Anda di halaman 1dari 27

MAKING DISASTER COUNT:

HOW DISASTER MAKE OR


BREAK SDGs
AMALIA ADININGGAR WIDYASANTI, Ph.D
DEPUTI BIDANG EKONOMI

Jakarta, 27 Juli 2021


LATAR BELAKANG : PENTINGNYA DATA STATISTIK KEBEN-
3
CANAAN

KONDISI DAN ISU STATISTIK BENCANA DI INDONESIA 6

OUTLINE AMANAT RPJMN 2020-2024 15

SDGs SEBAGAI INSTRUMEN PERBAIKAN DATA STATIS-


19
TIK BENCANA

PENUTUP 25
LATAR BELAKANG : PENT-
INGNYA DATA STATISTIK
KEBENCANAAN
PENTINGNYA DATA KEBENCANAAN
Data dibutuhkan untuk menyusun kebijakan dalam mengelola dan memitigasi risiko bencana. Data statistik bencana dapat digunakan untuk memberikan informasi
terkait kondisi pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.

1. Memetakan Strategi

Knowledge Nasional Strategi

Strategi Provinsi

Tactical
Analisa Kab/Kota

Informasi Kecamatan
Operasional
Data Desa

Sumber: FGD Bappenas dan BNPB

Kedeputian Bidang Ekonomi 4


4
PENTINGNYA DATA KEBENCANAAN
Di dalam proses mitigasi bencana, pengelolaan resiko bencana menjadi hal sangat penting.

2. Mengelola Resiko Bencana


BENCANA TANGGAPAN

RISIKO PENGAWASAN
PEMULIHAN
STABIL BERISIKO

KESIAPAN

“INVESTASI PRB” “MEMBANGUN KEMBALI DENGA LEBIH


BAIK”
PEMELIHARAA
REHABILITASI REKRONTUKSI
N

Sumber: PERENCANAA “PERBAIKAN”


FGD Bappenas dan BNPB N

1. Siklus pengelolaan risiko bencana dibagi menjadi dua kondisi yaitu kondisi stabil dan berisiko. Pada kondisi stabil bentuk pengawasannya berupa
pemeliharaan (investasi pengurangan resiko bencana) dan pada kondisi berisiko pengawasan yang dilakukan berupa perbaikan dan rehabilitasi.
2. Jika jadi terjadi bencana maka yang dilakukan setelah itu adalah tanggap darurat dan pemulihan
3. Dalam proses ini data pra bencana sangat penting sebagai informasi untuk memproses kebijakan yang tepat

Kedeputian Bidang Ekonomi 5


5
KONDISI DAN ISU STATISTIK
BENCANA DI INDONESIA
INDONESIA NEGARA YANG RAWAN BENCANA
Menurut The World Risk Report yang diterbitkan oleh Institute for International Law of Peace and Armed Conflict (IFHV) pada tahun 2020,
Indonesia menduduki rangking 40 Negara Paling Rawan Bencana di Dunia.

World Risk Index, Asia Tenggara Country Grup Risk Exposure Vulnerability

Africa 8.89 13.56 63.79

Brunei Darussalam 22.3 Americas 7.88 16.53 45.08

Cambodia 15.76 Asia 5.76 11.87 45.97

Europe 3.41 11.39 31.54


Timor Leste 14.67
Oceania 15.47 28.42 49.67
Indonesia 10.39
Worldwide 6.42 13.06 46.08
Vietnam 10.3
Highlights
Malaysia 7.71
1. Benua Asia merupakan benua ke empat yang rawan dengan bencana
Myanmar 7.18 setelah Oceania, Afrika dan Amerika.
2. Indonesia menduduki posisi ke 40 negara berisiko bencana di seluruh
Thailand 6.54
dunia dan negara nomor 4 di Asia Tenggara dengan index sebesar 10.39
Laos 4.47 3. Semakin tinggi index yang diberikan, semakin rawan dengan bencana
negara tersebut.
Singapura 2.57

Kedeputian
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi Bidang Ekonomi 7
7
KONDISI BENCANA DI INDONESIA
Berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 20 Juli 2021 tercatat sudah terjadi sebanyak 1584 bencana alam.
Jumlah korban meninggal mencapai sebesar 496 jiwa dan hampir 5,58 juta orang harus mengungsi.

Kedeputian
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi Bidang Ekonomi 8
8
ANTISIPASI ATAS ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM
Terdapat ancaman yang lebih besar dibandingkan pandemi Covid-19 saat ini.
Perubahan iklim yang terus mengalami degradasi perlu mendapat perhatian semua negara di dunia.

From Covid-19 To Climate Change

Kedeputian Bidang Ekonomi 9


DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP INDONESIA
Temperatur meningkat Permukaan laut naik

Curah hujan meningkat Gelombang laut ekstrem

Bumi lebih panas 1,5 oC


Sejak era pra-industri.
Tanpa adanya intervensi,
suhu akan semakin panas.

Kedeputian Bidang Ekonomi 10


CATATAN : SIMULASI DAMPAK BANJIR KALIMANTAN SELATAN (1/2)
Dampak banjir di Kalimantan Selatan berpengaruh pada penurunan pertumbuhan PDB nasional sebesar 0,01 persen dan di Kalimantan Selatan sebesar 0,55 persen
terhadap baseline.

PDB Nasional Dampak Sektoral


Output Kesempatan Kerja
Tambang lain: -0,03% Olahan Plastik dan Karet: -0,05%
-0,01 %

Olahan Plastik dan Karet: -0,02% Tambang Lain: -0,05%

PDRB Kalimantan Produksi Makanan: -0,02% Produksi Makanan: -0,04%


Selatan
Transportasi Laut: -0,02% Produksi Kayu: -0,04%

-0,55 % Produksi Kayu: -0,02% Produksi Metal: -0,03%

Sumber: Exercise awal tim Kerangka Makro Daerah Dit. PMAS

Kedeputian Bidang Ekonomi 11


CATATAN : SIMULASI DAMPAK BANJIR KALIMANTAN SELATAN (2/2)
Banjir melanda 10 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2021. Terdapat 6 sektor terdampak berdasarkan asesmen BPPT.
Bappenas juga melakukan exercise dampak banjir Kalimantan Selatan menggunakan pemetaan sektor BPPT dalam IRIO 2016.

Sektor BPPT Dampak (juta Rp) Sektor IRIO Shock (juta Rp)

Pendidikan 24.425,02 Pendidikan 24.425,02


Perikanan 37.330,54 Perikanan 37.330,54

Kesehatan dan Perlindungan Sosial 22.145,91 Kesehatan 22.145,91

Ketenagalistrikan 118.885,29

Produktivitas Masyarakat 484.993,51 Pengadaan Gas dan Produksi Es 4.941,17

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


361.167,05
Limbah, dan Daur Ulang
Infrastruktur 340.245,12 Konstruksi 340.245,12
Tanaman pangan 46.146,52
Pertanian 173.493,51 Perkebunan semusim 93.545,85
Peternakan 33.801,14

Total 1.082.633,61
Catatan : Perhitungan dampak kerugian dari BPPT sebesar Rp. 1,3T
Sumber: Exercise awal tim Kerangka Makro Daerah Dit. PMAS

Kedeputian Bidang Ekonomi 12


PEMETAAN DATA STATISTIK KEBENCANAAN
Pemerintah di daerah beserta OPD produsen data harus bisa menyediakan data statistik kebencanaan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak
kerugian akibat bencana

Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana


• Data dan informasi keberadaan • Data base kependudukan dari lokasi • Estimasi biaya pembangunan:
yang terkena bencana - Tempat hunian sementara dan
penduduk dan keluarga per satuan
• Data dan informasi jumlah korban (huntara) dan hunian tetap (huntap)
wilayah terkecil (RT/RW/Desa)
• Estimasi biaya pemulihan modal sosial,
• Data dan informasi lokasi bangunan manusia: seperti lapangan pekerjaan dan aktivitas
tempat tinggal penduduk dan keluarga - Dirawat (luka ringan, luka berat),
sosial
• Data dan informasi fasilitas umum dipengungsian, hilang dan • Estimasi biaya pemulihan fasilitas umum,
beserta penilaian estimasi nilai meninggal Kesehatan, Pendidikan, ekonomi dan
bangunan • Data dan informasi jumlah kerugian lingkungan:
• materil: - Kegiatan Pendidikan, kegiatan
Data dan informasi lokasi lahan
produksi beserta estimasi perkiraan - bangunan tempat tinggal, fasilitas pelayanan Kesehatan, kegiatan
ibadah, kegiatan ekonomi, jalan,
nilai dari pertanian, perkebunan, dan umum dan lahan produksi jembatan, dll
perikanan • Data dan informasi pendukung seperti: • Estimasi biaya bantuan korban:
• Data dan informasi pendukung (listrik, - relawan, posko bantuan, lokasi - Biaya hidup dan makan
air, gudang dll.) pengungsian, dan dapur umum dipengungsian, meninggal, bantuan
• Peta Rawan Bencana perbaikan rumah tinggal

Kedeputian Bidang Ekonomi 13


13
ISU TERKAIT STATISTIK KEBENCANAAN
Pada tahun ini Bappenas sedang melakukan kajian pilot project Identifikasi Data Statistik Kebencanaan di lima provinsi (Aceh, Sumbar, Kalsel, Sulteng, dan
NTB) dan sampai saat ini sudah dijajaki di tiga provinsi (Sulteng, Kalsel dan Sumbar).

KONDISI LAPANGAN HAMBATAN


1. Forum data masih belum bekerja maksimal dalam 1. Masih ada daerah yang belum mengeluarkan Pergub
mensinergikan data yang ada pada lingkup provinsi untuk menindaklanjuti Perpres Satu Data (Sumatera
(Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat)
Barat), salah satunya karena belum adanya Pergub
2. Peran Walidata belum maksimal dalam meningkatkan
Satu Data (Sumatera Barat).
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan
2. Beberapa provinsi belum memiliki portal data seperti statistik yang diselenggatakan di daerah (Sulteng,
Sulawesi Tengah dan Sumatera Barat, sehingga data Kalsel dan Sumbar)
sektoral masih sulit didapatkan khususnya data
3. Walidata belum pro-aktif dalam menyediakan data
kebencanaan
yang menjadi kewenagnan provinsi dan kab/kota serta
3. Masih ada tumpang tindih TUSI antara Bappeda dan berkonsultasi dengan pembina data
Diskominfotik terkait data sectoral (Sumatera Barat)
4. Masih terdapat OPD yang acuh tak acuh terkait
4. Data kebencanaan dipublikasi oleh beberapa instansi dengan tugas mereka untuk menghasilkan data
masih belum sama, masih ada perbedaaan dan belum sektoral
sinkron. Hal ini mengindikasi adanya perbedaan
5. Banyak data yang tidak diperbaharui secara rutin
definisi terkait bencana

Kedeputian Bidang Ekonomi 14


AMANAT RPJMN 2020-2024
AMANAT KETAHANAN BENCANA DALAM RPJMN 2020-2024

Pembangunan lingkungan hidup, serta


peningkatan ketahanan bencana, dan
perubahan iklim diarahkan melalui:

 Peningkatan kualitas lingkungan hidup;

 Peningkatan ketahanan bencana dan


perubahan iklim; dan

 Pembangunan Rendah Karbon.

Kedeputian Bidang Ekonomi 16


PEMBANGUNAN NASIONAL YANG LEBIH RESILIEN
FOKUS PEMBANGUNAN

Covid-19 dan juga bencana


Pemulihan Reformasi Sistem Reformasi Sistem Reformasi
alam di saat yang bersamaan Industri, Kesehatan Nasional Perlindungan Sosial Sistem
memberikan pelajaran sangat Pariwisata, dan Ketahanan
Investasi Bencana
berharga untuk bangsa Indonesia.

1. Perekonomian Indonesia rentan PRIORITAS NASIONAL RKP 2022: Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural
terhadap guncangan;
Memperkuat Ketahanan Mengembangkan Meningkatkan Sumber Revolusi Mental
2. Sistem Kesehatan masih relatif Ekonomi untuk Wilayah untuk Daya Manusia Dan
Pertumbuhan Mengurangi Berkualitas dan Berdaya Pembangunan
rendah; Berkualitas dan Kesenjangan dan Saing Kebudayaan
Berkeadilan Menjamin
Pemerataan
3. Sistem perlindungan sosial perlu
direformasi; dan
PN 1 PN 2 PN 3 PN 4
4. Sistem mitigasi kebencanaan
masih sangat terbatas. Memperkuat Infrastruktur
Membangun Lingkungan Memperkuat Stabilitas
Hidup, Meningkatkan Polhukhankam dan
untuk Mendukung
Ketahanan Transformasi
Pengembangan
Ekonomi dan Bencana, dan Pelayanan
Pelayanan Dasar Perubahan Iklim Publik

PN 5 PN 6 PN 7

Kedeputian Bidang Ekonomi 17


LESSON LEARNED: MANAGEMENT BENCANA JEPANG
Jepang sebagai negara yang rawan dengan bencana, telahmembuat langkah
untuk memitigasi bencana yang sering terjadi, diantaranya adalah:

1. Membuat Disaster Management Plans


• Dokumen ini berisikan tentang semua fase pencegahan bencana,
mitigasi dan kesiapsiagaan, dan tanggap darurat serta pemulihan dan
rehabilitasi:
a. Preparedness: planning, investment, risk education,
b. Early warning and Response: early warning, evacuation support,
and emergency rescue activities
c. Recovery and Reconstruction: smooth recovery and
reconstruction
• Di dalam dokumen ini juga dijelaskan peran dan tanggung jawab
pemerintah nasional dan lokal, dan daftar kerjasama pemangku
kepentingan terkait baik di sektor publik maupun swasta.

2. Fire and Disaster Management Agency aktif untuk memberikan


informasi terkait bencana yang sedang terjadi

Source: World Bank Documents

Kedeputian Bidang Ekonomi 18


SDGs SEBAGAI INSTRUMEN
PERBAIKAN DATA STATISTIK
BENCANA
MAINSTREAMING TPB/SDGS SEBAGAI
INSTRUMEN UTAMA DALAM MITIGASI KEBENCANAAN

Indonesia's commitment to achieve the SDGs

LINGKUNGAN Bappenas menjadikan Goals 13


(Perubahan Iklim) sebagai basis
utama dalam rangka untuk
mendukung tiga pilar
pembangunan berkelanjutan
(Pilar Ekonomi, Pilar Sosial,
dan Pilar Lingkungan).
SOSIAL EKONOMI

Isu lingkungan, perubahan iklim, dan kebencanaan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah
Agenda pembangunan nasional yang berkelanjutan termasuk di
Nasional (RPJMN)
dalamnya terhadap isu mitigasi kebencanaan telah memiliki target,
lokasi dan sektor di dalam RPJMN 2020-2024
2020-2024

Kedeputian Bidang Ekonomi 20


PENCAPAIAN TPB/SDGS SEJALAN DENGAN 7 AGENDA PEMBANGUNAN:
70 persen dari 280 indikator TPB/SDGs tercapai dan membaik

Kedeputian Bidang Ekonomi 21


Capaian Agenda Pembangunan 7:
Lingkungan Hidup dan Ketahanan Bencana
Angka Kepemilikan Rumah Layak Huni Luas Kawasan Konservasi Perairan Terus Meningkat
Terus Meningkat Sejak 2015 Sejak Tahun 2015
58% 56.51%
56% 25.00 23,14
54.09%
54% 53.15% 19.14 19.30

Luas Kawasan (juta Ha)


20.00 17.90
51.73% 17.30
52%
50% 15.00
47.99%
48% 10.00
46%
5.00
44%
42% 0.00
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: KKP
Sumber: BPS

Proporsi tutupan hutan dan lahan menurun


dari 52,22% (2011) menjadi 49,80% (2018)
100
Capaian Potensi Capaian Penurunan Emisi GRK
Penurunan Emisi Gas 90
Sektoral 2010-2019 80
Rumah Kaca (GRK)
dari Baseline 70
Akumulatif 60 52.22 51.97 51.59 51.38 50.78 50.45 50.18 49.80
50
23,46 persen 40
30
atau
20
3.974.513 ribu Ton CO2e 10
0
2019 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: KLHK

Sumber: Bappenas

Kedeputian Bidang Ekonomi 22


DAMPAK COVID-19 TERHADAP PENCAPAIAN TPB/SDGS

Risiko Ekonomi Risiko Sosial Risiko Lingkungan

 Penurunan daya beli masyarakat  Peningkatan risiko kekurangan gizi (wasting)  Peningkatan timbulan sampah limbah
 Adanya loss of income sebesar Rp 374,4  36% responden berkurang konsumsi pangannya B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Triliun* akibat hambatan finansial*
 Jumlah limbah medis dari Pandemi COVID-
 Peningkatan angka kemiskinan  Pelayanan kesehatan esensial terkendala 19 ini meningkat 30%, sedangkan kapasitas
 55% posyandu menunda layanan imunisasi dan pengolahan limbah B3 medis di beberapa
 Persentase penduduk miskin meningkat daerah terutama di luar Jawa masih terbatas*.
46% menunda layanan antenatal untuk ibu hamil**
0,97 persen (yoy) menjadi 10,19 persen
pada September 2020**  Peningkatan sampah plastik medis dan
 Penerapan PSBB dan transformasi sistem
 Peningkatan angka pengangguran peralatan medis
pendidikan “Pembelajaran Jarak Jauh”
sangat bergantung pada ketersediaan sarana dan  Limbah medis yang dihasilkan Indonesia per
 14,28% penduduk usia kerja terdampak
dukungan teknologi untuk kualitas pembelajaran hari sebanyak 294,66 ton**
COVID-19 dengan 2,56 juta orang
menganggur** yang efektif.  Peningkatan penggunaan kendaraan
 Keterbatasan akses internet pada siswa/ mahasiswa
 Peningkatan kesenjangan pribadi akibat berpindahnya pengguna
di luar Pulau Jawa khususnya wilayah timur
 Rasio Gini meningkat 0,005 (yoy) Indonesia. transportasi umum
menjadi 0,385 pada September 2020**  Kelompok siswa/mahasiswa miskin (20%  88% angkutan umum perkotaan (MRT, LRT,
terbawah) cenderung memiliki akses internet yang TJ dan KRL) menurun dan 93% penumpang
 Pertumbuhan ekonomi terkontraksi: lebih rendah sebesar 38,46% dibanding kelompok bus AKAP dan kereta api juga menurun***
 Ekonomi Indonesia tumbuh -2,07% kaya (20% teratas) sebesar 81,68%***
selama tahun 2020

*UNICEF, COVID-19 and Children in Indonesia: An Agenda for Action to Address Socio-Economic *KLHK, Perkuat Regional untuk Respon Limbah Infeksius COVID-19, 18 May 2020
Challenges, 11 May 2020 ** Pusat penelitian Badan Keahlian DPR RI, Permasalahan limbah medis covid 19 di Indonesia, Vol. XII, No.
*Bappenas dan LPEM UI, 2020 ** MoH & UNICEF, Rapid Health Assessment: Ensuring Sustainability of Essential Health Services for 9/I/Puslit/Mei/2020
**BPS 2020 Children and Mothers During the COVID-19 Pandemic in Indonesia, July 2020 ***Bappenas , Dampak COVID19 terhadap Pembangunan & Respon Pemerintah dalam Kerangka Pembangunan
***Susenas, BPS 2020 Berkelanjutan, Webinar 28 mei 2020

Kedeputian Bidang Ekonomi 23


STRATEGI BUILD-BACK BETTER:
MENUJU PEMBANGUNAN YANG RESILIEN

Kondisi Normal Dampak Bencana Build as Usual Kondisi Normal Dampak Bencana Build-Back Better

• Pembangunan business as usual rekonstruksi pasca Tujuan Build-Back Better


bencana hanya fokus pada perbaikan fisik, pemulihan
cepat namun terkadang meningkatkan kembali kerentanan Diadopsi dari pemulihan pasca bencana, build-back better
di masyarakat (Johson et al., 2006; Lyons, 2009; TEC bertujuan untuk menghindari terjadinya kondisi
2007) kerentanan semula (yang lama) dan menjadikan proses
pemulihan sebagai transformasi menuju arah yang lebih baik
• Kenedy et al., (2008) dan Lyons (2009) menggaris-bawahi yang mencakup transformasi sosial, ekonomi, dan
proses pemulihan infrastruktur seperti semula, terkadang lingkungan.
menciptakan kerentanan kembali.

Kedeputian Bidang Ekonomi 24


PENUTUP
REKOMENDASI KEBIJAKAN

STRATEGI YANG DIPERLUKAN:


1. Pemerintah perlu membuat rencana jangka panjang dalam upaya untuk
memitigasi resiko bencana di Indonesia
2. Pemerintah baik pusat dan daerah harus bersinergi bersama-sama
menyediakan data statistik kebencanaan yang akurat dan tanpa intervensi
oleh berbagai pihak dan kepentingan lain
3. Forum data dan walidata di daerah proaktif dalam menyediakan data
sektoral, khususnya data statistik bencana yang sejalan dengan Perpres Satu
Data Indonesia
4. Perlu konsep dan definisi data statistik kebencanaan yang jelas

Kedeputian Bidang Ekonomi 26


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai