Anda di halaman 1dari 13

Islam dan Isteks

Pertemuan 3
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Wastum, M.Hum
AKAL DAN WAHYU DALAM
PERSPEKTIF PENCIPTAAN MANUSIA
• Manusia menduduki posisi yang unik antara alam dan Tuhan, yang
memungkinkan dirinya berkomunikasi dengan keduanya. Dengan
posisinya yang unik itu, manusia diciptakan Tuhan bukan tanpa
tujuan.
• Tulisan ini mencoba mengungkap tujuan penciptaan manusia oleh
Tuhan. Untuk memenuhi tujuan penciptaan itu adakah Tuhan
memperlengkapi manusia dengan sarana-sarana yang memungkinkan
dia mewujudkan tujuan penciptaannya. Adakah akal dan wahyu
merupakan sarana-sarana yang dimaksud?
Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir)
Penciptaan Alam
Manusia adalah puncak atau tujuan akhir penciptaan alam. Dalam
konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi alam adalah untuk
manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan untuk
buahnya.
Dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis adalah
makhluk yang paling lengkap dan paling canggih, dalam pengertian
mengandung semua unsur yang ada dalam kosmos, mulai unsur-unsur
mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga unsur-unsur khas manusia itu
sendiri yang merupakan daya-dayanya yang istimewa.
Unsur-Unsur Manusia
• Karena itulah, manusia sering disebut juga sebagai mikrokosmos (dunia
kecil) yang terkandung di dalam dirinya semua unsur yang ada dalam
kosmos.
• Mengandung unsur mineral dimaksudkan bahwa manusia memiliki daya
atomik.
• Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan berarti bahwa manusia memiliki
daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition, al-ghâdziyah), tumbuh (growth,
al-munmiyah), dan berkembang biak (reproduction, al-muwallidah).
• Mengandung unsur-unsur hewan berarti bahwa manusia memiliki daya-
daya hewani, yaitu penginderaan (sense perception, al-mudrikah) dan gerak
(locomotion, al-muharrikah).
Unsur Khas Manusia
• Adapun unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk
lain adalah akal.
• Dalam filsafat, terutama cabangnya: logika, manusia sering
didefinisikan sebagai al-hayawân al-nâthiq, hewan yang berbicara.
• Hewan sendiri secara bahasa berarti makhluk hidup karena al-
hayawân berasal dari kata al-hayy yang artinya ‘yang hidup’. Hewan
yang berbicara dimaknai sebagai makhluk hidup yang rasional.
Secara fungsional Kemampuan akal
Manusia
(1) Kemampuan kognitif atau teoritis
(al-quwwah al-`âlimah) yang dengannya manusia dapat
mengetahui sesuatu, bahkan lebih jauh dapat meraih dan
menyusun ilmu pengetahuan.
(2) Kemampuan manajerial atau praktis
(al-quwwah al-`âmilah) yang dengannya manusia mampu
mengelola dan mengendalikan dorongan-dorongan jiwanya yang
biasa disebut nafsu—karena itu ada yang menyebutnya moral.
Manusia Sebagai Puncak Penciptaan
• Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya yang
dimilikinya disempurnakan Tuhan dengan dikaruniai sesuatu yang bersifat ruhani,
yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk fisik, melainkan juga makhluk
spiritual. Itulah qalb (hati, intuisi).
• Seperti akal, hati (intuisi) juga berpotensi untuk menangkap objek-objek immaterial
walau dengan cara yang berbeda. Di samping itu, hati (intuisi) berpotensi untuk
berkomunikasi dengan entitas-entitas ruhani, serta menerima ilham dan wahyu.
• Wahyu merupakan sabda atau firman Tuhan yang disampaikan kepada manusia
yang menjadi pilihan-Nya (yang telah mencapai tingkat kesempurnaan, disebut al-
insân al-kâmil, yaitu Nabi atau Rasul) untuk terus disampaikan kepada manusia
lainnya sebagai pegangan dan panduan hidup menjadi khalîfah (wakil) Tuhan di
muka bumi [QS Al-Baqarah (2): 31].
Tugas akhir
• Bila tujuan penciptaan untuk beribadah kepada Tuhan dialamatkan juga
kepada makhluk selain manusia, seperti jin dalam QS Al-Dzâriyât (51): 56
atau bahkan seluruh isi bumi dan langit dalam QS Al-Hasyr (59); 24], maka
lain halnya dengan tujuan penciptaan untuk menjadi khalîfah

• Tujuan penciptaan yang terakhir ini hanya dimandatkan kepada manusia.


Manusialah—bukan makhluk lain—yang diharapkan Tuhan untuk menjadi
instrumen melaksanakan kehendak-kehendak-Nya di bumi. Bentuk lebih
konkrit dari pelaksanaan kehendak Tuhan di bumi secara literal adalah
memakmurkannya [QS Hûd (11): 61] dan secara kontekstual adalah
membangun kebudayaan, peradaban.
Untuk melaksanakan fungsi khalîfah
Manusia diberi anugerah oleh Tuhan dengan
dua buah hadiah yang sangat istimewa, yaitu

ilmu pengetahuan (`ilm) kebebasan memilih (ikhtiyâr)

Dan untuk menerima kedua hadiah itu, manusia telah


dilengkapi di dalam dirinya sarana atau piranti,
berupa akal, dan fasilitas lain di luar dirinya, berupa
wahyu Tuhan yang diturunkan kepada manusia yang
telah mencapai tingkat kesempurnaan (al-insân al-
kâmil) yang dalam bentuk konkretnya diwakili oleh
Nabi Muhammad s.a.w.
PERCIK
• Indikasi sifat dermawan adalah kemurahan pada
saat susah/kekurangan.
• Indikasi sifat kesucian adalah jujur pada saat
sendirian.
• Indikasi sifat kelembutan adalah memaafkan
pada saat marah.
Tugas pertemuan 3
1. Mengerjakan Quiz di OL
2. Mengumpulkan bacaan surat pendek dalam Juz ‘Amma yaitu Q.S Al-
Kafirun beserta artinya dikumpulkan dalam bentuk voice yang
dikoordinir oleh ketua kelas masing-masing. Pengumpulan paling
lambat jam 12.00 hari ini

Anda mungkin juga menyukai