Anda di halaman 1dari 2

SISI GELAP PEMILU 2024

Pemilu merupakan fondasi demokrasi sebuah negara. Namun, Pemilu 2024 di Indonesia telah diwarnai dengan
berbagai masalah yang mengancam integritas proses demokratis itu sendiri. Salah satu permasalahan utamanya
adalah rendahnya partisipasi pemilih. Terlepas dari kampanye yang intensif, masih banyak pemilih yang apatis dan
enggan menggunakan hak suaranya. Ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakpercayaan terhadap proses
pemilihan yang harus diatasi.

Salah satu masalah klasik dalam Pemilu adalah penyebaran berita palsu atau hoaks. Survei yang dihimpun
dalam laporan Starting Point: Posisi Elektorial Jelang Kampanye Pemilu 2024 menunjukkan bahwa isu itu
dikhawatirkan oleh 37,2% responden. Kekhawatiran berikutnya adalah bentrok antar-pendukung calon yang dipilih
19,8% responden. Isu selanjutnya ada berita bohong atau hoaks sebesar 11,9%. Dalam era digital, informasi dapat
dengan mudah disebarkan tanpa verifikasi yang memadai. Hal ini memicu kebingungan di antara pemilih dan dapat
mengarah pada keputusan yang salah dalam memilih pemimpin. Penyebaran hoaks harus ditangani secara serius
dengan melibatkan lembaga yang berwenang serta meningkatkan literasi digital masyarakat.

Keterlibatan politik uang juga masih menjadi masalah serius dalam Pemilu 2024. Pada pemilu tahun 2024
masyarakat telah menganggap lumrah politik uang. Mengutip hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI)
sebanyak 48% masyarakat beranggapan jika politik uang hal yang biasa. Praktik ini tidak hanya melanggar etika
demokrasi, tetapi juga merusak proses pemilihan yang adil. Kandidat yang menggunakan uang untuk
memenangkan suara cenderung lebih diuntungkan, sementara kandidat yang berkampanye secara bersih dan jujur
sering kali terpinggirkan. Penegakan hukum yang tegas dan transparan perlu diperkuat untuk menekan praktik ini.

Selain itu, infrastruktur pemilihan yang kurang memadai juga menjadi hambatan serius. Dari kekurangan bilik suara
hingga kerusakan mesin pemilihan, infrastruktur yang tidak memadai dapat menghambat proses pemilihan yang
efisien dan adil. Investasi lebih lanjut dalam infrastruktur pemilihan, termasuk penggunaan teknologi yang tepat,
perlu diprioritaskan untuk memastikan keberlangsungan Pemilu yang berkualitas.

Kemudian, Rendahnya partisipasi pemilih dalam Pemilu 2024 dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut meliputi kekecewaan terhadap kinerja pejabat sebelumnya, kurangnya pemahaman tentang
pentingnya berpartisipasi dalam pemilu, kekhawatiran akan kecurangan atau manipulasi hasil pemilu, serta
kesulitan mengakses tempat pemungutan suara atau prosedur pemungutan suara yang rumit. Pada pemilu tahun
ini KPU menargetkan angka partisipatif sebesar 75%. KPU pun akan menyasar semua kalangan, termasuk kalangan
pemilih pemula hingga kaum disabilitas untuk turut serta menjadi partisipan pemilu.

Solusi terhadap semua masalah ini memerlukan keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, lembaga penegak hukum, partai politik, dan masyarakat sipil. Penguatan regulasi, pendidikan pemilih
yang lebih baik, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran aturan pemilu menjadi kunci untuk
memastikan Pemilu 2024 berjalan dengan lancar dan demokratis. Kesadaran akan pentingnya proses pemilihan
yang bersih dan adil harus ditingkatkan, dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan
untuk mencapai tujuan tersebut.

TUGAS BAHASA INDONESIA

Kelas : XII MIPA 5

Anggota Kelompok :
1.Ananta Adrienne S.T. ( Absen 4 )

2.Dimas Rizky S.P. ( Absen 10 )

3.Indira Salwa Mahira ( Absen 17 )

4.Sabna Aprilia D. ( Absen 27)

5.Sabrina febi angelina ( Absen 28)

6.Syahrotul Isnaini Maesaroh ( Absen 33 )

Anda mungkin juga menyukai