Anda di halaman 1dari 44

PERENCANAAN

KEBUTUHAN
BARANG MILIK
NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Outline

1. Siklus Pengelolaan BMN

2. Dasar Hukum

3. Definisi

4. Bentuk RKBMN

5. Proses Bisnis RKBMN

6. Standar Barang dan Standar Kebutuhan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1
Pendahuluan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


SIKLUS PENGELOLAAN BMN

Pengadaan
Penganggaran

Pembinaan Perencanaan
Pengawasan Kebutuhan Penggunaan
Pengendalian

Penghapusan Pemanfaatan
Siklus Pengelolaan
Asas Fungsional Barang Milik Negara

Asas Kepastian Hukum


Pemusnahan Penilaian

Asas Transparansi & Keterbukaan

Asas Efisiensi
Pemindah- Pengamanan
tanganan
Asas Akuntabilitas
Penatausahaan Pemeliharaan
Asas Kepastian Nilai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


DASAR HUKUM
PP 90/2010
PP 27/2014 (Pasal 6 & Perpres 73/2011
Pasal 9 (3) Penjelasannya) (Pasal 12)

Perencanaan Kebutuhan RKA-K/L memuat ❑ Persiapan


merupakan salah satu informasi kinerja dimana Pembangunan
dasar bagi K/L/SKPD sasaran kinerja K/L yang bangunan gedung
negara meliputi a.l.
dalam pengusulan keluarannya berbentuk
Penyusunan Rencana
penyediaan anggaran BMN mengacu pada Kebutuhan
untuk kebutuhan baru Rencana Kebutuhan
(new initiative) dan angka Pengadaan BMN ❑ Rencana Kebutuhan
dasar (baseline) serta yang pendanaannya
penyusunan rencana kerja bersumber dari APBN,
dan anggaran. harus mendapat
persetujuan Menteri
Keuangan

Amanat Integrasi Sistem Pengelolaan Aset dan Sistem Penganggaran

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


KETENTUAN PELAKSANAAN

Peraturan Menteri Keuangan Keputusan Menteri Keuangan


KMK 450/2014 jo. KMK 174/2016
PMK 71/2016 Tata Cara Modul Penyusunan RKBMN
Pengelolaan BMN Yang Tidak
Digunakan Untuk Tusi KL KMK 452/2014 jo. KMK 227/2016
Modul Penelaahan RKBMN

KMK 332/2016 Modul Reviu APIP


PMK 172/2020 SBSK BMN
KMK 310/2015 Modul Penelaahan
RKBMN Untuk AADB
PMK 153/2021
Perencanaan Kebutuhan KMK 577/2017 Modul Penyusunan
BMN RKBMN Untuk AADB

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


DEFINISI

PP 27/2014

“Perencanaan Kebutuhan BMN


adalah kegiatan merumuskan
rincian kebutuhan BMN/Daerah
untuk menghubungkan
pengadaan barang yang telah
lalu dengan keadaan yang
sedang berjalan sebagai dasar
dalam melakukan tindakan
yang akan datang”

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2
Tugas dan Wewenang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


TUGAS DAN WEWENANG
PENGELOLA KUASA PENGGUNA
PENGGUNA
BARANG BARANG
BARANG
MENGINGAT
TUGAS TUGAS TUGAS
1. melakukan penelaahan RKBMN 1. melakukan konsolidasi RKBMN & Perubahan RKBMN Hasil 1. menyusun & mengusulkan RKBMN dan Perubahan RKBMN
2. menyampaikan RKBMN Hasil Penelaahan kepada Penelaahan KPB Hasil Penelaahan kepada Pengguna Barang
Pengguna Barang 2. melakukan penelitian RKBMN dan Perubahan RKBMN Hasil 2. menyusun RAB berdasarkan RKBMN Hasil Penelaahan
3. melakukan penelaahan Usulan Perubahan RKBMN Penelaahan 3. menyusun Daftar Hasil Pemeliharaan BMN
4. menyampaikan perubahan RKBMN kepada Pengguna 3. menyampaikan usulan RKBMN dan Perubahan RKBMN Hasil 4. melaporkan Daftar Hasil Pemeliharaan BMN kepada
Barang Penelahan kepada Pengelola Barang Pengguna Barang
5. melakukan tugas lainnya di bidang Perencanaan 4. menyusun RAB berdasarkan RKBMN Hasil Penelaahan
Kebutuhan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan 5. menyusun Daftar Hasil Pemeliharaan BMN
perundang-undangan 6. melakukan tugas lainnya

WEWENANG WEWENANG WEWENANG


1. memberikan persetujuan atas usulan RKBMN
2. memberikan persetujuan atas Usulan Perubahan RKBMN 1. memberikan persetujuan usulan RKBMN dan perubahan 1. menandatangani usulan RKBMN
3. menandatangani RKBMN Hasil Penelahaan RKBMN Hasil KPB 2. menandatangani Usulan Perubahan RKBMN
4. melakukan kewenangan lainnya di bidang Perencanaan 2. menandatangani RKBMN Hasil Penelaahan & Perubahan 3. menandatangani rincian anggaran biaya berdasarkan
Kebutuhan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan RKBMN Hasil Penelaahan RKBMN Hasil Penelaahan
perundang-undangan. 3. menandatangani RAB berdasarkan RKBMN Hasil 4. menandatangani laporan Daftar Hasil Pemeliharaan
Penelaahan BMN
4. melakukan kewenangan lainnya

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

3
Objek RKBMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10


Objek Perencanaan Kebutuhan BMN

Tanah dan/atau
Bangunan Selain Tanah
dan/atau
Bangunan

*Objek RKBMN untuk Pengadaan atas BMN yang memiliki SBSK (PMK 172/PMK.06/2020)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

4
Bentuk RKBMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


BENTUK PERENCANAAN KEBUTUHAN

Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan


Pengadaan Pemeliharaan Pemanfaatan Pemindahtanganan Penghapusan

1. Perencanaan 1. Perencanaan Pemeliharaan 1. Mengutamakan 1. Mengutamakan 1. Memperhatikan Daftar


pengadaan dilakukan (termasuk Asuransi BMN); pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan Barang Kuasa
terhadap BMN yang 2. Objek Perencanaan BMN untuk Tusi BMN untuk Tusi; Pengguna;
terdapat SBSK-nya. Pemeliharaan: Seluruh BMN 2. Memperhatikan Daftar 2. Memperhatikan Daftar 2. BMN yang menjadi
2. PMK 172/PMK.06/2020 dengan kondisi Baik dan Barang Kuasa Barang Kuasa Pengguna, objek RKBMN
ttg SBSK BMN terdapat Rusak Ringan serta dengan Pengguna dan Hasil kebijakan atau keputusan penghapusan termasuk
5 SBSK BMN T/B status dalam penguasaan Evaluasi Kinerja BMN; Presiden, dokumen objek RKBMN
(Gedung Kantor, Rumah serta sedang digunakan untuk 3. Objek RKBMN penganggaran; pemindahtanganan;
Negara, Gedung menunjang Tusi Pengguna pemanfaatan tidak 3. Objek RKBMN dan tidak termasuk
Pendidikan, Gedung Barang. termasuk objek RKBMN pemindahtanganan tidak BMN yang menjadi
Persidangan & Gedung pemeliharaan; termasuk objek RKBMN objek RKBMN
Tahanan. Serta 2 SBSK pemeliharaan dan masuk Pemeliharaan BMN;
STB (Kendaraan dalam RKBMN
Jabatan dan penghapusan BMN;
Operasional)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13


Persyaratan - Pengadaan

• ketersediaan BMN Objek


yang ada pada K/L; Perencanaan pengadaan
• program dan rencana untuk BMN yang belum
keluaran (output) K/L terdapat SBSK dilakukan
berupa BMN; dan BMN yang terdapat SBSK- melalui mekanisme
nya. penganggaran.
• Daftar Barang Kuasa
Pengguna.

Memperhatikan Pengecualian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


Persyaratan – Pemeliharaan

Terhadap • digunakan sementara oleh K/L


• Daftar Barang Kuasa (diajukan pengguna)
Pengguna • BMN yang berada dalam • digunakan untuk dioperasikan
penguasaannya oleh pihak lain
• Daftar Hasil • BMN dengan kondisi baik atau • dimanfaatkan
Pemeliharaan BMN rusak ringan. • dipindahtangankan
• dihapuskan.

Memperhatikan Pengecualian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15


Persyaratan - Pemanfaatan

memperhatikan

Sesuai peraturan
• DBKB
Tusi • Hasil Evaluasi
perundang
undangan di
Kinerja BMN bidang
pemanfaatan
Mengutamakan BMNBentuk Pemanfaatan

BMN yang menjadi objek RKBMN untuk pemanfaatan BMN tidak termasuk BMN yang
menjadi objek RKBMN untuk pemeliharaan BMN.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16


Persyaratan - Pemindahtanganan

memperhatikan

Sesuai peraturan
•Daftar Barang Kuasa Pengguna perundang-undangan
Tusi •Kebijakan Presiden
•kebutuhan barang untuk
di bidang
memenuhi penyelenggaraan pemindahtanganan
tugas dan fungsi K/L yang BMN
direncanakan dilaksanakan oleh
pihak selain K/L
•dokumen penganggaran
Mengutamakan Bentuk Pemindahtanganan

BMN yang menjadi objek RKBMN untuk pemindahtanganan BMN tidak termasuk BMN yang
menjadi objek RKBMN untuk pemeliharaan BMN dan termasuk dalam daftar objek RKBMN
untuk penghapusan BMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17


Persyaratan - Penghapusan

Bentuk
Penghapusan
Daftar Barang
Kuasa Pengguna Sesuai peraturan
perundang-
undangan di bidang
penghapusan BMN

memperhatikan

BMN yang menjadi objek RKBMN untuk penghapusan BMN tidak termasuk BMN yang
menjadi objek RKBMN untuk pemeliharaan BMN dan termasuk pula dari daftar objek
RKBMN untuk pemindahtanganan BMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 18


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

5
Proses Bisnis

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19


PROSES BISNIS RKBMN

PENYUSUNAN RKBMN PENELAAHAN PENGGUNAAN HASIL


(Pengguna Barang) (Pengelola Barang) PENELAAHAN

Penyusunan Persiapan : PENGGUNA BARANG/ APIP KL


Konsolidasi
RKBMN oleh
oleh Korwil Analisis administratif dan analisis substantif • Dasar penyusunan RKA-KL (Belanja Modal
Satker/KPB
dan Belanja Barang)
Pelaksanaan : • Proses Pengelolaan BMN
Forum Penelaahan dan Optimalisasi BMN di
• Proses reviu RKA-KL
Pengelola Barang
Penelitian Penelitian PENGELOLA BARANG
oleh UAPB oleh Eselon 1 Tindak Lanjut : ❑ Proses Pengelolaan BMN
Hasil Penelaahan dan Konsep Surat Pengantar ❑ Pengawasan dan Pengendalian BMN
Serta Pengiriman Hasil Penelaahan RKBMN

DJA
Pengiriman
Review APIP dari UAPB ke ❑ Dasar Reviu Baseline
Pengelola ❑ Penelaahan RKA-KL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20


TATA CARA PENYUSUNAN RKBMN PENGGUNA BARANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 21


Contoh RKBMN satker

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 22


Contoh RKBMN satker

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 23


PENELITIAN OLEH PENGGUNA BARANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 24


PENELITIAN OLEH PENGGUNA BARANG

Pengadaan • Untuk KPB/ instansi vertikal dengan pejabat tertinggi eselon III/ eselon IV hanya dapat memiliki bangunan
gedung kantor masing-masing sebanyak 1 unit
• Standar luas bangunan gedung kantor salah satunya sangat dipengaruhi oleh komposisi jumlah dan
struktur pegawai yang akan menempati bangunan. KPB agar mempertimbangkan rencana pengembangan
tipologi organisasi yang berdampak pada perubahan jumlah dan struktur pegawai.
• RKBMN pengadaan tanah untuk bangunan gedung kantor/ rumah negara hanya dapat diajukan bersamaan
dengan rencana bangunan di atasnya.
• Untuk existing AADB adalah berdasarkan rencana penggunaan existing AADB (tetap digunakan pejabat
yang bersangkutan saat ini, dialihkan ke pejabat lain, alih fungsi menjadi kendaraan dinas operasional, atau
alih status penggunaan); atau terdapat rencana pemindahtanganan/penghapusan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dan didukung dengan dokumen yang memadai.
• Pengguna Barang melakukan optimalisasi AADB dengan pertimbangan sebagaimana halnya yang dilakukan
oleh KPB dengan penyesuaian untuk lingkup yang lebih luas K/L. Sebagai contoh, rencana penggunaan
AADB untuk pejabat lain antar KPB
• Pengguna Barang dapat menyatukan usulan kebutuhan BMN beberapa satuan kerja berdasarkan RKBMN
KPB. Sebagai contoh: Gedung Keuangan Negara untuk memenuhi kebutuhan bangunan gedung kantor
beberapa satuan kerja yang karena pertimbangan keterbatasan lahan, akan disatukan dalam 1 area

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 25


PENELITIAN OLEH PENGGUNA BARANG

Pemeliharaan
• PB Memastikan tidak terdapat
pengajuan pemeliharaan dari KPB
atas obyek BMN yang sama. Sebagai
contoh KPB yang memiliki dan yang
menggunakan bersamaan
mengajukan pemeliharaan atas BMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 26


TATA CARA REVIU APIP K/L

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 27


Kelengkapan Dokumen
Penyampaian RKBMN Pengguna Barang

Surat Pengantar ditandatangani oleh pelaksana fungsional Menteri/


Pimpinan Lembaga yaitu Sekretaris Jenderal/ Sestama/ Jaksa Agung
Muda Pembinaan/ Piminan Kesekretaiatan/ Kepaniteraan ATAU
pejabat yang didelegasikan.

RKBMN tingkat PB dan KPB

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

Laporan hasil review APIP K/L. Laporan hasil review


merujuk pada Catatan Hasil Review, Pernyataan Telah
Direview dan/atau Laporan Hasil Review

Arsip Data Komputer RKBMN. Saat ini penyusunan


RKBMN dilaksanakan menggunakan aplikasi SIMAN,
sehingga tidak diperlukan ADK.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 28


TATA CARA PENELAAHAN RKBMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 29


TINDAK LANJUT RKBMN HASIL PENELAAHAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 30


TINDAK LANJUT RKBMN HASIL PENELAAHAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 31


USULAN PERUBAHAN RKBMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 32


Jangka Waktu RKBMN

Usulan RKBMN Kepada RKBMN Hasil Penelaahan Kepada


Pengguna Barang
Pengelola Barang
MENGINGAT

Paling Lambat Minggu Pertama Paling Lambat Minggu Keempat


Bulan Januari Tahun Anggaran Bulan Januari Tahun Anggaran
Sebelumnya Sebelumnya

Perubahan RKBMN Hasil Penelaahan RKBMN Hasil Penelaahan Perubahan


Kepada Pengelola Kepada Pengguna

➢ rencana revisi anggaran: Paling lambat 1 (satu)


Bulan sebelum batas waktu Penyampaian Revisi Paling Lambat 1 (satu) Minggu
Anggaran K/L sebelum batas waktu
➢ perubahan organisasi dan perubahan mekanisme:
pada periode setelah penetapan RKBMN Hasil Penyampaian Revisi Anggaran K/L
Penelaahan sampai dengan tahun pelaksanaan
RKBMN.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 33


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

6
SBSK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 34


STANDAR BARANG DAN STANDAR KEBUTUHAN BMN

Tanah dan/atau Tanah dan/atau Tanah dan/atau Tanah dan/atau


Bangunan Gedung Bangunan Gedung Bangunan Gedung Bangunan Gedung
Perkantoran Rumah Negara Pendidikan Tempat Persidangan

Tanah dan/atau Kendaraan Jabatan Kendaraan Kendaran


Bangunan Gedung Operasional Fungsional
Ruang Tahanan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 35


SBSK T/B BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN

A. Klasifikasi Bangunan Sesuai B. Standar Ketinggian Bangunan C. Standar Kebutuhan Unit


Pengguna
1. Type A: Kantor Lembaga Negara 1. Type A & Type B: Max 20 Lt.
2. Type B: Kantor Menko, Menteri Negara, 2. Type C & Type D: Max 8 lt 1. Type A, Type B, Type C & Type D:
LPNK 3. Type E1: Max 4 Lt tidak dibatasi
3. Type C: Kantor pejabat setingkat Es.1 4. Type E2: Max 2 Lt 2. Type E1 & E2: satu bangunan
4. Type D: Kantor pejabat setingkat Es.2 untuk setiap unit
5. Type E1: Kantor pejabat setingkat Es.3
6. Type E2: Kantor pejabat setingkat Es.4

E. Standar Luas Ruang Kerja F. Standar Luas Tanah


D. Standar Luas Bangunan
Ruang Pimpinan Lembaga Negara dan yang setingkat : ditentukan Pengelolan

Luas bangunan yang dijadikan


Ruang Menteri dan yang setingkat : 223 M2
Ruang Wakil Menteri : 102 m2
5 (lima) kali luas lantai dasar
standar untuk keperluan
Ruang Pejabat Eselon IA dan yang setingkat : 102 m2
Ruang Pejabat Eselon IB dan yang setingkat : 79 m2 bangunan dibagi dengan Koefisien
Ruang Pejabat Eselon IIA dan yang setingkat : 70 m2

perencanaan kebutuhan adalah Ruang Pejabat Eselon IIB dan yang setingkat : 58 m2 Dasar Bangunan (KDB) yang
Ruang Pejabat Eselon III sebagai Kepala Kantor dan yang setingkat : 37 m2

luas bangunan bruto.


Ruang Pejabat Eselon III yang bukan sebagai kepala kantor dan yang setingkat :
21 m2
berlaku di daerah setempat
Ruang Pejabat Eselon IV sebagai kepala kantor dan yang setingkat : 31 m2
Ruang Pejabat Eselon IV yang bukan kepala kantor dan yang setingkat : 11 m2
dengan tetap memperhatikan
Ruang Pejabat Fungsional Golongan IV : 17 m2
Ruang Pejabat Eselon V/Pejabat Fungsional Golongan III ke bawah : 11 m2 Rencana Tata Ruang Wilayah
Ruang Pelaksana : 5 m2
Ruang Penunjang (RTRW).
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 36
SBSK T/B BANGUNAN GEDUNG RUMAH NEGARA

A. Klasifikasi Bangunan Sesuai B. Standar Ketinggian Bangunan C. Standar Kebutuhan Unit


Pengguna
1. Type Khusus: RN Pimpinan Lembaga Negara, 1. Rumah Negara Tipe Khusus, Tipe berdasarkan pembahasan bersama antara
Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah non Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
Kepenterian, setingkat.
A, dan Tipe B paling tinggi 2 (dua)
bersangkutan dengan instansi/unit kerja
2. Type A; RN Pejabat setingkat Es. 1 lantai; yang bertanggung jawab di bidang
3. Type B: RN Pejabat Es. 2 / PNS Gol IVd-IVe 2. Rumah Negara Tipe C, Tipe D, dan pekerjaan umum
4. Type C: RN pejabat Es.3 / PNS Gol IVa-IVc Tipe E adalah 1 (satu) lantai.
5. Type D: RN pejabat Es.4 / PNS Gol III
6. Type E: RN pejabat Es.5 / PNS Gol II / Gol I

D. Standar Luas Bangunan E. Standar Luas Tanah

1. Type Khusus: 400 m2. 1. Type Khusus: 1.000 m2.


2. Type A; 250 m2 2. Type A; 600 m2
3. Type B: 120 m2 3. Type B: 350 m2
4. Type C: 70 m2 4. Type C: 200 m2
5. Type D: 50 m2 5. Type D: 120 m2
6. Type E: 36 m2 6. Type E: 100 m2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 37


SBSK T/B BANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN

A. Klasifikasi Bangunan Sesuai B. Standar Ketinggian Bangunan C. Standar Kebutuhan Unit


Pengguna
1. bangunan pendidikan jenjang didasarkan pada ketentuan peraturan
pendidikan dasar; perundang-undangan di bidang tidak dibatasi, sepanjang memenuhi
2. bangunan pendidikan jenjang pembangunan Bangunan Gedung prinsip efisiensi dan efektivitas
pendidikan menengah pertama; Negara dan/atau di bidang pendidikan penggunaan lahan
3. bangunan pendidikan jenjang dengan memperhatikan peraturan
pendidikan menengah atas; dan daerah setempat tentang Rencana Tata
4. bangunan pendidikan jenjang Ruang Wilayah (RTRW).
pendidikan menengah kejuruan.

D. Standar Luas Bangunan E. Standar Luas Ruang F. Standar Luas Tanah


Pendidikan
5 (lima) kali luas lantai dasar
Luas bangunan yang dijadikan
Terdiri dari Ruang Kelas dan bangunan dibagi dengan
standar untuk keperluan
Ruang Penunjang (Ruang Koefisien Dasar Bangunan
perencanaan kebutuhan
Laboratorium, Ruang PImpinan, (KDB) yang berlaku di daerah
adalah luas bangunan bruto.
Ruang Guru, Perpustakaan, , setempat dengan tetap
Ruang TIK, Ruang Praktik, Toilet memperhatikan Rencana Tata
dan Ruang Fungsional Ruang Wilayah (RTRW).
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 38
SBSK T/B BANGUNAN GEDUNG TEMPAT PERSIDANGAN

A. Klasifikasi Bangunan Sesuai B. Standar Ketinggian Bangunan C. Standar Kebutuhan Unit


Pengguna
1. Bangunan tempat persidangan Peradilan Umum (PT, PN
ketentuan peraturan perundang-
IA Khusus, PN IA, PN IB & PN II) undangan tidak dibatasi, sepanjang memenuhi
2. Bangunan tempat persidangan Peradilan Agama (PTA, di bidang pembangunan Bangunan prinsip efisiensi dan efektivitas
PA IA, PA IB & PA II) penggunaan lahan.
3. Bangunan tempat persidangan Mahkamah Syar’iyah
Gedung Negara dan/atau di bidang
(MS Provinsi, MS I A, MS IB & MS II) peradilan dengan memperhatikan
4. Bangunan tempat persidangan Peradilan Militer peraturan daerah setempat tentang
(DILMILTAMA, DIMILTI, DILMIL A & B)
5. Bangunan tempat persidangan Peradilan Tata Usaha
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Negara (PT TUN, PTUN I & II)

D. Standar Luas Bangunan E. Standar Luas dan Kebutuhan F. Standar Luas Tanah
Ruang Tempat Persidangan
Luas bangunan yang dijadikan 5 (lima) kali luas lantai dasar
Terdiri Ruang Persidangan dan Ruang Penunjang
standar untuk keperluan bangunan dibagi dengan
perencanaan kebutuhan adalah luas Ruang Sidang: Ruang Sidang Besar/Utama, Koefisien Dasar Bangunan
bangunan bruto.
Ruang Sidang Biasa & Ruang Sidang Anak (KDB) yang berlaku di daerah
Ruang Penunjang: Ruang Tunggu Tahanan setempat dengan tetap
Dewasa & Anak, RT Saksi & Korban, Diversi,
Teleconference dll) memperhatikan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 39
SBSK T/B BANGUNAN GEDUNG RUANG TAHANAN

A. Klasifikasi Bangunan Sesuai B. Standar Ketinggian Bangunan C. Standar Kebutuhan Unit


Pengguna didasarkan pada ketentuan
1. Rumah Tahanan Negara (Rutan), meliputi peraturan perundang-undangan di
Rutan Kelas I dan Rutan Kelas II. tidak dibatasi, sepanjang
bidang pembangunan Bangunan
2. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), meliputi: memenuhi prinsip efisiensi dan
Lapas Kelas I, Lapas Kelas II dan Lapas Kelas
Gedung Negara dan/atau di bidang
pemasyarakatan dengan
efektivitas penggunaan lahan.
III.
3. Lembaga Penempatan Anak Sementara memperhatikan peraturan daerah
(LPAS); setempat tentang Rencana Tata
4. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Ruang Wilayah (RTRW).

D. Standar Luas Bangunan E. Standar Luas Ruang Tahanan F. Standar Luas Tanah
Terdiri Ruang Tahanan dan Ruang 5 (lima) kali luas lantai dasar
Luas bangunan yang dijadikan Penunjang
standar untuk keperluan Ruang Tahanan: Blok Admisi Orientasi, Blok
bangunan dibagi dengan
perencanaan kebutuhan adalah Hunian, Blok Pengasingan & Strapsel Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
luas bangunan bruto.
Ruang Penunjang: Ruang Portir, Pos yang berlaku di daerah setempat
pengamanan,R.Konsultasi, R.Olahraga, R. dengan tetap memperhatikan
Ibadah, R. Perpustakaan, R. Kunjungan,
Dapur, Poliklinik, Garasi, dll Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 40
SBSK KENDARAAN JABATAN

Kualifikasi Jenis Spesifikasi Jumlah Tingkat Jabatan


maksimum
Menteri dan yang setingkat
Sedan 3.500 cc, 6 Silinder 2 unit
Sport Utility Wakil Menteri
3.500 cc, 6 Silinder 1 unit
Vehicles (SUV)/
A
Multi Purpose
Vehicles (MPV)

Sedan 2.500 cc, 4 Silinder 1 unit Eselon IA dan yang setingkat


B
SUV 3.000 cc, 6 Silinder
Sedan 2.000 cc, 4 Silinder 1 unit Eselon IB dan yang setingkat
C
SUV 2.500 cc, 4 Silinder
D SUV 2.500 cc, 4 Silinder 1 unit Eselon IIA dan yang setingkat
E SUV 2.000 cc, 4 Silinder 1 unit Eselon IIB dan yang setingkat
MPV 2.000 cc Bensin atau 1 unit Eselon III dan yang setingkat, yang berkedudukan sebagai kepala kantor
F 2.500 cc Diesel, 4 Silinder

MPV 1.500 cc, 4 Silinder 1 unit Eselon IV dan yang setingkat, yang berkedudukan sebagai kepala kantor
dengan wilayah kerja minimal 1 (satu) kabupaten/kota
G Eselon IV dan yang setingkat, yang berkedudukan sebagai kepala kantor
Sepeda Motor 225 cc, 1 Silinder
dengan wilayah kerja kurang dari 1 (satu) kabupaten/kota

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 41


SBSK KENDARAAN OPERASIONAL

Standar Barang Kendaraan Operasional Standar Kebutuhan Kendaraan Operasional


➢ Setingkat Eselon I/ Kantor Pusat :
➢ Mobil MPV 1.500 cc, 4 silinder Mobil : Sesuai dengan jumlah jabatan Eselon III +1 unit
➢ Sepeda Motor 225 cc, 1 silinder untuk kegiatan kesekretariatan
Sepeda Motor : Sesuai dengan jumlah jabatan
EselonIII
➢ Setingkat Eselon II/ Kantor Wilayah/ Kantor
Kendaraan Operasional dapat berasal dari Pelayanan :
Kendaraan Jabatan yang ditetapkan untuk Mobil : Sesuai dengan jumlah jabatan Eselon III+1 unit
dialihfungsikan, dengan ketentuan: untuk kegiatan kesekretariatan
1. jenis dan spesifikasi Kendaraan Jabatan Sepeda Motor : Sesuai dengan jumlah jabatan Eselon
meliputi: III
a. kendaraan roda 4 (empat) SUV maksimal
2500 cc;
➢ Setingkat Eselon III/ Kantor Pelayanan :
b. kendaraan roda 4 (empat) MPV maksimal Mobil : 50% jumlah jabatan Eselon IV
2500 cc; atau Sepeda Motor : Sesuai dengan jumlah jabatan Eselon
c. kendaraan roda 2 (dua); IV
2. Kendaraan Jabatan telah berumur 5 (lima) ➢ Setingkat Eselon IV/ Kantor Pelayanan
tahun sejak tanggal perolehan; dan Mobil : -
3. jumlah Kendaraan Operasional tidak
Sepeda Motor : Sesuai dengan jumlah jabatan Eselon
melebihi Standar Kebutuhan.
IV + jumlah jabatan Eselon V jika ada

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 42


SBSK KENDARAAN FUNGSIONAL

Kendaraan fungsional merupakan alat angkutan darat bermotor yang digunakan untuk mendukung
tugas dan fungsi tertentu Kementerian/Lembaga.

Pada umumnya, kendaraan fungsional digunakan terbatas untuk fungsi khusus tertentu saja,
misalnya mobil ambulance, mobil patroli, mobil pemadam kebakaran, bus, dll.

SBSK Kendaraan Fungsional ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan usulan dari
Menteri/Pimpinan Lembaga

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 43


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH
\

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai