Anda di halaman 1dari 8

HUKUM EKONOMI SYARIAH

POINT 31-36

Lidya Ulva Dwi Septiyowati


POINT 31-36

31. Pengertian dan contoh Jahalah


32. Pengertian, dasar hukum dan syarat-syarat Tadlis
33. Akad yang Gharar dan contohnya
34. Akad yang Najsy dan contohnya
35. Akad yang Ghisysy dan contohnya
36. Akibat hukum dari Tadlis
3 1 . P E N G E RT I A N D A N C O N T O H J A H A L A H

• Jahalah menurut bahasa berasal dari jahiltu asy-syai’ (saya tidak tahu suatu hal) lawan dari ‘alimtuhu (saya
mengetahuinya).
• Adapun jahalah menurut istilah, para fuqaha menggunakan kata jahalah baik untuk manusia yang tidak
diketahui keyakinannya, perkataannya, ataupun perbuatannya, juga mereka menggunakan kata jahalah pada
aspek-aspek lain di luar manusia seperti barang dagangan dan lain-lain.
• Secara sederhana makna al-jahalah adalah ketidakjelasan.
• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa al-jahalah adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul
al-’aqibah).
• Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di, al-jahalah adalah pertaruhan (al-mukhatharah), perihal ini masuk dalam
kategori perjudian. jahalah adalah,
• Kesimpulannya jahalah adalah semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian.
• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan semua jual beli jahalah seperti menjual burung di udara, onta dan
budak yang kabur, buah-buahan sebelum tampak buahnya, dan jual beli al-hashaah, seluruhnya termasuk
perjudian yang diharamkan Allah di dalam Al-Qur’an.
3 2 . P E N G E RT I A N , D A S A R H U K U M D A N S YA R AT- S YA R AT TA D L I S

• Tadlis adalah tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang dilakukan oleh penjual untuk
mengelabui pembeli seolah-olah obyek akad tersebut tidak cacat. (Ketentuan Umum angka 20 Fatwa DSN
MUI No : 117/DSN-MUI/II/2018)
• Dasar Hukum tadlis yaitu Fatwa DSN MUI No : 117/DSN-MUI/II/2018), dalam Point Keempat angka 1
disebutkan bahwa :
• “Penyelenggaraan Layanan Pembiayaan berbasis teknologi informasi tidak boleh bertentangan dengan
prinsip Syariah, yaitu antara lain terhindar dari riba, gharar, maysir, tadlis, dharar, zhulm dan haram.”
• Syarat-syarat tadlis yaitu :
1. Menutupu aib atau kekurangan yang ada pada barang
2. Memperindah dan memoles barang tersebut dengan sesuatu yang dapat mendongkrak harga.
• Contohnya, misal seseorang menjual Laptop second yang ada cacat, namun ketika dipromosikan dan dijual
tidak disampaikan kekurangan atas laptop tersebut.

https://almanhaj.or.id/3524-khiyar-al-ghabn-dan-khiyar-tadlis.html
33. AKAD YANG GHARAR DAN CONTOHNYA

• Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-khathr (pertaruhan).


• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-‘aqibah). Sedangkan
menurut Syaikh As-Sa’di, al-gharar adalah al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidak jelasan).
• Gharar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai
penyerahannya (Ketentuan Umum angka 20 Fatwa DSN MUI No : 117/DSN-MUI/II/2018)
• Jenis Gharar bisa dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu :
1. Jual beli barang yang belum ada (Ma’dum). Contohnya jual beli habal al habalah (janin dari hewan ternak)
2. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti pernyataan seseorang : “Saya menjual barang
dengan harga seribu rupiah”, tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti ucapan seseorang : “Aku jual
mobilku ini kepadamu dengan harga sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas.
3. Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang
dicuri.

Referensi : https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-gharar.html
34. AKAD YANG NAJSY DAN CONTOHNYA

• Kata najasy secara bahasa adalah menggerakkan. Sedangkan pengertian secara syar’i yaitu
seseorang menambah harga pada suatu barang, namun ia tidak membutuhkan barang
tersebut dan tidak ingin membelinya, ia hanya ingin harganya bertambah, dan akan
menguntungkan pemilik barang.
• Jual beli najasy hukumnya haram.
• Gambaran jual beli dengan cara najasy yaitu Orang yang tidak ingin membeli barang
menampakkan kekagumannya pada barang tersebut dengan menyebutkan pengalaman dia
dengan barang tersebut dan memujinya agar pembeli tertipu (terpancing) untuk membelinya
sehingga akhirnya ia pun menyerahkan harga (uang) untuk membeli barang tersebut.
• Contoh lainnya yaitu jika si pemilik barang atau wakilnya ataupun yang lainnya mengaku-
ngaku dengan pengakuan bathil dan dusta bahwa barang tersebut sudah ada yang berani
membayarnya dengan harga tertentu agar si pembeli tertipu sehingga ia membelinya.
3 5 . A K A D YA N G G H I S Y S Y D A N C O N TO H N YA

• Ghisysy memiliki kemiripan dengan tadlis karena memang merupakan salah


satu bentuknya. Yang termasuk ghisysy adalah kegiatan penjual menonjolkan
keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual sekaligus berupaya
menutupi kecacatannya.
• Salah satu contoh dari tindakan ghisysy adalah marking the close atau sebuah
cara ilegal untuk membentuk harga semu oleh investor dalam penutupan
perdagangan untuk menaikkan harga efek.
• Belum ditemukan dasar hukumnya.
36. AKIBAT HUKUM DARI TADLIS

Walaupun dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tidak secara gamblang


menyebutkan tentang Tadlis, namun berkaitan dengan Penipuan diatur dalam Pasal 33
dan Pasal 34 KHES yang menyebutkan sebagai berikut:

Pasal 33
Penipuan adalah mempengaruhi pihak lain dengan tipu daya untuk membentuk akad,
berdasarkan bahwa akad tersebut untuk kemaslahatannya, tetapi dalam kenyataannya
sebaliknya
Pasal 34
Penipuan merupakan alasan pembatalan suatu akad, apabila tipu muslihat yang dipakai
oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak
yang lain tidak membuat akad itu apabila tidak dilakukan tipu muslihat.

Anda mungkin juga menyukai