Anda di halaman 1dari 15

“ASPEK KEPABEANAN DAN PERPAJAKAN DALAM PP 41 TAHUN 2021

UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KPBPB”


DISKUSI TERBATAS
“Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam
menjadi Berkelas Internasional”

DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

6 Oktober 2021
11/27/2023 1
11
FTZ menurut Kyoto Convention

Definisi
“free zone” means a part of the territory of a Contracting Party where any goods introduced
are generally regarded, insofar as import duties and taxes are concerned, as being outside the
Customs territory

Pengawasan
– Customs harus menetapkan pengaturan untuk pengawasan Pabean termasuk persyaratan yang
sesuai sehubungan dengan kesesuaian, konstruksi dan tata letak zona bebas.
– Customs berhak melakukan pemeriksaan setiap saat terhadap barang yang disimpan di kawasan
bebas

Pemasukan Barang
Larangan dan Pembatasan dikenakan atas dasar

LARTAS – moralitas atau ketertiban umum, keamanan publik, kebersihan atau kesehatan umum, atau untuk
pertimbangan veteriner atau fitosanitasi;
– perlindungan paten, merek dagang dan hak cipta, terlepas dari negara asal, negara dari mana tiba atau
negara tujuan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


Sasaran Fasilitas dan Kemudahan di Bidang Kepabeanan
dalam UU Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja

Latar Belakang

Untuk meningkatkan ekosistem


1. Urgensi UU Cipta Kerja: investasi dan kegiatan berusaha untuk
 Upaya keluar dari Middle Income Trap
peningkatan pertumbuhan ekonomi,
(transformasi ekonomi memacu perluasan lapangan kerja, serta
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih RUU CIPTA
KERJA
UU KEPABEANAN
UU CUKAI peningkatan daya saing di Kawasan
cepat, segera keluar dari MIT) UU 11 Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
 Mendorong Penciptaan Lapangan Kerja, KLASTER 11: Tujuan/ Bebas (KPBPB) melalui strategi:
Memudahkan Pembukaan Usaha Baru, Tahun Kawasan Ekonomi Sasaran  Penguatan Fasilitas di KPBPB
sekaligus Memulihkan Perekonomian 2021
Pasca Pandemi ASPEK KEPABEANAN  Penguatan Kemudahan Prosedur
1. Pengawasan dan Pelayanan
Layanan dan Pengawasan
Kepabeanan Cukai
2. Perlunya Reformasi Penyelenggaraan KPBPB
2. Perlakuan Perpajakan  Penguatan Dukungan Operasional
Kepabeanan dan Cukai Layanan Dan Pengawasan
3. Aspek Kepabeanan:
Upaya meningkatkan kemudahan pelayanan,
kelancaran, dan pengawasan arus lalu lintas
barang dalam pemasukan barang ke atau
pengeluaran barang dari KPBPB

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


Reformasi Kepabeanan Melalui PP 41 Tahun 2021

Penguatan Kemudahan Prosedur Penguatan Dukungan


Penguatan Fasilitas Kepabeanan Layanan dan Pengawasan Operasional Layanan
dan Pengawasan

1. Kepastian hukum kebijakan fasilitas cukai di KPBPB, bahwa pembebasan 1. Penerapan manajemen risiko dalam 1. Mendorong tersedianya
cukai diberikan sesuai UU Cukai; pengawasan atas pemasukan dan sarana prasarana untuk
pengeluaran barang melalui Penjaluran; mendukung kegiatan
2. Penegasan pemenuhan ketentuan pembatasan atas pemasukan barang dari layanan dan
LDP ke KPBPB; 2. Penerapan Authorized Economic pengawasan;
Operator (AEO) atau Mitra Utama
3. Penerapan ekosistem logistik di KPBPB sebagai bagian dari National Kepabeanan; 2. Penguatan sinergi dan
Logistic Ecosystem (NLE); koordinasi antara DJBC
3. Mendorong transparansi layanan – DJP dengan Badan
4. Penataan pemberian fasilitas atas barang konsumsi untuk kebutuhan perizinan melalui sistem informasi Pengusahaan.
penduduk di KPBPB: terpadu;

5. Penguatan ketentuan untuk mengakomodir proses bisnis Logistik di 4. Penguatan sinergi & koordinasi DJBC-
KPBPB; DJP atas pengawasan pemasukan/
pengeluaran barang di Kawasan Bebas;
6. Penguatan fasilitas mengenai BMAD, BMI, BMP, dan BMTP di KPBPB:
• Penegasan fasilitas pembebasan bea masuk termasuk BMAD, BMI, 5. Mendorong tingkat kepatuhan pengusaha
BMP, dan BMTP di Kawasan Bebas atas kegiatan
• Pengecualian pungutan BMAD, BMI, BMP, dan BMTP atas pemasukan/ pengeluaran barang.
pengeluaran barang hasil pengolahan di Kawasan Bebas

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


Pemasukan dan Pengeluaran Barang di KPBPB serta Peran Logistik KPBPB

Pemasukan & Pengeluaran Barang di KPBPB Peran Logistik KPBPB


LDP/KPBPB LAIN/TPB/KEK/TLDDP

Kawasan Kawasan
Penduduk
Pabean Industri

Komersial Industri Nasional


UMKM

LDP

Pariwisata Logistik Penduduk Kawasan


PLB
Pabean

Dalam Kawasan Bebas Komersial


Gudang
Berikat

Kawasan
Pariwisata
Berikat

Kawasan Pengusaha
Industri KITE

KEK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


Batam Logistic Ecosystem
Pelaku Usaha *) *) Pelaku Usaha hanya melakukan
Part transaksi online melalui 1 platform
of

Finance + Terminal
Pemerintah PEMDA Operator
Insurance Depo
Lainnya Platform
Container
KSOP Shipping
Platform

Batam Logistics Ecosystem


Layanan Ship to Trucking
Ship – Floating BP Batam Platform
Warehouse
Storage Unit Platform Platform
(STS/ FSU) Logistic lain
INSW
Bea Cukai
BUP

B2G2G G2B2B
Penataan Pelabuhan dan Kolaborasi sistem layanan logistik baik internasional maupun
Fokus Area

Simplifikasi & Harmonisasi sistem


Integrasi layanan layanan/fasilitasi industri dan investasi domestik antarpelaku kegiatan logistik di sektor pemerintah dan swasta
kepelabuhanan dengan sinergi antar K/L serta Kemudahan transaksi pembayaran terkait proses logistik

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


Progress Report Efisiensi Logistik Batam (BLE)

EFISIENSI
KEGIATAN SEBELUM SESUDAH
WAKTU

Layanan STS/FTU
• Manual beberapa K/L • Single Submission
Kegiatan perizinan
Ship to Ship (STS) • Pengurusan 3 hari • Pengurusan 1 hari 70%
Floating Storage Unit (FSU)

Perizinan Usaha
& Konsumsi • Belum terintegrasi • Single Submission
Proses integrasi sistem
• Waktu validasi 1 hari • Waktu validasi 30 menit 94%**
perizinan dan potong kuota antara CEISA FTZ
(Bea Cukai)
dan IBOOS (BP Batam)

• Belum terintegrasi
Autogate System • Otomatis, driver tinggal tab QR
Proses pengeluaran kontainer di pelabuhan
• Input manual oleh pegawai di
Code 50%**
pintu keluar pelabuhan

* Perhitungan menggunakan asumsi satu tahun di seluruh Indonesia


** Estimasi dalam 1 hari kerja (8 jam)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7


Progress Report Efisiensi Logistik Batam (BLE)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


Potensi & Tantangan Pengembangan KPBPB

Perlu upaya untuk dapat menarik bisnis sebanyak-banyaknya ke


Kepulauan Riau KPBPB (kegiatan logistic)antara lain:
terletak di salah – Floating Storage Unit (FSU)/ Ship to Ship (STS) berupa
satu jalur BBM;
pelayaran terpadat
– Penimbunan Peti Kemas;
di dunia
– Kapal Transit & Akomodasi;
– Konsolidasi barang Internasional.

Tantangan:
1. Perlu adanya perbaikan dan modernisasi infrastruktur khususnya di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, baik dari segi
peralatan yang digunakan dan perluasan area Pelabuhan;

2. Sistem BLE yang saat ini dibangun diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dan mendukung
kegiatan logistic di KPBPB, sehingga perlu peran aktif dari seluruh K/L maupun pihak swasta;

3. Perlu penerbitan payung hukum mengenai perizinan berusaha untuk mengakomodasi perizinan di bidang logistik
sebagaimana amanah dari PP No. 41 Tahun 2021;

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
2021

TERIMA
KASIH

www.beacukai.go.id beacukaiRI beacukaiRI beacukaiRI humaskpdjbc@gmail.com


Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021: Penguatan Fasilitas di KPBPB

Pengaturan kembali kebijakan fasilitas cukai di KPBPB


• Latar Belakang: Terjadi indikasi pemberian fasilitas cukai yang tidak tepat
1 sasaran.

• Ketentuan Baru: Pemberian fasilitas cukai atas pemasukan BKC dari luar
daerah pabean ke KPBPB dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Cukai.

Penegasan pemenuhan ketentuan pembatasan atas pemasukan barang


dari Luar Daerah Pabean ke KPBPB
• Latar Belakang: Terjadinya ketidakpastian hukum atas kewajiban pemenuhan ketentuan pembatasan di
luar untuk kepentingan Keamanan, Kesehatan, Perlindungan Konsumen, dan Lingkungan (K3L) yang

2 diterbitkan oleh instansi/lembaga teknis.

• Dipandang perlu adanya penegasan kembali belum diberlakukan ketentuan pembatasan kecuali untuk
kepentingan K3L.

• Ketentuan Baru: Pemberlakuan pembatasan untuk kepentingan K3L dapat dikecualikan berdasarkan
penetapan Dewan Kawasan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021: Penguatan Fasilitas di KPBPB

Penerapan ekosistem logistic di KPBPB sebagai bagian dari


National Logistic Ecosystem (NLE)
3 • Latar Belakang: Telah diterapkannya NLE secara nasional sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5
Tahun 2020 Tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional.

• Ketentuan Baru: Pengaturan penerapan NLE di KPBPB dalam upaya untuk mendorong kelancaran dan
efisiensi logistik di KPBPB.

Penataan pemberian fasilitas atas barang konsumsi


untuk kebutuhan penduduk di KPBPB
• Latar Belakang: Tidak terdapat pengaturan yang jelas & tegas mengenai pemberian fasilitas atas barang
4 konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB.

• Ketentuan Baru: Penambahan pengaturan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB yang
mendapat penetapan jumlah dan jenis oleh BP, pengawasan peredaran, evaluasi, serta mendorong
penetapan jumlah dan jenis dilaksanakan secara otomasi dengan memperhatikan penerapan asas
transparansi dan praktik bisnis yang sehat.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021: Penguatan Fasilitas di KPBPB

Penguatan fasilitas mengenai BMAD, BMI, BMP, dan BMTP di KPBPB


• Latar Belakang: Perlunya penegasan atas kebijakan pemberian fasilitas BMAD, BMI, BMP,

5
dan BMTP di KPBPB.

• KPBPB merupakan Kawasan yang terpisah dari daerah pabean sehingga perlakuan
kepabeannya sebagaimana barang masih berada di luar daerah pabean.

• Ketentuan Baru: Penegasan di PP yang mengatur:

 BMAD, BMI, BMP, dan BMTP tidak dipungut atas pemasukan barang dan/atau
bahan baku dari luar daerah pabean ke KPBPB.

 Barang dan/atau bahan baku asal luar daerah pabean dipungut BMAD, BMI, BMP,
dan BMTP jika dikeluarkan ke TLDDP dengan tanpa dilakukan pengolahan di KPBPB

 Barang dan/atau bahan baku asal luar daerah pabean tidak dipungut BMAD, BMI,
BMP, dan BMTP jika telah dilakukan pengolahan di KPBPB sehingga menjadi barang
hasil produksi dan menjadi bagian dari barang hasil produksi, atau untuk
kepentingan perbaikan di KPBPB.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021:
Penguatan Kemudahan Prosedur Layanan dan Pengawasan
Penerapan Authorized Eco- Mendorong transparansi Penguatan sinergi & koordinasi Mendorong tingkat kepatuhan
01 nomic Operator (AEO) atau Mi- 02 layanan perizinan melalui sis- 03 DJBC-DJP atas pengawasan 04 pengusaha di Kawasan Bebas
tra Utama Kepabeanan tem informasi terpadu pemasukan/pengeluaran atas kegiatan pemasukan/
barang di Kawasan Bebas pengeluaran barang

• Latar Belakang: AEO dan Mitra • Latar Belakang: Perizinan terkait • Latar Belakang: Sinergi dan • Latar Belakang: Sanksi atas
Utama Kepabeanan telah pemasukan/pengeluaran barang ke koordinasi telah dilaksanakan pemasukan barang dari luar
diterapkan secara nasional dan dari KPBPB dilakukan secara namun belum diatur secara daerah pabean ke KPBPB yang
namun belum diterapkan di sistem atau manual di masing khusus di dalam peraturan tidak sesuai ketentuan hanya
KPBPB. masing instansi/lembaga teknis. KPBPB (PP 10/2012). dikenakan atas barang sehingga

• Ketentuan Baru: Penambahan • Ketentuan Baru: Penambahan dinilai tidak memberikan efek
• Ketentuan Baru: AEO dan Mitra
pengaturan layanan perizinan pengaturan yang memberikan jera untuk kembali melakukan
Utama Kepabeanan memiliki
secara elektronik yang telah kepastian hukum bagi DJBC – pelanggaran.
kemudahan prosedur layanan
yang dapat dimanfaatkan terhubung (kolaborasi) dengan DJP dalam melakukan • Ketentuan Baru: Penambahan
pengusaha di KPBPB untuk sistem layanan antar pengawasan atas pengaturan yang mendorong
kelancaran instansi/lembaga teknis untuk pemasukan/pengeluaran barang tingkat kepatuhan pengusaha di
pemasukan/pengeluaran barang kecepatan dan transparansi layanan ke dan dari KPBPB. KPBPB untuk terciptanya tertib
ke dan dari KPBPB. perizinan. administrasi dan kelancaran
arus lalu lintas barang di KPBPB.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021:
Penguatan Dukungan Operasional Layanan dan Pengawasan

Mendorong tersedianya sarana prasarana untuk mendukung kegiatan layanan dan


pengawasan
1 • Latar Belakang: Terdapat pelabuhan yang ditunjuk yang tidak atau belum memiliki sarana
prasarana yang mendukung kegiatan layanan dan pengawasan pemasukan/pengeluaran
barang ke dan dari KPBPB

• Ketentuan Baru: Penambahan pengaturan yang menguatkan kewenangan Badan


Pengusahaan dalam pengelolaan pelabuhan yang ditunjuk untuk memperlancar arus lalu
lintas barang.

Penguatan sinergi dan koordinasi antara DJBC – DJP dengan Badan Pengusahaan
• Latar Belakang: Belum tersedianya dasar hukum untuk dapat melakukan sinergi antara Kemenkeu dengan Badan
Pengusahaan terkait kegiatan layanan dan pengawasan pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB.
2 • Ketentuan Baru: Penambahan pengaturan yang memberikan kekuatan hukum untuk pelaksanaan sinergi dan
koordinasi bagi Kemenkeu dengan Badan Pengusahaan terkait kegiatan pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari
KPBPB, tingkat kepatuhan pengusaha, maupun penerbitan/pembekuan/ pencabutan perizinan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15

Anda mungkin juga menyukai