KEJAKSAAN - Penyuluhan Dan Penerangan Hukum Program Pembinaan Guru Taat Hukum
KEJAKSAAN - Penyuluhan Dan Penerangan Hukum Program Pembinaan Guru Taat Hukum
Lanjutan…
Ragam Pungutan di Sekolah
51. Uang Materai
31. Uang koprasi (uang tidak di 41. Uang map ijazah
52.Uang kartu pelajar
kembalikan) 42.Uang STTB legalisir
53.Uang Tes IQ
32.Uang PMI 43.Uang ke UPTD
54.Uang tes kesehatan
33.Uang dana kelas 44.Uang administrasi
55.Uang buku TaTib
34.Uang denda ketika siswa tidak 45.Uang panitia
56.Uang MOS
mengerjakan PR 46.Uang jasa guru mendaftarkan ke
57.Uang tarikan untuk GTT (Guru
35.Uang UNAS sekolah selanjutnya
Tidak Tetap)
36.Uang menulis ijazah 47.Uang listrik
58.Uang Tahunan (Kegunaan yg tdk
37.Uang formulir 48.Uang computer
jelas)
38.Uang jasa kebersihan 49.Uang bapopsi
39.Uang dana social 50.Uang jaringan internet
40.Uang jasa menyebrangkan
siswa
Sumber biaya pendidikan pada
satuan pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah
1. APBN;
2. APBD;
3. Sumbangan dari peserta didik atau orang
tua/walinya;
4. Sumbangan dari pemangku kepentingan
pendidikan dasar di luar peserta didik atau
orang tua/walinya;
5. Bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;
6. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;
dan/atau
7. Sumber lain yang sah.
Permendikbud No
44/2012
Pada Prinsipnya 2 Komponen Pungli di Sekolah
1. Tidak Memiliki Dasar Hukum
2. Tidak Memiliki Kewenangan Untuk Menarik Pungutan Komite Sekolah
Sekolah
Murid/Wali Murid
Latar Belakang Revitalisasi Komite Sekolah
1. Kepmendiknas Nomor 44/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah sudah tidak relevan karena tidak mengacu pada
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (masih berdasarkan
UU Sisdiknas sebelumnya: UU Nomor 2 Tahun 1989 yang telah
dicabut) dan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (PP 66 th 2010). Salah satu contoh
norma yang sudah tidak relevan adalah komponen keanggotaan
Komite Sekolah masih memasukkan unsur Guru dari sekolah yang
bersangkutan.
Latar Belakang Revitalisasi Komite Sekolah
2. Optimalisasi tugas dan fungsi Komite Sekolah
3. Menghindari praktik pungli (pungutan liar) baik yang dilakukan
Sekolah maupun Komite Sekolah
4. Melindungi masyarakat yang kurang mampu
5. Perlunya transparansi alokasi anggaran dari Pemda/Pemerintah
Pusat kepada sekolah dan akuntablitas pertanggungjawaban
penggalangan dana oleh Komite Sekolah.
6. Tujuan: Revitalisasi Komite Sekolah dengan Prinsip Gotong
Royong
Keanggotaan (Pasal 4)
Orangtua/wali dari siswa Tokoh Masyarakat Yang Tidak Dapat Menjadi
yang masih aktif Komite Sekolah
• maks 30% 1. Guru & Tenaga Kependidikan dari Sekolah
• maks 50% • Memiliki pekerjaan dan yang bersangkutan
• Diharapkan ketua perilaku hidup yang 2. Penyelenggara Sekolah yang bersangkutan
Komite dari Orang menjadi panutan Sekolah Swasta
Tua/Wali • Tidak termasuk
anggota/pengurus OPG Orang Yang Karena Jabatannya Berpotensi
dan pengurus Parpol Conflict Of Interest Terhadap Pengelolaan
Anggaran Negara
Jumlah Anggota 5-15 orang 3. Pemerintah Desa
Pakar Pendidikan
Persentase ini merupakan 4. Pejabat daerah yang tergabung dalam
• maks 30% batas maksimal sampai dengan 5. Forum Koordinasi Pimpinan
jumlah anggota memenuhi 100% Kecamatan/Pimpinan Daerah
• Pensiunan PTK
yang disesuaikan dengan 6. Anggota DPRD
• Berpengalaman di kondisi daerah masing-
bidang pendidikan 7. Pejabat pemerintah pusat/pemda yang
masing.
membidangi pendidikan
Metode Penggalangan Dana Yang Dapat SMA/SMK Negeri Di Daerah Yg
Dilakukan Oleh Komite Sekolah Tidak Melaksanakan Wajib Belajar 12
Tahun & Sekolah Swasta
BANTUAN SUMBANGAN
PUNGUTAN
Definisi : Definisi: Pemberian
Pemberian uang / uang/barang/jasa
Pasal 10 Definisi: Penarikan uang oleh
barang / jasa oleh peserta didik, Sekolah kepada peserta didik,
oleh pemangku orang tua/wali baik orangtua/walinya yang bersifat
Bukan
kepentingan perseorangan wajib, mengikat, serta jumlah dan
satuan pendidikan maupun bersama- jangka waktu pemungutannya
di luar peserta sama, masyarakat ditentukan.
didik atau orang atau lembaga secara • Dana BOS/BOSDA diutamakan untuk kebutuhan
tua/wali, dengan sukarela, dan tidak pokok sekolah misalkan buku pelajaran, buku di
syarat yang mengikat satuan perpustakaan.
disepakati para pendidikan • Pungutan TIDAK DIPERUNTUKAN untuk
pembangunan fisik atau renovasi bangunan
pihak (misalkan tempat ibadah dan ruang kelas), atau
untuk pembelian kendaraan operasional sekolah.
Sumbangan oleh KS tidak boleh Sumbangan
untuk membayar gaji/honor Wajib
guru dan tendik. (Permendagri
Nomor 31 Tahun 2016 APBD
untuk Guru PNS)
Skema Perbedaan Bantuan, Pungutan Dan Sumbangan
ASPEK BANTUAN SUMBANGAN PUNGUTAN
TINDAKAN Pemberian Pemberian Penarikan
BENTUK Uang/Barang/Jasa Uang/Barang/Jasa Uang
• PP. No. 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan
Pendidikan atas UU No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan
• Permendikbud No. 44 Tahun 2012 Tentang Tindak Pidana Korupsi (pasal 12 huruf e).
Pungutan dan Sumbangan di Satuan
Pendidikan Dasar. “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
• Permendikbud No. 75 Tahun 2016 Tentang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
Komite Sekolah orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;”
RUMUSAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Menyalahgunakan
Menyalahgunakan Adalah Menggunakan Kewenangan,
Kesempatan Atau Sarana Yang Melekat Pada Jabatan
Atau Kedudukan Yang Dijabat Atau Diduduki Oleh Pelaku
Tindak Pidana Korupsi Untuk Tujuan Lain Dari Maksud
Diberikannya Kewenangan, Kesempatan Atau Sarana
Tersebut.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 80
(Pasal 76C) Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
Kekerasan terhadap Anak.
3 tahun 6 bulan (denda Rp. 72jt)
Luka berat 5 tahun (denda Rp. 100jt)
Mati 15 tahun (denda Rp. 3M)
”(Pasal 1 angka 15a) Kekerasan adalah setiap perbuatan
terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum.”
KETENTUAN PIDANA
Pasal 81
(Pasal 76D) Setiap Orang dilarang melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain. ≥ 5 tahun ≤ 15 tahun (denda maks
Rp. 5M)
• (Pasal 81 ayat 2) Berlaku pula bagi orang yang dengan tipu
muslihat, rangkaian kebohongan, membujuk Anak melakukan
persetubuhan
• (Pasal 81 ayat 3) yang dilakukan oleh orang tua, wali, orang-
orang yang mempunyai hibingan keluarga, pengasuh anak,
pendidik,tenaga pendidikan, aparat yang menangani
perlindungan anak atau dilakukan oleh lebih dari satu orang
secara bersama-sama, ancaman pidana ditambah 1/3
• (Pasal 81 ayat 4) Terhadap residivis ditambah 1/3
• (Pasal 81 ayat 5) Korban lebih 1 orang, korban luka berat,
gangguan jiwa, penyakit menular/ meninggal dunia, pelaku
dipidana mati, seumur hidup / penjara ≥10 tahun ≤ 20 tahun
• (Pasal 81 ayat 7) Dapat dikebiri
KETENTUAN PIDANA
Pasal 82
Pasal 76E) Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
≥ 5 tahun ≤ 15 tahun (denda Rp. 5M)
• (Pasal 82 ayat 2) yang dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang
mempunyai hibingan keluarga, pengasuh anak, pendidik,tenaga pendidikan, aparat
yang menangani perlindungan anak atau dilakukan oleh lebih dari satu orang secara
bersama-sama, ancaman pidana ditambah 1/3
• (Pasal 82 ayat 3) Terhdap residivis ditambah 1/3
• (Pasal 82 ayat 4) Korban lebih 1 orang, korban luka berat, gangguan jiwa,
penyakit menular/ meninggal dunia, pidananya ditambah 1/3
• (Pasal 82 ayat 6) melanggar pada ayat 2 s/d 4 dapat dikenai tindakan rehabilitasi
dan pemasangan alat pendeteksi elektronik
KETENTUAN PIDANA
Pasal 12 huruf e
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi
menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur :
• Pegawai Negeri atau penyelenggara negara;
• Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
• Secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya;
• Memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya;
REALITA yang dihadapi
Bagaimana mengatasi kekerasan dalam dunia pendidikan?? Beberapa
solusi yang diberikan untuk mengatasi kekerasan pada siswa di sekolah
diantaranyan adalah sebagai berikut:
• Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
• Mendorong/mengembangkan humaniasi pendidikan;
• Hukuman yang di berikan berkolerasi dengan tindakan anak,
• Terus menerus membekali guru untuk menambah wawasan
pengetahuan, kesempatan, pengalaman baru untuk mengembangkan
kreativitas mereka.
• Konseling. Bukan siswa saja membutuhkan konseling, tapi juga guru.
Sebab guru juga mengalami masa sulit yang membutuhkan dukungan,
penguatan, atau bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.
• Segera memberikan pertolongan bagi siapa pun juga yang mengalami
tindakan kekerasan di sekolah,dan menindak lanjuti serta mencari
solusi alternatif yang terbaik.
Secara yuridis, tindakan kekerasan diselesaikan secara hukum,
litigasi atau non-litigasi. Menurut pasal 1365 KUHPdt, “Tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Pasal
1366 menetapkan bahwa “Setiap orang bertanggungjawab
tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena kelalaian, atau kurang hati-hatinya.” Pasal 1367
menetapkan bahwa guru sekolah bertanggung-jawab tentang
kerugian yang diterbitkan oleh murid selama waktu murid itu
berada di bawah pengawasan mereka, kecuali, jika mereka
dapat membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah
perbuatan yang mesti mereka seharusnya bertanggungjawab.
Dalam Hukum Pidana, perbuatan kekerasan bisa digolongkan
sebagai perbuatan pidana, umpama kejahatan kesusilaan,
penghinaan, penganiayaan.
Perlindungan terhadap GURU
Adanya Putusan MA yang menyatakan guru tidak bisa
dipidana saat menjalankan profesinya dan melakukan
tindakan pendisiplinan terhadap siswa. Hal itu diputuskan
saat mengadili guru dari Majalengka, Jawa Barat, SD Aop
Saopudin (31). Apa yang dilakukan terdakwa adalah
sudah menjadi tugasnya dan bukan merupakan suatu
tindak pidana dan terdakwa tidak dapat dijatuhi
pidana atas perbuatan/tindakannya tersebut karena
bertujuan untuk mendidik agar menjadi murid yang
baik dan berdisiplin.
Tentunya Tindakan oleh Tenaga Pengajar/ Guru
haruslah “terukur” untuk tujuan mendidik
Terimakasih
Kejari-tuban.kejaksaan.go.id
@NegeriTuban
@kejaksaannegerituban
@kejaksaannegerituban