisa multiple maupun single
b. Kulit kepala tampak normal
c. Rambut bagian distal lebih lebar dibandingkan yang proksimal “exclamation
mark”
Tatalaksana
Alopesia dan Tellogen Efluvium (2)
Topikal
• Minoksidil 2–5% 2 kali sehari
Sistemik
• Finasteride 1mg/hari atau
• Dutasteride 0,5 mg/hari
Tinea Kapitis (4A)
• Terdapat tanda kardinal untuk menegakkan
diagnosis tinea kapitis
• Populasi risiko tinggi
• Terdapat kerion atau gejala klinis yang khas berupa
skuama tipikal, alopesia dan pembesaran kelenjar
getah bening.
• Terdapat 4 tipe:
• Grey patch
• Kerion
• Black Dot
• Favus
Grey Patch
• Inflamasi minimal,
rambut pada daerah
terkena berubah warna
menjadi abuabu dan
tidak berkilat
• Rambut mudah patah di
atas permukaan skalp.
• Lesi tampak berskuama,
hiperkeratosis, dan
berbatas tegas karena
rambut yang patah.
• Berfluoresensi hijau
dengan lampu Wood
Kerion
• Biasa disebabkan oleh
patogen zoofilik atau
geofilik.
• Spektrum klinis mulai
dari folikulitis pustular
hingga furunkel atau
kerion.
• Sering terjadi alopesia
sikatrisial.
• Lesi biasanya gatal,
dapat disertai nyeri dan
limfadenopati servikalis
posterior.
Black Dot
• Disebabkan oleh
organisme endotriks
antropofilik.
• Rambut mudah patah
pada permukaan skalp,
meninggalkan kumpulan
titik hitam pada daerah
alopesia (black dot).
• Kadang masih terdapat
sisa rambut normal di
antara alopesia.
• Skuama difus juga umum
ditemui.
Favus
• Bentuk yang berat dan
kronis berupa plak
eritematosa perifolikular
dengan skuama.
• Awalnya berbentuk papul
kuning kemerahan yang
kemudian membentuk
krusta tebal berwarna
kekuningan (skutula).
• Skutula dapat
berkonfluens membentuk
plak besar dengan mousy
odor.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit
atau kuku menggunakan mikroskop dan KOH
20%: tampak hifa panjang dan atau artrospora
• Kultur dengan agar Sabouraud plus
Tatalaksana
Topikal
• Rambut dicuci dengan sampo antimikotik:
selenium sulfida 1% dan 2,5% 2- 4
kali/minggu10 atau sampo ketokonazol 2% 2
hari sekali selama 2-4 minggu
Tatalaksana
Sistemik
• Microsporum
• Griseofulvin fine particle/microsize 20-25
mg/kgBB/hari
• Trichopyton
• Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125
mg untuk BB 20-40 kg dan 250 mg/hari untuk BB
>40 kg selama 2-4 minggu
Psoriasis Vulgaris (3A)
Fototerapi:
• Ultraviolet B atau PUVA
Jawaban Lainnya
a. Tinea Kapitis kerion : Peradangan berat pada tinea
kapitis berupa pembengkakan yang menyerupai sarang
lebah dengaan sebukaan sel radang disekitarnya
c. Alopesia Androgenik : Alopesia terpola akibat faktor
hormon androgen dan genetik. Sifat fisik yang diwariskan
secara herediter
d. Telogen Effluvium : Distribusi kehilangan rambut
keseluruhan tidak memilki pola tertentu
e. Psoariasis Vulgaris : Peradangan kronis dengan plak
eritematosa dengan skuama tebal berwarna putih perak
seperti mika
Soal 146
Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
kebotakan. Dari pemeriksaan terlihat kebotakan
pada area tertentu tidak berbetntuk seperti pola.
Apakah diagnosis pada kasus ini ?
a. Tinea Kapitis kerion
b. Alopesia Areata
c. Alopesia Androgenik
d. Telogen Effluvium
e. Psoariasis Vulgaris
Soal 147
Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
kebotakan. Ayah pasien dulunya juga menderita
hal yang sama. Dari pemeriksaan terlihat
kebotakan dari garis mahkota rambut. Pasien juga
tampak berat badan berlebih. Apa yang
mempengaruhi kondisi tersebut ?
a. Autoimun
b. Jamur
c. Usia
d. Hormon Androgen
e. Penyakit sistemik
Soal 147
Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan
kebotakan. Ayah pasien dulunya juga menderita
hal yang sama. Dari pemeriksaan terlihat
kebotakan dari garis mahkota rambut. Pasien juga
tampak berat badan berlebih. Apa yang
mempengaruhi kondisi tersebut?
B. Alopecia Areata
Penyakit autoimun konis akibat reaktivitas sel T yang mempengaruhi folikel
rambut
Klinis
a. Sepetak kulit kepala yang botak bisa multiple maupun single
b. Kulit kepala tampak normal
c. Rambut bagian distal lebih lebar dibandingkan yang proksimal “exclamation
mark”
Alopesia (2)
Tatalaksana
Jawaban Lainnya
a. Autoimun : Tidak tepat
Faktor resiko :
Genetik,faktor kelelahan, stres emosional,
nfeksi, defisiensi imun, jenis kelamin pria lebih
sering daripada wanita dan usia bayi bulan 1
dan usia 18-40 tahun.
*Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2017.
Gambar Dikutip Dari : Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin Unair Edisi 2
Dermatitis Seboroik (4A)
Klinis :
Keluhan Pasien datang dengan keluhan
munculnya bercak merah dan kulit kasar.
Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan
pada kulit kepala (pitiriasis sika) sampai
keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau
tidak sedap dan terasa gatal.
Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis: Papul
sampai plak eritema, skuama berminyak agak
kekuningan, berbatas tidak tegas.
Bentuk klinis lain Lesi berat: seluruh kepala
tertutup oleh krusta, kotor, dan berbau (cradle
cap).
Terapi
Klasifikasi :
Berdasarkan lokasi, yaitu antara lain:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. Terbagi 3 :
A. Gray patch:
• Microsporum sp.
• Rambut warna abu-abu, mudah patah dan terlepas dari akarnya
• Lampu wood Warna hijau kekuningan
B. Black dot:
• Trichophyton
• Rambut terkena infeksi patah tepat pada muara folikel
dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.
C. Kerion:
• Peradangan berat pada tinea kapitis berupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengaan sebukaan sel radang
disekitarnya.
Dermatofitosis (4A)
Faktor resiko :
Lingkungan yang lembab dan panas, imunodefisiensi, obesitas, DM
Dermatofitosis (4A)
Klinis : Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak
merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami
dermatofitosis.
Pemeriksaan Fisik : Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah (central healing)
Pemeriksaan penunjang :
KOH Hifa sejati
Tatalaksana
Tatalaksanaan
a. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal : krim klotrimazol,
mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan
dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
c. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal,
dilakukan pengobatan sistemik dengan:
• Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk
orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
• Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100
mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari
• Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan
Dermatitis Perioral (4A)
Definisi :
Erupsi eritematosa persisten yang terdiri dari
pupulopustul yang berlokasi disekitar mulut (perioral).
Faktor yang memicu : Pemakaian kortikosteroid topikal,
kosmetik dan imunikompromais.
Klinis :
Erupsi eritematosa yang terdiri dari papul, papulopustul
atau papulovesikel, biasanya tidak lebih dari 2mm. lesi
berlokasi di sekitar mulut namun lesi dapat meluas ke
perinasal atau periorbital.
Terapi :
Topikal : Metronidazol krim atau emulsi 0,75%-1%, dua
kali sehari selama 8 minggu. atau Klindamisin krim 1%,
atau Eritromisin krim 2-3%. Sistemik : Tetrasiklin 250-
500mg 2 kali sehari selama 3 minggu atau Doksisiklin
100mg/hari selama minggu.
Akne Vulgaris (4A)
• Ringan
• Asam retinoat 0,01-0,1% atau benzoil peroksida
atau kombinasi.
• Ibu hamil atau menyusui: benzoil peroksida
• Sedang
• Topikal: asam retinoat + benzoil peroksida atau
bila perlu antibiotik.
• Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
• Oral: doksisiklin 50-100 mg
• Ibu hamil atau menyusui eritromisin 500-1000
mg/hari
Tatalaksana
• Berat
• Topikal: antibiotic
• Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida
• Oral : azitromisin pulse dose (hari pertama 500 mg
dilanjutkan hari ke 2-4 250 mg)
• Ibu hamil: eritromisin 500-1000 mg/harSedang
Jawaban Lainnya
A. Dermatitis perioral : Erupsi eritematosa persisten yang
terdiri dari pupulopustul yang berlokasi disekitar mulut
(perioral). Faktor yang memicu : Pemakaian kortikosteroid
topikal, kosmetik dan imunikompromais
B. Dermatiris Seboroik : Papul sampai plak eritema, skuama
berminyak agak kekuningan, berbatas tidak tegas
C. Acne vulgaris : Penyakit peradangan kronis dari folikel
pilosebasea yang diinduksi dengan peningkatan produksi
sebum, perubahan pola keratinisasi, peradangan, dan
kolonisasi dari bakteri Propionibacterium acnes
E. Tinea Facialis : redileksi diwajah bukan dijenggot
Soal 149
Tn . Dedi datang dengan keluhan kulit kemerah
bengkak, terdapat benjolan pada sekitar janggut,
pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal dan
perih juga disertai dengan adanya rambut janggut
yang mudah rontok. Apakah diagnosis pada kasus
ini ?
A. Dermatitis perioral
B. Dermatiris Seboroik
C. Acne vulgaris
D. Tinea Barbae
E. Tinea Facialis
Soal 150
Seorang anak diantar ke IGD setelah tersiram air
panas pada tangan kanannya. Pada pemeriksaan
TTV normal, didapatkan bula hiperemis pada
punggung tangan kanannya. Derajat luka bakar
pada pasien ini ?
A. Derajat I
B. Derajat IIa
C. Derajat IIb
D. Derajat III
E. Derajat IV
Soal 150
Seorang anak diantar ke IGD setelah tersiram air
panas pada tangan kanannya. Pada pemeriksaan
TTV normal, didapatkan bula hiperemis pada
punggung tangan kanannya. Derajat luka bakar
pada pasien ini?
Epidemiologi Terutama terdapat pada anak-anak Terdapat pada anak-anak dan dewasa
Pemeriksaan Penunjang Pewarnaan gram (Kokus gram positif Pewarnaan gram (Kokus gram positif
berkelompok), kultur bakteri berkelompok), kultur bakteri
Predileksi Wajah (sekitar lubang hidung dan mulut) Aksila, dada punggung
Impetigo
Tatalaksana
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa
c. Trycophiton : Dermatfitosis
d. Microsporum : Dermatfitosis
Topikal
• Salep albendazol 10% dioleskan 3 kali sehari
selama 7-10 hari
Sistemik
• Albendazol 400 mg untuk anak usia >2 tahun
atau >10 kg selama 3-7 hari berturut-turut
Jawaban Lainnya
a. Albendazol 400 mg sekali sehari : Tidak Tepat
Diagnosis : Morbili
Morbili (4A)
Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel datia
berinti banyak pada sekret.
• Serologi IgM anti-Rubella untuk
mengkonfirmasi diagnosis.
Terapi :
• Terapi suportif dan siptomatis dan Suplementasi
vitamin A
Varisela (4A)
Tatalaksana
• Simptomatik → Antipiretik, bedak salisil dapat
diberikan untuk mengurangi gatal
• Pengobatan antivirus oral, antara lain:
• Asiklovir 5 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari
• Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10 hari
• Anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800
mg),
Jawaban Lainnya
Faktor Risiko :
• Kurangnya penggunaan jamban keluarga dan
Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan
dengan tanah
Diagnosis
Diagnosis : Filariasis
Filariasis
DEFINISI
Penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan
oleh nyamuk
ETIOLOGI
a.Cacing filaria: Wucheria bancrofti (tersering), Brugia malayi, Brugia
timori
b.Vektor: culex, anopheles
KLINIS
a.Akut: demam, limfadenitis, limfangitis, early lymphodema
b.Kronik: elephantiasis (kaki besar, akibat dari obstruksi saluran limfe
oleh cacing dewasa), edema skrotum, Chyluria (urin berwarna keruh)
akibat adanya cairan limfe dalam urin
Filariasis
PENUNJANG
a. Apusan darat tepi dengan pewarnaan GIEMSA:
ditemukan mikrofilaria dalam darah.
b. Sampel diambil malam hari (22.00 – 02.00)
TATALAKSANA
a. Dietil carbamazin (DEC) 3 x 6 mg/KgBB per hari
(12 hari)
b. Profilaksis : DEC 6 mg/KgBB + albendazol 400
mg per tahun (5 tahun)
Jawaban Lainnya
A. Pemeriksaan hb dan leukosit antar jam 10.00-14.00 : Ini Waktu
anak SD sekolah n_n
Diagnosis :Schistosomiasis
Skistosomiasis (4A)
Faktor Risiko:
• Tinggal daerah endemic sekitar lembah Napu
dan Lindu, Sulawesi Tengah dan mempunyai
kebiasaan terpajan dengan air
Diagnosis
• Bisa menyebabkan
ileus obstruktif
Tatalaksana
Farmakologi:
• Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat
ini dengan dosis 400 mg, 1 x sehari, selama 3
hari berturut-turut, atau
• Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4
minggu
Jawaban Lainnya
a. Ascariasis : telur bulat-oval dengan dinding tebal
berlapis-lapis ( 3 lapis )
Diagnosis : Skistsomiasis
Skistosomiasis (4A)
Faktor Risiko:
• Tinggal daerah endemic sekitar lembah Napu
dan Lindu, Sulawesi Tengah dan mempunyai
kebiasaan terpajan dengan air
Diagnosis
Diagnosis Banding:
• Kolelithiasis
• Koledokolithiasis
• Kolesistitis
• Kolangitis
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Murphy sign - - + +
Demam - - + +
Ikterik - + - +
Kolesistitis dan Kolangitis (3B)
Kolesistitis:
• Demam, kolik perut kanan atas, nyeri dapat
menyebar ke arah scapula, serangan muncul
setelah konsumsi akanan berlemak, flatulens
dan mual
Kolangitis:
• Trias charcot : nyeri abdomen, icterus dan
demam disertai menggigil. Bila memburuk
dapat terjadi Pentad Reynolds
Tatalaksana Kolesistitis
• Tirah baring
• Puasa
• Pasang IV line
• Pemberian antibiotic :
• Penisilin : ampisilin inj. 500mg/6 jam dan
amoksisilin 500mg/8 jam, atau
• Sefalosporin : seftriakson 1gr/12 jam atau
sefotaksim 1gr/8jam atau
• Metronidazole 3x500mg
• Pertimbangka kolesistektomi apabila tidak
membaik setelah 2x24 jam
Tatalaksana Kolangitis
• Tatalaksana awal :
• Resusitasi Cairan
• Antibiotik parenteral
• Tatalaksana lanjutan
• Terapi definitive dilakukan setelah masa akut reda
• Drainase
• Urgent drainage (<24 jam)
• Drainase dini (48 jam)
• Drainase ERCP, drainase naso-bilier, atau PTBD
(percutaneous transhepatic biliary-drainage)
Kolelitihiasis dan Koledokolithiasis
• Faktor risiko: 4F
• Female
• Fat
• Forty
• Fertile
• Diagnostik: USG →
hiperekoik di
kantung/saluran
empedu
Tatalaksana
• Kolelithiasis
• Ursodeoxycholic acid (UDCA) 6–12 mg/kg terbagi 3
dosis
• Rujuk untuk pertimbangan Kolesistektomi
• Koledokolithiasis
• Terapi konservatif
• ESWL
• Sfingterotomi endoskopi
Pankreatitis (2)
Gambaran Klinis
• Keluhan : nyeri perut kanan atas yang
menembus ke punggung beberapa hari,
peritonitis umum, kembung
• Pemeriksaan fisik : nyeri tekan umum, defans
muskuler, peritonitis, takikardia, suhu
meningkat, ikterik, grey turner sign (lesi
hemoragik di regio flank), cullen sign (lesi
hemoragik di regio umbilikus)
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang :
• Serum amilase dan lipase meningkat 3 kali
lipat
• Leukositosis
• USG untuk eksklusi batu empedu
• CT scan untuk mengetahui eksistensi dan luas
jaringan nekrosis pancreas dan jaringan lemak,
• Biopsi jarum halus.
Gastritis (4A)
Etiologi
• Helicobacter pylori, enteric rotavirus, jamur
candida untuk pasien imunosupresi dan Obat
anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi
penyebab gastritis
Diagnosis
Klinis
• Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut
bagian atas, Keluhan dapat mereda atau memburuk
bila diikuti makan, mual, muntah dan kembung
Pemeriksaan Penunjang
• Urea Breath Test : Infeksi H. pylori
• Endoskopi : eritema, eksudatif, erosi, perdarahan,
edema
• Histopatologi : degradasi epitel, hyperplasia, infiltasi
netrofil, inflasmasi sel MN, kerusakan sel parietal
Tatalaksana
• Menghindari pemicu terjadinya keluhan dengan
cara makan tepat waktu, makan sering porsi kecil,
hindari kopi, makanan pedas dan kol
Terapi Oral :
• H2 Bloker: Ranitidin 2x150mg
• PPI: Omeprazole 2x20 mg atau lansoprazole
2x30mg
• Antasida 3x500-1000mg
• Apablia ditemukan bukti Infeksi H. pylori :
Omeprazole 2x20mg + Klaritromisin 2x500mg +
Amoksisilin 2x1000mg selama 14 hari
Kolik Renal (3A)
• Etiologi
• Kalsium oksalat 70% kasus
• Kalsium fosfat
• Batu asam urat
• Sturvit
• Sistin
Klasifikasi
Diagnosis : Hepatitis C
Hepatitis A (4A) Hepatitis B (3B)
Hepatitis C (2)
Infeksi yang terjadi pada liver disebabkan oleh
virus hepatitis
Klasifikasi
• Hepatitis akut: Hepatitis A, menular melalui
fekal oral.
• Hepatitis kronik: Hepatitis B dan C, menular
lewat darah dan kontak seksual
• Hepatitis B dapat menjadi hepatoma tanpa
melalui sirrosis
Diagnosis
Klasifikasi
• SH kompensata
• SH dekompensata, disertai tanda-tanda
kegagalan hepatoseluler dan hipertensi porta
Diagnosis
USG
• Hati mengecil dan nodular
• Hiperekhoik parenkim
• Permukaan ireguler
Child Pugh Score
Jawaban Lainnya
a. Hepatitis A : IgM Anti HAV (+)
Klasifikasi
• Hepatitis akut: Hepatitis A, menular melalui
fekal oral.
• Hepatitis kronik: Hepatitis B dan C, menular
lewat darah dan kontak seksual
• Hepatitis B dapat menjadi hepatoma tanpa
melalui sirrosis
Diagnosis
Diagnosis : Trichuriasis
Nematoda
Trichuris trichuria
Klinis: diare, prolaps rekti
Mikroskopis feses: telur
berbentuk seperti
tempayan, ada sisi datar
di kedua ujungnya
Tatalaksana: Mebendazole
/ albendazole
Nematoda
Enterobious vermicularis / Osciuris
vermicularis
Menyebabkan enterobiasis
Klinis: gatal pada anus , sering pada
malam hari
Mikroskopis feses: telur berdinding
tipis berlapis 2, terdapat sisi cembung
dan sisi datar (seperti huruf D)
Scotch tes: menempelkan selotip ke
dubur kemudian diperiksa
mikroskopis
Tatalasksana: Pyrantel pamoat /
mebendazole / albendazole
Nematoda
Ascaris lumbricoides
Menyebabkan ascariasis
Klinis: anemia, malnutrisi, obstruksi (ileus)
Cacing dapat mengembara ke saluran
empedu, apendiks atau ke bronchus
Cacing dapat keluar melalui anus
Sindrom Loeffler: batuk, demam, eosinofilia.
Akibat infeksi larva pada paru.
Mikroskopis: telur bulat-oval dengan dinding
tebal berlapis-lapis ( 3 lapis )
Tatalaksana: Mebendazole / Pyrantel pamoat
Nematoda
Hookworm (cacing tambang)
Terdiri dari Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus
Klinis: anemia (def. Besi), ground
itch (larva cacing masuk melalui
kaki)
Mikroskopis: telur dengan
segmented ovum
Tatalaksana: mebendazole /
pyrantel pamoat / albendazole
Jawaban Lainnya
b. Memiliki 3 lapis : Askariasis
c. Asimetris : enterobiasis
Gejala Klinis
• Rasa panas terbakar di retrosternal atau
epigastrium dapat menjalar ke leher Terasa cairan
asam dimulut atau rasa pahit, Mual dan muntah,
Diperberat denga posisi berbaring terlentang ,
Keluhan sering muncul pada malam hari
Diagnosis
Etiologi
• Helicobacter pylori, enteric rotavirus, jamur
candida untuk pasien imunosupresi dan Obat
anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi
penyebab gastritis
Diagnosis
Klinis
• Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut
bagian atas, Keluhan dapat mereda atau memburuk
bila diikuti makan, mual, muntah dan kembung
Pemeriksaan Penunjang
• Urea Breath Test : Infeksi H. pylori
• Endoskopi : eritema, eksudatif, erosi, perdarahan,
edema
• Histopatologi : degradasi epitel, hyperplasia, infiltasi
netrofil, inflasmasi sel MN, kerusakan sel parietal
Tatalaksana
• Menghindari pemicu terjadinya keluhan dengan
cara makan tepat waktu, makan sering porsi kecil,
hindari kopi, makanan pedas dan kol
Terapi Oral :
• H2 Bloker: Ranitidin 2x150mg
• PPI: Omeprazole 2x20 mg atau lansoprazole
2x30mg
• Antasida 3x500-1000mg
• Apablia ditemukan bukti Infeksi H. pylori :
Omeprazole 2x20mg + Klaritromisin 2x500mg +
Amoksisilin 2x1000mg selama 14 hari
Jawaban Lainnya
D. Laparotomi : Peritonitis
Klasifikasi
• SH kompensata
• SH dekompensata, disertai tanda-tanda
kegagalan hepatoseluler dan hipertensi porta
Diagnosis
USG
• Hati mengecil dan nodular
• Hiperekhoik parenkim
• Permukaan ireguler
Sirosis Hati
• Gastroskopi dapat dilakukan untuk melihat komplikasi varises
esophagus
• USG memperlihatkan ekodensitas hati meningkat dengan ekostruktur
kasar homogen atau heterogen
Tatalaksana
a. Diet nutrisi yang baik
b. Atasi simptomatis
c. Pembedahan
Sumber
a. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Mc-Graq-Hill. 19th. 2015
b. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. PAPDI. Jakarta. 2014
Child Pugh Score
Jawaban Lainnya
Klinis
• Demam turun naik terutama sore dan malam hari
dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-
ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus
(demam kontinu) hingga minggu kedua.
• Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan
di area frontal
Diagnosis
• Ikterus
• Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor
lidah, halitosis
• Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio
epigastrik), hepatosplenomegali
• Delirium pada kasus yang berat
Diagnosis
• Serologi
• IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex- TF)® Hanya
dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi. Dapat
dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
• Enzyme Immunoassay test (Typhidot®)
• Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
• Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
• Tes Widal tidak direkomendasi
• Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
• Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal
1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat
pada pemeriksaan ulang dengan interval 5 – 7 hari.
Diagnosis
Terdiri dari
• Umum
• Terlokalisasi
Klasifikasi
1. Peritonitis Lokal
a. Tergantung pada penyebab lokal infeksi tanda dan gejalanya harus terdapat
lokal pada tempat infeksi
b. Bila terjadi inflamasi lokal maka akan dijumpai tanda peningkatan suhu
tubuh dan denyut nadi, muntah, nyeri, pada tempat infeksi tanda paling
penting adalah adanya lokal rigidity dengan tanda nyeri lepas
2. Diffuse Peritonitis (Peritonitis Generalisata)
a. Terjadi perluasan peradangan pada seluruh dinding peritoneum. Secara klinis
ditandai dengan rasa sakit yang hebat pada dinding abdomen terutama saat
bernafas dalam. Penderita akan berbaring tenang takut menggerakkan perut
yang disertai tanda-tanda muntah
b. Pada inspeksi terlihat : abdomen distensi, pernafasan thoracal
c. Palpasi : dijumpai abdominal tenderness dan rigidity (defanse musculare)
d. Perkusi : Nyeri ketok dan menghilangnya batas paru hati bila penyebabnya
adalah perforasi dari organ berongga
e. Auskultasi : Suara peristaltik melemah sampai menghilang (paralytic ileus)
Klasifikasi
Pemeriksaan Fisik
• Defans muscular
• Hipertimpani perkusi abdomen
• Pekak hepar dapat menghilang
• Rigiditas abdomen meningkat (perut seperti
papan)
• Rectal toucher akan dirasakan nyeri segala
arah, tonus muskulus sfingter ani menurun,
ampula rekti terisi udara
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang:
• Leukositosis atau peningkatan serum amilase
pada pankreatitis akut.
• Radiografik : gambaran dilatasi usus, udara
bebas (free air space), atau bukti perforasi atau
kebocoran lainnya
Tatalaksana
Etiologi
• Obstruksi lumen
• Erosi lumen akibat infeksi parasit E. hystolitica
dan benda asing
Diagnosis
Diagnosis : Askariasis
Nematoda
Ascaris lumbricoides
Menyebabkan ascariasis
Klinis: anemia, malnutrisi, obstruksi (ileus)
Cacing dapat mengembara ke saluran
empedu, apendiks atau ke bronchus
Cacing dapat keluar melalui anus
Sindrom Loeffler: batuk, demam, eosinofilia.
Akibat infeksi larva pada paru.
Mikroskopis: telur bulat-oval dengan dinding
tebal berlapis-lapis ( 3 lapis )
Tatalaksana: Mebendazole / Pyrantel pamoat
Nematoda
Trichuris trichuria
Klinis: diare, prolaps rekti
Mikroskopis feses: telur
berbentuk seperti
tempayan, ada sisi datar
di kedua ujungnya
Tatalaksana: Mebendazole
/ albendazole
Nematoda
Enterobious vermicularis / Osciuris
vermicularis
Menyebabkan enterobiasis
Klinis: gatal pada anus , sering pada
malam hari
Mikroskopis feses: telur berdinding
tipis berlapis 2, terdapat sisi cembung
dan sisi datar (seperti huruf D)
Scotch tes: menempelkan selotip ke
dubur kemudian diperiksa
mikroskopis
Tatalasksana: Pyrantel pamoat /
mebendazole / albendazole
Nematoda
Hookworm (cacing tambang)
Terdiri dari Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus
Klinis: anemia (def. Besi), ground
itch (larva cacing masuk melalui
kaki)
Mikroskopis: telur dengan
segmented ovum
Tatalaksana: mebendazole /
pyrantel pamoat / albendazole
Taeniasis
Definisi
a. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pita genus Taenia
(Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiaticaI)
b. T. saginata sapi
c. T. solium babi
Faktor Risiko : konsumsi daging setengah matang, higenitas pengolahan
daging yang rendah, tidak menjaga kebersihan ternak
Diagnosis
a. Gambaran Klinis
Keluhan : rasa tidak enak pada lambung, mual, badan lemah, BB
menurun, nafsu makan turun, sakit kepala, konstipasi, pusing, pruritus
ani, diare
b. Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, nyeri abdomen.
Taeniasis
Pemeriksaan penunjang :
a. Ditemukan eosinophilia pada darah tepi, leukositosis dan LED
meningka
b. Pada pemeriksaan tinja ditemukan telur taenia.
Tatalaksana
a. Edukasi menjaga kebersihan olahan daging dan masak hingga
matang
b. Farmakologi
c. Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis
400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
d. Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
Jawaban Lainnya
Terdiri dari
• Umum
• Terlokalisasi
Klasifikasi
Pemeriksaan Fisik
• Defans muscular
• Hipertimpani perkusi abdomen
• Pekak hepar dapat menghilang
• Rigiditas abdomen meningkat (perut seperti
papan)
• Rectal toucher akan dirasakan nyeri segala
arah, tonus muskulus sfingter ani menurun,
ampula rekti terisi udara
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang:
• Leukositosis atau peningkatan serum amilase
pada pankreatitis akut.
• Radiografik : gambaran dilatasi usus, udara
bebas (free air space), atau bukti perforasi atau
kebocoran lainnya
Pemeriksaan Penunjang
X-ray film abdomen posisi tegak :
Gambaran udara babas di bawah diafragma
Tanda – tanda ileus obstructif dengan gambaran fluid level
Serum amylase yang meninggi karena pancreatitis akut
Tatalaksana
a. Cairan intravena : Cairan yang mengandung elektrolit
b. Dekompresi : Dengan memasang NGT
c. Antibiotika Kombinasi Gram (+), Gram (-), dan
Bacteroides.
d. Analgetika sebelum dan sesudah operasi.
e. Operasi: Dilakukan Explorasi Laparotomy
Tatalaksana
Etiologi
• Obstruksi lumen
• Erosi lumen akibat infeksi parasit E. hystolitica
dan benda asing
Diagnosis
• Etiologi
• Kalsium oksalat 70% kasus
• Kalsium fosfat
• Batu asam urat
• Sturvit
• Sistin
Klasifikasi
Etiologi
• Obstruksi lumen
• Erosi lumen akibat infeksi parasit E. hystolitica
dan benda asing
Diagnosis
A. 5 : Tidak tepat
B. 6 : Tidak tepat
C. 7 : Tidak tepat
E. 9 : Tidak tepat
Soal 171
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri mulai dari ulu hati kemudian menuju ke perut kanan bawah sejak
1 hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan makin bertambah hebat
terutama bila badan digerakkan. Keluhan lain berupa anoreksia, mual
muntah,. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada titik mc
burney Rovsing sign (+) dan obturator sign (+) temperature 38,5 nadi
100 c/ menit hasil lab leukosit 15.500, trombosit 250.000. Berapakah
score Alvarado pada kasus diatas ?
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 9
Soal 172
Seorang perempuan berusia 48 tahun, datang ke RS dengan keluhan
sakit perut sebelah kanan atas sejak 3 hari yang lalu. Badan terasa
demam. Mual dan muntah. Diriwayatkan, nyeri mulai dirasakan sejak 6
bulan yang lalu, kumat-kumatan. Nyeri dirasakan terutama setelah
makan makanan yang berlemak. Pada pemeriksan fisik didapatkan
keadaan umum baik, compos mentis, tinggi badan 160 cm, berat
badan 80 kg. Nyeri spontan dan nyeri tekan pada hypochondrium
dextra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, saat ditekan perut pasien
daerah kanan atas, pasien inspirasi, pasien menghentikan tarikan
nafasnya karena nyeri, dikenal sebagai?
A. Callot’s sign
B. Murphy’s sign
C. Doughnut sign
D. Hartman pouch
E. Kiernan phenomenon
Soal 172
Seorang perempuan berusia 48 tahun, datang ke RS dengan keluhan
sakit perut sebelah kanan atas sejak 3 hari yang lalu. Badan terasa
demam. Mual dan muntah. Diriwayatkan, nyeri mulai dirasakan sejak 6
bulan yang lalu, kumat-kumatan. Nyeri dirasakan terutama setelah
makan makanan yang berlemak. Pada pemeriksan fisik didapatkan
keadaan umum baik, compos mentis, tinggi badan 160 cm, berat
badan 80 kg. Nyeri spontan dan nyeri tekan pada hypochondrium
dextra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, saat ditekan perut pasien
daerah kanan atas, pasien inspirasi, pasien menghentikan tarikan
nafasnya karena nyeri, dikenal sebagai?
Diagnosis : Kolesistitis
a. KOLESISTITIS
Definisi : Reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
b. KOLELITHIASIS
Definisi : Batu yang terbentuk di saluran empedu, biasanya dikantong empedu.
c. KOLEDOKOLITHIASIS
Definisi : adanya batu di dalam saluran empedu yang merupakan dari sistem bilier.
d. KOLANGITIS
Definisi : terjadi pada pasien batu saluran empedu karena adanya obstruksi dan invasi
bakteri empedu.
Penunjang
a. USG
b. Laboratorium : leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT
Murphy’s sign : saat ditekan perut pasien daerah kanan atas, pasien
inspirasi, pasien menghentikan tarikan nafasnya karena nyeri
Jawaban Lainnya
Diagnosis : Cholesistitis
Kolik Bilier (2)
Diagnosis Banding:
• Kolelithiasis
• Koledokolithiasis
• Kolesistitis
• Kolangitis
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Murphy sign - - + +
Demam - - + +
Ikterik - + - +
Kolelitihiasis dan Koledokolithiasis
• Faktor risiko: 4F
• Female
• Fat
• Forty
• Fertile
• Diagnostik: USG →
hiperekoik di
kantung/saluran
empedu
Tatalaksana
• Kolelithiasis
• Ursodeoxycholic acid (UDCA) 6–12 mg/kg terbagi 3
dosis
• Rujuk untuk pertimbangan Kolesistektomi
• Koledokolithiasis
• Terapi konservatif
• ESWL
• Sfingterotomi endoskopi
Kolesistitis dan Kolangitis (3B)
Kolesistitis:
• Demam, kolik perut kanan atas, nyeri dapat
menyebar ke arah scapula, serangan muncul
setelah konsumsi akanan berlemak, flatulens
dan mual
Kolangitis:
• Trias charcot : nyeri abdomen, icterus dan
demam disertai menggigil. Bila memburuk
dapat terjadi Pentad Reynolds
Tatalaksana Kolesistitis
• Tirah baring
• Puasa
• Pasang IV line
• Pemberian antibiotic :
• Penisilin : ampisilin inj. 500mg/6 jam dan
amoksisilin 500mg/8 jam, atau
• Sefalosporin : seftriakson 1gr/12 jam atau
sefotaksim 1gr/8jam atau
• Metronidazole 3x500mg
• Pertimbangka kolesistektomi apabila tidak
membaik setelah 2x24 jam
Tatalaksana Kolangitis
• Tatalaksana awal :
• Resusitasi Cairan
• Antibiotik parenteral
• Tatalaksana lanjutan
• Terapi definitive dilakukan setelah masa akut reda
• Drainase
• Urgent drainage (<24 jam)
• Drainase dini (48 jam)
• Drainase ERCP, drainase naso-bilier, atau PTBD
(percutaneous transhepatic biliary-drainage)
Jawaban Lainnya
a. Cholangitis : Murphy sign (+), Kuning (+), Demam (+)
Etiologi
• Obstruksi lumen
• Erosi lumen akibat infeksi parasit E. hystolitica
dan benda asing
Diagnosis
Delayed Ejaculation Terajadi kejarangan atau tidak terjadi ejakulasi sama sekali selama
minimal 6 bulan
Ejakulasi dini Kejadian ejakulasi menetap atau berulang terjadi kurang lebih 1
menit setelah penetrasi vagina dan sebelum menginginkan penetrasi
vagina
Dyspareunia Nyeri genital menetap atau berulang terjadi sebelum, selama atau
setelah koitus
Vaginismus Terjadi kesulitan penetrasi vagina akibat konstriksi 1/3 luar vagina
disebabkan mengetatknya atau spasme involunter otot dasar pelvis
Sumber :
1. PPDGJ III dan DSM V Cetakan Kedua. 2013
2. Kaplan & shaddock’s Synopsis Of Psychiatry Ed 11. 2015
Jawaban Lainnya
A. Transvetisme : Mengenakan pakaian dalam lawan jenis
Diagnosis : Vaginismus
Gangguan Seksual
Gangguan Pedoman Diagnosis
Seksual
Parafilia Semua keadaanya adanya minat seksual yang sangat kuat
dan persisten melebihi minat seksual normal meliputi :
voyeuristik, exhibitionistik, frotteuristik dll
Trans-seksual Gejala menetap minimal 2 tahun ingin diterima sebagai
anggota dari kelompok dari lawan jenisnya.
Transvestisme Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian
dari eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman
sebagai anggota lawan jenisnya
Frotteurisme Kepuasan seksual dengan bergesekan atau bersentuhan
dengan orang yang tidak sadar.
Ekshibisionis Kecenderungan yang berulang memamerkan alat kelamin kepada
orang asing atau ditempat umum.
Voyeurisme Kecenderungan yang berulang untuk melihat orang yang sedang
berhubungan seksual atau mengintip orang yang tidak berpakaian
Sadisme Kepuasan seksual didapatkan bila pasangan seksual menderita
dengan dipukuli, disakiti, diikat, disiksa.
Masokisme Kepuasan seksual didapatkan apabila disiksa, disakiti, atau
dipermalukan.
Gangguan Kekurangan atau tidak ada keinginan melakukan hubungan seksual
Keingingan Sesksual yang persisten atau berulang minimal selama 6 bulan.
Hipo aktif Tidak disebabkan oleh gangguan mental atau konsekuensi distress
hubungan yang berat.
Gangguan Ereksi Terjadi kesulitan mempertahankan ereksi selama aktifitas hingga
akhir proses seksual yang terjadi berulang minimal 6 bulan .
Delayed Ejaculation Terajadi kejarangan atau tidak terjadi ejakulasi sama sekali selama
minimal 6 bulan
Ejakulasi dini Kejadian ejakulasi menetap atau berulang terjadi kurang lebih 1
menit setelah penetrasi vagina dan sebelum menginginkan penetrasi
vagina
Dyspareunia Nyeri genital menetap atau berulang terjadi sebelum, selama atau
setelah koitus
Vaginismus Terjadi kesulitan penetrasi vagina akibat konstriksi 1/3 luar vagina
disebabkan mengetatknya atau spasme involunter otot dasar pelvis
Sumber :
1. PPDGJ III dan DSM V Cetakan Kedua. 2013
2. Kaplan & shaddock’s Synopsis Of Psychiatry Ed 11. 2015
Jawaban Lainnya
b. Gangguan ereksi : Terjadi kesulitan mempertahankan ereksi selama
aktifitas hingga akhir proses seksual yang terjadi berulang minimal 6
bulan
Diagnosis : Agoraphobia
Gangguan Neurotik, Cemas Dan
Somatoform
Gangguan Mood
1. Depresi
Ditandai Dengan Adanya Serotonin ↓ Gejala Minor
a.Konsentrasi Berkurang
Gejala Mayor b.Harga Diri Dan Kepercayaan Diri
a.Afek Depresif Berkurang
b.Kehilangan Minat Dan Kegembiraan c. Gagasan Tentang Rasa Bersalah Dan
Tidak Berguna
c. Berkurangnya Energi Yang Menuju
Meningkatnya Keadaan Mudah Lelah d.Pesimistis
e. Gagasan Atau Perbuatan
Membahayakan Diri Atau Bunuh Diri
Onset ≥ 2 Minggu. f. Tidur Terganggu
g.Nafsu Makan Berkurang
2. Gangguan Afektif Bipolar
a. Gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode
manik/ hipomanik atau campuran ditambah riwayat episode
depresi mayor.
b. Pedoman Diagnostik
- Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (≥2 episode).
- Terdapat penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan, episode
depresi rata-rata sekitar 6 bulan. Sering terjadi setelah ada
peristiwa pemicu
Jawaban Lainnya
A. Fobia social : Anxietas hams mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu
(outside the family circle), contohnya : takut menjadi pembicara didepan kelas, takut
menjadi pusat perhatian
C. Gangguan cemas menyeluruh : Anxietas sebagai gejala primer hampir setiap hari
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya "free floating"
atau"mengambang")
D. Episode depresi mayor : Semua gejala utama + 4 gejala lainnya, Episode terjadi
sekurang-kurangnya 2 minggu, Sangat mengganggu kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas
B. fobia social : Anxietas hams mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu
(outside the family circle), contohnya : takut menjadi pembicara didepan kelas, takut
menjadi pusat perhatian
C. serangan panic : Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety)
Diagnosis : Insomnia
Gangguan Tidur
Anti Insomnia
Jawaban Lainnya
a. Alprazolam : Benzodiazepine, bukan first line
b. Fluoxetin : Antidepressan
d. Haloperidol : Antipsikotik
Diagnosis : Skizofrenia
Skizofrenia (3A)
Ditandai dengan adanya Dopamin ↑
Ditandai dengan adanya :
1.Gangguan persepsi : Halusinasi, dominan auditorik
2.Gangguan isi pikiran
−Waham : delusion of control, delusion of influence, delusion of
passivity, delusional perception atau waham jenis lainnya
−Thought eco
−Thought insertion atau withdrawal
−Thought broadcasting
3.Perilaku katatonik atau gaduh gelisah
4.Gejala “Negatif” : apatis, jarang bicara, emosi tumpul, menarik diri
Diagnosis tegagk jika gejala menetap 1 Bulan atau lebih
Terapi Skizofrenia
1. Fase akut :
− Olanzapin Injeksi IM 10mg, dapat diulang tiap 2
jam , maks 30mg/hari atau
− Haloperidol injeksi IM 5mg, dapat diulang tiap 30
menit, maks 20mg/hari
2. Fase stabilisasi : Pertimbangkan kondisi
pasien dan lihat tabel antipsikotika
Anti-psikotik
Subtipe Skizofrenia
Paranoid Hebefrenik Katatonik
- Suara halusinasi yang - Pertama kali tegak pada usia - Stupor
mengancam atau memberi remaja atau dewasa - Posisi tubuh tertentu
perintah atau halusinasi (biasanya 15-25 tahun) - Negativism atau perlawanan
auditorik - Kepribadian khas : pemalu, terhadap perintah
- Halusinasi pembauan senang menyendiri, hampa - Posisi tubuh kaku
pengecapan atau tujuan dan perasaan - Mempertahankan anggota
perasaan tubuh - Afek dangkal sering disertai gerak dan tubuh
- Waham kejar dominan cekikikan, senyum atau - Pengulangan kata-kata dan
tertawa sendiri, ungakapan kalimat
kata diulang-ulang
- Halusinasi dan waham ada
namun tidak menonjol
Residual Simpleks
- Gejala negative dari skizofrenia - Dominan gejala negative
- Sedikitnya ada satu episode pskiotik - Sulit didiagnosis tergantung pada :
yang jelas di masa lampau gejala negatif yg khas dari
- Sedikitnya sudah lebih dari 1 tahun. skizofrenia residual tanpa didahului
waham, halusinasi atau lainnya.
- Tidak jelas gejala psikotiknya
Sindroma Ekstrapiramidal
• Reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka
pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik,
terlebih lagi Golongan 1 (Haloperidol).
• Manifestasi Klinis
Pseudoparkin-
Distonia Akatisia Tardive dyskinesia
sonism
Gejala-gejala Gerakan/postur ab- Perasaan subjektif Gerakan oral-
parkinson normal, termasuk kegelisahan facial meliputi
krisis okulorigik, (restlessness), mengecap-ngecap
prostrusi umumnya kaki bibir (lip
lidah, trismus, yang tidak bisa smacking),
tortikolis, dan postur tenang menghisap
distonik pada (sucking), dan
anggota gerak dan mengerutkan bibir
batang tubuh (puckering) atau
seperti facial
grimacing.
Terapi Sindroma Ekstrapiramidal
Sindroma Neuroleptik Maligna (SNM)
• Gejala khas dari SNM adalah kekakuan otot dan suhu tinggi
(lebih dari 38°C) pada pasien dengan penggunaan obat
antipsikotik disertai dengan perubahan status mental dan
kestidakstabilan otonom.
• Tatalaksana :
1. Hentikan semua antipsikotika
2. Observasi tanda vital
3. Terapi simptomatik
4. Pada kondisi kritis :
- Dantrolen 0,8 – 2.5 mg/kgbb/hari
- Bromokriptin 20-30 mg/ hari dibagi 4 dosis
Jawaban Lainnya
A. Haloperidol 1 x 5 mg IM : Tidak perlu IM, karena kondisi pasien
sedang tenang
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Jawaban Lainnya
Kasus Kontrol
Hipertensi Hipertensi
Obese 26 18
Obese 26 18
= 4/1000 x 100 %
= 4/10
Jawaban Lainnya
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)
Jika akan mencari mana yang paling efektif, ingat untuk hanya melihat tabel
NNT
Kekuatan Hubungan
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)
Jika akan mencari mana yang paling aman, ingat untuk hanya melihat
tabel NNH
Kekuatan Hubungan
Jenis obat Number needed to treat (NNT) Number needed to harm (NNH)