Anda di halaman 1dari 48

KONSEP DASAR

KEPERAWATAN INTENSIF
INTENSIF CARE UNIT ( ICU )
• Ruang rawat rumah sakit dengan staff dan
perlengkapan khusus untuk mengelola pasien
dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwa. ( TE OH, 1995)

• Ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi staff


dan peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien yang terancam jiwa oleh
kegagalan / disfungsi satu organ atau ganda akibat
penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada
harapan hidup ( RSUP DR SARDJITO, 2004 )
PASIEN KRITIS

• Menurut TE OH ( 1995 ) adalah pasien


yang terancam jiwanya sewaktu-waktu
karena kegagalan atau disfungsi satu atau
lebih organ dan masih mempunyai
kemungkinan untuk dapat disembuhkan,
melalui perawatan, pemantauan dan
pengobatan intensif.
Pasien Kritis menurut DEPKES ( 1992 )

1. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang


memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator,
pemberian obat vasoaktif melalui infus secara
kontinyu.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasif
atau non invasif sehingga komplikasi berat dapat
dihindarkan atau dikurangi.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk
mengatasi komplikasi-komplikasi akut sekalipun
manfaat ini sedikit seperti tumor metastase dengan
komplikasi infeksi, tamponed jantung maupun
sumbatan jalan nafas.
Indikasi pasien masuk ICU ( ICU
RSUP DR Sardjito, 2008
Critical ill dan potensial critical ill yang reversible.
• Gagal nafas / impending gagal nafas dengan kriteria
klinis.
• Shock semua penyebab
• Sepsis / awal sepsis
• Post operasi besar/berat/operasi lama
• Post resusitasi jantung paru.
• Cardiovaskuler-respirasi tidak stabil ( contoh : pasien
decompensasi jantung dengan gagal nafas )
• Critical ill yang lain dengan prognosis reversible.
Kriteria Pasien Masuk IRI
Pasien Prioritas 1 ( satu )
• Pasien sakit kritis
• Haemodinamik tidak stabil
• Memerlukan terapi intensif
• Memerlukan dukungan ventilasi mekanik
• Tidak terbatas macam terapi yang
diterimanya ( contoh : paska bedah
kardiothoraksik, shock sepsis )
Pasien prioritas 2 ( dua )
• Pasien beresiko dan memerlukan terapi intensif
segera
• Membutuhkan pemantauan haemodinamik
secara intensif
• Tidak terbatas macam terapi yang diterimanya
contoh :
– Menderita penyakit jantung, paru atau ginjal akut dan
berat
– Post pembedahan mayor.
Pasien prioritas 3 ( tiga )
• Pasien sakit kritis dan tidak stabil
• Mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak
sampai memerlukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmonal contoh : pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyakit infeksi,
precordial tamponade, atau sumbatan jalan
nafas, atau pasien mendrita penyakit jantung
atau paru terminal disertai komplikasi penyakit
akut berat.
Pengecualian :
• pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak
terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya
demi perawatan yang nyaman saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR.
• pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
Kriteria pasien pindah Instalasi
Rawat Inap / RS lain :
Nafas Spontan / adekuat
Kriteria :
• TV 7 – 10 cc/kgBB
• RR : 12 – 20 /mnt
• AGD dalam batas normal
• Sat O2 > 95 %
• Batuk kuat
Haemodinamik stabil
Kriteria :
• HR < 100/mnt ( 60 – 80 /mnt )
• BP normal ( individual pasien )
• Non inotropic kecuali pindah ke IRJAN
atau HDNC
• Akral hangat
Stabil cairan
Kriteria :
• Produksi urin > 1 cc/kgBB/jam
• Elektrolit dalam batas normal
• CVP dalam batas normal 8 – 12 cmH2O

Neuromuskuler
Kriteria :
• GCS > 10 ( pasien neurologi )
• Tidak ada kejang
metabolisme
Kriteria :
• Suhu badan normal
• GDR normal individu
• Insulin tidak dengan kontinyu IV
Pasien proiritas 1 ( satu )
• Pasien priortas 1 ( satu ) dikeluarkan dari IRI
bila
– kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
– atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka
pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau
manfaat terapi intensif kontinyu kecil.
– Contoh-contoh hal terakhir adalah pasien dengan
gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap
pengelolaan agresif
Pasien Prioritas 2 ( dua )
• Pasien prioritas 2 ( dua ) dikeluarkan bila
kemungkinan untuk mendadak
memerlukan terapi intensif telah
berkurang.
Pasien prioritas 3 ( tiga )
• Pasien prioritas 3 ( tiga ) dikeluarkan dari IRI bila untuk
kebutuhan terapi intensif telah tidak ada lagi,
– tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil.
– Contoh dari hal terakhir antara lain adalah pasien dengan
penyakit lanjut ( penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver
terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lainnya
yang telah tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit
akutnya, yang prognosis jangka pendeknya secara statistik
rendah, dan yang tidak ada terapi potensial untuk memperbaiki
prognosisnya.
PERAWAT INTENSIF

• Adalah perawat staff critical unit dengan kemampuan


minimal ( Depkes, 2003 ) :
– Resusitasi jantung paru
– Pengelolaan jalan nafas
– Terapi oksigen
– Elektokardiografi
– Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan darurat
– Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat
– Pemakaian pompa infus untuk terapi titrasi
– Kemampuan melakukan teknik khusus sesuai dengan keadaan
pasien
– Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portable
selama transport pasien gawat
Standar jumlah tenaga keperawatan menurut Depkes 2003

• Rasio pasien perawat 1 : 1


• Rasio pasien perawat bisa 1 : 2 jika pasien
dengan berbagai macam alat terpasang
seperti ventilator, CRRT, IABP dll
KEPERAWATAN INTENSIF
( HUDAK DAN GALLO 1995 )

• Adalah melibatkan kemampuan menyatakan


pendapat secara hati-hati, evaluasi yang
bijaksana, kemampuan membedakan,
ketepatan, yang sangat diperlukan untuk
menentukan situasi, pemecahan masalah untuk
keluar dari krisis dengan resiko ketidakpastian
Keperawatan intensif ( Ihde, 1995 )
• Pemanfaatan proses keperawatan untuk
mencegah, merencanakan tindakan dan
mempertahankan kehidupan pasien.
• Penatalaksanaan pasien kritis di ICU meliputi 3
bagian yaitu : perawatan, pengobatan medik
dan pemantauan.
• Pemantauan dilakukan terhadap semua sistem
tubuh untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan maupun medik.
• Perubahan yang terjadi harus dianalisa secara
cermat untuk mendapatkan tindakan perawatan
maupun medik yang tepat.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
• Perkembangan teknologi dengan berbagai fasilitas
yang canggih dalam peralatan invasif maupun non
invasif dalam pengukuran, monitor dan pengaturan
sistem tubuh diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang asuhan keperawatan kritis

• Asuhan keperawatan kritis membutuhkan


kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis
dengan kecepatan dan ketepatan yang tidak selalu
dibutuhkan dalam asuhan keperawatan lain
Isu yang berpengaruh pada asuhan
keperawatan kritis

• Peningkatan pasien kritis


• Peningkatan teknologi yang makin
komplek
• Peningkatan populasi usila
• Dilema etik
• Patient safety
• Esensi asuhan keperawatan kritis tidak
berdasarkan pada lingkungan khusus atau
alat-alat yang khusus tetapi dalam proses
pengambilan keputusan yang didasarkan
pada pemahaman yang sungguh-sungguh
tentang fisiologi dan psikologi pasien dan
keluarga.
• Penerimaan pasien di ICU menandakan adanya
ancaman terhadap kehidupan dan
kesejahteraan
• Perawat di ICU merasakan bahwa kehidupan di
ICU merupakan kehidupan dengan
kewaspadaan dan keamanan penuh
• Disisi lain persepsi keluarga dan pasien yang di
rawat di ICU, merupakan tanda akan tiba
kematian.
• Perbedaan persepsi antara perawat
dengan pasien dan keluarga tentang
keperawatan kritis harus diantisipasi.
• Faktor-faktor : spiritual, keyakinan dan
nilai-nilai, pengetahuan, cinta yang tulus,
rasa memiliki, empati merupakan faktor
pendukung yang bisa menjebatani
perbedaan persepsi tersebut
• Intinya asuhan keperawatan kritis tidak
hanya terpaku pada masalah patofisiologi
tetapi harus berorientasi juga pada
psikososial sesuai dengan hirarki
kebutuhan dasar manusia menurut
maslow.
• Menumbuhkan koping yang yang efektif
pada pasien dan keluarga harus
dilakukan.
STRES DAN PENYAKIT
• Penyakit merupakan stres
• Stress adalah suatu stimulus yang
mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi
fisiologi maupun psikologi
• Semua kadar hormon dapat berubah
karena stres
Perhatian pada keluarga pasien
• Pendekatan holistik pada asuhan
keperawatan kritis mencakup keluarga
pasien.
Dampak psikososial dari
lingkungan perawatan kritis
• Selama 24 jam penuh pasien di lingkungan
asing dengan berbagai macam peralatan
disekelilingnya merupakan stresor tersendiri
• Selain itu pasien masih harus mengatasi rasa
takut / stres akan penyakitnya,
• Perhatian dan sentuhan perawat yang dikemas
dalam komunikasi terapetik dapat menurunkan
intensitas stresor.
• Orientasi asuhan keperawatan tidak hanya pada
penyakit tetapi pada manusia secara holistik
baik fisik maupun psikisnya.
Stres kerja perawat
• Kerja di ICU merupakan kebanggaan yang
memberikan kepuasan bagi perawat.
• ICU diyakini sebagai tempat kerja yang penuh
dengan stresor.
• Stres kerja yang tidak terselesaikan dengan baik
dapat menimbulkan kematian semangat kerja
dan frustasi profesional ( Prayetni, 2001 )
• Bentuk dampak stress kerja antara lain:
gangguan kesehatan, gangguan hubungan
dengan keluarga, karir yang buruk, kesulitan
bergaul dengan orang lain.
Antisipasi dan pengelolaan stress
kerja
• Penyediaan ruang rehat yang cukup
dengan fasilitas minum, makanan kecil
dan makan besar.
• Rekreasi dan pertemuan keluarga diluar
dinas
• Kunjungan seminar, simposium, pelatihan
keluar RS. Selain menambah ilmu juga
untuk rekreasi.
Pengelolaan Rutin pasien ICU
1. Pendekatan pasien
– Anamnesis
Penatalaksanaan dahulu kemudian anamnesis
untuk diagnosa difinitif
– Serah terima pasien
– Pemeriksaan fisik
– Kajian hasil pemeriksaan, monitoring dan
pengobatan
– Identifikasi masalah dan strategi
penanggulangannya
– Informasi ke keluarga dan teman
2. Pemeriksaan fisik
– dilakukan sekurang-kurangnya setiap shift
jaga
– Kaji tingkat kesadaran ( GCS )
– Lakukan secara cepat pengkajian ABC
Airway
• Suara pernafasan
• Pola nafas
• Pergerakan dinding dada
Breathing
• Pola nafas?
• Saturasi oksigen?
• Cianosis?
• Terapi oksigen ?
• Cek mode Ventilator
• Cek AGD
Circulasi
• HR dan irama EKG ?
• Tekanan darah ?
• Keadaan Ekstrimitas ( Dingin, Lembab,
Cianosis ) ?
• Intake dan output ?
Pencernaan
• Cek NGT
– Untuk drainage
• Cek jenis diet, kecepatan dan toleransi
• Auskultasi peristaltik
• Kapan terakhir pemberian diet
Ginjal
• Cek Urin Output
• Balance cairan komulatif
• Kadar ureum dan kretainin
Endokrin
• Cek kadar GDR
• Pemberian insulin
Kulit
• Kaji resiko dikubitus dan perubahan posisi
yang harus dilakukan
• Cek adanya luka dan pelaksanaan dresing
3. Pemeriksaan , observasi dan monitoring
rutin
4. Jalur Intravena
5. Intubasi dan airway
6. Cairan
7. Perdarahan gastro intestinal
8. Nutrisi
Indikator keberhasilan perawatan
ICU
• Angka kematian < 48 jam dan > 48 jam
• Kejadian VAP
• ILO
• Sepsis
• Flebitis ( Blood stream infeksi )
• Auto ektubasi
• ISK
• Readminis
• Pluging dengan reintubasi

Anda mungkin juga menyukai