Usulan Skema Teknis Dan Bisnis PLTS Terapung 8 MWac
Usulan Skema Teknis Dan Bisnis PLTS Terapung 8 MWac
ENERGY
SOLUTION PT Krakatau Daya Listrik
Profil Rencana PLTS Apung 8 MWac
2
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
KAJIAN INTERKONEKSI
TEKNIS
3
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Kondisi GH Krenceng Sebelum ada PLTS Apung
Kondisi Coupler Busbar AK06 – AK07 adalah normally
open dan TIDAK BOLEH CLOSED (kecuali dalam
PLTS
? kondisi overhaul atau darurat).
AK02 AK03 AK04 AK05 AK06 AK07 AK08 AK09 AK10 AK11 Eks AK12 Sehingga pada kondisi normal akan terdapat dua sisi
yakni sisi kanan dan sisi kiri.
I/O Ruang • Sisi Kanan dipasok oleh GI Harbour melalui AK15
OPEN Kosong dengan dimensi kabel 95 mm2.
• Sisi Kiri dipasok oleh GI Diesel melalui AK 12 dengan
Cubicle
dimensi kabel 240 mm2
Spare
CLOSED
OPEN
CLOSED
Penggunaan beban KTI mayoritas menggunakan sisi
Trafo 1 KTI Trafo 3 KTI Trafo 4 KTI Trafo 2 KTI sebelah KIRI (3 trafo) namun tidak terdapat ruang sisa di
sisi sebelah kiri.
Incoming Incoming Incoming
AK12 Diesel AK15 Harbour AK09 Diesel Sisi KANAN masih terdapat sisa area selebar 2100 mm
(cukup untuk meletakan 2 busbar tanpa menggunakan
adapter) namun sisi kanan hanya akan melayani satu trafo.
SISI KIRI SISI KANAN Spare AK11 TIDAK BOLEH DIPERGUNAKAN
4
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Opsi 1 - Exercise Interkoneksi PLTS Apung Sisi
Kiri
AK02 AK03 AK04 AK05 AK06 AK07
Sisi KIRI dapat dipergunakan apabila: AK08
CLOSED
CLOSED
OPEN
sehingga incoming dari PLTS dapat berada pada ruangan
baru tersebut
CT 400/5
2. Yang dipergunakan sebagai interkoneksi terhadap incoming
PLTS adalah kubikel trafo paling kanan yakni Trafo 4
3. Wajib pemasangan kWh Expor Impor dengan titik sebagai
CT 400/5
CT 400/5
I/O
Setelah
Transfomer
5
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Opsi 2 – Exercise Interkoneksi PLTS Apung Sisi Kanan
Incoming
AK02 AK03 AK04 AK05 AK06 AK07 AK08 AK09 AK10 AK11 AK12 PLTS
CLOSED
CLOSED
OPEN
Cubicle Cubicle
CT 400/5
Spare Spare
Setelah
CT 400/5
CT 400/5
Transfomer
I/O
OPEN
Trafo 1 KTI Incoming Incoming PLTS
Incoming
AK15 Harbour Trafo 2 KTI AK09 Diesel Trafo 2 KTI Trafo 2 KTI
AK12 Diesel
Pemanfaatan Sisi Kiri membutuhkan kondisi sebagai berkut:
1. Cubicle spare semula di sisi sebelah KANAN SATU buah (AK 11) akan berpindah ke sebelah KIRI DUA buah (AK 03 dan 04)
2. Tidak diperlukan bangunan baru mengingat di sebelah kanan AK 11 masih terdapat jarak kosong 2100 mm
3. Penambahan cubicle baru untuk AK 12 dan Incoming PLTS dilakukan melalui modifikasi cubicle merk Siemens yang MAMPU dikerjakan oleh
Divisi CSBU, sehingga akan lebih menambah benefit bagi KDL
4. Metering kWH ExIm terpasang pada seluruh kubikel kecuali Incoming PLTS, AK 02, Ak 09, AK11, dan AK 12 hanya kWh Impor saja
5. Biaya investasi lebih rendah
6. Namun pengunaan sisi kanan terbatas hanya untuk kapasitas PLTS yang diajukan (yakni 8MWac) sehingga apabila ingin menambah kapastias
PLTS perlu mengganti kabel pada sisi tersebut atau menyambung output tambahan kapasitas PLTS ke sisi sebelah kiri
6
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
KAJIAN BISNIS
7
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Penawaran Skema Bisnis KTI
KTI KDL Listrik PLTS
SPV
(Owner) (Offtaker) Listrik KDL
Dalam pandangan KDL hal ini tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Secara legal berdasarkan UU No 30 Tahun 2009 Pasal 5 bahwasanya untuk melakukan Izin Niaga Listrik harus mendapat
Persetujuan dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat dan PP No 14 Tahun 2012 Pasal 7 bahwasanya dalam satu
wilayah usaha hanya dapat dilakukan oleh satu badan usaha saja, sehingga SPV tidak dapat melakukan proses jual beli
kepada KTI
2. Secara Lisan KTI akan melaksanakan skema leasing terhadap peralatan dari SPV, secara Finansial SPV akan mengenakan
biaya berdasarkan komponen tarif (A, B, C dan D) plus margin yang akan menjadi harga ke KTI, dan kemungkinan KTI
akan mengambil margin kembali untuk menjual listrik ke KDL. KTI tidak dapat melakukan jual beli listrik ke KDL
menggunakan skema tersebut karena KTI hanya menyewa peralatan ke SPV dan bukan skema pengadaan pada umumnya
3. Dalam teknis pelaksanaan Pembagian Energi, KTI merupakan Prioritas Pertama sedangkan KDL posisi sebagai Penerima
Sisa Energi sehingga KDL tidak dapat dikatakan sebagai offtaker murni
8
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Usulan Skema Bisnis KDL
KTI KDL Listrik PLTS
SPV
(Owner & Off Taker) (Exces Power Buyer + O&M) Listrik KDL
1. KDL hanya akan berkontrak dengan KTI sebagai Pembeli Excess Power PLTS Apung
2. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2017 Pasal 5 Ayat 4 menyatakan apabila HPP Regional ≤
HPP Nasional, maka tarif PLTS maksimal adalah HPP Regional dan apabila HPP Regional > HPP Nasional, maka tarif
PLTS paling tinggi 85% HPP Regional sehingga harus menaati peraturan tersebut
3. Mengingat peralatan yang dipasang menggunakan jalur interkoneksi milik KDL dan terdapat potensi mengganggu
operasi pembangkitan maupun transimisi ke konsumen lainnya, maka KDL WAJIB DILIBATKAN dalam O&M
PLTS Apung
9
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Pandangan KDL Terhadap Skema Bisnis SPV -
KT
KTI
SPV
(Owner & Off Taker)
Skema Apa?
Secara Lisan KTI menginformasikan bahwa akan melakukan skema Leasing terhadap peralatan yang dimiliki oleh SPV dan
akan memberlakukan BOOT (Built Own Operate Transfer) sehinga skema ini menjadi kontradiktif antara SPV dan KTI.
Untuk menghindari hal tersebut, kami lakukan simplifikasi proses sebagai berikut:
1. BOOT PLTS Apung dari SPV ke KTI selama 25 Tahun (atau durasi waktu yang diesetujui)
2. Leasing PLTS Apung dengan rentang waktu ternteu dari SPV ke KTI
3. SPV hanya sebagai EPC/EPCF atas PLTS Apung
10
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Usulan 1 - Skema BOOT SPV - KTI
BOOT PLTS Apung dari SPV ke KTI selama 25 Tahun (atau durasi waktu yang diesetujui)
Tahun 1 Tahun 25
Producer Listrik Producer Listrik
PRO KONTRA
1. KDL & KTI tidak mengeluarkan investasi di awal 1. Tarif yang diterima KDL ditentukan oleh KTI dan SPV (potensi
harga bertingkat)
2. Jaminan pasokan ditanggung oleh SPV selama 25 tahun (durasi 2. Melanggar ketentuan UU No 30 Tahun 2009 Pasal 5 dan PP No 14
tertentu Tahun 2012
3. Kewajiban PSAK 30 atas pencatatan jangka panjang terhadap
pembelian daya PLTS di sisi KTI (offtaker) selama 25 tahun (atau
durasi yang disetujui)
11
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Usulan 2- Skema Leasing SPV - KTI
KTI melakukan meminjam peralatan PLTS Apung yang dimiliki oleh SPV
Producer Listrik
PRO KONTRA
1. KDL & KTI tidak mengeluarkan investasi di awal 1. Tarif yang diterima KDL ditentukan oleh KTI dan SPV (potensi
harga bertingkat)
2. Posisi KDL semakin jelas sebagai pembeli ekses power, karena 2. Tidak adanya jaminan jangka waktu peminjaman alat dalam jangka
KTI memposisikan diri sebagai untuk melakukan pembangkitan waktu yang panjang akan berpotensi meningkatkan tarif listrik dari
sendiri menggunakan peralatan yang disewa dari SPV SPV
3. Risiko atas keseluruhan peralatan PLTS Apung ditanggung oleh 3. Skema O&M keseluruhan peralatan harus ditentukan dari awal
SPV sampai dengan berakhirnya Perjanjian Sewa-Pakai mengingat biaya yang muchul menjadi tanggung jawab SPV atau KTI
12
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Usulan 3 - Skema EPC/EPCF SPV - KTI
KTI melakukan meminjam peralatan PLTS Apung yang dimiliki oleh SPV
Producer Listrik
PRO KONTRA
1. KDL tidak mengeluarkan investasi di awal 1. KTI mengeluarkan investasi di awal
2. Posisi KDL semakin jelas sebagai pembeli ekses power, karena 2. KTI belum memiliki kompetensi dalam O&M sehingga berisiko
KTI berposisi sebagai pemiliki PLTS Apung secara penuh terhadap keseluruhan PLTS Apung itu sendiri
3. Risiko atas keseluruhan peralatan PLTS Apung ditanggung oleh
KTI
13
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK
Usulan Akhir KDL
Paparan KDL:
1. Menurunnya pemakaian listrik oleh PT Krkatau Steel, maka ke depannya KDL akan mengalami OVERSUPPLY
2. KDL lebih condong untuk melakukan interkoneksi ke SISI KANAN sesuai dengan yang terpapar pada perbandingan sebelumnya
3. Rata-rata pembangkitan hanya menggunakan kombinasi 1:1:1 berkisar 55 MW, KDL (KS) terkena kontrak TOP PLN berkisar 16 MW, kondisi beban
berkisar 40MW (Non KS) dan 110 MW (KS); Kondisi ini juga berisiko KDL terkena TOP PGN
4. EPC elektrik (T&D dan metering) melibatkan KDL (Divisi CSBU KDL)
5. KDL mewajibkan untuk dipasang kWh EXPOR IMPOR dan CT 400/5 sesuai dengan rancangan SLD yang diajukan KDL sebelumnya
6. Pada dasarnya SPV dan KTI tidak dapat melakukan niaga listrik di Wilayah Usaha KDL, kecuali KDL membeli dengan status EXCESS POWER dari
KTI (bukan sebagai offtaker murni)
7. Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2017 Pasal 5 Ayat 4 menyatakan apabila HPP Regional ≤ HPP Nasional, maka pembelian listrik dari PLTS
menggunakan HPP Regional, HPP Regional Banten saat ini Rp 985/kWh sehingga KDL hanya akan membeli listrik apabila tarif net max Rp
970/kWh (sesuai dengan Unit Variable Cost KDL) dan tidak berlaku TOP
8. KDL tidak mendukung penggunaan skema BOOT karena akan muncul entitas penyuplai listrik lain di Wilayah Usaha KDL
9. KDL dilibatkan dalam O&M PLTS
14
ENERGY SOLUTION PT KRAKATAU DAYA LISTRIK