FILSAFAT ILMU
0021.09.23.2022
PENGERTIAN
Epistemologi dari bahasa yunani episteme (pengetahuan) dan Logos (ilmu) adalah
cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini
termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang Filsafat,
misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta
hubungan dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indra dengan berbagai metode, diantaranya :
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis
2
EPISTEMOLOGI MENURUT PARA AHLI
1. Abdul Munir Mulkan
Segala macam bentuk aktivitas dan pemikiran manusia yang selalu
mempertanyakan dari mana asal muasal ilmu pengetahuan itu diperoleh.
2. Mujamil Qomar
Bagian ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah
dan kodrat pengetahuan.
3. Anton Bakker
Cabang filsafat yang berurusan mengenai ruang lingkup serta hakikat
pengetahuan.
4. Achmad Charris Zubair
Suatu ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan secara dalam
mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta bagaimana
cara memperolehnya.
3
OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI
Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan
tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat,
sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan
tujuan hamper sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi antara objek dan tujuan
memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan
tercapainya tujuan.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemology atau teori pengetahuan yang untuk pertama
kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemology ini menurut Jujun S.
Suria suamantri berupa“ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan.” Proses untuk memperolehn pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori
pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu
sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran
menjadi tidak terarah sama sekali..
4
Epistemologi Menurut Pandangan Science Modern
Epistemologi Empirisme
• Secara radikal, empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indera lahiriah.
• Yang utama dan meniscayakan pengetahuan hanyalah indera, sehingga keterinderaan
adalah syarat dan prinsip utama dalam upaya memperoleh pengetahuan.
• Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris
(pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan.
• Menurut John Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih. Apa
yang kemudian mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman.
5
Epistemologi Menurut Pandangan Science Modern
Epistemologi Rasionalisme
• Penganut Rasionalisme berpandangan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan
menggunakan akal budi (intelect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada
pandangan bahwa dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang dapat
dipahami secara rasional dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis.
• Penganut Rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang dedukatif, rasional,
matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan.
• Dalam menanggapi penginderaan, penganut rasionalisme juga mengakui keberadaan
dan peranannya, namun dianggap hanya sebagai bahan awal untuk mencapai
pengetahuan melalui analisis rasional. Tanpa rasio, hasil persepsi indera tetap tidak
berarti apa-apa.
6
Epistemologi Menurut Pandangan Science Modern
Epistemologi Kritisisme
• Kritisisme adalah suatu aliran filsafati, yang dalam Epistemologi berupaya menunjukkan
jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam ekstrimitas, empirisme
dan rasionalisme.
• Menurut Kant, memang benar bahwa kita punya pengalaman inderawi, tapi sama
benarnya juga bahwa kita mempunyai pengetahuan yang menghubungkan hal – hal,
yang untuk mencapainya kita harus keluar menembus pengalaman.
• Bagi Kant, pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi atas unsur – unsur aposteriori
(sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman).
7
Epistemologi Islami
9
Epistemologi Islami
Potensi Internal
• Al Quran mempertegas adanya fuad sebagai indera batiniah, misalnya melalui ayat 11
Surah An Najm, yang artinya “Tiadalah berdusta fuad (hati) terhadap apa yang dilihatnya.”
Ayat tersebut menegaskan kebenaran penginderaan fuad nabi Muhammad SAW ketika
mengindera dengan cara “melihat” berbagai fenomena dari realitas alam gaib.
• Dalam filsafat ilmu Islami, akal adalah qalb (hati) yang khusus untuk fungsi pengakalannya
disebut ‘aql, dimana otak dipandang sebagai pengkonstruksi satuan-satuan pemahaman.
Potensi Eksternal
• Obyek pengetahuan sebagai potensi eksternal, dipahami dalam arti bahwa sebagai
ciptaan Allah, pada dasarnya ia adalah refleksi ilmu Allah sendiri mengenai obyek itu.
• Otoritas sebagai potensi eksternal, dipahami dalam arti jika seseorang memiliki potensi
internal, maka orang lain yang telah memiliki pengetahuan tentang apa yang ingin
diketahuinya, berkedudukan sebagai potensi eksternal. Karena itu, pengetahuan yang
telah dimiliki orang tersebut, terkandung potensi pengetahuan yang dapat diperoleh
pencari ilmu.
10
Epistemologi Islami
Apabila pandangan epistemologis Islami di sistimatisir, maka potensialitas berpengetahuan manusia
menurut landasan Al Quran adalah :
• Tuhan sebagai Sumber Pengetahuan
• Al Quran sebagai otoritas utama
• Indera-indera lahir sebagai alat
• Qalb sebagai alat, dengan 3 potensi yaitu :
1. Fuad sebagai alat yang bersifat tidak lahiriah, dengan potensi penginderaannya mengindera
dan mempersepsi realitas non lahiriah.
2. Aql sebagai alat yang bersifat tidak lahiriah dengan potensi mengakal untuk melakukan
penalaran terhadap hasil persepsi indera-indera lahir dan fuad.
3. Lubb sebagai alat yang bersifat tidak lahiriah, dengan potensi pemahaman untuk memahami
dan menghayati makna dalam totalitas pandangan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
• Obyek pengetahuan itu sendiri
• Manusia lain sebagai otoritas kedua
11
Perbandingan Epistemologi
SCIENCE MODERN ISLAMI
12
TERIMA
KASIH
13