GAJAH

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

GAJAH

(OLEH TULUS)

Pemateri:
Nabila Husnayain C0214046
Nimas Karunia Esa C0214048
Nuraini isti Kusumah C0214050
TEORI ROLAND BARTHES

Memfokuskan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap


yaitu konotasi dan denotasi.
* denotasi adalah definisi objektif kata tersebut, sedangkan
konotasi adalah makna subjektifnya. Denotasi dalam hal ini
dapat diartikan sebagai makna sesuai arti kamus, sedangkan
konotasi dapat diartikan mempunyai makna lain dibalik yang
sebenarnya tersebut.
Menurut teori Barthes, tanda denotatif terdiri dari penanda
dan petanda. Petanda bukan benda, tetapi representasi mental
(mewakili sesuatu) dari benda. Contoh dalam lirik ini adalah :
gajah dan semut kecil.

Tanda ?
Petanda ?
Petanda (gajah)
Dalam hal ini dapat dimaknai secara :
Denotatif : gajah adalah binatang menyusui berbelalai, bergading,
berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih),
berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan.
konotatif : gajah dalam hal ini dibuat untuk menunjuk atau
menggambarkan sesosok manusia yang memiliki sikap atau sifat
seperti gajah. Digambarkan besar, maka dalam hal ini mewakili suatu
sifat manusia dimana ia digambarkan memiliki hati yang besar, cita-
cita yang besar, keteguhan yang besar.
Diartikan bahwa gajah hidupnya menggerombol memiliki makna
konotatif bahwa manusia pada dasarnya juga hidup menggerombol
atau sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lain. Dalam lirik
tersebut dimaknai bahwa tokoh dalam lirik tersebut masih
bergerombol dengan kawanan wanita ( gajah betina )
(Semut kecil)

Makna denotatif : serangga kecil yang berjalan merayap, hidup


secara bergerombol, terdiri atas bermacam jenis.
Makna konotatif : dalam lirik lagu tersebut menggambarkan sebuah
masalah yang diibaratkan sebagai semut kecil, tidak bermakna apa-
apa, hanya sebuah permasalahan yang sangat kecil.
ANALISIS LIRIK GAJAH
KARYA TULUS
BERDASARKAN TEORI
ROLAND
Paragraf 1 BARTHES
Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bias melompat kumahir berenang
Bahagia melihat kawanan betina
Berkumpul bersama sampai ajal

Penulis lagu beranggapan bahwa setidaknya ia masih memiliki waktu yang banyak
dalam hidupnya. Ia bias memanfaatkan dan menggunakan waktu tersebut untuk
berbenah diri memperbaiki segala kekurangan atau keburukan yang ia miliki.
Meskipun kadang seseorang memiliki kelemahan, akan tetapi disisi lain pasti
memiliki kelebihan
Penulis lagu merasa bahagia berkumpul bersama teman wanita ( mungkin dalam hal
tersebut teman laki-laki tidak mau berteman dengannya) tapi penulis masih
bersyukur bias memiliki dan berkumpul dengan kawan lain (wanita).
Paragraf 2
Besar dan berani berperang sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas kurakit berangka
Wajahmu takkan pernah kulupa
 
Memiliki keteguhan dan pendirian yang besar serta berani, sehingga
mampu menghadapi semua masalah yang terjadi. Penulis
menganggap bahwa setiap masalah yang ada tidak bernilai besar jika
kita paham cara memposisikannya. Hal tersebut digambarkan hanya
sekecil semut. Maka dari itu penulis menggunakan pikirannya untuk
berpikir positif dalam menanggapi segala haldan masalah yang ada.
Penulis mengingat dan akan terus ingat dengan orang-orang di
sekitarnya ( dalam hal ini dapat diartikan orang-orang yang sering
mengolok-olok penulis) maka penulis tidak akan pernah melupakan
orang-orang tersebut.
Paragraf 3
 
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, kumarah
Kini baru kutahu, puji di dalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah
 
Sewaktu kecil dulu banyak orang yang memandang rendah, menjatuhkan,
dan mengejek tokoh penulis. Mereka sering memanggilnya dengan sebutan
gajah, dan saat itu tokoh penulis karena masih berada dalam keadaan anak-
anak sempat marah.
Seiring dengan perkembangan waktu dan umur yang semakin dewasa, kita
dapat berpikir bahwa di dalam hal yang negatif ternyata terdapat hal yang
positif. Hal tersebut dapat kita pikirkan dengan penanggapan pola piker yang
baik dan selalu beranggapan positif. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa segala sesuatu harus kita maknai dengan pikiran positif.
Paragraf 4
 
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
 
Seorang teman adalah seorang yang selalu mendoakan kebaikan untuk
temannya. Motivasibahwa kita harus memiliki otak yang cerdas dan harus
tangguh menghadapi segala sesuatu yang terjadi.
Apabila salah satu teman kita sedang dalam keadaan sulit maka kita sebagai
teman wajib membantu satu sama lain.
Tubuh yang digambarkan seperti gajah ( besar, tangguh, berbadan tegap seperti
tameng ) disimbolkan sebagai keadaan yang harus dimiliki oleh seseorang di
mana selalu tangguh dalam menghadapi situasi apapun.
Teman adalah tameng dari segala kesulitan dan masalah yang sedang
menyerang. Maka dari itu seharusnya teman selalu ada untuk membantu dan
melindungi kita.
Paragraf 5
 
Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa
Yang terburuk kelak bias jadi yang terbaik
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik

Pemikiran anak yang belum dewasa sangat wajar jika belum bias menanggapi
suatu hal dengan baik. Artinya pada saat seperti itu masih menangkap segala
sesuatu tersebut secara mentah-mentah. Ketika disituasikan ke dalam keadaan di
mana hal tersebut berujung kea rah negative, kita sering marah. Begitupun yang
digambarkan tokoh dalam lirik ini menceritakan tentang kemarahan seorang anak
ketika menerima segala sesuatu yang berbau negative tentang dirinya.
Segala sesuatu yang dimaknai buruk saat ini belum tentu bermakna buruk pula
pada masa mendatang. Bias jadi akan menjadi suatu hal yang berubah menjadi
mutiara di masa mendatang. Dengan catatan kita mampu mengolahnya dengan
baik.
 
Paragraf 6
 
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
 
Di dalam setiap ucapan pasti terdapat makna dan doa didalamnya.
Maka dari itu ambillah sisi positifnya. Seorang teman pasti akan
selalu mendoakan kita.
Bayangan tubuh seperti gajah memiliki makna bahwa ia harus cerdas
dan tangguh menghadapi segala sesuatu. Apabila sedang terjatuh,
maka gajah lain (teman) akan membantu kita untuk bangkit lagi.
Tubuh gajah yang sedemikian itu menggambarkan bahwa itu
merupakan symbol sebuah tameng. Tameng dari berbagai hal yang
akan melindungi diri dari segala keadaan diluar.
# kesimpulan isi atau makna cerita dalam lirik lagu :

Penulis menjelaskan bahwa lirik tersebut menggambarkan sebuah


keadaan masa kecil di mana saat itu tokoh dalam lirik pada masa
kecil sering diolok-olok temannya dengan julukan gajah.
Pada saat itu, tokoh dalam lirik merasa sangat marah dan tidak mau
menerima olokan tersebut. Seiring dengan perkembangan waktu dan
proses pemikiran yang mulai dewasa, ia tidak lagi menganggap
olokan tersebut sebagai sebuah ejekan yang menjatuhkan atau
bernilai negatif bagi dirinya, akan tetapi sebaliknya. Di dalam sebuah
olokan, apabila ditanggapi dengan positif maka akan menghasilkan
penafsiran yang positif juga. Olokan tersebut berubah makna menjadi
sebuah doa, penggambaran, dan penyemangatan dari seorang teman
terhadap dirinya. Sebuah dorongan positif yang akan mengantarkan
tokoh dalam lirik menjadi besar seperti gajah, yakni menjadi
tangguh, besar hati, besar prestasi, dalam segala hal menjadi besar
dan tangguh layaknya seekor gajah.
 

Anda mungkin juga menyukai