• terdapat di rumah sakit kecil • terdapat pada rumah sakit • merupakan ICU yang terdapat
yang dilengkapi dengan umum yang lebih besar di di rumah sakit rujukan dimana
perawat, ruangan observasi, mana dapat dilakukan terdapat alat yang lebih
monitor, resusitasi dan ventilator yang lebih lama lengkap antara lain
ventilator jangka pendek yang yang dilengkapi dengan dokter hemofiltrasi, monitor invasif
tidak lebih dari 24 jam. ICU ini tetap, alat diagnosa yang lebih termasuk kateterisasi dan
sangat bergantung kepada ICU lengkap, laboratorium patologi monitor intrakranial. ICU ini
yang lebih besar dan fisioterapi. dilengkapi oleh dokter spesialis
dan perawat yang lebih terlatih
dan konsultan dengan berbagai
latar belakang keahlian
DEFINISI PASIEN ICU
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam keadaan
terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan memerlukan
perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya kritis sehingga
memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi, berkelanjutan,
dan memerlukan pemantauan secara terus menerus (Hanafie, 2007; Rabb, 1998).
Kondisi pasien yang dirawat di ICU (Hanafie,
2007; Rabb, 1998)
Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan
berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan, terus menerus, dan
metode terapi titrasi.
Pasien sakit kritis yang memerlukan pantauan kontinyu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Namun, karena terdapat adanya
keterbatasan dalam hal fasilitas di ICU, maka berlakulah tiga asas prioritas. Dalam
keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas satu) lebih
didahulukan dibandingkan dengan pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif
(prioritas tiga). Perlu diperhatikan bahwa dalam menentukan prioritas pasien masuk ICU
sebaiknya ditentukan berdasarkan penilaian objektif terhadap berat dan prognosis
penyakitnya (Kepmenkes, 2010).
Prioritas Dalam Menentukan Pasien Masuk ke
ICU (Marik, 2015)
Prioritas satu
• Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis serta tidak stabil yang
• memerlukan terapi intensif dan pengawasa yang tidak selalu tersedia di luar
• ICU. Contohnya pasien yang membutuhkan bantuan ventilator, pemberian
• infus obat vasoaktif yang diberikan secara titrasi terus menerus, dll (Marik, 2015).
Prioritas dua
• Kelompok ini merupakan pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan
• canggih di ICU dan merupakan pasien yang berisiko untuk memerlukan terapi
• intensif secara tiba-tiba. Contohnya pasien dengan penyakit jantung, paruparu, ginjal, atau penyakit
sistem saraf pusat dimana pasien tersebut memiliki
• penyakit yang berat dan akut atau pasien yang menjalani bedah mayor (Marik,
• 2015).
Prioritas Dalam Menentukan Pasien Masuk ke
ICU (Marik, 2015)
Prioritas tiga
• Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis serta pasien tidak stabil status kesehatannya sebelumnya, yang
disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya atau penyakit akut yang dapat mengurangi kemungkinan
kesembuhan dan manfaat dari perawatan di ICU. Pasien ini dapat menerima perawatan intensif untuk
mengurangi penyakit akutnya tetapi usaha dengan tujuan terapi diberhentikan sebentar misalnya untuk
pemasangan intubasi atau resusitasi jantung paru.
• Contoh pasien pada prioritas tiga ini yaitu pasien dengan keganasan metastatik dengan komplikasi infeksi,
pericardial tamponade atau obstruksi jalan nafas, atau pasien dengan penyakit jantung atau paru pada stadium
terakhir dengan komplikasi penyakit yang berat dan akut (Marik, 2015). Pasien yang tergolong dalam
prioritas tiga mamiliki kemungkinan sembuh dan/ atau manfaat terapi yang sangat kecil (Kepmenkes, 2010).
Prioritas empat
• Pasien pada prioritas empat ini merupakan pasien yang secara
umum tidak tepat untuk masuk ICU. Indikasi masuk pasien ini
seharusnya berdasarkan individu tersebut, pada keadaan yang
tidak biasa, dan atas kebijaksanaan pimpinan. Pasien ini dapat
digantikan apabila memenuhi kategori berikut:
Manfaat perawatan di ICU sedikit atau Pasien dengan penyakit terminal, penyakit yang
bahkan tidak ada (dibandingkan dengan irreversibel. Contohnya: pasien dengan kerusakan otak
berat yang irreversibel, irreversible multiorgan sistem
perawatan yang tidak di ICU) yang failure, keganasan metastatik yang tidak respon
didasarkan atas intervensi aktif yang terhadap kemoterapi dan/ atau teapi radiasi, brain dead
berisiko rendah yang tidak bisa dengan non-organ donor, pasien dengan keadaan vegetatif yang
menetap, pasien yang tidak sadar secara menetap, dll.
aman dipindahkan ke ruangan non-ICU. Kelompok ini termasuk pasien yang menolak untuk
Contohnya: pasien dengan peripheral dirawat di ICU dan/ atau monitor infasif dan lebih
vascular surgery, diabetic ketoacidosis memilih perawatan yang aman saja. Kelompok ini
mengecualikan pada pasien yang mengalami kematian
dengan keadaan hemodinamik yang batang otak tetapi akan mendonorkan organnya (pasien
stabil, conscious drug overdose, dan mild ini membutuhkan monitor infasif dan/ atau perawatan
congestive heart failure. di ICU).
Kriteria pasien masuk berdasarkan parameter objektif (Kariadi, 2013):
• Natrium serum <110 MilliEquivalent per Liter (mEq/L) atau >170 mEq/L
• Kalium serum <2,0 mEq/L atau >7,0 mEq/L
• PaO2 <50 mmHg
Nilai laboratorium • pH <7,1 atau >7,7
• Glukosa serum >800 milligram per desiliter (mg/dl)
• Kalsium serum >15 mg/dl
• Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik dan neurologis
• Perdarahan vascular otak, kontusio atau perdarahan subarachnoid dengan penurunan kesadaran atau tanda deficit neurologis fokla
Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi • Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau uterus dengan hemodinamik tidak stabil
• Diseksi aneurisma aorta
Elektrokar •a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik
tidak stabil atau gagal jantung kongestif
•b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
akut)
•g. Sianosis
•h. Tamponade jantung
Kriteria Keluar ICU
Menurut Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen BUK), beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk mengeluarkan pasien dari pelayanan ICU adalah sebagai berikut (Ditjen BUK, 2011):
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak membutuhkan terapi
atau pemantauan intensif yang lebih lanjut.
2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau tidak
memberikan hasil yang berarti bagi pasien.