Bahan Materi Kebijakan Pengelolaan Limbah B3 Medis
Bahan Materi Kebijakan Pengelolaan Limbah B3 Medis
TIMUR
NARASUMBER:
NOOR UTAMI
KEPALA BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH & LB3
EMAIL: dlhpengelolaansampah@gmail.com
HP: 081253070022
PENGERTIAN B3 DAN LB3
BERDASARKAN PP NO 22 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat B3 adalah zat, energi dan/atau komponen lain yg
karena sifat, konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan Lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
Lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3
Limbah B3 berdasarkan
kategorinya:
LIMBAH
B3
KATEGORI KATEGORI
1 2
(AKUT) (KRONIS)
Limbah B3 yang berdampak akut dan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek
langsung terhadap manusia dan dapat tunda (delayed effect), dan berdampak tidak
dipastikan akan berdampak negatif langsung terhadap manusia dan lingkungan
terhadap lingkungan hidup hidup
6P
Pemrosesan
Pengolahan Pengangkutan
Akhir
Dilakukan mandiri atau pihak ketiga berizin, berupa: Menggunakan kendaraan khusus
Penimbunan residu di Insinerator (drum, single, atau double chamber) suhu berizin (milik sendiri atau pihak
lahan khusus (sanitary 800-1.600 oC
landfill untuk residu lain), pembersihan berkala
Autoclave
incinerator atau landfill dengan desinfeksi, diberi label
Microwave
khusus untuk limbah Chemical disinfection khusus (infeksius), oleh petugas
B3) Encapsulation & Inertization khusus 7
Tahapan: Pemilahan dan Pengemasan
COVID-19
COVID-19
COVID-19
COVID-19
Limbah harus
tetap terpisah di
tempat
penyimpanan.
Chemical Disinfection
(NaOH)
Autoclave Microwave
Encapsulation & Inertization
Single Double Chamber
Drum
Chamber Incinerator
Incinerator
Incinerator
b. Persyaratan lainnya:
1) Rumah sakit tidak memiliki Akte pendirian rumah sakit
2) Posisi rumah sakit berdekatan dengan fasilitas umum dan Pemukiman
3) Rumah sakit tidak memiliki lahan memadai untuk lokasi insinerator
c. Alat Insinerator
1)Insinerator hanya 1 ruang bakar
2)Insinerator sudah rusak karena sudah lama tidak dioperasikan
3)Tidak memiliki alat pengendali pencemaran udara
3. Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pengolahan Limbah B3 kepada Rumah Sakit dan Dinas
Lingkungan Hidup
Penghasil LimbahB3
1.Penghasill Limbah B3 bekerja sama dengan Pengolah Limbah B3 yang tidak memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengolahan Limbah B3 --- disebabkan Penghasil Limbah
B3 tidak memiliki akses data Pengelolaan Limbah B3
2.Penghasil Limbah B3 bekerjasama hanya dengan Transporter Limbah B3
3.Penghasil Limbah B3 tidak mengetahui secara jelas “Status” Pengolah Limbah B3
(permasalahan Izin, Kapasitas Insinerator, dll)
Transporter
(Pengangkut LimbahB3)
1. Pengangkut Limbah B3 tidak melakukan Pengangkutan secara “Rutin” sesuai
dengan Jenis Limbah B3 (khusus Limbah Fasyankes)
2. Jumlah Limbah B3 yang diangkut dibatasi (tidak semua Limbah B3 di TPS diangkutt),
sehingga Limbah B3 di TPS menumpuk , melebihi waktu masa simpan (2 x 24 Jam)
3. Jadwal pengangkutan tidak teratur (tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati antara
Penghasil dan Transporter)
14. Opasitas 10 %
Pengoperasian Gelombang Mikro dilakukan dengan: temperatur 100 0C, waktu tinggal paling singkat 30 menit.
Kriteria
Pemilihan perusahaan
Mekanisme PROPER
1. Samarinda 182 26 0
2. Bontang 28 0 0
3. Balikpapan 112 0 0
4. PPU 33 11 0
5. Kutai Timur 60 80 0
6. Mahakam Hulu 15 5 0
7. Berau 80 40 80
8. Paser 40 20 0
Penyimpan
an
Sementara
Dari fasilitas penyimpanan Kemenkes/dinkes
sementara ke fasilitas prov/dinkes kab
storage depo berkoordinasi dengan DLH
Pengangkut
an Dari fasilitas storage depo ke
KLHK
fasilitas pengolahan atau
ekspor.
Penyimpan
an pada
storage KLHK
depo
Pengolahan
dan/atau
Ekspor
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri dikelompokkan berdasarkan jenis alat kesehatan
Penanggung jawab Fasyankes melakukan pengumpulan
1. limbah •
alat kesehatan yang mengandung Merkuri di Fasyankes
Pengumpulan :
deng•an • pdeilankguekmaanspaenlekatan simbol dan
label.
pengemasan : 1. Primer dkeberupa
ilaskeuhkemasan
kaatann asli alat kesehatan mengandung
merkuri, jika
dapatrusak
diganti dengan kemasan yang memenuhi kriteria
Contoh Kemasan Primer
pelekatan : 1. Simbol
simbol berupa simbol bahaya Merkuri
dan label
: 2. Label
memuat informasi sedikitnya:
•nomor identitas alat kesehatan mengandung Merkuri;
•jenis alat kesehatan mengandung Merkuri;
•tanggal awal penyimpanan alat kesehatan mengandung Merkuri Contoh Label
•peringatan mudah pecah.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
2. Penanggung jawab Fasyankes wajib melakukan penyimpanan sementara terhadap limbah alat
Penyimpana kesehatan yang
n Sementara telah dilakukan pengemasan dan pelekatan simbol dan label memenuhi ketentuan Permenkes
41/2019
• Limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang berasal dari puskesmas dapat
disimpan pada fasilitas penyimpanan sementara milik rumah sakit dengan
ketentuan:
- rumah sakit milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan
- berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dengan pusat kesehatan
masyarakat.
• Limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang berasal dari klinik pelayanan
kesehatan atau sejenis dapat disimpan pada fasilitas penyimpanan sementara milik
rumah sakit dengan ketentuan:
- rumah sakit milik swasta; dan
- berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dengan pusat kesehatan
masyarakat
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
3.
Pengangkutan Ketentuan pengangkutan:
dilakukan terhadap limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri
yang
telah dilakukan:
1. pengemasan dan pelekatan
Dari fasilitas penyimpanan
symbol; dan
ke fasilitas storage
sementara
depo 2. dilengkapi dengan manifes.
Dari fasilitas storage depo ke
fasilitas
pengolahan atau Manifes terdiri atas:
ekspor. a. bagian pertama, yang diisi oleh penanggung
jawab Fasyankes;
b. bagian kedua, yang diisi oleh pengelola storage depo;
c. bagian ketiga, yang diisi oleh pengangkut limbah alat kesehatan
yang
mengandung Merkuri; dan
d. bagian keempat, yang diisi oleh pengolah limbah alat kesehatan
yang mengandung Merkuri.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
4. Penyimpanan Pada Storage
Depo
• Terhadap limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang
sudah dikirim ke storage depo, dilakukan uji petik pemeriksaan
alat kesehatan mengandung Merkuri.
• Uji petik dilakukan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
1.Penyimpanan dilakukan pada seluruh
fasilitas storage depo yang kemasan sekunder yang dikirim ke storage depo.
disediakan oleh KLHK • Dalam hal hasil pemeriksaan alat kesehatan ditemukan:
a. kerusakan kemasan sekunder;
b. kerusakan kemasan primer;
2.Penyediaan storage depo c. ketidaksesuaian informasi;
dilaksanakan oleh KLHK dan d. alat kesehatan yang mengandung Merkuri pecah; dan/atau
berkoordinasi dengan gubernur e. Merkuri tumpah dari alat kesehatan yang mengandung
dan/atau bupati/wali kota. Merkuri, harus dilakukan pemeriksaan alat
kesehatan yang mengandung Merkuri
terhadap seluruh kemasan sekunder yang berasal dari
Fasyankes yang sama.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
5. Pengolahan
dan/atau
Ekspor
1. Pengelola storage depo wajib melakukan pengolahan limbah alat kesehatan yang
mengandung Merkuri.yang dapat dilakukan dengan cara:
• perolehan kembali (recovery) Merkuri; dan/atau
• enkapsulasi.
2. Dalam hal tidak tersedia fasilitas pengolahan dapat dilakukan ekspor alat kesehatan yang
mengandung Merkuri.
PROGRAM KEDARURATAN PENGELOLAAN B3
DAN LIMBAH B3
Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 : Merupakan dokumen
perencanaan sistem tanggap darurat dalam rangka penanggulangan keadaan darurat
yang disebabkan oleh kegiatan pengelolaan B3 dan Limbah B3 yang memiliki
komponen infrastruktur dan fungsi penanggulangan yang akan dilaksanakan.