Paparan Kemenkeu - Shareable
Paparan Kemenkeu - Shareable
6 Oktober 2021
11/27/2023 1
11
FTZ menurut Kyoto Convention
Definisi
“free zone” means a part of the territory of a Contracting Party where any goods introduced
are generally regarded, insofar as import duties and taxes are concerned, as being outside the
Customs territory
Pengawasan
– Customs harus menetapkan pengaturan untuk pengawasan Pabean termasuk persyaratan yang
sesuai sehubungan dengan kesesuaian, konstruksi dan tata letak zona bebas.
– Customs berhak melakukan pemeriksaan setiap saat terhadap barang yang disimpan di kawasan
bebas
Pemasukan Barang
Larangan dan Pembatasan dikenakan atas dasar
LARTAS – moralitas atau ketertiban umum, keamanan publik, kebersihan atau kesehatan umum, atau untuk
pertimbangan veteriner atau fitosanitasi;
– perlindungan paten, merek dagang dan hak cipta, terlepas dari negara asal, negara dari mana tiba atau
negara tujuan.
Latar Belakang
1. Kepastian hukum kebijakan fasilitas cukai di KPBPB, bahwa pembebasan 1. Penerapan manajemen risiko dalam 1. Mendorong tersedianya
cukai diberikan sesuai UU Cukai; pengawasan atas pemasukan dan sarana prasarana untuk
pengeluaran barang melalui Penjaluran; mendukung kegiatan
2. Penegasan pemenuhan ketentuan pembatasan atas pemasukan barang dari layanan dan
LDP ke KPBPB; 2. Penerapan Authorized Economic pengawasan;
Operator (AEO) atau Mitra Utama
3. Penerapan ekosistem logistik di KPBPB sebagai bagian dari National Kepabeanan; 2. Penguatan sinergi dan
Logistic Ecosystem (NLE); koordinasi antara DJBC
3. Mendorong transparansi layanan – DJP dengan Badan
4. Penataan pemberian fasilitas atas barang konsumsi untuk kebutuhan perizinan melalui sistem informasi Pengusahaan.
penduduk di KPBPB: terpadu;
5. Penguatan ketentuan untuk mengakomodir proses bisnis Logistik di 4. Penguatan sinergi & koordinasi DJBC-
KPBPB; DJP atas pengawasan pemasukan/
pengeluaran barang di Kawasan Bebas;
6. Penguatan fasilitas mengenai BMAD, BMI, BMP, dan BMTP di KPBPB:
• Penegasan fasilitas pembebasan bea masuk termasuk BMAD, BMI, 5. Mendorong tingkat kepatuhan pengusaha
BMP, dan BMTP di Kawasan Bebas atas kegiatan
• Pengecualian pungutan BMAD, BMI, BMP, dan BMTP atas pemasukan/ pengeluaran barang.
pengeluaran barang hasil pengolahan di Kawasan Bebas
Kawasan Kawasan
Penduduk
Pabean Industri
LDP
Kawasan
Pariwisata
Berikat
Kawasan Pengusaha
Industri KITE
KEK
Finance + Terminal
Pemerintah PEMDA Operator
Insurance Depo
Lainnya Platform
Container
KSOP Shipping
Platform
B2G2G G2B2B
Penataan Pelabuhan dan Kolaborasi sistem layanan logistik baik internasional maupun
Fokus Area
EFISIENSI
KEGIATAN SEBELUM SESUDAH
WAKTU
Layanan STS/FTU
• Manual beberapa K/L • Single Submission
Kegiatan perizinan
Ship to Ship (STS) • Pengurusan 3 hari • Pengurusan 1 hari 70%
Floating Storage Unit (FSU)
Perizinan Usaha
& Konsumsi • Belum terintegrasi • Single Submission
Proses integrasi sistem
• Waktu validasi 1 hari • Waktu validasi 30 menit 94%**
perizinan dan potong kuota antara CEISA FTZ
(Bea Cukai)
dan IBOOS (BP Batam)
• Belum terintegrasi
Autogate System • Otomatis, driver tinggal tab QR
Proses pengeluaran kontainer di pelabuhan
• Input manual oleh pegawai di
Code 50%**
pintu keluar pelabuhan
Tantangan:
1. Perlu adanya perbaikan dan modernisasi infrastruktur khususnya di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, baik dari segi
peralatan yang digunakan dan perluasan area Pelabuhan;
2. Sistem BLE yang saat ini dibangun diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dan mendukung
kegiatan logistic di KPBPB, sehingga perlu peran aktif dari seluruh K/L maupun pihak swasta;
3. Perlu penerbitan payung hukum mengenai perizinan berusaha untuk mengakomodasi perizinan di bidang logistik
sebagaimana amanah dari PP No. 41 Tahun 2021;
TERIMA
KASIH
• Ketentuan Baru: Pemberian fasilitas cukai atas pemasukan BKC dari luar
daerah pabean ke KPBPB dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Cukai.
• Dipandang perlu adanya penegasan kembali belum diberlakukan ketentuan pembatasan kecuali untuk
kepentingan K3L.
• Ketentuan Baru: Pemberlakuan pembatasan untuk kepentingan K3L dapat dikecualikan berdasarkan
penetapan Dewan Kawasan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021: Penguatan Fasilitas di KPBPB
• Ketentuan Baru: Pengaturan penerapan NLE di KPBPB dalam upaya untuk mendorong kelancaran dan
efisiensi logistik di KPBPB.
• Ketentuan Baru: Penambahan pengaturan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB yang
mendapat penetapan jumlah dan jenis oleh BP, pengawasan peredaran, evaluasi, serta mendorong
penetapan jumlah dan jenis dilaksanakan secara otomasi dengan memperhatikan penerapan asas
transparansi dan praktik bisnis yang sehat.
5
dan BMTP di KPBPB.
• KPBPB merupakan Kawasan yang terpisah dari daerah pabean sehingga perlakuan
kepabeannya sebagaimana barang masih berada di luar daerah pabean.
BMAD, BMI, BMP, dan BMTP tidak dipungut atas pemasukan barang dan/atau
bahan baku dari luar daerah pabean ke KPBPB.
Barang dan/atau bahan baku asal luar daerah pabean dipungut BMAD, BMI, BMP,
dan BMTP jika dikeluarkan ke TLDDP dengan tanpa dilakukan pengolahan di KPBPB
Barang dan/atau bahan baku asal luar daerah pabean tidak dipungut BMAD, BMI,
BMP, dan BMTP jika telah dilakukan pengolahan di KPBPB sehingga menjadi barang
hasil produksi dan menjadi bagian dari barang hasil produksi, atau untuk
kepentingan perbaikan di KPBPB.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021:
Penguatan Kemudahan Prosedur Layanan dan Pengawasan
Penerapan Authorized Eco- Mendorong transparansi Penguatan sinergi & koordinasi Mendorong tingkat kepatuhan
01 nomic Operator (AEO) atau Mi- 02 layanan perizinan melalui sis- 03 DJBC-DJP atas pengawasan 04 pengusaha di Kawasan Bebas
tra Utama Kepabeanan tem informasi terpadu pemasukan/pengeluaran atas kegiatan pemasukan/
barang di Kawasan Bebas pengeluaran barang
• Latar Belakang: AEO dan Mitra • Latar Belakang: Perizinan terkait • Latar Belakang: Sinergi dan • Latar Belakang: Sanksi atas
Utama Kepabeanan telah pemasukan/pengeluaran barang ke koordinasi telah dilaksanakan pemasukan barang dari luar
diterapkan secara nasional dan dari KPBPB dilakukan secara namun belum diatur secara daerah pabean ke KPBPB yang
namun belum diterapkan di sistem atau manual di masing khusus di dalam peraturan tidak sesuai ketentuan hanya
KPBPB. masing instansi/lembaga teknis. KPBPB (PP 10/2012). dikenakan atas barang sehingga
• Ketentuan Baru: Penambahan • Ketentuan Baru: Penambahan dinilai tidak memberikan efek
• Ketentuan Baru: AEO dan Mitra
pengaturan layanan perizinan pengaturan yang memberikan jera untuk kembali melakukan
Utama Kepabeanan memiliki
secara elektronik yang telah kepastian hukum bagi DJBC – pelanggaran.
kemudahan prosedur layanan
yang dapat dimanfaatkan terhubung (kolaborasi) dengan DJP dalam melakukan • Ketentuan Baru: Penambahan
pengusaha di KPBPB untuk sistem layanan antar pengawasan atas pengaturan yang mendorong
kelancaran instansi/lembaga teknis untuk pemasukan/pengeluaran barang tingkat kepatuhan pengusaha di
pemasukan/pengeluaran barang kecepatan dan transparansi layanan ke dan dari KPBPB. KPBPB untuk terciptanya tertib
ke dan dari KPBPB. perizinan. administrasi dan kelancaran
arus lalu lintas barang di KPBPB.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14
Poin Kebijakan PP 41 Tahun 2021:
Penguatan Dukungan Operasional Layanan dan Pengawasan
Penguatan sinergi dan koordinasi antara DJBC – DJP dengan Badan Pengusahaan
• Latar Belakang: Belum tersedianya dasar hukum untuk dapat melakukan sinergi antara Kemenkeu dengan Badan
Pengusahaan terkait kegiatan layanan dan pengawasan pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB.
2 • Ketentuan Baru: Penambahan pengaturan yang memberikan kekuatan hukum untuk pelaksanaan sinergi dan
koordinasi bagi Kemenkeu dengan Badan Pengusahaan terkait kegiatan pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari
KPBPB, tingkat kepatuhan pengusaha, maupun penerbitan/pembekuan/ pencabutan perizinan.