Anda di halaman 1dari 21

Apresiasi dan Analisis

Puisi Baru

Oleh: Arif Wahyu Widodo, S.Pd., M.Pd.

Bahan tayang pembelajaran Bahasa Indonesia


SMA Taruna Nusantara
2023/2024
Apresiasi dan Analisis Puisi
Baru Indonesia

Kompetensi
Dasar
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta
Tujuan didik mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan
pembelajaran menyimpulkan unsur pembangun puisi dengan
tepat dan cermat.
Cakupan
Puisi dan Unsur Pembangun Puisi
Materi
Apakah puisi itu?
Definisi
Salah satu karya sastra di Indonesia
yang secara umum banyak dipahami

sebagai tulisan yang mengungkapkan
isi hati.  pemaknaan belum detail

Pembagian puisi di Indonesia


 • Puisi Lama (dg kaidah): Pantun,
karmina, talibun, seloka, dll
• Puisi Baru (tanpa kaidah)  selalu
berkembang (gaya, bahasa, dll) 
definisi yang ada tidak cukup
untuk membatasi arti dari puisi.
Apakah puisi itu?
Sebentuk pengucapan bahasa yang
memperhitungkan adanya aspek bunyi-
bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan
pengalaman imajinatif, emosional, dan
intelektual penyair yang ditimba dari
kehidupan individual dan sosialnya; yang
diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu,
Prof. Suminto A. Sayuti  sehingga puisi tersebut mampu
membangkitkan pengalaman tertentu pula
dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Tidak semua puisi yang ada memiliki aspek-aspek yang lengkap
Unsur Pembangun Puisi
• Unsur Sintaksis (tubuh/fisik) dan unsur semantik (ruh/batin)
Unsur Sintaksis Unsur Semantik

- Diksi pilihan kata  untuk menegaskan - Tema


tujuan tertentu  penggunaan - Rasa
denotasi/konotasi - Amanat
- Imaji/citraan  - Nada/suasana
audio/visual/gerak/taktil(raba)/penciuman
- Bahasa figurative/majas
- Sarana retorika
- Rima
- Tata wajah /tipografi
Seluruh Lampu Sudah
Kunyalakan
(Gunawan Maryanto)

Seluruh lampu sudah kunyalakan, Cah Ayu


Menantimu pulang dari pengembaraanmu
Menunggumu lelah dan menyerahkan
cintamu
Selalu kutunggu saat bahagia itu

Dalam hari-hariku
Yang semakin pendek saja
Menunggumu adalah memperpanjang
waktuku
Barangkali sampai nanti habis waktuku
Kau tak akan pernah
Menyerahkan cintamu.
Unsur Batin Aspek Unsur Batin Keterangan
• Tema adalah pokok pikiran; dasar Tema Tema yang digunakan dalam puisi ini
cerita adalah penantian, karena pada beberapa
• Rasa yaitu sikap penyair terhadap baris puisi membicarakan tentang
pokok permasalahan yang terdapat penantian seorang lelaki akan kedatangan
dalam puisinya orang yang ia cintai.
• Nada yaitu sikap penyair terhadap Rasa Sedih dan sendu
pembacanya (nada menggurui, Nada Mendikte pembaca tentang narasi yang
mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan berlangsung
masalah, menyerahkan masalah Amanat amanat puisi tersebut adalah kesabaran
begitu saja kepada pembaca, dengan dan keteguhan hati dalam menunggu
nada sombong, menganggap bodoh kedatangan orang yang ia cintai,
dan rendah pembaca, dll) walaupun ia tidak tahu pasti apakah
• Amanat adalah gagasan yg orang tersebut benar akan datang atau
mendasari karya sastra; pesan yg tidak.
ingin disampaikan pengarang kpd
pembaca atau pendengar.
Makna
Kata
Dasar (Denotasi) Tambahan (Konotasi)

Diksi seluruh lampu alat untuk menerangi;


pelita
tokoh telah
mempersiapkan segala
untuk menyambut
kedatangan kekasihnya.
pulang pergi ke rumah atau ke Kembali kepada tokoh
tempat asalnya “aku”
• pilihan kata  untuk pengembaraan tempat mengembara pencarian akan hal-hal
menegaskan tujuan tertentu  yang berkaitan dengan
penggunaan denotasi/konotasi kehidupan dunia,
seperti jati diri, kekasih,
• Kata mengalami penambahan- dan materi.
penambahan, baik itu lelah penat; letih; payah; pasrah akan
berdasarkan pengalaman, kesan, tidak bertenaga pencariannya yang telah
maupun imajinasi, dan perasaan usai.
penyair. hari-hariku waktu dari pagi sampai usia
pagi lagi (yaitu satu
edaran bumi pada
sumbunya, 24 jam)
habis waktuku sudah sampai pada meninggal; kematian
batas waktu yang
ditentukan
Citraan /Imaji
Pengimajian Bukti dalam Puisi
• berkaitan dengan citra atau Imajinasi -
imaji. Imaji sebagai gambaran auditif
indera secara konkret yang Imajinasi Seluruh lampu sudah kunyalakan, Cah Ayu
dibangkitkan melalui kata. visual
Imajinasi -
• dimanfaatkan untuk melukiskan
taktil/rabaan
sesuatu agar mudah
Imaji gerak - Menunggumu Lelah
diimajinasikan oleh pembaca
atau pendengar. - Menyerahkan cinta
Majas dan Bukti dalam Puisi
Sarana Retorika

Majas dan Sarana Retorika Personifikasi -


Metafora Menunggumu adalah memperpanjang waktuku
(menunggumu sebagai hal yang dibandingkan dan
• Majas adalah bahasa kias yang memperpanjang waktuku sebagai pembandingnya.
dipergunakan untuk
Metonimia
menciptakan kesan tertentu bagi Cah Ayu  tokoh -mu
penyimak atau pembacanya, Sinekdoki (pars Seluruh lampu sudah kunyalakan, Cah Ayu.
pro toto)
(Menggunakan kiasan seluruh lampu untuk
menggunakan perbandingan, menggambarkan bahwa tokoh aku telah
pertentangan, perulangan, dan mempersiapkan segala hal untuk menyambut
perumpamaan. kedatangan kekasihnya)
Simile -
• Sarana retorika merupakan Alegori -
sarana yang digunakan untuk Hiperbola -
memunculkan keindahan pada Ironi Dalam hari-hariku
penggayabahasaan sebuah teks Yang semakin pendek saja
sastra. Menunggumu adalah memperpanjang waktuku
Ambiguitas -
Paradoks Menunggumu adalah memperpanjang waktuku
(menunggu pada umumnya membuang waktu)
Litotes -
Elipsis -
Tipografi

• Tipografi merupakan
pengungkapan puisi secara grafis
• dalam puisi Indonesia dikenal
adanya bermacam-macam
tipografi puisi , antara lain:
1. Tipografi konvensional
(menjorok ke dalam,
mengantung, atau bentuk lurus)
2. Tipografi seperti prosa
3. Tipografi zigzag (Cth: Tragedi
Winka dan Sihka – Sutardji
Chalzoum Bahri)
Lampiran Pendukung
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,

Karawang Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,


terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Bekasi Jika dada rasa hampa dan jam dinsing yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata


Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.
Unsur Batin Aspek Unsur Batin Keterangan

• Tema adalah pokok pikiran; dasar


cerita
Tema Perjuangan
• Rasa yaitu sikap penyair terhadap Puisi berisi perjuangan para pahlawan yang
pokok permasalahan yang terdapat telah gugur dalam medan perang dan terbaring
dalam puisinya antara Kota Krawang sampai Kota Bekasi.
• Nada yaitu sikap penyair terhadap Rasa Miris  Puisi berisi harapan pahlawan, misal
pembacanya (nada menggurui, dalam contoh Atau jiwa kami melayang untuk
mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan kemerdekaan kemenangan dan harapan atau
masalah, menyerahkan masalah tidak untuk apa-apa
begitu saja kepada pembaca, dengan Nada rendah hati, tegas, mengharap
nada sombong, menganggap bodoh
dan rendah pembaca, dll)
• Amanat adalah gagasan yg Amanat mengenang jasa para pahlawan, meneruskan
mendasari karya sastra; pesan yg perjuangan untuk memajukan Indonesia
ingin disampaikan pengarang kpd
pembaca atau pendengar.
Makna

Diksi Kata
Dasar (Denotasi) Tambahan (Konotasi)

terbaring Kondisi gugur


merebahkan tubuh
• pilihan kata  untuk
menegaskan tujuan tertentu  di sebuah alas
penggunaan denotasi/konotasi angkat senjata Mengangkat alat berperang
• Kata mengalami penambahan- senjata
penambahan, baik itu
berdasarkan pengalaman, kesan, melayang Kondisi di ruang meninggal
maupun imajinasi, dan perasaan udara tanpa
penyair.
memijak tanah
berserakan berantakan makam yang tak
lagi dikenang dan
diurus
bersiap-siap kondisi siap terus berjuang
Citraan /Imaji Pengimajian Bukti dalam Puisi
Imajinasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat
auditif senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar
• berkaitan dengan citra atau deru kami,
imaji. Imaji sebagai gambaran Kami bicara padamu dalam hening di
indera secara konkret yang malam sepi
dibangkitkan melalui kata. Jika ada rasa hampa dan jam dinding
• dimanfaatkan untuk melukiskan yang berdetak
sesuatu agar mudah Imajinasi visual Beribu kami terbaring antara Krawang-
diimajinasikan oleh pembaca Bekasi
atau pendengar. Yang tinggal tulang diliputi debu
Majas dan Sarana Retorika Majas
Hiperbola
Bukti dalam Puisi
Tapi kerja belum selesai,
Penjelasan
Melebih-lebihkan jumlah
belum bisa memperhitungkan nyawa yang sampai ribuan,
• Majas adalah bahasa kias yang arti 4-5 ribu nyawa padahal pada peristiwa
Beribu kami terbaring antara aslinya terdapat 400an
dipergunakan untuk Karawang-Bekasi yang meninggal.
menciptakan kesan tertentu bagi Litotes Kami cuma tulang-tulang Merendahkan dirinya
penyimak atau pembacanya, berserakan sendiri menjadi seolah-
olah tidak berguna
menggunakan perbandingan, Ironi Kami bicara padamu dalam Berbicara tetapi saat
pertentangan, perulangan, dan hening di malam sepi hening memiliki makna
perumpamaan. berlawanan
Metonimia Menjaga Bung Karno Bung Karno, Bung Hatta,
• Sarana retorika merupakan Menjaga Bung Hatta Bung Syahrir merupakan
Menjaga Bung Syahrir bapak bangsa yang
sarana yang digunakan untuk dimaksud adalah menjaga
memunculkan keindahan pada Indonesia
penggayabahasaan sebuah teks Metafora Kenang, kenanglah kami yang Pahlawan yang gugur dan
tinggal tulang-tulang diliputi tak lagi dikenang
sastra. debu dibandingkan dengan
tulang-tulang yang diliputi
debu
Tipografi Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinsing yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
• Tipografi merupakan Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
pengungkapan puisi secara grafis arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
• dalam puisi Indonesia dikenal Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
adanya bermacam-macam Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
tipografi puisi , antara lain: atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

1. Tipografi konvensional Kaulah sekarang yang berkata

(menjorok ke dalam, Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
mengantung, atau bentuk lurus) Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
2. Tipografi seperti prosa menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
3. Tipografi zigzag (Cth: Tragedi Berikan kami arti

Winka dan Sihka – Sutardji Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Chalzoum Bahri) yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.
TUGAS!
Kangen
Analisislah puisi berikut,
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku meliputi:
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
A. Unsur Batin
karna cinta telah sembunyikan pisaunya. B. Diksi
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan. C. Citraan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi D. Majas
Itulah berarti
aku tungku tanpa api.
E. Tipografi
(WS Rendra)

Anda mungkin juga menyukai