Anda di halaman 1dari 53

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN

TIMUR

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LB3 DARI


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
DAN PENANGANAN ALKES DI KAB/KOTA
PROV.KALTIM
Disampaikan:
KEGIATAN PENGUATAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES , PENGHAPUSAN ALKES
BERMERKURI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
SAMARINDA , 16 DESEMBER 2021

NARASUMBER:
NOOR UTAMI
KEPALA BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH & LB3

EMAIL: dlhpengelolaansampah@gmail.com
HP: 081253070022
PENGERTIAN B3 DAN LB3
BERDASARKAN PP NO 22 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I KETENTUAN UMUM,PASAL 1

Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat B3 adalah zat, energi dan/atau komponen lain yg
karena sifat, konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan Lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
Lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3
Limbah B3 berdasarkan
kategorinya:

LIMBAH
B3

KATEGORI KATEGORI
1 2
(AKUT) (KRONIS)

Limbah B3 yang berdampak akut dan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek
langsung terhadap manusia dan dapat tunda (delayed effect), dan berdampak tidak
dipastikan akan berdampak negatif langsung terhadap manusia dan lingkungan
terhadap lingkungan hidup hidup

karsinogenik, mutagenik, teratogenik dan kerusakan


kerusakan susunan syaraf, sistem pencernaan,
sistem reproduksi.
sistem kardiovascular, sistem pernapasan,
kulit dan kematian.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 OLEH FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
AMANAT PENGELOLAAN
LIMBAH B3
DALAM UU 23/2014 DAN PP
Pembagian
22/2021 Urusan LH Pengelolaan Limbah B3 Fasyankes penghasil limbah B3
Kewenangan Urusan LH Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah Kewajiban Fasyankes
B3 B3
Pusat Provinsi Kabupaten Kota
Penetapan V
Penetapan V Sebagai penghasil limbah
Pengurangan V
Pengurangan V B3, fasyankes memiliki
Penyimpanan V kewajiban untuk
Penyimpanan V V V
Pengumpulan V melakukan pengelolaan
Pengumpulan V V V V
Pengangkutan V limbah yang dihasilkan
Pengangkutan V
Pemanfaatan V
Pemanfaatan V
Pengangkutan V
Pengangkutan V Salah satu prasarana rumah
Pemanfaatan V
Pemanfaatan V sakit yang diamanatkan di
Pengolahan V
Pengolahan V dalam UU 44 tahun 2009
Penimbunan V
Penimbunan V adalah instalasi pengelolaan
Pembuangan V
Pembuangan V limbah (ps. 11)
Pengecualian V
Pengecualian V
Perpindahan V
Perpindahan V
Penanggulangan V
Penanggulangan V
Sistem Tanggap Darurat V
Sistem Tanggap Darurat V 4
KEWENANGAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
MEDIS DAN NOMENKLATUR KEGIATAN DAERAH URUSAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Daerah memiliki kewenangan
UU 23 Tahun 2014
dalam
1.fasilitasi penerbitan dan pengawasan
terhadap izin pengumpulan &
penyimpanan sementara;
2.koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan
limbah B3 antar tingkatan pemerintah
sesuai kewenangan.

Permendagri 90 Tahun 2019 ttg Klasifikasi, Kodefikasi, dan


Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah
KODE Nomenklatur Urusan Tingkat Pemerintah Daerah Urusan
2 11 05 1.01 01 Fasilitasi Pemenuhan Komitmen Izin Pengumpulan Limbah B3 dilaksanakan melalui Provinsi Lingkungan Hidup
sistem pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik
2 11 05 1.01 02 Koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan limbah B3 dengan Pemerintah Pusat Provinsi Lingkungan Hidup
dalam rangka pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan
2 11 05 2.01 01 Fasilitasi Pemenuhan Komitmen Izin penyimpanan sementara Limbah B3 Kab/Kota Lingkungan Hidup
dilaksanakan melalui sistem pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik
2 11 05 2.01 02 Verifikasi lapangan untuk memastikan pemenuhan persyaratan administrasi dan Kab/Kota Lingkungan Hidup
teknis penyimpanan sementara limbah B3
2 11 05 2.02 01 Fasilitasi Pemenuhan Komitmen Izin Pengumpulan Limbah B3 dilaksanakan melalui Kab/Kota Lingkungan Hidup
sistem pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik
2 11 05 2.02 02 Koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan limbah B3 dengan Pemerintah Provinsi Kab/Kota Lingkungan Hidup
dalam rangka pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan
5
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:P.
56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

6P

Tahapan Dalam Pengelolaan Limbah B3 Pada Fasyankes,


terdiri dari :

a.Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3


b.Penyimpanan Limbah B3:
c. Pengangkutan Limbah B3:
d.Pengolahan Limbah B3:
e.Penguburan Limbah B3;
f.Penimbunan Limbah B3
Tahapan Pengelolaan Limbah B3 MEDIS di Fasyankes

Pemilahan: Pengemasan Pengumpulan Penyimpanan


Infeksius dan jarum Kantong khusus Menggunakan troli Ruangan khusus (dengan atau
suntik, limbah kimia (plastik rangkap 2, khusus dengan tanpa pendingin), selama waktu
& pharmaceutical, karton atau pengaman, diberi tertentu (24-72 jam),
potongan tubuh, kontainer), anti label khusus pembersihan berkala (dengan
cytotoxic, bocor, warna khusus (infeksius), oleh atau tanpa desinfeksi), diberi
radioactive, sampah (kuning atau merah), petugas khusus label khusus (infeksius)
biasa diberi label (infeksius
atau COVID-19)

Pemrosesan
Pengolahan Pengangkutan
Akhir
Dilakukan mandiri atau pihak ketiga berizin, berupa: Menggunakan kendaraan khusus
Penimbunan residu di Insinerator (drum, single, atau double chamber) suhu berizin (milik sendiri atau pihak
lahan khusus (sanitary 800-1.600 oC
landfill untuk residu lain), pembersihan berkala
Autoclave
incinerator atau landfill dengan desinfeksi, diberi label
Microwave
khusus untuk limbah Chemical disinfection khusus (infeksius), oleh petugas
B3) Encapsulation & Inertization khusus 7
Tahapan: Pemilahan dan Pengemasan
COVID-19

COVID-19
COVID-19

COVID-19

Secara ideal, setiap limbah harus Pengemasan harus dapat


diberi standar label / keterangan meminimalkan kontak, menampung
yang menunjukkan potensi dan mampu menahan limbah tetap
bahaya yang dimiliki didalam pengemasnya 8
Tahapan: Pengumpulan dan Penyimpanan

Limbah harus
tetap terpisah di
tempat
penyimpanan.

Alat pengumpul harus menjamin


limbah tidak tumpah secara Penyimpanan harus di tempat yang sulit
pergerakan dan diberi standar label dijangkau oleh umum. 9
Tahapan: Pengangkutan dan Pengolahan

Chemical Disinfection
(NaOH)
Autoclave Microwave
Encapsulation & Inertization
Single Double Chamber
Drum
Chamber Incinerator
Incinerator
Incinerator

Armada Pengangkutan Limbah Infeksius


10
PP NO 22 TAHUN 2021
Bagaimana Implementasi PerMenLHK P.56 Tahun 2015 ?
Berdasarkansubstansi Permenlhk P.56/2015, banyak memberi kemudahan bagi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Pengolahan Limbah B3 medis, yaitu:
a.Penyimpanan Limbah B3 medis:
1) memperbolehkan TPS berada dalam bangunan utama rumah sakit, dan harus
memenuhi persyaratan;
2) Penyimpanan Limbah B3 sebagai depo pemindahan

b.Pengangkutan Limbah B3 medis:


1) menggunakan alat angkut roda 3 bagi penghasil Limbah B3
2) persetujuan Pengangkutan Limbah B3 dengan alat angkut roda 3 diterbitkan
instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota

c.Pengolahan Limbah B3 medis:


1) Pengaturan Pengolahan Limbah B3 dengan berbagai peralatan: autoklaf,
gelombang mikro, iradiasi ferkuensi radio, insinerator
d. Penguburan Limbah B3 medis:
1)Limbah B3 patologis dan benda tajam dapat dilakukan Penguburan Limbah B3

1)Persetujuan Penguburan Limbah B3 diterbitkan oleh instansi lingkungan hidup


Kabupaten/Kota

e. Penimbunan Limbah B3 medis:


1)Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu
dasar insinerator pada fasilitas Penimbunan Saniter, Penimbunan
Terkendali, Penimbusan Akhir

2)Persetujuan Penimbunan Limbah B3 diterbitkan Instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan


Kabupaten/Kota
Evaluasi Implementasi PerMenlhk
P.56/2015
Permasalahan Pengelolaan Limbah
Medis
⚫ Penyimpanan Limbah B3 terutama untuk limbah dengan
kategori infeksius masih disimpan lebih dari 2 x 24 jam.
⚫ Masih banyaknya Fasyankes yang masih belum
melengkapi Izin Penyimpanan Limbah B3. (membuat rincian
teknis untuk diintegrasikan dalam persetujuan lingkungan)
⚫ Masih banyak penghasil limbah B3 yang
belum memiliki hak akses terkait dengan Manifest Elektronik
(festronik).
⚫ Masih banyaknya Fasyankes yang tidak melaporkan pengelolaan Limbah
B3
⚫ Masih terbatasnya kegiatan jasa pengolah dan pemanfaatan limbah B3 di
daerah, sehingga pengangkutan limbah B3 masih dilakukan sampai
dengan pulau Jawa.
⚫ Masih belum diterapkannya pengelolaan Limbah Medis sesuai dengan
PermenLHK Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 terutama pada daerah-
daerah terpencil (remote area).
Permasalahan Pengolahan Limbah B3 Terkait dengan
Perizinan Pengolahan Limbah B3

a. Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan:


1) Amdal dan UKL/UPL Rumah Sakit tidak mengkaji
terkait kegiatan Pengolahan Limbah B3 menggunakan
insinerator atau alat pengolah Limbah B3 lainnya.
2) Tidak memiliki izin atau persetujuan lingkungan
3) Perbedaan nama Rumah sakit di dokumen lingkungan (judul dan isi kajian
berbeda)

b. Persyaratan lainnya:
1) Rumah sakit tidak memiliki Akte pendirian rumah sakit
2) Posisi rumah sakit berdekatan dengan fasilitas umum dan Pemukiman
3) Rumah sakit tidak memiliki lahan memadai untuk lokasi insinerator
c. Alat Insinerator
1)Insinerator hanya 1 ruang bakar
2)Insinerator sudah rusak karena sudah lama tidak dioperasikan
3)Tidak memiliki alat pengendali pencemaran udara

d. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik


Rumah sakit kesulitan untuk mengakses permohonan izin melalui
OSS:
1)Jaringan di lokasi rumah sakit tidak tersedia
2)Kurang memahami mengakses di oss.go.id
3)Kurang memahami mengakses di ptsp.menlhk.go.id
MASUKAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT
1. Revisi Peraturan Menteri LHK No.P.56 Tahun 2015, dengan menambahkan pengaturan
terkait:
a. masa waktu Penyimpanan Limbah B3
b. Pengangkutan Limbah B3
c. persyaratan teknis Pengolahan Limbah B3
d. RSUD dapat melakukan Pengolahan Limbah B3 yang bersumber dari Puskemas
berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota
e. Peranan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Limbah B3 (mendirikan fasiltas
Pengolahan Limbah B3)

2. Bantuan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat insinerator pada Pemerintah


Daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

3. Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pengolahan Limbah B3 kepada Rumah Sakit dan Dinas
Lingkungan Hidup

4. Konsultasi perizinan Pengolahan Limbah B3 bagi Rumah Sakit


DAFTAR KEGIATAN YANG MEMILIKI INCINERATOR
No. Kota Nama Insinerator Jenis Kapasitas Alat Pengendali Udara Status Keterangan
RSUD Kanudjoso Djatiwiowo v Smokeless 150 kg/jam, maksimal di 48 kg/jam Wet Scrubber S.243/Menlhk/Setjen/PLB3/4/2020
RSUD Beriman - - Diserakan kepihak ketiga PT. PLKK
RSU Pertamina - - Diserakan kepihak ketiga PT. PLKK
1 Balikpapan
Tidak digunakan dan tidak memperpanjang Tidak digunakan dan tidak perpanjangan izin, limbah
RS Siloam v
izin B3 di pihak ketigakan
RS Bersalin Sayang Ibu
Surat Rekomendasi No. :
v Multiple Chamber
Samarinda RSUD Abdul Wahab Sjahranie 300 kg/jam Wet Scrubber S.367/VPLB3/PPLB3/PLB.3/2020

Izin Sementara No. :


v
RS I A Moeis 100 kg/jam Wet Scrubber S.522/VPLB3/PPLB3/PLB.3/06/2020
2 Sam ar nda
RS Dirgahayu - -
RS Haji Darjat - -
Kurang memenuhi syarat suhu, alat deteksi panas,
RSJD Atma Husada v Single Chamber 100 Kg/jam - Belum Berizin dan tinggi cerobong. Limbah B3 diserahlan ke pihak
i ketiga berizin
Rumah Sakit Mata Prov. Kaltim
RS SMC - -
RSUD Taman Husada v 80 kg/jam Belum memiliki izin
RSI Yabis - - Diserahkan kepihak ketiga PT. Kaltim Medika Utama
RS PKT v 54 kg/jam Izin no : SK.45/Menlhk/Setjen/PLB.3/2/2017
3 Bontang
Izin no : 08.14.06 Tahun 2016 dan
v Dual Chamber
Rumah Sakit LNG Badak 50 kg/pembakaran Wet Scrubber S.497/VPLB3/PPLB3/PLB.3/06/2020

RS Amalia - - Diserahkan kepihak ketiga PT. Kaltim Medika Utama


RSUD A M Parikesit v Multiple Chamber 50 kg/jam Wet Scrubber Izin No. : SK.681/Menlhk/Setjen/PLB.3/8/2016
KUKAR
4 Kutai Ka rt anegara RSUD Abadi Samboja v Dual Chamber 150 kg/jam Wet SCrubber No. : S.484/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2019
RSUD Dayaku Raja Kota Bangun - - Diserahkan kepihak ketiga PT. BES
RSUD Kudungga v Multiple Chamber 50 kg/jam Wet Scrubber No : S.300/MENLHK/SETJEN/PLB3/5/2020
RS PKT Prima - - Diserahkan kepihak ketiga PT. Kaltim Medika Utama
RSU Neloy
5 Kutai Timur
RSUD Sangkulirang
RSIA Cahaya Sangatta
RSU Medika Sangatta

6 RSUD Harapan Insan Sendawar v 80 kg/jam


KUBAR
Dua kali pemberkasan perizinan gagal, pergantian
v Multiple Chamber Belum memiliki izin sistem perizinan, menunggu pemulihan akun dan
7 PPU RSUD Ratu Aji Putri Botung 150 -300 Kg/Jam Wet Scrubber masih ada yang perlu dibenahi di incinerator

RSUD Pratama Sepaku - -


8 Pa ser RSUD Panglima Sebaya v Belum memiliki izin
Masih melengkapi administrasi untuk pengajuan
v
9 Berau RSUD Abdul Rivai 50 - 100 kg/jam awal izin
RSUD Talisayan
RS Pratama Gerbang Sehat
10 Mahulu Mahulu
RSP. Nawacita Datah Dave
Permasalahan Kerjasama Antara Pengelola Limbah B3

Penghasil LimbahB3

1.Penghasill Limbah B3 bekerja sama dengan Pengolah Limbah B3 yang tidak memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Pengolahan Limbah B3 --- disebabkan Penghasil Limbah
B3 tidak memiliki akses data Pengelolaan Limbah B3
2.Penghasil Limbah B3 bekerjasama hanya dengan Transporter Limbah B3
3.Penghasil Limbah B3 tidak mengetahui secara jelas “Status” Pengolah Limbah B3
(permasalahan Izin, Kapasitas Insinerator, dll)

4. Masih ada penghasil Limbah B3 yang belum mengetahui secara jelas


Administrasi prosedur kerja sama dengan pihak ke tiga (terkait
dengan Manifest)
Permasalahan Kerjasama Antara Pengelola Limbah B3

Transporter
(Pengangkut LimbahB3)
1. Pengangkut Limbah B3 tidak melakukan Pengangkutan secara “Rutin” sesuai
dengan Jenis Limbah B3 (khusus Limbah Fasyankes)
2. Jumlah Limbah B3 yang diangkut dibatasi (tidak semua Limbah B3 di TPS diangkutt),
sehingga Limbah B3 di TPS menumpuk , melebihi waktu masa simpan (2 x 24 Jam)
3. Jadwal pengangkutan tidak teratur (tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati antara
Penghasil dan Transporter)

4. Transporter kurang berkenan mengangkut Limbah B3 dari Penghasil yang


jumlahnya sedikit Limbah B3
Strategi yang dapat dilakukan

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus paham Prinsip Pengelolaan Limbah B3


2. Petugas Fasyankes (Kesling Rumah Sakit) paham kebijakan – kebijakan yang berlaku dalam
Pengelolaan Limbah B3 dan up date peraturan serta informasi
3. Sebelum melakukan Kerjasama, Penghasil Limbah B3 agar mengakses data terkait Perizinan Transporter
Limbah B3 dan Jasa Pengolah Limbah B3 untuk mengetahui Status Perizinan
4. Melakukan evaluasi terhadap kinerja Jasa Pengolah Limbah B3, antara lain melakukan evaluasi
terhadap Neraca Limbah B3
5. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, cq . Direktorat
Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3, untuk mendapatkan Informasi lebih lanjut
terkait ;
a. Transporter Limbah B3
• Memiliki Izin PengangkutanLimbah B3
• Jenis Limbah B3 yang diangkut berdasarkan izin yang dimiiliki
b. Jasa Pengolah Limbah B3
• Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
• Jenis Limbah B3 yang dapat dilakukan Pengolahan Limbah B3 menggunakan alat Insinerator
• Kapasitas Insinerator
6. Penghasil, Pengangkut dan Pengolah harus terkoordinasi dalam manifest elektronik (festronik)
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]
Efisiensi pembakaran > 99,95%;
Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber)
minimum 800oC (temperatur operasional);
Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber)
minimum 1000oC (temperatur operasional), dengan waktu
tinggal minimum 2 (dua) detik;
Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet
scrubber);
Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan
tanah; dan
Memenuhi baku mutu emisi.
🖝 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur >
1200oC. 23
Model Incinerator
BAKU MUTU EMISI UDARA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN -

NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM SATUAN


1. Partikulat 50 mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida(NO2) 300 mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 mg/Nm3
7. Total Hidrokarbon (sebagai CH4) 35 mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 mg/Nm3

11. Timbal (Pb) 5 mg/Nm3

12. Merkuri (Hg) 0,2 mg/Nm3

13. Talium (Tl) 0,2 mg/Nm3

14. Opasitas 10 %

15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95 %


Pengolahan Limbah B3 medis dengan Autoklaf dan
Gelombang Mikro
Pengoperasian Autoclaf tipe alir gravitasi dilakukan dengan:
a.temperatur lebih besar atau sama dengan 121 0C, Tekanan 15 psi atau 1,02 atm, waktu tinggal didalam
autoclaf sekurang – kurangnya 60 menit.
b.temperatur lebih besar atau sama dengan 135 0C, Tekanan 31 psi atau 2,11 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 45 menit.
c.temperatur lebih besar atau sama dengan 149 0C, Tekanan 52 psi atau 3,54 atm, waktu tinggal didalam
autoclaf sekurang – kurangnya 30 menit.

Pengoperasian Autoclaf tipe vakum dilakukan dengan:


a.temperatur lebih besar atau sama dengan 121 0C, Tekanan 15 psi atau 1,02 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang – kurangnya 45 menit.
b.temperatur lebih besar atau sama dengan 135 0C, Tekanan 31 psi atau 2,11 atm, waktu tinggal didalam
autoclaf sekurang – kurangnya 30 menit.

Pengoperasian Gelombang Mikro dilakukan dengan: temperatur 100 0C, waktu tinggal paling singkat 30 menit.

Uji validasi: harus mampu membunuh spora Bacillus stearothermophilus


PELAKSANAAN Penilaian PROPER

• Dewan Pertimbangan PROPER


• Pengumuman PROPER Pemeringkatan
Evaluasi kinerja pengelolaan
lingkungan
Evaluasi &Pengolahan data
Verifikasi lapangan,
Sumber data lain.
Pengumpulan data

Kriteria
Pemilihan perusahaan
Mekanisme PROPER

Penetapan Peserta Sosialisasi PROPER Administrasi Kunjungan lapangan

Evaluasi data SA dan


Penyampaian Rapat pembahasan Pengumpulan Form
Sanggahan +
Penilaian PROPER penilaian PROPER PROPER (Data SA)
Kunjungan lapangan
Kriteria Penilaian
1. Administrasi
2. Pengendalian Pencemaran Air
3. Pengendalian Pencemaran Udara
4. Pengendalian Pencemaran Limbah B3
5. Pengendalian Kerusakan Lahan (Khusus
pertambangan Batubara)
6. Produksi bersih
7. Comunity Development (CSR)
KEWAJIBAN PELAPORAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENYUSUNAN APLIKASI PELAPORAN LIMBAH
B3 (APELB3)
Aplikasi Pelaporan Limbah B3 (APELB3) : merupakan salah satu upaya
Pemerintah Provinsi untuk dapat menyusun data base pengelolaan Limbah B3
di wilayah Provinsi Kaltim yang dilakukan secara online, yang mana data base ini
nantinya dapat dijadikan dasar dalam penetapan kebijakan terkait pengelolaan
Limbah B3 di daerah.
DATA_DATA DAN INFORMASI APELB3

Data kegiatan penyimpanan, Data kegiatan pengumpulan


pemanfaatan, pengolahan Limbah B3 yang dilakukan
dan penimbunan Limbah B3 oleh Jasa Pengumpul Limbah
serta penyerahan kepada B3 di wilayah Provinsi Kaltim.
pihak Jasa Pengelola Limbah
B3 yang dilakukan oleh “Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
penghasil Limbah B3 sebagai operator APELB3”
APLIKASI PELAPORAN LIMBAH MEDIS COVID-
19 (LIMEDCOV-19 TRACKER)
Aplikasi Pelaporan Limbah Medis Covid – 19 (LIMEDCOV 19 TRACKER) :
Merupakan salah satu upaya Pemerintah Provinsi untuk dapat mengumpulkan
timbulan data Limbah Medis Covid – 19 yang berada diseluruh wilayah Provinsi
Kaltim

SUMBER LIMBAH MEDIS COVID-19 :

• Rumah Sakit, Puskesmas, Laboratorium Kesehatan, Klinik Pelayanan Kesehatan, Dll


• Rumah Sakit Darurat Covid-19
• Tempat Isolasi/Karantina Mandiri di Masyarakat (hotel, wisma, apartemen dan rumah tinggal)
• Uji deteksi Covid-19
• Tempat Vaksinasi Covid-19

“Hasil Pelaporan ini selanjutnya dilaporkan kepada Kementerian Lingkungan


Hidup dan Kehutanan RI”
Rumah Sakit Yang Melakukan Pelaporan Limbah Covid-19
NO KOTA /KABUPATEN NAMA RS
1. Bontang RSUD Taman Husada
RS PT. Badak
RS Pupuk kaltim
RS Amalia Bontang
RS Islam Bontang
2. Balikpapan Siloam hospitals
RS Balikpapan Baru
RSUD Beriman Balikpapan
RS. Pertamina Balikpapan
RSUD Kanudjoso
RS Bhayangkara
3. Paser RSUD Panglima Sebaya
4. Penajam Paser Utara RSUD Ratu Aji Putri Botung
5. Berau RSUD Talisayan
RSUD Dr Abdul Rivai
6. Samarinda RSUD AW Sjahranie
RSUD I. A. Moeis
RS Dirgahayu
RS SMC
7. Kutai kartanegara RSUD AM Parikesit
RSUD ABADI
RS Dayaku Raja
8. Kutai Timur RSUD Kudungga

Pelaporan Manual Maret 2020 - Juni 2021)


9. Kutai Barat RSUD Harapan Insan Sendawar
10. Mahakam Hulu RS. Pratama Gerbang Sehat Mahulu
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS COVID 19 DI KALIMANTAN TIMUR

SUMBER: DLH PROV KALTIM 2021


RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN DAN
PENGHAPUSAN MERKURI (RAD – PPM)
RAD – PPM : Merupakan dokumen yang menyediakan arahan bagi pemerintah daerah
(Baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota) untuk melaksanakan berbagai kegiatan
pengurangan dan penghapusan Merkuri, baik berupa kegiatan yang secara langsung
dan tidak langsung mengurangi dan menghapus Merkuri dalam kurun waktu tertentu.

DASAR PENYUSUNAN DOKUMEN RAD – PPM

UU 11/2017 dan Perpres 21/2019 yang menjabarkan strategi, kegiatan dan


target pengurangan dan penghapusan Merkuri nasional pada tiap sektor
prioritas yaitu sektor manufaktur, sektor energi, sektor pertambangan emas
skala kecil (PESK) dan sektor kesehatan

Peraturan Menteri LHK Nomor P.81/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tentang


Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Rencana Aksi
Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri.Proses penyusunan RAD-PPM
bersifat partisipatif dan dapat dikaji ulang sesuai dengan kebutuhan daerah
Kebijakan Pengelolaan Merkuri pada Bidang Prioritas Kesehatan
2. Peraturan Menteri LHK No
1. Perpres Nomor 21 Tahun
81/2019 tentang Pelaksanaan
2019 tentang RAN-PPM
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun
2019 Tentang RAN-PPM

Rencana Aksi Merupakan Ruang Lingkup:


Nasional pedoman bagi 1.Tata Cara Penyusunan
Pengurangan dan gubernur, dan RAD-PPM;
bupati/walikota 2.Pemantauan dan
Penghapusan dalam menyusun evaluasi RAN-PPM dan
Merkuri (RAN-PPM) dan menetapkan RAD-PPM;
RAD-PPM 3.Pelaporan RAN-PPM
merupakan dokumen Provinsi atau dan RAD-PPM; dan
rencana kerja tahunan RAD-PPM 4.Sistem pemantauan dan
untuk mengurangi dan kabupaten/kota evaluasi terintegrasi
menghapuskan merkuri di pengurangan dan
tingkat nasional. RAD-PPM • Peraturan gubernur, penghapusan Merkuri
yang telah untuk
disusun RAD-PPM provinsi
ditetapkan • Peraturan bupati/wali
dengan: kota, untuk RAD-PPM
kab/kota
Target Rencana Aksi Nasional Penghapusan Merkuri di bidang Prioritas Kesehatan

Bidang Prioritas Kesehatan

0 unit Target 100%


Penghapusan 202
pada tahun 0
10.832
Unit Tahu
2020
Tahu 2
n02
n 0
2019
Tahu 21.663 Kementerian atau Lembaga lain yang berperan
2
n01 Unit dalam pelaksanaan RAN PPM pada bidang prioritas
8 kesehatan antara lain:
1.Kementerian Dalam Negeri
2.Kementerian Perdagangan
3.Kepolisian Republik Indonesia
4.Badan Pengawas Obat dan Makanan
5.Kejaksaan Agung
JENIS DAN JUMLAH ALAT KESEHATAN MENGANDUNG MERKURI DI
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. Kabupaten/Kota Tensimeter Termometer Dental Amalgam

1. Samarinda 182 26 0

2. Bontang 28 0 0

3. Balikpapan 112 0 0

4. PPU 33 11 0

5. Kutai Timur 60 80 0

6. Mahakam Hulu 15 5 0

7. Berau 80 40 80

8. Paser 40 20 0

9. Kutai Barat 180 36 0

10. Kutai Kartanegara 96 64 -

Jumlah 826 282 80


Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
Pengumpul
an
Penanggung jawab
Fasyankes

Penyimpan
an
Sementara
Dari fasilitas penyimpanan Kemenkes/dinkes
sementara ke fasilitas prov/dinkes kab
storage depo berkoordinasi dengan DLH
Pengangkut
an Dari fasilitas storage depo ke
KLHK
fasilitas pengolahan atau
ekspor.

Penyimpan
an pada
storage KLHK
depo
Pengolahan
dan/atau
Ekspor
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri dikelompokkan berdasarkan jenis alat kesehatan
Penanggung jawab Fasyankes melakukan pengumpulan
1. limbah •
alat kesehatan yang mengandung Merkuri di Fasyankes
Pengumpulan :
deng•an • pdeilankguekmaanspaenlekatan simbol dan
label.
pengemasan : 1. Primer dkeberupa
ilaskeuhkemasan
kaatann asli alat kesehatan mengandung
merkuri, jika
dapatrusak
diganti dengan kemasan yang memenuhi kriteria
Contoh Kemasan Primer

: 2. Sekunder berupa kemasan yang memenuhi kriteria dengan


penggunaan jumlah dan jenis kemasan sekunder
disesuaikan dengan jumlah dan volume alat kesehatan
yang akan dipindahkan
Contoh Kemasan Sekunder

pelekatan : 1. Simbol
simbol berupa simbol bahaya Merkuri
dan label
: 2. Label
memuat informasi sedikitnya:
•nomor identitas alat kesehatan mengandung Merkuri;
•jenis alat kesehatan mengandung Merkuri;
•tanggal awal penyimpanan alat kesehatan mengandung Merkuri Contoh Label
•peringatan mudah pecah.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
2. Penanggung jawab Fasyankes wajib melakukan penyimpanan sementara terhadap limbah alat
Penyimpana kesehatan yang
n Sementara telah dilakukan pengemasan dan pelekatan simbol dan label memenuhi ketentuan Permenkes
41/2019

• Limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang berasal dari puskesmas dapat
disimpan pada fasilitas penyimpanan sementara milik rumah sakit dengan
ketentuan:
- rumah sakit milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan
- berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dengan pusat kesehatan
masyarakat.

• Limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang berasal dari klinik pelayanan
kesehatan atau sejenis dapat disimpan pada fasilitas penyimpanan sementara milik
rumah sakit dengan ketentuan:
- rumah sakit milik swasta; dan
- berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dengan pusat kesehatan
masyarakat
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
3.
Pengangkutan Ketentuan pengangkutan:
dilakukan terhadap limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri
yang
telah dilakukan:
1. pengemasan dan pelekatan
Dari fasilitas penyimpanan
symbol; dan
ke fasilitas storage
sementara
depo 2. dilengkapi dengan manifes.
Dari fasilitas storage depo ke
fasilitas
pengolahan atau Manifes terdiri atas:
ekspor. a. bagian pertama, yang diisi oleh penanggung
jawab Fasyankes;
b. bagian kedua, yang diisi oleh pengelola storage depo;
c. bagian ketiga, yang diisi oleh pengangkut limbah alat kesehatan
yang
mengandung Merkuri; dan
d. bagian keempat, yang diisi oleh pengolah limbah alat kesehatan
yang mengandung Merkuri.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
4. Penyimpanan Pada Storage
Depo
• Terhadap limbah alat kesehatan yang mengandung Merkuri yang
sudah dikirim ke storage depo, dilakukan uji petik pemeriksaan
alat kesehatan mengandung Merkuri.
• Uji petik dilakukan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
1.Penyimpanan dilakukan pada seluruh
fasilitas storage depo yang kemasan sekunder yang dikirim ke storage depo.
disediakan oleh KLHK • Dalam hal hasil pemeriksaan alat kesehatan ditemukan:
a. kerusakan kemasan sekunder;
b. kerusakan kemasan primer;
2.Penyediaan storage depo c. ketidaksesuaian informasi;
dilaksanakan oleh KLHK dan d. alat kesehatan yang mengandung Merkuri pecah; dan/atau
berkoordinasi dengan gubernur e. Merkuri tumpah dari alat kesehatan yang mengandung
dan/atau bupati/wali kota. Merkuri, harus dilakukan pemeriksaan alat
kesehatan yang mengandung Merkuri
terhadap seluruh kemasan sekunder yang berasal dari
Fasyankes yang sama.
Strategi Pengelolaan Alat Kesehatan Mengandung
Merkuri
5. Pengolahan
dan/atau
Ekspor

1. Pengelola storage depo wajib melakukan pengolahan limbah alat kesehatan yang
mengandung Merkuri.yang dapat dilakukan dengan cara:
• perolehan kembali (recovery) Merkuri; dan/atau
• enkapsulasi.
2. Dalam hal tidak tersedia fasilitas pengolahan dapat dilakukan ekspor alat kesehatan yang
mengandung Merkuri.
PROGRAM KEDARURATAN PENGELOLAAN B3
DAN LIMBAH B3
Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 : Merupakan dokumen
perencanaan sistem tanggap darurat dalam rangka penanggulangan keadaan darurat
yang disebabkan oleh kegiatan pengelolaan B3 dan Limbah B3 yang memiliki
komponen infrastruktur dan fungsi penanggulangan yang akan dilaksanakan.

DASAR PENYUSUNAN PROGRAM KEDARURATAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 TENTANG
PROGRAM KEDARURATAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
DAN/ATAU LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

“Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Wajib untuk Menyusun Program


Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3”
TERIMA

Anda mungkin juga menyukai