Anda di halaman 1dari 40

ANTISIPASI MASALAH

DALAM TAHAPAN
TUNGSURA PEMILU 2024
EVIE ARIADNE SHINTA DEWI
Hasil (Outcome) :

•Terakomodirnya saran masukan


untuk penyiapan Rumusan
Kebijakan Pemungutan dan
Perhitungan Suara dalam Pemilu
Serentak Tahun 2024.
Pendahuluan
• Pemilu Serentak 2024 akan menjadi yang paling kompleks karena untuk pertama
kalinya digelar serentak di tahun yang sama. 
• Tapi kita harus tetap optimis, mengingat pengalaman Pemilu 2019 dan Pilkada 2020
yang relatif sukses di tengah situasi pandemi Covid-19.
• Walau terdapat beberapa tantangan, diantaranya jarak waktu terlalu dekat, kondisi
cuaca yang tidak menentu, terjadi irisan tahapan Pemilu dan Pilkada, kompleksitas
pengelolaan logistic, akhir masa jabatan KPU Provinsi dan KPU Kab/Kota beririsan
dengan tahapan Pemilu yang krusial, dan kemungkinan masih dihadapkan pada
ancaman Covid-19 (walau saat ini sudah dinyatakan sebagai Endemi).
•  hal ini membuat beban kerja penyelenggara menjadi lebih berat.
Potensi Masalah
• Pada tahapan pemutakhiran data pemilih misalnya, ada pemilih yang
belum melakukan perekaman E-KTP, data pemilih ganda, pemilih tidak
memenuhi syarat (TMS) terdapat di DPT pemilih, pemilih yang (MS)
tidak terdapat di DPT, dan kesalahan elemen data dalam DPT.
• potensi permasalahan pada tahapan kampanye, tahapan pencetakan
dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara
• potensi permasalahan dalam tahapan pemungutan suara, tahapan
penghitungan dan rekapitulasi suara.
Potensi Masalah
• masalah makro,
• masalah teknis, dan
• masalah SDM ad hock.
• "Masalah makro adanya ketentuan dalam UU pemilu dan
pilkada yang multitafsir membuat penyelenggara rentan
dipersoalkan secara etik bahkan pidana. ini yang akhirnya
ada yang ke DKPP dan pengadilan pidana
Potensi Masalah
• permasalahan teknis,
• pertama irisan tahapan antara pemilu dan pilkada.
• Kedua kesulitan akses jaringan teknologi informasi di
berbagai daerah terutama wilayah Indonesia timur.
• Ketiga, kendala geografis di daerah yang terisolir, dan
• keempat yakni keterbatasan waktu rekapitulasi
penghitungan suara dan pelaksanaan pemungutan suara
ulang (PSU)
Potensi Masalah
• permasalahan SDM ad hoc yaitu kesulitan rekruitmen
SDM adhoc dan kapasitas SDM adhoc dalam melaksanakan
persiapan dan pelaksanaan pungut hitung.
Potensi Masalah
• Masalah logistik pemilu, seperti keterlambatan, kerusakan, atau kekurangan surat suara, kotak
suara, tinta, atau alat pelindung diri123.
• Masalah data pemilih, seperti ketidaksesuaian, ketidaktelitian, atau ketidaklengkapan data pemilih
dengan kondisi riil di lapangan123.
• Masalah kapasitas dan beban kerja petugas KPPS, seperti kekurangan, kelelahan, atau kesalahan
petugas KPPS dalam melaksanakan tugasnya123.
• Masalah data hasil penghitungan suara, seperti ketidaksesuaian, ketidaktransparanan, atau
ketidakakuratan data hasil penghitungan suara di tingkat TPS, PPK, PPS, KPU Kabupaten
/Kota, KPU Provinsi, atau KPU RI123.
• Masalah gugatan akhir pilpres, seperti adanya sengketa hasil pilpres yang diajukan oleh pasangan
calon presiden dan wakil presiden ke Mahkamah Konstitusi12.
Potensi Masalah Tungsura
• Potensi masalah ketidaksesuaian data hasil penghitungan suara di tingkat TPS, PPK, PPS, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, atau KPU RI. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan, kecurangan
, atau manipulasi data oleh penyelenggara pemilu atau pihak-pihak yang berkepentingan123.
• Potensi masalah ketidaktransparanan data hasil penghitungan suara di tingkat TPS, PPK, PPS, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, atau KPU RI. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidaktersediaan atau
ketertutupan data oleh penyelenggara pemilu atau pihak-pihak yang berkepentingan123.
• Potensi masalah ketidakakuratan data hasil penghitungan suara di tingkat TPS, PPK, PPS, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, atau KPU RI. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan metode
atau sistem penghitungan suara antara pemilu legislatif dan pemilu presiden123.
• Potensi masalah keterlambatan data hasil penghitungan suara di tingkat TPS, PPK, PPS, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, atau KPU RI. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya kotak suara
yang harus dihitung, kesulitan akses transportasi atau komunikasi, atau gangguan teknis lainnya123.
Bagaimana mengantisipasinya?
• Semua potensi masalah tersebut dapat diantisipasi dengan
penyelenggara pemilu yang kompeten dan berintegritas,
• dukungan Pemerintah, LSM, dan Media,
• Kolaborasi, koordinasi, dan sinergi dengan Kepolisian/TNI dan Lembaga
Negara lainnya,
• Perlu adanya kontrol dan keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh
agenda Pemilu 2024,
• serta Peradilan Pemilu berintegritas.
Bagaimana mengantisipasinya?
• Untuk mengantisipasi masalah logistik pemilu, perlu dilakukan perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
dan pengembalian logistik pemilu secara tepat waktu, akurat, aman, dan transparan. Perlu juga dilakukan
koordinasi dan sinergi antara KPU, Bawaslu, pemerintah daerah, TNI/Polri, dan pihak-pihak terkait
lainnya123.
• Untuk mengantisipasi masalah data pemilih, perlu dilakukan pemutakhiran data pemilih secara berkala,
komprehensif, dan partisipatif. Perlu juga dilakukan verifikasi dan validasi data pemilih secara independen
dan profesional oleh KPU dan Bawaslu. Perlu juga dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
tentang pentingnya mengecek data pemilih dan melaporkan jika ada kesalahan atau kekurangan 123.
• Untuk mengantisipasi masalah kapasitas dan beban kerja petugas KPPS, perlu dilakukan rekrutmen,
pelatihan, dan pembinaan petugas KPPS secara selektif, kompeten, dan netral. Perlu juga dilakukan
peningkatan kesejahteraan dan perlindungan petugas KPPS. Perlu juga dilakukan penyesuaian jumlah TPS
dan jumlah pemilih per TPS sesuai dengan kondisi lapangan123.
Bagaimana mengantisipasinya?
• Untuk mengantisipasi masalah data hasil penghitungan suara, perlu dilakukan
penghitungan suara secara jujur, adil, akuntabel, dan transparan. Perlu juga dilakukan
pengawasan dan audit hasil penghitungan suara secara independen dan profesional oleh
Bawaslu dan masyarakat. Perlu juga dilakukan pemanfaatan teknologi informasi untuk
mempercepat dan mempermudah proses penghitungan suara123.
• Untuk mengantisipasi masalah gugatan akhir pilpres, perlu dilakukan penegakan hukum
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sebelum, saat, atau sesudah pemungutan
suara. Perlu juga dilakukan penyelesaian sengketa hasil pilpres secara cepat, adil, dan
konstitusional oleh Mahkamah Konstitusi. Perlu juga dilakukan rekonsiliasi politik
antara pasangan calon presiden dan wakil presiden serta pendukungnya12.
Peran Bawaslu dalam mengawasi potensi masalah
• Bawaslu bertugas menyusun standar tata laksana pengawasan penyelenggaraan pemilu untuk pengawas pemilu di
setiap tingkatan1.
• Bawaslu bertugas melakukan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa
proses pemilu1.
• Bawaslu bertugas mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu, yang terdiri atas perencanaan dan penetapan
jadwal tahapan pemilu, penyusunan dan penetapan anggaran pemilu, penyusunan dan penetapan peraturan
pelaksanaan pemilu, penyusunan dan penetapan daftar pemilih, penyusunan dan penetapan daftar calon peserta
pemilu, penyusunan dan penetapan daftar calon anggota legislatif, penyusunan dan penetapan daftar calon
presiden dan wakil presiden, serta penyusunan dan penetapan daftar calon kepala daerah dan wakil kepala daerah1.
• Bawaslu bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu, yang terdiri atas kampanye pemilu, pemungutan suara,
penghitungan suara, rekapitulasi hasil penghitungan suara, serta penetapan hasil pemilu1.
• Bawaslu bertugas mengoptimalkan pencegahan pelanggaran pemilu melalui pendekatan pengawasan berbasis
teknologi digital, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan atau kesiapan masing-masing daerah terutama
kendala akses jaringan teknologi informasi2.
Peran masyarakat dalam mengawasi potensi
masalah
• Peran masyarakat sebagai pemilih, yaitu mengecek data pemilih dan melaporkan jika ada
kesalahan atau kekurangan, menggunakan hak pilih secara cerdas dan bertanggung jawab,
menghormati pilihan orang lain, dan mengawasi proses pemilu secara kritis dan konstruktif12.
• Peran masyarakat sebagai peserta pemilu, yaitu mengikuti tahapan pemilu sesuai dengan aturan
yang berlaku, menyampaikan visi misi dan program secara jelas dan jujur, menjaga etika dan
integritas dalam berkompetisi, serta menerima hasil pemilu dengan legowo12.
• Peran masyarakat sebagai pengawas pemilu, yaitu melaporkan pelanggaran pemilu yang terjadi
kepada Bawaslu atau pengawas pemilu lainnya, memberikan informasi atau bukti yang relevan
dan akurat, serta mendukung penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran pemilu12.
• Peran masyarakat sebagai mitra penyelenggara pemilu, yaitu memberikan masukan atau
saran yang bermanfaat bagi penyempurnaan penyelenggaraan pemilu, berpartisipasi dalam
sosialisasi atau edukasi pemilu kepada masyarakat luas, serta memberikan dukungan moral atau
materiil kepada penyelenggara pemilu12.
Dampak potensi masalah tersebut terhadap kualitas dan
legitimasi Pemilu 2024
• Dampak terhadap kualitas pemilu, yaitu menurunnya tingkat partisipasi, akurasi, transparansi,
akuntabilitas, dan keadilan pemilu. Potensi masalah tersebut dapat menyebabkan pemilih
mengalami kesulitan, kebingungan, atau ketidakpercayaan dalam menggunakan hak pilihnya.
Potensi masalah tersebut juga dapat menyebabkan penyelenggara pemilu mengalami kesalahan,
kecurangan, atau konflik dalam melaksanakan tugasnya. Potensi masalah tersebut juga dapat
menyebabkan hasil pemilu tidak mencerminkan kehendak rakyat secara jujur dan adil12.
• Dampak terhadap legitimasi pemilu, yaitu menurunnya tingkat kredibilitas, representasi, dan
stabilitas politik. Potensi masalah tersebut dapat menyebabkan pemilih tidak puas, tidak percaya,
atau tidak menghormati hasil pemilu. Potensi masalah tersebut juga dapat menyebabkan
penyelenggara pemilu tidak diakui, tidak dihargai, atau tidak dipercaya oleh masyarakat. Potensi
masalah tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya sengketa, protes, atau kekerasan politik yang
mengancam kedaulatan dan keutuhan negara12.
Mencegah Kecurangan pada Pemilu 2024
• Tahun lalu, publik diramaikan dengan polemik mengenai adanya
potensi kecurangan pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024.
Polemik ini muncul setelah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berpidato di acara Rapat
Pimpinan Nasional Partai Demokrat, pada 15 September 2022. SBY
mengaku mendengar kabar ada tanda-tanda bahwa Pemilu 2024
akan diselenggarakan dengan tidak jujur dan adil. SBY mengatakan,
karena adanya informasi tersebut, ia mesti turun gunung untuk
menghadapi Pemilu 2024. (kompas.com, 19/9/2022).
Mencegah Kecurangan pada Pemilu 2024
• Cara pertama adalah melakukan pengawasan yang ketat dan profesional oleh Bawaslu dan pengawas pemilu
lainnya di setiap tingkatan. Pengawasan ini meliputi pencegahan, penindakan, dan penyelesaian pelanggaran
pemilu yang terjadi sebelum, saat, atau sesudah pemungutan suara123.
• Cara kedua adalah melakukan keterbukaan data dan informasi oleh KPU dan Bawaslu kepada masyarakat. 
Keterbukaan ini meliputi data pemilih, data peserta pemilu, data hasil penghitungan suara, data pelanggaran
pemilu, dan data lainnya yang relevan dengan penyelenggaraan pemilu12 .
• Cara ketiga adalah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban sebagai
pemilih, peserta pemilu, pengawas pemilu, atau mitra penyelenggara pemilu. Sosialisasi dan edukasi ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, partisipasi, dan tanggung jawab masyarakat dalam pelaksanaan
pemilu yang demokratis12 .
• Cara keempat adalah melakukan pemanfaatan teknologi informasi untuk mempercepat dan mempermudah
proses penyelenggaraan pemilu. Teknologi informasi ini meliputi sistem informasi partai politik (SIPOL),
sistem informasi pencalonan (SILON), sistem informasi perhitungan suara (Situng), sistem informasi
rekapitulasi (Sirekap), dan sistem informasi pelanggaran (Sipel)1 2 .
Issue strategis
• 1. Persiapan dan pelaksanaan Pemungutan suara, baik di Dalam
Negeri maupun di Luar Negeri: Persiapan Pemungutan Suara: Pasal 5
s.d.Pasal 10 & Pelaksanaan Pemungutan Suara DN dan LN: Pasal 11
s.d. Pasal 48
• 2. Persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara, baik di Dalam
Negeri maupun di Luar Negeri : Persiapan Penghitungan Suara: Pasal
49 s.d. Pasal Pasal 51 & Pelaksanaan Penghitungan Suara DN dan LN:
Pasal 52 s.d. Pasal 10
Issue strategis
• 3. Ketentuan mengenai PSU, PSL, dan PSS : Pasal 109 s.d.
Pasal 139, kondisi tertentu dan tata cara pelaksanaan
Pemungutan dan Penghitungan Suara Ulang, Lanjutan dan
Susulan.
• 4. Ketentuan mengenai TPS di lokasi khusus : Pasal 140 s.d.
Pasal 146, tata cara pelayanan pemilih dan pelaksanaan
Pemungutan suara serta penghitungan suara di lokasi khusus
Issue strategis
5. Ketentuan mengenai pemberian suara menggunakan
Noken : Pasal 145, tata cara pemberian suara dengan
metode noken/ikat, khususnya di beberapa wilayah Papua.
6. Sistem Informasi : Pasal 146 s.d. Pasal 148, Sirekap
sebagai alat bantu perekaman data hasil perolehan
penghitungan suara di TPS dan sebagai alat pembuatan
Salinan digital.
Issue strategis
• Isu strategis pertama adalah mengenai beda waktu dan metode pemungutan suara di dalam dan di luar negeri. Bagi
pemilih di dalam negeri, pemungutan suara akan dilangsungkan pada tanggal 14 Februari 2024, mulai pukul 7 pagi hingga
1 siang. Sedangkan bagi pemilih di luar negeri, pemungutan suara dilakukan lebih awal, yakni antara tanggal 8 hingga 14
Februari 2024. Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) dibuka mulai pukul 8 pagi hingga 6 sore, bertempat di
wilayah Perwakilan RI atau tempat lain yang diizinkan oleh pemerintah setempat. Di dalam negeri, pemungutan suara
akan dilakukan di sekitar 800 ribu TPS. Sementara di luar negeri, tiga metode pemungutan suara dapat dipilih oleh Panitia
Pemilihan Luar Negeri (PPLN), yakni melalui TPSLN, Kotak Suara Keliling (KSK), dan pengiriman pos12.
• Isu strategis kedua adalah mengenai metode penghitungan suara untuk pemilu legislatif dan pemilu presiden. Untuk
pemilu legislatif, metode penghitungan suara yang digunakan adalah metode Sainte-Lague dengan pembulatan ke
bawah. Untuk pemilu presiden, metode penghitungan suara yang digunakan adalah metode mayoritas sederhana dengan
syarat minimal perolehan suara sebesar 20 persen dari jumlah suara sah secara nasional 3.
• Isu strategis ketiga adalah mengenai penyampaian salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada para
pihak. Penyampaian salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara dilakukan oleh KPPS kepada saksi-saksi
pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta pemilu, dan calon anggota DPD RI yang ada di TPS. 
Penyampaian salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara juga dilakukan oleh PPK kepada saksi-saksi
pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta pemilu, dan calon anggota DPD RI yang ada
di kecamatan3.
Issue strategis
• Isu strategis keempat adalah mengenai penyederhanaan dan perubahan nomenklatur formulir hasil penghitungan suara.
Penyederhanaan formulir hasil penghitungan suara dilakukan dengan menggabungkan beberapa formulir yang sebelumnya terpisah
menjadi satu formulir. Misalnya, formulir C1 untuk DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD RI digabungkan
menjadi formulir C1 PLANO. Formulir C1 untuk Pilpres digabungkan dengan formulir C7 menjadi formulir C1 PRESIDEN. 
Perubahan nomenklatur formulir hasil penghitungan suara dilakukan dengan menambahkan huruf PLANO atau PRESIDEN pada
akhir nama formulir3.
• Isu strategis kelima adalah mengenai peningkatan kualitas pencetakan formulir hasil penghitungan suara. Peningkatan kualitas
pencetakan formulir hasil penghitungan suara dilakukan dengan menggunakan kertas yang lebih tebal dan tahan air, menggunakan
tinta yang tidak mudah luntur atau pudar, menggunakan barcode atau QR code untuk memudahkan verifikasi data, serta
menggunakan ukuran huruf yang lebih besar dan jelas3.
• Isu strategis keenam adalah mengenai pemanfaatan teknologi informasi untuk mempercepat dan mempermudah proses penghitungan
suara. Pemanfaatan teknologi informasi dilakukan dengan menggunakan sistem informasi perhitungan suara (Situng) yang dapat
diakses oleh masyarakat melalui situs resmi KPU. Situng berfungsi sebagai alat bantu untuk memonitor perkembangan hasil
penghitungan suara berdasarkan data yang dimasukkan oleh penyelenggara pemilu di setiap tingkatan. Situng juga dapat
menampilkan data hasil penghitungan suara dalam bentuk grafik, tabel, peta, dan dashboard3.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan pertama adalah mengenai penyesuaian waktu pemungutan suara
di dalam dan di luar negeri. Penyesuaian ini bertujuan untuk
menghindari kebocoran informasi atau pengaruh hasil pemungutan
suara di luar negeri terhadap pemilih di dalam negeri. Penyesuaian ini
bisa dilakukan dengan memperpendek rentang waktu pemungutan suara
di luar negeri, misalnya hanya satu atau dua hari sebelum pemungutan
suara di dalam negeri. Atau bisa juga dengan menetapkan waktu
pemungutan suara yang sama di dalam dan di luar negeri, dengan
memperhatikan perbedaan zona waktu.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan kedua adalah mengenai penyempurnaan metode penghitungan suara untuk
pemilu legislatif dan pemilu presiden. Penyempurnaan ini bertujuan untuk meningkatkan
keadilan dan keterwakilan hasil pemilu legislatif dan presiden. Penyempurnaan ini bisa
dilakukan dengan mengubah metode penghitungan suara untuk pemilu legislatif dari
metode Sainte-Lague menjadi metode Webster atau metode Droop. Metode Webster atau
metode Droop lebih menguntungkan partai politik kecil atau menengah yang
mendapatkan suara cukup banyak namun tidak mencapai ambang batas kursi. Sedangkan
untuk pemilu presiden, bisa dilakukan dengan menambah syarat minimal perolehan
suara sebesar 25 persen dari jumlah suara sah di setiap provinsi. Syarat ini lebih
mengakomodasi aspirasi daerah dan mencegah dominasi pasangan calon dari pulau Jawa
.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Metode Sainte-Lague adalah metode yang menggunakan pembagi ganjil untuk
menghitung jumlah kursi yang diperoleh oleh setiap partai politik atau calon
dalam pemilu legislatif. Pembagi ganjil ini dimulai dari 1, 3, 5, 7, dan
seterusnya. Metode ini dilakukan dengan cara membagi jumlah suara yang
diperoleh oleh setiap partai atau calon dengan pembagi ganjil tersebut, lalu
mengambil nilai rata-rata tertinggi dari hasil pembagian tersebut. Partai atau
calon yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi akan mendapatkan kursi
berikutnya yang dialokasikan, dan nilai rata-rata mereka kemudian dihitung
kembali dengan pembagi ganjil berikutnya. Proses ini diulang hingga semua
kursi telah dialokasikan12.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Metode Webster adalah metode yang menggunakan pembagi genap untuk
menghitung jumlah kursi yang diperoleh oleh setiap partai politik atau calon
dalam pemilu legislatif. Pembagi genap ini dimulai dari 2, 4, 6, 8, dan
seterusnya. Metode ini dilakukan dengan cara yang sama dengan metode Sainte-
Lague, yaitu membagi jumlah suara yang diperoleh oleh setiap partai atau calon
dengan pembagi genap tersebut, lalu mengambil nilai rata-rata tertinggi dari
hasil pembagian tersebut. Partai atau calon yang mendapatkan nilai rata-rata
tertinggi akan mendapatkan kursi berikutnya yang dialokasikan, dan nilai rata-
rata mereka kemudian dihitung kembali dengan pembagi genap berikutnya. 
Proses ini diulang hingga semua kursi telah dialokasikan12.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Metode Droop adalah metode yang menggunakan kuota untuk menghitung
jumlah kursi yang diperoleh oleh setiap partai politik atau calon dalam pemilu
legislatif. Kuota ini dihitung dengan cara membagi jumlah suara sah secara
keseluruhan dengan jumlah kursi yang tersedia ditambah satu, lalu ditambah
satu lagi. Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi jumlah suara yang
diperoleh oleh setiap partai atau calon dengan kuota tersebut. Partai atau calon
yang mendapatkan sisa pengurangan lebih dari nol akan mendapatkan satu
kursi. Jika masih ada kursi yang tersisa, maka sisa pengurangan tersebut akan
dibandingkan lagi dan partai atau calon yang memiliki sisa pengurangan
terbesar akan mendapatkan kursi berikutnya3.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan ketiga adalah mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas salinan berita acara
dan sertifikat hasil penghitungan suara yang disampaikan kepada para pihak. Peningkatan
ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan penelusuran hasil penghitungan suara
oleh para pihak yang berkepentingan. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan menambah
jumlah salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang disampaikan oleh
KPPS dan PPK kepada saksi-saksi pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai
politik peserta pemilu, dan calon anggota DPD RI. Jumlah salinan ini bisa disesuaikan
dengan jumlah saksi yang hadir di TPS atau kecamatan. Selain itu, peningkatan kualitas
salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara bisa dilakukan dengan
menggunakan kertas karbon atau mesin fotokopi untuk menghasilkan salinan yang jelas
dan rapi.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan keempat adalah mengenai penyederhanaan dan perubahan nomenklatur formulir
hasil penghitungan suara. Penyederhanaan dan perubahan nomenklatur ini bertujuan
untuk mempermudah penyelenggara pemilu dan masyarakat dalam mengisi, membaca,
dan memahami formulir hasil penghitungan suara. Penyederhanaan dan perubahan
nomenklatur ini bisa dilakukan dengan menghapus beberapa kolom atau baris yang tidak
relevan atau berulang pada formulir C1 PLANO dan C1 PRESIDEN. Misalnya, kolom
jumlah surat suara sah, tidak sah, dan total yang sudah ada pada formulir C7 bisa dihapus
pada formulir C1 PRESIDEN. Selain itu, perubahan nomenklatur formulir hasil
penghitungan suara bisa dilakukan dengan menggunakan singkatan atau akronim yang
lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Misalnya, formulir C1 PLANO bisa diganti
menjadi formulir C1 LEGISLATIF atau formulir C1 DPR-DPD-DPRD.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan kelima adalah mengenai peningkatan kualitas pencetakan formulir hasil
penghitungan suara. Peningkatan kualitas pencetakan formulir hasil penghitungan suara
bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan keterbacaan formulir hasil penghitungan
suara. Peningkatan kualitas pencetakan formulir hasil penghitungan suara bisa dilakukan
dengan menggunakan kertas yang lebih tebal dan tahan air, menggunakan tinta yang tidak
mudah luntur atau pudar, menggunakan barcode atau QR code untuk memudahkan
verifikasi data, serta menggunakan ukuran huruf yang lebih besar dan jelas. Selain itu,
peningkatan kualitas pencetakan formulir hasil penghitungan suara juga bisa dilakukan
dengan menggunakan warna yang berbeda untuk setiap jenis formulir. Misalnya, formulir
C1 PLANO berwarna biru, formulir C1 PRESIDEN berwarna merah, dan formulir C7
berwarna kuning.
beberapa usulan untuk perbaikan pada rancangan
PKPU
• Usulan keenam adalah mengenai pemanfaatan teknologi informasi untuk mempercepat
dan mempermudah proses penghitungan suara. Pemanfaatan teknologi informasi
bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas hasil penghitungan suara.
Pemanfaatan teknologi informasi bisa dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
perhitungan suara (Situng) yang dapat diakses oleh masyarakat melalui situs resmi KPU.
Situng berfungsi sebagai alat bantu untuk memonitor perkembangan hasil penghitungan
suara berdasarkan data yang dimasukkan oleh penyelenggara pemilu di setiap tingkatan.
Situng juga dapat menampilkan data hasil penghitungan suara dalam bentuk grafik, tabel,
peta, dan dashboard. Selain itu, pemanfaatan teknologi informasi juga bisa dilakukan
dengan menggunakan aplikasi seluler atau media sosial untuk menyebarkan informasi
atau edukasi tentang proses pemungutan dan penghitungan suara kepada masyarakat.
Potensi ancaman peretas cyber
• Ancaman pertama adalah operasi siber yang berupa perusakan atau gangguan terhadap
sistem IT dalam penyelenggaraan pemilu. Misalnya, denial of service (DoS), distributed
denial of services (DdoS), pengendalian sistem secara ilegal, serta intercept dan pencurian
data pribadi. Ancaman ini bertujuan untuk menghambat atau mengacaukan proses
pemungutan, penghitungan, rekapitulasi, dan penetapan hasil suara12.
• Ancaman kedua adalah kebocoran data yang berupa penyebaran data pribadi atau rahasia
yang dimiliki oleh penyelenggara atau peserta pemilu. Misalnya, data kependudukan milik
jutaan warga Indonesia yang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT), data calon
presiden dan wakil presiden, data partai politik peserta pemilu, dan data lainnya yang
relevan dengan pemilu. Ancaman ini bertujuan untuk merusak reputasi atau citra dari
penyelenggara atau peserta pemilu34.
Potensi ancaman peretas cyber
• Ancaman ketiga adalah kampanye siber yang berupa penyebaran
informasi palsu, hoaks, fitnah, ujaran kebencian, provokasi, atau
propaganda yang berkaitan dengan pemilu. Misalnya, informasi
mengenai hasil quick count yang tidak akurat, informasi mengenai
kecurangan atau pelanggaran pemilu yang tidak benar, informasi
mengenai calon presiden atau wakil presiden yang tidak sesuai dengan
fakta, dan informasi lainnya yang dapat memengaruhi opini publik atau
sikap politik masyarakat. Ancaman ini bertujuan untuk memanipulasi
atau mengubah hasil pemilu sesuai dengan kepentingan tertentu12.
Potensi ancaman peretas cyber
• mengingat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin pesat dan kompleks, serta meningkatnya kepentingan politik
dan ekonomi yang terlibat dalam pemilu, maka kemungkinan ancaman
peretas cyber pada pemilu 2024 tetap ada dan bahkan bisa lebih besar
dari sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya preventif dan
responsif dari semua pihak yang terkait dengan pemilu untuk
mengantisipasi dan menangani ancaman peretas cyber tersebut.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah:
Potensi ancaman peretas cyber
• Meningkatkan kapasitas dan kesiapan penyelenggara pemilu dalam mengelola dan
melindungi sistem IT yang digunakan dalam pemilu. Misalnya, dengan melakukan
audit keamanan siber secara berkala, menerapkan standar keamanan siber yang
sesuai dengan best practice, melakukan backup data secara rutin, serta melakukan
simulasi atau latihan penanganan insiden siber.
• Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara penyelenggara pemilu dengan
pihak-pihak yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam bidang keamanan siber.
Misalnya, dengan membentuk satuan tugas khusus untuk keamanan siber pada
pemilu, melakukan pertukaran informasi dan intelijen siber secara terbuka dan cepat,
serta membangun mekanisme penyelesaian masalah siber yang efektif dan efisien.
Potensi ancaman peretas cyber
• Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat serta peserta
pemilu dalam menggunakan ruang siber dengan bijak dan bertanggung
jawab. Misalnya, dengan melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai
bahaya dan dampak ancaman peretas cyber pada pemilu, mengajak
masyarakat dan peserta pemilu untuk melaporkan atau menolak
informasi palsu atau hoaks yang berkaitan dengan pemilu, serta
mengajak masyarakat dan peserta pemilu untuk bersikap kritis dan
objektif dalam menanggapi informasi yang berkaitan dengan pemilu.
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
• Pasal 5 (1) Hari, tanggal, dan waktu Pemungutan Suara Pemilu anggota DPR, anggota DPD,
Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPRD Provinsi dan anggota DPRD Kabupaten/Kota
diselenggarakan secara serentak di TPS.
• (2) Hari, tanggal, dan waktu Pemungutan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada Hari libur atau Hari yang diliburkan.
• (3) Hari, tanggal, dan waktu Pemungutan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan KPU.
• (4) Pemungutan suara di TPS dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 13.00 waktu
setempat.
• (5) Pemungutan suara bagi Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri dilakukan pada
waktu yang sama atau waktu yang disesuaikan dengan waktu pemungutan suara di Indonesia
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
• Pasal 6 (1) Pemilih yang berhak memberikan suara di TPS, yaitu:
• a. pemilik KTP-el yang terdaftar dalam DPT di TPS yang bersangkutan
sebagaimana tercantum dalam formulir Model A-Kabko Daftar Pemilih;
• b. pemilik KTP-el yang terdaftar dalam DPTb di TPS yang bersangkutan
sebagaimana tercantum dalam formulir Model A-Daftar Pemilih Pindahan; dan
• c. pemilik KTP-el atau penduduk yang tidak terdaftar dalamDPT dan DPTb, tetapi
memenuhi syarat untuk dilayani penggunaan hak pilihnya pada hari dan tanggal
Pemungutan Suara, dicatat oleh KPPS dalam daftar hadir di TPS.
• (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemilih sesuai dengan Peratutan KPU
mengenai pemutakhiran daftar pemilih.
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
• Pasal 7 (1) Dalam persiapan Pemungutan Suara, KPPS melakukan kegiatan yang meliputi:
• a. penyiapan TPS;
• b. pengumuman dengan menempelkan DPT, DPTb, Pasangan Calon, dan DCT anggota DPR, DCT
anggota DPD, DCT anggota DPRD Provinsi, dan DCT Anggota DPRD Kabupaten/Kota di TPS; dan
• c. penyerahan salinan DPT dan DPTb kepada Saksi yang hadir dan Pengawas TPS.
• (2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPPS melakukan kegiatan sebagai berikut:
• a. menyampaikan pemberitahuan Pemungutan Suara kepada Pemilih;
• b. memastikan perlengkapan pemungutan dan Penghitungan Suara dan dukungan perlengkapan
lainnya; dan
• c. pembagian tugas KPPS.
PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA

Anda mungkin juga menyukai