Anda di halaman 1dari 41

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA

BADAN LAYANAN UMUM


Outline
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN

SYARAT BADAN LAYANAN UMUM

TATA KELOLA BLU

PENGELOLAAN KEUANGAN BLU

• Perencanaan dan Penganggaran


• Pelaksanaan Anggaran
• Pelaporan dan Pengawasan

2
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN
Pengertian
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

BLU
Instansi Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntuangan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas

Pola Pengelolaan Keuangan BLU


Pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejateraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa,
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada
umumnya
Landasan Hukum
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

UU 17/2003 UU 1/2004 UU 32/2004 jo UU 8/2005


Keuangan Negara Perbendaharaan Negara Pemerintahan Daerah
Pasal 182
BAB XII Tata cara penyusunan rencana kerja dan anggaran
Pengelolaan Keuangan BLU satuan kerja perangkat daerah serta tata cara
penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran
Pasal 68 satuan kerja perangkat daerah diatur dalam Perda
yang berpedoman pada peraturan perundang-
Pasal 69 undangan.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Pasal 194
keuangan BLUdiatur dalam PP. Penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pengawasan, dan pertanggungjawaban
keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda
yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

PP 23/2005 jo PP 74/2012 PP 58/2005


Pengelolaan Keuangan BLU Pengelolaan Keuangan Daerah
BAB XIV
Pengelolaan Keuangan BLUD
PEMBINA Pasal 145 - 149
Pasal 150
Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan
BLUD diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam
BLU BLUD Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri
Keuangan

• Teknis • Teknis
Menteri/Pimpinan Kepala SKPD terkait
Lembaga Teknis
Permendagri 61/2007
Pedoman Teknis Pengelolaan
• Keuangan • Keuangan keuangan BLUD
Menteri Keuangan PPKD
Karakteristik Kelembagaan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

BLU BUMN
Satker
PNBP • Motif: Profit.
• Motif: not-for-profit. • Memberikan layanan private goods
• Memberikan layanan quasi public (rivalry dan excludability).
• Sumber pendapatan dari jasa goods, tidak internal service dan • Seluruh pendapatan operasional
layanan/PNBP fungsional. bukan administratif. mampu menutupi seluruh biaya
• Seluruh pendapatan harus disetor • Mempunyai PNBP yang signifikan operasional dan investasi.
ke Kas Negara. (> =Rp 15 miliar). • Pendapatan usaha bukan merupakan
• Dapat menggunakan PNBP • Dapat menggunakan PNBP secara PNBP.
fungsional atas ijin Menkeu. langsung. • Mempunyai otonomi/fleksibilitas
• Tidak mempunyai fleksibilitas • Mempunyai fleksibilitas manajerial yang luas.
pengelolaan keuangan. pengelolaan keuangan negara. • Surplus dapat digunakan dan untuk
• Pertanggungjawaban dg SPM. • Pertanggungjawaban dg SP3B. investasi langsung.
• Sisa anggaran lebih di akhir tahun • Surplus dapat digunakan pada • Mampu berkontribusi terhadap PNBP
tdk dpt digunakan lagi. tahun anggaran berikutnya. laba pemerintah.
• Kekayaan negara tidak • Kekayaan negara tidak dipisahkan. • Kekayaan negara yang dipisahkan.
dipisahkan.
Asas BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. Unit kerja K/L /Pemda untuk tujuan pemberian


Kementerian Negara/Lembaga/ layanan umum berdasarkan kewenangan yang
didelegasikannya.
Pemerintah Daerah 2. Bagian perangkat pencapaian tujuan K/L/Pemda
sehingga status hukum BLU tidak terpisah dari
K/L/Pemda.
3. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/
walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikan kepada BLU dari segi manfaat
BLU layanan.
4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian
layanan umum yang didelegasikannya.
5. BLU menyelenggarakan kegiatan tanpa
mengutamakan mencari keuntungan.
6. RKA serta LK dan kinerja BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA
serta LK dan kinerja K/L/SKPD/pemda.
7. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum
sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SYARAT
BADAN LAYANAN UMUM
Persyaratan, Penetapan, & Pencabutan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. Persyaratan
Substantif
Teknis
Administratif Penuh /
2. Penetapan Bertahap

Pengusulan

Menteri/pim. Menkeu/
lembaga/kep SKPD Gub/ bupati/ walikota

3. Pencabutan
Penerapan PPK- BLU berakhir apabila:
• Dicabut oleh Menkeu/gub/bupati/wlkota sesuai
kewenangannya;
• Dicabut oleh Menkeu/gub/bupati/wlkota berdasarkan usul
dari menteri/pim lembaga/kep SKPD, sesuai kewenangannya.
• Berubah statusya menjadi BH dgn kekayaan neg yg
dipisahkan.
Persyaratan, Penetapan, & Pencabutan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Persyaratan Substantif Persyaratan Teknis


 Menyelenggarakan tugas pokok dan • Kinerja pelayanan layak dikelola dan
fungsi utama yang berhubungan dengan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
menyediakan barang dan/atau jasa sebagaimana direkomendasikan
untuk layanan umum; Mengelola menteri/pimpinan lembaga;
wilayah/kawasan tertentu untuk • Kinerja keuangan satker yang
tujuan meningkatkan perekonomian bersangkutan sehat sebagaimana
masyarakat atau untuk layanan umum;
dan/atau Mengelola dana khusus
ditunjukkan dalam dokumen usulan
dalam rangka meningkatkan ekonomi penetapan BLU.
dan/atau pelayanan kepada masyarakat
 Bidang layanan umum yang Persyaratan Administrasi
diselenggarakan bersifat operasional
yang menghasilkan semi barang/jasa  Pernyataan kesanggupan untuk
publik (quasi public goods);
meningkatkan kinerja pelayanan,
 Dalam melakukan kegiatannya tidak keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
mengutamakan pencarian keuntungan.
 Pola Tata Kelola;
 Rencana Strategis Bisnis ;
 Laporan Keuangan Pokok;
 Standar Pelayanan Minimum; dan
 Laporan Audit Terakhir (bila telah diaudit)
atau membuat pernyataan bersedia diaudit
secara independen.
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TATA KELOLA BLU


Tata Kelola BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

• Tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku pada masing-


masing Kementerian
KELEMBAGAAN • Jika terjadi perubahan kelembagaan, berpedoman pada ketentuan
Menteri PAN

• Terdiri atas Pemimpinan, Pejabat keuangan dan Pejabat Teknis


PEJABAT • Dapat terdiri dari PNS dan Profesional non PNS
PENGELOLA • Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan dengan
nomenklatur yang berlaku di instansi BLU

PEMBINA DAN • Pembina Teknis oleh Menteri Teknis


• Pembina keuangan oleh Menteri Keuangan (dalam pelaksanaannya
PENGAWASAN oleh Dewan Pengawas)

• Pejabat pengelola dapat diberi remunerasi


REMUNERASI • Ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan atas usul
Menteri
Standar dan Tarif Layanan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Standar
• BLU menggunakan SPM yang ditetapkan oleh menteri/ pim lembaga/ gub/ bupati/ wlkota.
SPM • SPM dapat diusulkan oleh BLU.
• SPM harus mempertimbangkan : kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya
Standar
serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pelayanan
Minimum

Tarif Layanan
• Atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.
• Mempertimbangkan aspek:
 Kontinuitas dan pengembangan layanan;
 Daya beli masyarakat;
 Asas keadilan dan kepatutan; dan
 Kompetisi yang sehat

1. Pengusulan Tarif 2. Penyapaian Usulan Tarif 3. Penetapan Tarif

Pemimpin Menteri/pim Menkeu/Gub/Bupati/


BLU lembaga/ kep SKPD walikota
Standar Pelayanan Minimal
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN
SPM adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang
diberikan oleh BLU kepada masyarakat

TUJUAN SPM
SPM bertujuan untuk memberikan batasan layanan minimum yang seharusnya dipenuhi
oleh pemerintah. Agar fungsi standar pelayanan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
maka standar layanan BLU semestinya memenuhi persyaratan SMART (Specific,
Measurable, Attainable, Reliable, and Timely), yaitu :
a. Fokus pada jenis layanan
b. Dapat diukur
c. Dapat dicapai
d. Relevan dan dapat diandalkan
e. Tepat waktu
Standar Pelayanan Minimal
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENYAJIAN
SPM harus disajikan secara sederhana, realistis, mudah diukur, terbuka,
terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

a. Kesesuaian SPM dengan perkembangan, kebutuhan perkembangan


kebutuhan, prioritas, kemampuan keuangan, kelembagaan, dan
personil instansi pemerintah BLU
b. Rencana Pencapaian SPM
c. Indikator Pelayanan
d. Ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga terkait
Tarif Layanan BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas


barang/jasa layanan yang diberikan
2. Imbalan tersebut ditetapkan dalam bentuk Tarif yang disusun atas dasar
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana
3. Tarif diusulkan satker BLU kepada Menteri/pimpinan Lembaga
selanjutnya diusulkan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan.
4. Tarif harus mempertimbangkan:
a. Kontinuitas dan Pengembangan layanan
b. Daya beli masyarakat
c. Asas keadilan dan kepatutan
d. Kompetisi yang sehat
Penyusunan Usulan Tarif Layanan BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Identifikasi
Kondisi
Umum, serta Penyusunan Penyusunan Penyusunan
Persiapan Analisis Perhitungan Usulan Tarif Analisis Tarif
Potensi dan Unit Cost BLU BLU
Permasalahan
Tarif
Remunerasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Dapat berupa: Berdasarkan:


• Gaji; Tingkat tanggung jawab &
• Honorarium; tuntutan profesionalisme yg
• Tunjangan tetap; diperlukan.
• Insentif;
• Bonus atas prestasi; Mempertimbangkan prinsip:
• Pesangon; dan/atau • Proporsionalitas;

Remunerasi • Kesetaraan; dan
Pensiun.
• Kepaturan.
Proses
3. Penetapan
1. Pengusulan 2. Penyapaian Usulan

Pemimpin Menteri/pim Menkeu/Gub/Bupati/


BLU lembaga/ kep SKPD walikota
Remunerasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Ketentuan Umum (1):


a. Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap,
honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun
b. Remunerasi diberikan berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme
c. Pejabat Pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi
d. Penetapan remunerasi harus mempertimbangkan prinsip:
- proporsionalitas,
yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola, serta tingkat
kesulitan dan resiko pelayanan yg diberikan
- kesetaraan,
yaitu memperhatikan besaran remunerasi satker yg memberikan pelayanan yg
sejenis
- Kepatutan,
yaitu menyesuaikan dgn kemampuan PNBP BLU
- kinerja operasional, yang didasarkan pada kinerja yg dihasilkan, sesuai dgn yg
disepakati Menteri/Pimpinan lembaga, sekurang-kurangnya mempertimbangkan
indikator kinerja pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Remunerasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Ketentuan Umum (2):


e. Remunerasi dibayarkan dari PNBP Satker BLU
f. Selain remunerasi yang dibayarkan dari PNBP, Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU yang
berstatus PNS diberikan gaji dan tunjangan lain yang melekat pada gaji PNS dan
jabatannya yang dibayarkan dari RM APBN. ( seperti: tunjangan keluarga, tunjangan beras,
tunjangan struktural /fungsional, Honor pejabat perbendaharaan )
g. Remunerasi ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atas usulan dari Menteri/
Pimpinan lembaga
h. Remunerasi ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah satker BLU memiliki tarif yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
i. Remunerasi mencerminkan keadilan (equal pay for jobs of equal value) dan
memperhatikan kemampuan keuangan (PNBP)
j. Remunerasi bagi pegawai BLU non PNS Profesional, disetarakan dengan remunerasi
pegawai BLU PNS
k. Remunerasi bersifat single salary
Komponen Remunerasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

 Pay For Position:


o Komponen ini merupakan harga jabatan
o Besarannya bersifat tetap dan dibayarkan rutin setiap bulan

 Pay for Performance:


o Komponen remunerasi ini berkaitan dengan capaian target kinerja yang telah
dikontrak kinerjakan
o Dibayarkan secara periodik sesuai kebijakan unit kerja/organisasi.
o Berupa insentif dan/atau bonus
o Besarannya tergantung pada tingkat capaian target kinerja masing-
masing dan dibayarkan secara periodik sesuai kebijakan unit kerja/organisasi

 Pay for People


o Berkaitan dengan kondisi perorangan/individu yang kinerjanya langka atau
spesifik
o Besarannya bervariasi tergantung kinerjanya
o Dibayarkan biasanya setiap bulan
Alur Penetapan Remunerasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Pimpinan BLU mengajukan usulan remunerasi kepada


Menteri/ Pimpinan lembaga

Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan Pembahasan usulan remunerasi,


selanjutnya diajukan ke Menkeu

Menteri Keuangan c.q. Tim Penilai Usulan Tarif dan Remunerasi melakukan penilaian
usulan remunerasi

Menteri Keuangan menetapkan Remunerasi melalui KMK


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN KEUANGAN
BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN &
PENGANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

BLU Menteri/pim Menkeu/PPKD


lembaga/ kep SKPD

RSB RENSTRA-K/L
RBA disusun berdasarkan (5 tahunan) atau RPJMD
RKA K/L, RKA SKPD,
basis kinerja dan
/ Rancangan APBD
perhitungan akuntansi APBN/
biaya menurut jenis RBA BLU RKA K/L, RKA SKPD, dan
(1 tahunan) / Rancangan APBD RBA BLU APBD
layanannya.
RBA BLU disusun
berdasarkan kebutuhan Disertai dngn usulan SPM & biaya Dikaji kembali standar
dan kemempuan dr keluaran yg akan dihasilkan biaya dan anggaran BLU
pendapatan yang Jika 31 Des belum
diperkirakan akan disahkan, BLU
RBA BLU dapat melakukan
diterima dari masyarakat,
badan lain, dan Definitif pengeluaran max
APBN/APBD angka dok PA thn
Mengesahkan lalu
Paling sedikit mencakup Dok PA BLU Dok PA (max) 31 Des
seluruh pendapatan dan
belanja, seluruh arus kas, • Mjd lampiran dari perjanjian kinerja yg ditandatangani oleh
serta jumlah dan kualitas menteri/pim lembaga/gub/bup/wlkota dgn pim BLU.
jasa dan/atau barang • Mjd dasar penarikan dana yg bersumber dr APBN/APBD oleh BLU.
Perencanaan dan Penganggaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. BLU menyusun RENSTRA Bisnis 5 tahunan dengan


mengacu pada RENSTRA-KL
2. BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu pada
RENSTRA Bisnis
3. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan
penghitungan akuntansi biaya menurut jenis
layanannya
4. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan di terima
dari masyarakat, badan lain, dan APBN
Rencana Bisnis dan Anggaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. RBA berfungsi sebagai dokumen penganggaran serta dasar


pelaksanaan kegiatan BLU
2. Penyusunan RBA mengacu pada Renstra Bisnis BLU
3. RBA memuat seluruh program, kegiatan, anggaran
penerimaan/pendapat, anggaran pengeluaran/belanja, estmiasi saldo
awal kas, dan estmiasi saldo akhir kas BLU
4. RBA disusun berdasarkan:
a. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya
b. Kebutuhan dan kemampuan pendapatan
c. basis akrual
5. RBA menganut pola anggaran flexibel (flexibel budget) dengan suatu
presentase ambang batas
Rencana Bisnis dan Anggaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RENSTRA
K/L

RENSTRA
BISNIS BLU
APBN

RKA-K/L
RBA BLU
RBA

Basis Kinerja:
1. Perhitungan Akuntansi Biaya
menurut jenis layanan
2. Kebutuhan dan Kemampuan
3. Pendapatan yang akan
diterima dari:
- Masyarakat
- Badan/Instansi lain
- APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN ANGGARAN
Pendapatan dan Belanja
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Pendapatan Belanja
a. Belanja BLU tediri dari unsur biaya yang sesuai dengan
• Rupiah Murni (APBN/APBD)
struktur biaya yang dituangkan dalam RBA definitif.
• PNBP b. Fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan
 Pendapatan jasa layanan pelayanan dengan jumlah pengeluaran mengikuti praktik
 Hibah tidak terikat bisnis yang sehat.
c. Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dlm ambang batas
 Hibah terikat
sesuai dgn yang ditetapkan dlm RBA.
 Hasil kerjasama BLU d. Belanja BLU yang melampaui ambang batas fleksibilitas
 Hasil usaha lainnya harus mendapat persetujuan Menkeu/gub/bupati/walikota
atas usulan menteri/pim lembaga/kep SKPD.
e. Dalam hal kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan
usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada
Menkeu/PPKD melalui menteri/pim lembaga/kep SKPD.
f. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa K/L
/SKPD/pemda.
Pengelolaan Kas
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Memanfaatkan surplus kas jangka


pendek untuk memperoleh
pemdapatan tamabahan.
Dilakukan sebagai investasi
Merencanakan
jangka pendek pada instrumen
penerimaan dan
keuangan dengan risiko rendah.
pengeluaran kas

Melakukan pemungutan
PENGELOLAAN pendapatan/tagihan
Mendapatkan sumber
dana untuk menutup
defisit jangka pendek
KAS Kas
Pengelolaan

Menyimpan kas dan


Melakukan pembayaran. mengelola rekening bank
Penarikan dana yang
bersumber dari APBN/APBD
dengan menerbitkan SPM
Pengelolaan Piutang dan Utang
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Piutang
a. BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi
lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU.
b. Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktik bisnis yang sehat
dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
c. Piutang dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang
nilainya ditetapkan secara berjenjang.

Utang
a. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan
peminjaman dengan pihak lain.
b. Utang BLU di kelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab, sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
c. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya
untuk belanja operasional.
d. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya
untuk belanja modal.
e. Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan
nilai pinjaman.
f. Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab BLU.
g. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 tahun sejak utang tersebut jatuh tempo,
kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang
Investasi
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Keuntungan yang diperoleh dari


investasi jangka panjang merupakan
pendapatan BLU.

BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas


persetujuan Menkeu/gub/bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pengelolaan Barang
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Pengadaan Barang
Pengadaan barang dan / jasa:
• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.08/PMK.02/2006 tentang
Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU.
• BLU Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian
atau seluruhnya dari ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah
bila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.

• Barang inventaris satker BLU dapat dihapuskan dan/atau


Pengelolaan Aset
dialihkan kepada pihak lain dengan cara dijual,
dipertukarkan, atau dihibahkan.
• BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset
tetap, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.
• Penggunaan asset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait
langsung dengan tugas pokok dan fungsi satker BLU harus
mendapat persetujuan Pengelola Barang.
Surplus Dan Defisit
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Surplus Defisit

1. Surplus anggaran BLU dapat digunakan


dalam tahun anggaran berikutnya • Defisit anggaran BLU dapat
2. Surplus tersebut diestimasikan dalam diajukan pembiayaanya dalam
RBA tahun anggaran berikutnya untuk
disetujui penggunaannya tahun anggaran berikutnya kepada
Menkeu/PPKD melalui
3. Surplus BLU adalah selisih antara
pendapatan dan belanja BLU yang menteri/pim lembaga/kepala
dihitung berdasarkan laporan keuangan SKPD, sesuai dengan
operasional berbasis akrual pada suatu
periode anggaran kewenangannya.
4. Penggunaan saldo awal kas BLU: • Menkeu/PPKD, sesuai dengan
a. Menambah pagu belanja pada dapat mengajukan anggaran untuk
DIPA BLU menutup defisit pelaksanaan
b. Menutup selisih antara jumlah kas anggaran BLU dalam APBN/APBD
yang tersedia ditambah dengan tahun anggaran berikutnya.
aliran kas masuk yang diharapkan
dengan jumlah pengeluaran yang
di proyeksikan
Penyelesaian Kerugian
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Setiap kerugian negara/daerah pada BLU yang disebabkan oleh tindakan


KERUGIAN melanggar hukum atau kelalaian seseorang disesesaikan sesuai ketentuan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah
Rekening BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

REKENING
REKENING PENERIMAAN REKENING LAINNYA
PENGELEURAN

REKENING REKENING
REKENING DANA
PENGELOLAAN OPERASIONAL
KELOLAAN
KAS BLU BLU
REKENING PENGELOLAAN KAS REKENING OPERASIONAL REKENING DANA KELOLAAN
Untuk penempatan idle cash pada Bank 1. Dipergunakan untuk menampung seluruh 1. Dipergunakan untuk menampung dana
umum yg terkait dengan pengelolaan kas BLU penerimaan dan membayar seluruh yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
a. dapat dibuka mendahului persetujuan pengeluaran BLU yang dananya Rekening Operasional BLU dan Rekening
dari Kuasa BUN Pusat bersumber dari PNBP BLU pada Bank pengelolaan Kas BLU, antara lain
b. Pembukaan rekening dilaporkan paling Umum menampung:
lambat 3 hari sejak tanggal pembukaan 2. Pembukaan rekening harus mendapat a. Dana Bergulir
untuk mendapatkan persetujuan Kuasa persetujuan dari Kuasa BUN Pusat dan b. Dana yg belum menjadi hak BLU
BUN Pusat diajukan melalui K/L 2. Pembukaan rekening harus mendapat
c. Jika Kuasa BUN pusat tidak setuju, persetujuan dari Kuasa BUN Pusat dan
rekening tersebut harus ditutup diajukan melalui K/L
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PELAPORAN DAN
PENGAWASAN
Akuntansi, Pelaporan, Dan Pertanggungjawaban
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Akuntansi Pelaporan Pertanggung-


• Pimpinan BLU bertanggung jawab atas jawaban
• Menerapkan Standar Akuntansi penyusunan dan penyajian laporan • Menteri/Pimpinan Lembaga/
Keuangan yang diterbitkan oleh keuangan BLU yang disertai dengan surat Ketua Dewan Kawasan
Asosiasi Profesi Akuntansi pernyataan tanggung jawab. bertanggung jawab atas
• Komponen Laporan Keuangan: keberhasilan pencapaian sasaran
Indonesia.
• Setidak-tidaknya mengembangkan 1. Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan program berupa hasil (political
tiga sistem akuntansi : Operasional accountability).
1. Sistem Akuntansi Keuangan 2. Neraca • Pimpinan BLU bertanggung jawab
2. Sistem Akuntansi Aset Tetap 3. Laporan Arus Kas atas keberhasilan pencapaian
3. Sistem Akuntansi Biaya 4. Catatan atas LK sasaran kegiatan berupa keluaran
5. Disertai Laporan Kinerja (operational accountability) dan
• Konsolidasi Laporan Keuangan BLU dalam terhadap kinerja BLU sesuai
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dengan tolok ukur yang ditetapkan
meliputi : dalam RBA.
1. Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan
Operasional;
2. Neraca.
Pengawasan, Pemeriksaan, Penilaian Kinerja
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Pengawasan • Pengawasan oleh Dewan Pengawas yang terdiri dari unsur pejabat dari Kementerian
Negara/Lembaga/Dewan Kawasan, Kementerian Keuangan, dan tenaga ahli (profesional).
• Dewan Pengawas menyampaikan laporan pengawasan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua
Dewan Kawasan dan Menteri Keuangan paling sedikit 1 x dalam 1 semester.
• Selain laporan per semester, Dewan Pengawas sewaktu-waktu menyampaikan laporan apabila
terjadi hal-hal yang secara substansial berpengaruh terhadap pengelolaan BLU.

Pemeriksaan INTERNAL
Pemeriksaaan dilaksanakan oleh Satuan Pemeriksaan Intern (SPI).

EKSTERNAL
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Penilaian Penialian kinerja BLU Pusat dilakukan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur
Kinerja Pembinaan PK BLU, meliputi:
a. Penilaian Tingkat Kesehatan BLU (Aspek Keuangan dan Aspek Pelayanan).
b. Penilaian Capaian Kontrak Kinerja BLU, berdasarkan kontrak kinerja antara pemimpin BLU
dengan Dirjen Perbendaharaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


www.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai