Anda di halaman 1dari 12

TETRALOGY OF

FALLOT
KELOMPOK: 3
SUKMAWATI A1C221040
ARWINA A1C221058
NURUL NAMIRA AL MADINAH A1C221044
Defenisi
Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi defekseptup ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan.

Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
• Factor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
• Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter
(tali damid, dekstro amfetamin, aminoptering, metoptering, jamu)
Manifestasi klinik

Sianosis Dyspnea
01 02

Serangan dyspnea Keterlambatan


03 paroksimal 04 dalam pertumbuhan
(serangan anoksia dan perkembangan
biru)
Bising sistolik
Patofisiologi
Tetralogy fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas defekseptup
ventrikel, stenosis pulmonal,overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan secara
anatomis sesungguhnya tetralogy fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik
yang disertai defiasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat aorta).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita
tetralogy fallot adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematocrit (Ht) akibat saturasi oksigen
yang rendah. Pada umumnya hemoglobin di pertahankan 16-18 gr/dl dan
hematocrit antara 50-65%.
• Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
Penatalaksanaan medis dan keperawatan

1. Penatalaksaan keperawatan
Dengan usaha ini diharapkan anak tidak lagi mengalami takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi
tenang. Bila hal tersebut tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian:
2. Propranolol 0,01-0,25 mlg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat
diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal /bolus diberikan setengahnya, bila
serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
3. Ketamine 1-3 mlg/kg (rata-rata 2,2 mlg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler
sistemik dan juga sedative.
4. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penaganan serangan sianotik.
Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru-paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
5. Pemberian posisi knee chest
Definisi Knee chest position adalah posisi tidur dengan lutut pasien ditekuk sampai menempel pada dinding
dada. Tujuan Untuk mengurangi aliran darah balik ke jantung/venous returns serta meningkatkan aliran darah
ke paru sehingga terjadi peningkatan afterload akibat arteri femoralis terlipat karena posisi knee chest .
Prosedur
a. Cara Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan terhadap orangtua klien
3. Baringkan pasien diposisi terlentang kemudian tekuk lutut sampai menempel pada dinding dada
4. Lakukan knee chest position minimal 10 -15 menit
5. Catat perubahan selama tindakan
6. Cuci tangan
b. Sikap
1. Ramah dan hati hati
2. Sopan
3. Komunikatif
c. Dokumentasi
1. Hasil pengkajian klien
2. Respon klien sebelum dan sesudah intervensi
d. Hindari dehidrasi
e. Memperhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya infektif
endokarditis dan abses otak
Komplikasi
• Komplikasi
• Abses Otak
• Endocarditis Bakterialis
• Gagal Jantung Kongestif
• Hipoksia

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kongesti pulmonal
3. Intoleransi Aktivitas berhubangan dengan
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Setelah dilakukan asuhan INTERVENSI
RASIONAL
1. Memungkinkan untuk
keperawatan selama 3 x 24 1. Pantau adanya pucat
sianosis mencegah terjadinya
jam sesak klien berkurang, 2. Anjurkan klien duduk sianosis
dengan posisi semi fowler
dengan kriteria : 2. Untuk memberikan rasa
3. Kaji pernafasan setiap 2 - 4 nyaman dan mengurangi
- Menunjukan jalan nafas sesak yang dirasakan klien.
jam sekali (kedalaman,
yang paten (klien tidak 3. Mengetahui adanya
irama, frekuensi,
merasa tercekik,irama ketidakefektifan jalan
penggunaan otot
nafas, frekuensi nafas
pernafasan
dalam rentan 4. Terpenuhinya kebutuhan
4. Identifikasi pasien perlunya
normal, dan tidak ada O2 pada jaringan
pemasangan alat jalan
suara nafas abnormal)
nafas buatan/oksigenasi
- Tidak ada sianosis, sesuai kebutuhan tubuh
mampu bernafas dengan klien
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2 Setelah dilakukan 1. Posisikan anak lebih 1. Pengembangan
asuhan keperawatan tinggi untuk menambah diafragma secara
selama 3x 24 jam klien pengembangan
tidak mengalami
maksimalakan
diafragma secara
penurunan kadar O2 memudahkan usaha
maksimal
dengan kriteria :
2. Berikan alat bantu
bernafas

• Mendemonstrasikan oksigenasi sesuai 2. Untuk mengatasi


peningkatan ventilasi kebutuhan tubuh klien penurunan suplay
dan Oksigen yang 3. Informasikan kepada oksigen/ terpenuhinya
adekuat pasien dan keluarganya
• Suara nafas bersih dan kebutuhan O2 pada
tidak ada sianosis, tentangteknik Relaksasi
mampu bernafas dengan jaringan
untuk meningkatkan pola
mudah 3. Memudahkan ekspansi
• Tanda-tanda vital dalam pernapasan paru
rentan normal
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 Setelah dilakukan
1. Anjurkan pada
pasien lebih banyak 1. Agar dapat
istirahat mengurangi sesak
asuhan keperawatan pada klien
selama 3 x 24 jam klien 2. Bantu anak dalam
2. Memudahkan anak
mampu bernafas tanpa memenuhi
dalam kebutuhan
harus berjongkok, kebutuhan ADL, dan
ADL
dengan kriteria : dukung kearah 3. Untuk menghindari
kemandirian anak aktivitas yang dapat
- Anak mencapai memperburuk
toleransi aktivitas sesuai indikasi keadaan
sesuai umur, tidak ada 3. Jadwalkan aktivitas
kelelahan
sesuai dengan usia
- Sirkulasi status baik
- Fatiq dan kelemahan dan kemampuan
Berkurang Tidak ada anak.
penurunan kesadaran
EVALUASI
1 Dx : Gangguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
S : ibu paien mengatakan sesak pada pasien sudah tidak ada
O: tampak pasien tidak mengalami sesak nafas lagi
A: gangguan pola nafas teratasi
P : intervensi di hentikan

2 Dx : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal


S : ibu pasien mengatakan diafragma pasien normal
O: tampak hasil kadar O2 pasien normal
A: gangguan pertukaran gas teratasi
P : intervensi di hentikan

3 Dx : Intoleransi Aktivitas berhubangan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan


kebutuhan oksigen
S: ibu pasien mengatakan sudah mampu bernafas tanpa harus berjongkok
O: nafas klien sudah nampak normal kembali
A: intoleransi aktivitas teratasi
P: intervensi di hentikan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai