Anda di halaman 1dari 58

Dislokasi, fraktur, dan

cidera abdomen
Ns. Jerry Widyanata, M.Kep
Dislokasi
Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan dari
letak permukaan tulang satu terhadap lainnya yang
membentuk persendian
Bila permukaan sendi tidak berhubungan satu sama
lain disebut dislokasi (luksasi)
Bila masih ada hubungan permukaan sendi satu sama
lain disebut subluksasi
Dislokasi = luksasi komplit
Subluksasi = luksasi inkomplet
Dislokasi
Dislokasi adalah kehilangan stabilitas struktur sendi
3 faktor yang mempengaruhi stabilitas sendi
1. Kontur permukaan kedua tulang yang membentuk
sendi
2. Integritas kapsul dan ligamen
3. Kekuatan otot yang melindungi sendi
Subluksasi

Gadar.M.2. 4
DISLOKASI
Tanda gejala
1. Deformitas sendi
2. Terganggunya gerakan sendi
3. Nyeri sendi
4. Disertai kerusakan neuro muskuler
Penatalaksanaan
Setiap dislokasi perlu segera dilakukan pananganan segera
berupa :
Segera direposisi baik dengan anesthesi lokal atau umum
Evaluasi dengan foto rontgen
Chek jaringan sekitarnya
Rujuk fasilitas kesehatan yang memadai

Pada open dislokasi segera dilakukan reposisi terbuka


dan fragmen yang patah difixasi.
Diusahakan dalam waktu yang singkat ( 6jam)
penangannya karena bisa terjadi kerusakan
Intervensi keperawatan
 Pertama kali anggap sebagai fraktur, karena mungkin sulit
membedakan apakan dislokasi atau fraktur, bila cidera
sendi pikirkan bahwa terjadi dislokasi
 Istirahatkan bagian yg cidera, cari posisi yang nyaman bagi
pasien
 Berikan bantalan yang nyaman pada sendi posisi sesuai
posisi yg nyaman bagi pasien
 Berikan analgetika sesuai advis dokter
 Foto rontgen sesuai dengan advis dokter
 Persiapkan untuk dilakukan reposisi bila sudah pasti
dislokasi
 Reposisi dilakukan oleh dokter setelah dilakukan anastesi
general
Gadar.M.2. 8
Dislokasi Sendi Bahu
Dislokasi Anterior Sendi Bahu
Predominan pada dewasa muda
Disebabkan karena external rotasi & extensi dari sendi bahu
Therapy
 Reduksi secepatnya, metode:
Kocher Method
Gravitasi
Hipocrates

Kemudian immobilisasi dengan


Velpeau Bandage
Kocher Method Gravitasi
Dislokasi Panggul
Dislokasi Posterior
Posisi flexi, adduksi dan internal
rotasi
Biasa karena terkena dashboard
injury
Extremitas jadi lebih pendek
Nyeri (+)
Therapy:
Reduksi Tertutup
Metode: Bigelow dan Stimson
Komplikasi:
 Avascular necrosis caput femur
 Sciatic nerve lesion
 Post traumatic degenerative joint
disease
Fraktur
PATAH TULANG/FRAKTUR

Kerusakan dari
kontinuitas
struktur tulang,
garis epiphysis
atau tulang
rawan sendi.
/ terputusnya kontinuitas tulang

Gadar.M.2. 16
Fraktur
Klasifikasi :
Berdasarkan hubungan dg dunia luar : fraktur
terbuka, fraktur tertutup
Berdasarkan garis patah : fraktur komplet,
fraktur inkomplet
Berdasar jml garis patah : simple fraktur,
comminutive fraktur, segmental fraktur
Berdasar arah garis patah : fraktur melintang,
fraktur miring, fraktur spiral, fraktur kompresi,
fraktur V,T,Y

Gadar.M.2. 17
Fraktur berdasarkan hub dg dunia luar
Fraktur terbuka  ada
hubungan antara dunia luar dg
fraktur
Fraktur tertutup  tdk ada
hub antara dunia luar dg
fraktur

Gadar.M.2. 18
Gadar.M.2. 19
Ragil Desi.
Gadar.M.2. 20
Fraktur Tertutup

Gadar.M.2. 21
Fraktur Terbuka
Berdasar garis patah
Komplet  garis patah menyeberang dari sisi ke
sisi ( mengenai seluruh kortek tulang)
Inkomplet  garis fraktur tdk mengenai kortek sisi
lain, masih ada kortek tulang yg utuh, sering pada
anak-anak  greenstick

Gadar.M.2. 23
Fraktur inkomplet
Fraktur komplet
Fraktur green stick
Gadar.M.2. 24
Berdasar jumlah garis patah
Simple fraktur  bila terdapat 1 garis patah
Communitiva fraktur  garis patah lebih dari satu
dan saling berhubungan
Segmental fraktur  garis fraktur lebih dari satu
tidak saling berhubungan pada tulang yg sama

Gadar.M.2. 25
Comminutive fraktur

Simple fraktur Segmental fraktur


Gadar.M.2. 26
Impacted fraktur Linear fraktur
Gadar.M.2. 27
Gadar.M.2. 28
Komplikasi frkatur
Crush injury pelepasan mioglobin pengendapan
di tubulis renalis gagal ginjal
Pembengkakan rongga muskulo skeletal
kompartemen syndrom
Emboli lemak gagal paru, gangguan fungsi otak

Gadar.M.2. 29
Trauma muskuloskeletal dg potensi
mengancam jiwa
Kerusakan / fraktur pelvis
dengan perdarahan hebat
Perdarahan arteri besar 
fraktur femur
Crush syndrom

Gadar.M.2. 30
Fraktur pelvis dg perdarahan
Bengkak , hematoma progresif pada daerah
panggul, skrotal, perianal. Instabilitas
mekanik perbedaan panjang ekstremitas,
luka daerah pelvis
Pengelolaan : resusitasi cairan, penghentian
perdarahan : PASG(pneumatic antisyok
garmen), gurita, traksi kulit longitudinal

Gadar.M.2. 31
Fraktur pelvis

Gadar.M.2. 32
Gurita pasien fraktur pelvis

Gadar.M.2. 33
Fraktur
Manifestasi klinis:
1. Deformitas
2. Oedema
3. Hematome
4. Spasme otot
5. Parestesia
6. Fungsiolesa
7. Krepitasi
8. Nyeri
9. Laserasi
Fraktur
Fase-fase penyembuhan tulang
1. Hematome; sd 3 hari pasca kejadian
2. Prolifersi sel; 6-10 hari stlh fraktur
3. Pembentukan kalus; 10 hr sd. 4mg
4. Osifikasi; 4mg sd.7mg
5. Remodeling; 8 mg sd 6 bln
Fraktur
Prinsip penatalaksanaan
Reposisi: mengembalikan posisi tulang, traksi dll
Fiksasi: orif, oref, gips, dll
Imobilisasi
rehabilitasi
Pengkajian
Pengkajian primer : ABCDE
Menghentikan perdarahan,
fraktur kedua femur
perdarahan kelas III
(kehilangan 30-40% darah)
Segera resusitasi cairan
Hentikan perdarahan
Imobilisasi fraktur, traksi
sementara, pembidaian

Gadar.M.2. 37
Pengkajian sekunder
Riwayat trauma, biomekanik trauma
Pemeriksaan fisik head to toe, cari tanda-tanda
fraktur :
Nyeri
Inspeksi : bengkak, deformitas
Palpasi : nyeri, nyeri sumbu, krepitasi
Gerakan : tidak bisa digerakaan, gerakan abnormal

Gadar.M.2. 38
Cara melakukan pemeriksaan
Look/inspeksi
Feel/palpasi
Move/gerakan
ukur

Gadar.M.2. 39
Intervensi
Hentikan perdarahan bila ada
Pemasangan IVFD bila ada tanda
perdarahan
Immobilisasi  spalk, prinsip
spalk meliputi 2 sendi
Manajemen nyeri  analgetika
Ro : pada daerah yg dicurigai
fraktur

Gadar.M.2. 40
Pembidaian
Tujuan Utama Pembidaian
Mencegah pergerakan lebih lanjut
Mengurangi rasa nyeri
Mengurangi cedera lebih lanjut
Mengurangi perdarahan

Gadar.M.2. 41
Prinsip Pembidaian
Pastikan bahwa a-b-c telah ditangani
Pada penderita sadar, katakan lebih dahulu apa yg akan
dilakukan
Buka daerah yg cedera dan akan dilakukan pembidaian
Bila ada luka patah terbuka, tutup lebih dahulu luka dgn kassa
steril
Lakukan penarikan ringan pd ujung tungkai
Periksalah PMS (pulse, motor, sensasi)
Lakukan pembidaian dengan; selalu melewati 1 sendi
sebelum patah dan 1 sendi setelah patah
Periksa PMS setelah membidai
Bila ada tulang menonjol, jangan paksakan untuk masuk

Gadar.M.2. 42
Trauma Abdomen
DEFINISI
• Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau luka tusuk.
• Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja.
• Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganannya lebih bersifat kedaruratan dapat
pula dilakukan tindakan laparatomi.
ETIOLOGI
• Trauma abdomen umumnya banyak diakibatkan oleh trauma
tumpul. Pada kecelakaan bermotor, kecepatan,deselerasi yang
tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan
trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda
tumpulnya.
• Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal abdomen.
KLASIFIKASI
• Trauma abdomen disebabkan oleh 2 mekanisme yang
merusak, yaitu :
1. Trauma tumpul
• Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor,
cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselerasi,
kompresi/sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan.
2. Trauma tembus
• Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan
oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
• Berdasarkan organ yang terkena trauma abdomen dibagi
2, yaitu :
1. Trauma pada organ padat seperti hepar, limpa/lien,
dengan gejala utama perdarahan.
2. Trauma pada organ padat berongga seperti usus,
saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitis.
TANDA DAN GEJALA
• Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung pada
organ yang terkena, bila yang terkena organ-organ solid (hati
dan lien) maka akan tampak gejala perdarahan secara umum
seperti pucat, anemis, bahkan sampai dengan tanda-tanda syok
hemoragic.
• Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.
Nyeri dapat timbul di daerah yang terluka/menyebar. Terdapat
nyeri saat di tekan dan di lepas.
• Mual muntah
• Penurunan kesadaran ( malaise, latergi, gelisah)
• Peronitis merupakan komplikasi tersering trauma abdomen.
• Gejala dan tanda yang sering muncul pada penderita dengan
peritonitis yaitu :
 Nyeri perut seperti ditusuk
 Perut yang tegang
 Demam (38⁰C)
 Produksi urin sedikit
 Mual dan muntah
 Haus
 Cairan di dalam rongga abdomen
 Tidak bisa buang air besar, buang angin
 Tanda-tanda syok
E. PENANGANAN AWAL
Pengkajian yg dilakukan un/ menentukan masalah yg
mengancam nyawa, hrs mengkaji dgn cepat apa yg
terjd dilokasi kejadian.
Apabila sdh ditemukan luka tikaman, luka trauma
benda lainnya, maka harus segera ditangani penilaian
awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi.
Jika korban tdk berespon maka segera buka dan bersihkan jalan napas
dengan cara :
1. Airway, dgn kontrol tulang belakang
Membuka jln napas menggunakan teknik “head tilt chin lift” atau
menegakkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yg dpt mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan makanan,
darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing, dgn ventilasi yg adekuat
Memeriksa pernapasan dgn menggunakan cara “lihat-dengar-rasakan”
tidak lebih dari 10 detik un/ memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi
korban(kecepepatan,ritme)
3. Circulation dengan kontrol perdarahan hebat
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dpt dilakukan. Jika tdk ada tanda2 sirkulasi lakukan
resusitasi jantung paru segera.. Rasio kompressi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompressi dada dan 2 kali
bantuan napas)
1. Penganganan awal trauma non-penetrasi
a. Stop makanan dan minuman
b. Immobilisasi
c. Kirim ke RS
d. Diagnostic Peritoneal Levage (DPL)
dilakukan pd trauma abdomen perdarahan intra abdomen.
Tujuan DPL ad/ un/ mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi u/
menlakukan DPL antara lain :
 Nyeri abdomen yg tkd bisa diterangkan sebabnya.
 Trauma pd bagia bawah dada.
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yg jelas.
 Pasien cidera abdomen dgn kesadaran (obat, alkohol, geger otak)
 Pasien cidera abdomen dan cidera medulla spinalis.
 Fraktur tulang pelvis
Kontra indikasi DPL : hamil, pernah operasi abdomen.
2. Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjd luka tusuk, mk tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tdk boleh dicabut kecuali dgn adanya tim medis.
Penanganannya bila terjd luka tusuk cukup dgn melilitkan dgn kain
kasa pd daerah antara pisau un/ fiksasi pisau shg tdk
mempengaruhi luka.
Bila ada usus atau organ lain yg keluar, mk organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kmd organ yg
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih.
Immobilisasi pasien
Tidak diajurkan memberikan makanan dan minuman.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan.
Kirim ke RS

Anda mungkin juga menyukai