Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

APPROXIMATE CALCULATION
OF AREAS AND VOLUME
Kelompok 7
Engky Togelang-Vadly Makingguang-Frengki Siwi-
Indra Abdul-Jhon W Tulung

PASIS ANT II ANGKATAN 1


2023
Pendahuluan
• Approximate Calculation of Areas and Volume atau perhitungan perkiraan luasan dan volume
merupakan komponen penting dalam dunia kapal dan pelaut. Hal ini dilakukan untuk memastikan
kapal terlihat proporsional dan sesuai dengan standar konstruksi, serta untuk menghitung berapa
banyak bahan material yang dibutuhkan dalam pembuatan dan perawatan kapal..
• Salah satu metode yang sering digunakan dalam perhitungan perkiraan luasan dan volume adalah
menggunakan rumus geometri sederhana. Misalnya, pada selimut atau bagian luar kapal, kita dapat
menghitung luasnya dengan mengalikan panjang dan lebar kapal. Untuk bagian dalam kapal seperti
ruangan atau kolam penampung, kita dapat menggunakan rumus volume yang mengalikan luas
dasar dengan tinggi ruangan.
• Namun, perhitungan perkiraan luasan dan volume hanya dapat memberikan hasil yang akurat dalam
kondisi ideal. Oleh karena itu, faktor-faktor seperti perbedaan temperatur, tekanan air, dan deformasi
kapal juga perlu dipertimbangkan dalam perhitungan.
• Selain itu, dalam dunia kapal dan pelaut, perhitungan perkiraan luasan dan volume juga penting
dalam menentukan bobot kapal dan muatan terapung maksimum yang dapat diangkut. Dalam
mengoperasikan kapal, penting untuk memastikan bobot dan muatan kapal sesuai dengan standar
keamanan dan stabilisasi untuk memastikan keselamatan selama berlayar di laut.
a. WATER PLAN AREAS
• Water plan area (WPA) adalah luas permukaan air yang bersinggungan dengan lambung kapal pada
garis muat (load line). WPA merupakan salah satu faktor penting dalam perhitungan daya tahan kapal
terhadap gelombang dan stabilitas kapal.
• Pada saat kapal berlayar di laut, bagian lambung yang kontak dengan air akan mengalami tekanan
dan gaya-gaya hidrodinamis yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus air. Water plan area
merupakan ukuran dari permukaan lambung yang terkena tekanan ini, dan hal ini sangat
mempengaruhi respons kapal terhadap gaya-gaya tersebut.
• Water plan area biasanya dihitung dengan mengukur luas permukaan garis batas kapal saat
menjalani kondisi muatan yang ditetapkan. Perhitungan ini melibatkan pengukuran dimensi kapal
seperti panjang kapal, lebar kapal, dan kedalaman kapal. Selain itu, bentuk dan desain lambug kapal
juga berperan penting dalam perhitungan ini.
• Water plan area memiliki hubungan langsung dengan stabilitas kapal. Luas yang lebih besar pada
area lambung yang terkena air akan memberikan resistansi yang lebih baik terhadap gerakan roll dan
pitch kapal saat terkena gelombang. Dalam hal ini, semakin besar WPA, semakin tinggi pula stabilitas
kapal terhadap gerakan gelombang laut
RUMUS WATER PLAN AREAS

• Untuk menghitung luas total WPA kapal, dapat digunakan rumus:


WPA = ∫y(x)dx
di mana:
- WPA: luas total water plane area (m²)
- y: kedalaman air di bawah kapal, sebagai fungsi terhadap jarak dari titik badan kapal
(m)
- x: jarak dari titik tengah kapal (m)
- ∫: integral untuk menggambarkan area di bawah garis air
Contoh dari Water Plan Area (WPA)

• Kapal Kargo: Pada kapal kargo, WPA adalah luas permukaan air yang bersinggungan dengan
bagian tepi atas lambung kapal pada garis air muat (load line). WPA dapat bervariasi tergantung
pada dimensi dan bentuk lambung kapal.
• Kapal Pesiar: Pada kapal pesiar, WPA juga menjadi faktor yang penting dalam perancangan.
Dalam hal ini, luas permukaan air yang bersinggungan dengan bagian lambung yang melengkung
pada garis air muat akan mempengaruhi stabilitas dan kenyamanan kapal dalam menjalankan
perjalanan di laut.
• Kapal Tanker: Pada kapal tanker, WPA akan berhubungan langsung dengan kapasitas kargo
maksimum yang dapat diangkut oleh kapal. Selain itu, WPA juga menjadi faktor penting dalam
menjaga stabilitas kapal saat tanki kargo kosong atau terisi secara seimbang.
• Kapal Selam: Pada kapal selam, WPA juga memiliki peran penting dalam menentukan stabilitas,
manuverabilitas, dan kemampuan kapal dalam menahan tekanan air laut. WPA pada kapal selam
melibatkan luas permukaan air yang bersinggungan dengan bagian lambung dan kemudi.
b. VOLUME OF DISPLACEMENTS

• Volume of displacement adalah istilah yang digunakan dalam dunia pelayaran untuk
menggambarkan volume air yang dipindahkan oleh sebuah kapal saat kapal tersebut
mengapung di permukaan air. Konsep ini merupakan dasar dalam perancangan,
analisis, dan operasional kapal.
• Volume of displacement diukur dalam satuan volume, seperti kubik meter (m³) atau
kubik kaki (ft³).
• Secara keseluruhan, volume of displacement adalah ukuran penting yang
memberikan gambaran tentang seberapa besar kapal dipindahkan oleh air saat kapal
mengapung. Melalui pemahaman dan perhitungan yang tepat, volume of
displacement memberikan wawasan yang penting dalam desain, operasional, dan
evaluasi performa kapal.
RUMUS VOLUME OF DISPLACEMENTS

Volume of displacement = Water plan area x Draft


• Water plan area (WPA) merujuk pada luas permukaan air yang terkena oleh lambung
kapal pada sebuah garis referensi yang disebut garis muat (load line). WPA dapat
dihitung dengan mengukur dimensi dan bentuk lambung kapal saat berada pada
garis muat. Garis muat adalah batas maksimum beban yang dapat diangkut oleh
kapal dengan aman sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.
• Draft adalah ukuran kedalaman air yang diukur dari garis muat hingga bagian bawah
lambung kapal. Draft memberikan informasi tentang sejauh mana kapal tenggelam
dalam air. Draft dapat berubah tergantung pada berbagai faktor seperti muatan kapal,
distribusi beban, dan karakteristik perairan. Perubahan pada draft juga dapat
mempengaruhi kemampuan kapal dalam menanggapi gaya eksternal seperti ombak
dan angin.
c. DISPLACEMENTS

• Displacement merupakan parameter penting lainnya yang menentukan kemampuan kapal dalam
menopang bobotnya sendiri dan muatan yang diangkut. Konsep ini juga berkaitan dengan prinsip
Archimedes, yang menyatakan bahwa gaya apung yang diterima oleh sebuah benda di dalam air
sama dengan berat air yang dipindahkan oleh benda tersebut.
• Displacement juga berkaitan dengan kecepatan kapal, karena displacement merupakan salah satu
faktor yang menentukan kekuatan daya angkat kapal saat melaju di dalam air. Semakin besar
displacement, semakin besar daya angkat kapal, dan kapal dapat berlayar dengan kecepatan yang
lebih tinggi. Namun, perlu diingat bahwa semakin tinggi kecepatan kapal, semakin besar pula
resistansi hidrodinamik yang dihadapi oleh kapal.
• Dalam operasional kapal, displacement juga menjadi faktor penting dalam menentukan daya dukung
kapal. Kapal harus memiliki daya dukung yang cukup untuk menopang bobotnya sendiri dan muatan
yang diangkut. Perhitungan displacement juga berguna dalam pengukuran trimp kapal, yaitu distribusi
beban kapal di sepanjang poros akson kapal. Hal ini penting untuk memastikan bahwa beban kapal
terdistribusi secara merata dan kapal tetap stabil dan aman dalam pengoperasiannya
RUMUS DISPLACEMENTS

Displacement dapat digambarkan sebagai bobot kapal yang sama dengan berat
volume air yang dipindahkan kapal saat berada di dalam air. Displacement dapat
dihitung menggunakan rumus:

Displacement = Volume of displacement x Density of water


• Density of water adalah massa jenis air, dan dapat dianggap konstan dalam
perhitungan displacement. Sebagai contoh, untuk menghitung displacement kapal
dengan volume of displacement 1000 m³, menggunakan density of water 1000 kg/m³,
maka hasil perhitungannya adalah 1000000 kg atau 1000 ton.
d. FORM KOEFFISIEN VALUE

• Form coefficient value (Cv) merupakan sebuah rasio antara volume of displacement
dan luasan prisma kapal. Luasan prisma sendiri merupakan ukuran dari kapasitas
atau volume ruang yang terdapat di dalam lambung kapal dan diukur pada batas air
contact kapal dengan air laut. Cv pada dasarnya menggambarkan seberapa efisien
lambung kapal dalam memotong air saat kapal bergerak, sehingga semakin kecil nilai
Cv, semakin efisien atau cepat kapal tersebut bisa bergerak.
• Dalam prakteknya, perhitungan Cv diperhitungkan bersamaan dengan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kecepatan kapal, seperti titik berat dan dimensi kapal. Dalam
contoh penggunaannya, analisis terhadap Cv dilakukan untuk menentukan performa
hidrodinamik dari suatu kapal dan potensi kecepatan kapal dalam berlayar. Analisis ini
melebar pada perhitungan resistensi kapal serta daya angkat dan stabilitas kapal,
yang dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang performa suatu kapal.kapal.
RUMUS FORM KOEFFISIEN VALUE (Cv)

• Untuk menghitung luasan prisma, digunakan rumus yang memanfaatkan faktor Water Plan Area dan panjang
kapal (Length between perpendiculars/LBP):
Luasan prisma = Water Plan Area x LBP
• Water plan area sendiri mengacu pada luas keseluruhan lambung kapal pada titik di mana air menyentuh kapal
saat kapal diam di permukaan laut. Sedangkan LBP merupakan jarak antara titik tegak lurus pada garis depan
dan belakang kapal.
Secara matematis, rumus untuk menghitung Cv adalah:
Cv = Volume of displacement / (LBP x Water Plan Area)
• Perhitungan form coefficient value ini penting karena berkontribusi pada perancangan dan evaluasi kinerja kapal.
Semakin kecil nilai Cv, semakin besar kecepatan kapal pada kecepatan tertentu karena kapal memiliki efisiensi
yang lebih baik dalam mereduksi hambatan air. Selain itu, perhitungan ini juga berguna untuk memilih jenis serta
rancangan kapal yang tepat sesuai dengan kebutuhan penggunaan kapal tersebut. Sebagai contoh, kapal-kapal
cepat atau kapal perang cenderung memiliki nilai Cv yang lebih kecil daripada kapal-kapal kargo atau kapal
penumpang yang bukan kapal cepat karena prioritas kecepatan kapal cenderung menjadi faktor yang lebih
penting bagi kapal-kapal tersebut.
e. TPC VALUE

• TPC Value atau Tons Per Centimeter adalah salah satu parameter penting dalam
penentuan kapasitas angkut kapal. TPC Value mengacu pada berapa ton kargo yang
dapat diangkut oleh kapal per sentimeter draft kapal.
• TPC Value diperoleh melalui perhitungan dan pengujian pada saat kapal dalam
keadaan muat. TPC Value akan berbeda-beda setiap kapalnya tergantung pada
ukuran, tipe, dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kapal.
• Ada beberapa faktor yang mempengaruhi TPC Value, antara lain:
 Ukuran kapal
 Tipe kapal
 Bahan pembuatan kapal
 Draft kapal
RUMUS TPC VALUE

TPC = DWT / Draft


• DWT (Deadweight Tonnage) adalah berat total kapal ketika
dibebani penuh, termasuk muatan, bahan bakar, air, dan
semua beban lainnya.
• Draft adalah kedalaman kapal saat berada di dalam air,
umumnya diukur di titik tengah kapal di bagian bawah
lambung.
f. LCF POSITION AMIDSHIP/AP

• LCF (Longitudinal Center of Flotation) adalah titik tengah panjang kapal


pada permukaan air saat kapal terapung bebas. Posisi LCF sangat penting
dalam perencanaan dan perhitungan stabilitas kapal, terutama dalam
mengatur distribusi muatan dan kelenturan kapal.
• LCF mempengaruhi stabilitas kapal karena perubahan posisinya dapat
mengubah pusat gravitasi dan pusat pelampung kapal. Pusat gravitasi (G)
adalah titik tengah berat kapal, sedangkan pusat pelampung (LCF) adalah
titik tengah kapal pada permukaan air. Keberadaan LCF di belakang pusat
gravitasi (G) akan memberikan stabilitas positif, sedangkan jika LCF
berada di depan G, maka akan terjadi stabilitas negatif
Beberapa faktor yang memengaruhi posisi LCF adalah sebagai berikut:

• Bentuk lambung kapal. Bentuk bagian bawah lambung kapal dapat mempengaruhi posisi
LCF. Jika lambung kapal lebih ramping di bagian depan, maka LCF akan cenderung
berada di depan. Sebaliknya, jika lambung bagian depan lebih lebar atau memiliki bentuk
lain yang menghasilkan pelampung di bagian depan lebih besar, maka LCF akan berada di
belakang.
• Bentuk dek kapal. Bentuk dek kapal juga dapat mempengaruhi posisi LCF. Jika dek kapal
lebih tinggi di bagian depan, maka pusat pelampung akan lebih tinggi di bagian depan dan
LCF akan cenderung berada di belakang.
• Distribusi muatan. Pembebanan muatan pada kapal juga dapat mempengaruhi posisi LCF.
Jika muatan lebih banyak terkonsentrasi di bagian depan kapal, maka LCF akan bergerak
ke depan. Sebaliknya, jika muatan lebih banyak terkonsentrasi di bagian belakang kapal,
LCF akan bergerak ke belakang.
Untuk menghitung posisi LCF (Longitudinal Center of Flotation)

LCF = (LCB * AWP - LCG * AFB) / (AWP - AFB)


Di mana:
• LCB = Longitudinal Center of Buoyancy (titik tengah pelampung kapal)
• AWP = Area of Waterplane (luas permukaan air yang terdampar kapal)
• LCG = Longitudinal Center of Gravity (titik tengah gravitasi kapal)
• AFB = Area of Fore Body (luas bagian depan kapal)
g. FRESH WATER ALLOWANCE VALUE
• Fresh Water Allowance Value (FWA) merupakan nilai yang menunjukkan cadangan air
tawar yang dimiliki oleh kapal. Nilai ini sangat penting untuk dipahami dalam kegiatan
operasional kapal, terutama dalam memastikan kapal memiliki cukup pasokan air tawar
untuk keperluan awak kapal dan kegiatan kapal sehari-hari. Nilai ini dihitung dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kapasitas tangki air tawar, kebutuhan air tawar
untuk kegiatan kapal dan awak kapal, serta faktor lingkungan lokal kapal (misalnya,
ketersediaan air di pelabuhan).
• FWA sangat penting bagi kapal karena tanpa cukup pasokan air tawar, kapal tidak dapat
berfungsi dengan baik dan kelangsungan hidup awak kapal terancam. FWA juga
membantu mengoptimalkan penggunaan air tawar di kapal, sehingga dapat
memperpanjang periode berlayar tanpa perlu mampir di pelabuhan untuk mengisi ulang
pasokan air tawar. FWA juga perlu diketahui dalam mempersiapkan perbekalan untuk
kapal sebelum berlayar.
RUMUS 1 FRESH WATER ALLOWANCE VALUE

FWA = W - (A x C)
Di mana:
• FWA = Fresh Water Allowance Value
• W = Kapasitas tangki air tawar dalam metrik ton (MT)
• A = Kebutuhan air tawar per orang per hari dalam liter (L)
• C = Jumlah awak kapal
RUMUS 2 FRESH WATER ALLOWANCE VALUE
FWA = C - (U × A × D)
Di mana:
FWA = Fresh Water Allowance (cadangan air tawar) dalam satuan volume (L atau galon)
C = Kapasitas tangki air tawar (L atau galon)
U = Jumlah pengguna air tawar (awak kapal)
A = Kebutuhan air tawar per orang per hari (L/orang/hari)
D = Durasi perjalanan (hari)
Perhatikan bahwa satuan volume (L atau galon) yang digunakan dalam rumus harus
konsisten. Jika informasi yang Anda miliki menggunakan satuan berbeda, pastikan Anda
mengubahnya ke dalam satuan yang sama sebelum melakukan perhitungan
h. DOCK WATER ALLOWANCE VALUE

Dock water allowance value (DWAV) adalah nilai yang mengindikasikan jumlah cadangan air
balast yang dimiliki oleh kapal saat berlabuh di dermaga. DWAV penting untuk memastikan
bahwa kapal memiliki cukup air balast yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan
keamanan saat beroperasi di laut.
Air balast adalah air yang dimuat di dalam atau di luar kapal untuk membantu menjaga
kestabilan, meningkatkan daya apung, mengimbangi berat kapal, dan memperbaiki
keseimbangan muatan di atas kapal. Kapal-kapal yang memiliki tangki air balast dapat
mengatur jumlah air balast yang dimuat atau dibuang sesuai kebutuhan untuk menjaga kapal
tetap seimbang, aman, dan efisien dalam berlayar. Sebagai contoh, kapal yang telah
menurunkan kargo di suatu pelabuhan tetapi belum mengambil kargo baru dapat memiliki
keseimbangan yang buruk karena berat kapal menjadi lebih ringan. Air balast kemudian
dapat dimuat di dalam tangki kapal untuk menyeimbangkan kapal dan meningkatkan daya
apung kapal, sehingga kapal tetap stabil saat berlayar.
RUMUS DOCK WATER ALLOWANCE VALUE

DWAV biasanya dihitung berdasarkan volume tangki air balast kapal. Tangki air balast
merupakan ruang-ruang di dalam kapal yang disediakan khusus untuk menampung air
sebagai balast. Air balast digunakan untuk menjaga stabilitas kapal, mengimbangi keberatan
dari muatan atau tumpahan yang tidak merata, serta mengatur ketinggian hidrostatik kapal
yang menyelam dalam air.
Untuk menghitung DWAV, berikut adalah rumus yang umum digunakan:

DWAV = Volume Tangki Air Balast / Konstanta


• DWAV: Deadweight Available, kapasitas total muatan yang tersedia untuk kapal (ton)

• Volume Tangki Air Balast: Volume total air balast yang dapat diangkut oleh kapal (m³)

• Konstanta: Sebuah angka faktor yang digunakan untuk mengkonversi volume tangki air balast menjadi tonase
kapal. Konstanta ini bergantung pada berbagai faktor, seperti kepadatan air, kapasitas tangki air balast, dan
karakteristik kapal. Nilai konstanta dapat bervariasi antara kapal-kapal yang berbeda.
Beberapa cara penggunaan DWAV dalam operasi kapal:

1. Menentukan jumlah air balast yang harus ditambahkan atau dibuang:


2. Mengatur ketinggian hidrostatik kapal:
3. Memperhitungkan muatan dan keberatan:
4. Menjaga stabilitas dan keamanan kapal:
Penggunaan DWAV ini bergantung pada peraturan, standar, dan estimasi
konstan yang ditetapkan oleh pihak berwenang atau aturan yang berlaku
dalam industri pelayaran. Kapten dan kru kapal bertanggung jawab untuk
memastikan DWAV yang tepat dan melakukan pengelolaan air balast sesuai
dengan persyaratan keamanan dan ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai