Anda di halaman 1dari 27

Akumulasi hidrokarbon selain pada structural trap secara umum dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis perangkap yaitu


1. Stratigraphic Trap, yang penutupannya ditentukan oleh pinch-out pengendapan
atau erosi yang merupakan konsekuensinya arsitektur sedimen normal;
2. Combination Trap, yang memiliki tepi struktural dan stratigrafi;
3. Sub-Unconformity, yang didefinisikan oleh erosional pinch-outs dimana erosi
terjadi pada unconformity yang signifikan secara regional.

D = Dip
P = Depositional (and facies-change) pinch-outs
E = Erosional pinch-outs (both localized incision and
sub-crop)
F = Faults
Depotional Pinch-Out
Reservoir Pinch-Out dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Faktor-faktor yang mengontrolnya yaitu
1. Peristiwa pengendapannya
2. Hubungan antara uncoformity dan tepian erosi.

Penentuan awal pinch-out reservoir biasanya berdasarkan arcithecural


seismic dan geometry body sedimentation, untuk menentukan lokasi
tepiannya. ( Stirling, EJ, dkk; 2017)
‘Depositional pinch-out’ (P) adalah irisan tepian reservoir
sandstone atau karbonat dikontrol melalui variasi litologi atau
stratigrafi yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian
• Onlap pinch-out adalah sedimen yang diendapkan dengan
low-angel diatas surface older sediment, yang menukiknya lebih
curam, dan pinchoutnya semakin mendekati tepi wadah
Contohnya : Marine onlap, fluvial or estuarine sands onlapping
a channel (Stirling, EJ, dkk; 2017).

• Coastal onlap pinch-out adalah kasus tertentu ketika sedimen


paralic (sedimen laut) mencapai luas maksimumnya ke arah
daratan, dan pinch out ke non-deposisi atau ke coastal plain
facies.
Bagian tepinya tidak mungkin dapat terlihat melalui seismik,
namun mungkin diprediksi ke arah landward dimana geometri
toplap terlihat pada seismik (toplap adalah titik di mana reflektor
perkiraan delta yang menukik menjadi dangkal atau tampaknya
terpotong menjadi topset (baik terlihat atau diprediksi) (Stirling,
EJ, dkk; 2017)
Depotional Pinch-Out…

• Downlap pinch-out terjadi ketika sedimen pinch-out dengan


cara menukik ke permukaan datar atau permukaan yang
menukik dengan sangat lembut.
Hal ini paling sering terlihat di bagian toe-set delta (ujung kaki
delta), dan di tepi distal dan lateral submarine fan lobes.
Kemiringan sedimen yang turun lebih curam (walaupun hanya
sedikit) dibandingkan permukaan di bawahnya.
Jika downlap edge terjadi di sekeliling body reservoir, maka
body tersebut secara alami mempunyai geometri gundukan;
dikombinasikan dengan diferensial compaction, hal ini akan
menciptakan perangkap stratigrafi yang juga dapat berupa
penutupan kemiringan empat arah. Hal ini dapat terjadi,
misalnya, pada basin floor fan. (Stirling, EJ, dkk; 2017)

• Lateral Onlap, kadang-kadang disebut sebagai ‘sidelap’,


adalah varian onlap yang terjadi secara lateral terhadap arah
dan/atau kemiringan utama sedimen transport; misalnya,
dalam sistem sub-Marine fun menggenang dalam mini basin,
tepi onlap akan menjadi kemiringan pengendapan tepi atas,
dan tepi lainnya dapat disebut sebagai tepi onlap lateral.
(Stirling, EJ, dkk; 2017)

• Facies Change pinch-out terjadi ketika unit pengendapan


berlanjut tetapi litologi di dalamnya berubah (seringkali secara
bertahap) dari reservoir ke non-reservoir. Perubahan ini
dapat bersifat primer atau diagenetik. Hal ini
membedakannya dari empat tipe pinch-out sebelumnya,
dimana unit pengendapan sebenarnya berhenti. (Stirling, EJ,
dkk; 2017)
Erotional Pinch-Out
Dalam erosi pinch-out (E), tepian dihasilkan oleh pemotongan dan
dapat memiliki skala yang berbeda
1. Regional Unconformities, terkait dengan kemiringan
regional. Tepian dapat tetap ada di area yang sangat luas
jika terjadi unconformities regional. Unconformities
tersebut dapat terjadi di sub-marine atau subaerial,
termasuk lanscape erotional surface. (Stirling, EJ, dkk;
2017)

2. Unconformities atau Disconformities, umumnya


bersifat lokal, terkait dengan kemiringan struktural lokal
atau tidak adanya kemiringan. Contohnya termasuk
rotated fault-block erosion, transgressive ravinement
surfaces atau lowstand erosion. (Stirling, EJ, dkk; 2017)

3. Local Erosional/ downcutting geometries secara


intrinsik berhubungan dengan lingkungan pengendapan
itu sendiri. Contohnya meliputi channel (sub-marine atau
sub-aerial) dan/atau slump. Trap dengan jenis tepi erosi
ini masih memenuhi syarat sebagai perangkap stratigrafi
murni; namun, karena sifat erosi yang terlokalisir, yang
bukan merupakan bagian dari unconformities yang
meluas, maka erosi tersebut tidak dapat diklasifikasikan
sebagai jebakan sub-unconformieties. (Stirling, EJ, dkk;
2017)
Impact Of Depositional Facies On Diagenesis And Reservoir
Heterogeneity
Fasies pengendapan mempunyai dampak yang besar terhadap distribusi perubahan eogenetik dan
mesogenetik yang mampu mempengaruhi perubahan kualitas reservoir dan hetergonenitas dalam
siliclastic successions.

Fluvial Depositional.
Berbagai jenis sistem fluvial menghasilkan variasi yang
signifikan dalam arsitektur sand-body, grain size, dan rasio
sand/mud (Einsele, 2000).
Misalnya, fluvial-sand body mungkin terbatas secara lateral
(single point bar) atau memanjang secara lateral karena akresi
channels dan bar sistem secara lateral.
Heterogenitas pengendapan di reservoir fluvial sangat terkait
dengan geometri dan interkoneksi lateral dan vertikal sand-
boy.
Dimensi, geometri, dan ukuran butiran channel sand stone
sangat bervariasi tergantung pada variasi ruang akomodasi dan
morfologi fluvial system (braided, meandering, anastomosis)
(Einsele, 2000).
Oleh karena itu, variasi ruang akomodasi dan fluvial style
menyebabkan heterogenitas dari pengendapan suatu reservoir
(Richards, 1996).
Deposit Eolian

Eolian Sandstone biasanya mempunyai komposisi kuarsa atau


kuarsa-feldspatik, yang stabil secara kimia dan mekanis ini
memungkinkan porositas dipertahankan bahkan setelah deep
burial (Lindquist, 1988; Dixon dkk., 1989; Bloch, 1994).

Perubahan eogenetik yang umum terjadi pada eolian sandstone


mencakup pembentukan semen karbonat dan sulfat serta grain-
coating dari infiltrasi clay dan oksida besi (Gambar 7C)
(Seeman, 1982; McBride et al., 1987; Gaupp et al., 1993).

Clay eogenetik kaya Mg, seperti palygorskit dan saponit, yang


terbentuk pada kondisi iklim kering di beberapa sand eolian
(Gambar 3C) (Tanner, 1994), ditransformasikan selama
mesodiagenesis menjadi klorit, begitu pula clay smektit dan
oksida besi coatings(Dixon et al., 1989; Gaupp et al., 1993).

Eolin-Coastal Sabhaka umumnya disemen oleh anhidrit


eogenetik dan dolomit mikrokristalin (Seeman, 1982; Pye dan
Krinsley, 1986; Morad et al., 1995; Elias et al., 2004).
Deltaic and Estuarine Deposits
Marine Delta berkembang di tempat aliran sungai ke laut dan
menyebabkan garis pantai mengarah ke laut karena beban
sedimennya yang tinggi (Einsele, 2000).
Sedimen delta mencakup sand, silt, dan mud berbutir sedang
hingga halus, pada subaerial ( fluvial,lagoon, tidal flat , dan
estuarine) dan fasies pengendapan subaqueous (delta front,
mouth bar dan pro-delta slope) (Einsele, 2000).

Sebagian besar lingkungan delta terbentuk di wiliyah inner-shelf


yang luas. Selama masa penurunan permukaan air laut yang
relatif besar, delta juga berkembang pada shelf-break (shelf
break) yang menjadi discharge bagi slope dan sub-marine fun
(Einsele, 2000).

Bentuk delta dikendalikan oleh laju pasokan sedimen sungai dan


rezim pasang surut di wilayah pesisir. Pembentukan sedimen
fluvial sebagai delta ke laut terhambat atau bahkan dicegah oleh
gelombang kuat dan arus pasang surut (Einsele, 2000). Oleh
karena itu, beberapa jenis marine delta dapat dibedakan,
termasuk varietas yang didominasi fluvial, gelombang, dan
pasang surut (Galloway, 1975).

Delta yang didominasi fluvial umumnya memiliki satu saluran


yang membawa sedimen ke muara sungai, yang kemudian
terbagi menjadi saluran distribusi yang lebih kecil (Miall, 1996;
Einsele, 2000).

Delta Front sand bodies umumnya mempunyai bentuke lobate,


terbentuk oleh avulsi sungai utama dan dibanjiri oleh air laut saat
surut (Einsele, 2000).
Deltaic and Estuarine Deposits
Keseluruhan fined-grained sand pada delta menunjukkan pola
perubahan diagenetik yang mirip dengan fluvial meandering,
point-bar sandstone, termasuk pembentukan semen karbonat
(siderit, kalsit, dan dolomit) dan lapisan authigenik tipis dari
smektit clay (Gambar 8A) (Moraes dan Surdam, 1993;
Lundegard, 1994). Siderit, yang sering ditemukan di sedimen
delta-plain, terbentuk sebagai respons terhadap fermentasi
bakteri dari bahan organik yang terakumulasi di lingkungan rawa
(Gambar 8A) (Matsumoto dan IIjima, 1981; Stonecipher dan
May, 1990).

Endapan Delta-front umumnya memiliki lapisan butiran yang


berlimpah dan kaya akan ooidal Fe-Clay (terutama odinit dan
berthierine; Gambar 8A), khususnya pada delta dengan iklim
yang hangat, tropis, dan didominasi sungai. Kondisi seperti ini
mendorong terbentuknya clay karena tingkat sedimentasi yang
tinggi, banyaknya partikel besi yang berasal dari sungai, dan
komposisi air pori yang payau (Johnsson, 1990b; Kronen dan
Glenn, 2000).

Perairan pori payau memiliki konsentrasi ion sulfat terlarut yang


lebih rendah dibandingkan perairan laut. Dengan demikian, lebih
sedikit Fe2+, sehingga lebih banyak tersedia untuk pembentukan
berthierine dan odinit (Odin, 1985, 1990). Berthierine dan odinite
yang melapisi butiran diubah menjad klorit pada pinggiran
selama mesodiagenesis, yang berkontribusi terhadap
pelestarian kualitas reservoir pada batupasir yang terkubur
dalam melalui penghambatan sementasi kuarsa (Thomson,
1982; Ehrenberg, 1993; Ryan dan Reynolds, 1996; Grigsby,
2001; Salem et al., 2005). Pelarutan dan kaolinisasi feldspar
detrital dan mika terjadi pada perluasan endapan delta ke arah
darat sehubungan dengan perkolasi air meteorik yang lebih luas
(Gambar 8A) (Çagatay et al., 1996).
Deltaic and Estuarine Deposits
Proses eogenetik di delta lakustrin, yang sangat dikontrol oleh
hidrologi cekungan dan kondisi iklim, mencakup sementasi
ekstensif dengan kalsit atau dolomit dan authigenesis lapisan
atau tepi smektit (Pitman et al., 1986; Anjos et al., 2000 ; Luo
dkk., 2009). Batupasir Deltaic-lacustrine yang kaya akan
fragmen batuan vulkanik umumnya mengandung zeolit ​
eogenetik dan lempung smektit (Tang et al., 1994). Sementasi
karbonat yang ekstensif secara lateral merupakan penghalang
aliran fluida di sepanjang lapisan yang kaya akan intraklas atau
bioklas karbonat (Luo et al., 2009).
Shallow-Marine Deposits
Shallow Marine Deposits terbentuk di lingkungan pengendapan
tepi pantai (foreshore), permukaan pantai (shoreface), dan lepas
pantai (offshore)dan mirip dengan deltaic system yang
didominasi gelombang.

Eodiagenesis sedimen laut berbeda dengan sedimen continental


dalam tiga hal utama, termasuk (1) salinitas yang lebih tinggi
pada perairan pori laut, yang berada dalam kesetimbangan
termodinamika dengan silikat detrital yang umum terdapat pada
batupasir (K-feldspars, albite, dan mika); (2) tingginya aktivitas
SO2+- dari marine pore water, yang mendukung pengendapan
mikroba pirit (Gambar 8B) di atas karbonat ferroan dan clay; dan
(3) adanya bioklas karbonat dan silika, yang masing-masing
bertindak sebagai sumber internal semen CaCO 3 dan SiO2

Meskipun batupasir laut perairan dangkal umumnya sudah


matang secara tekstur dan mineralogi, namun dalam beberapa
kasus, batupasir tersebut mungkin diperkaya dengan bioklas
karbonat yang mendorong sementasi eogenetik oleh kalsit
(Gambar 3F). Sementasi terjadi sebagai konkresi, yang pada
akhirnya menyatu membentuk lapisan semen karbonat secara
ekstensif (Gambar 8B) (Kantorowicz et al., 1987; Walderhaug
dan Bjørkum, 1998).
Shallow-Marine Deposits

Meskipun batupasir laut perairan dangkal umumnya sudah matang secara tekstur dan mineralogi, namun dalam beberapa
kasus, batupasir tersebut mungkin diperkaya dengan bioklas karbonat yang mendorong sementasi eogenetik oleh kalsit
sebagai konkresi, yang pada akhirnya menyatu membentuk lapisan semen karbonat secara ekstensif (Gambar 8B)
(Kantorowicz et al., 1987; Walderhaug dan Bjørkum, 1998).

Semen kalsit eogenetik di shallow marine umumnya diperkaya dengan Mg (Morad, 1998). Foreshore dan backshore sand
yang banyak disemen oleh Mg-kalsit atau aragonit disebut beachrocks dan merupakan hasil dari penguapan air laut dan
hilangnya CO2 (Scoffin dan Stoddart, 1983; Vieira dan De Ros, 2006).

Pembilasan batupasir permukaan atas dan tengah oleh air meteorik mengakibatkan pelarutan dan kaolinisasi silikat yang
tidak stabil (Hurst dan Irwin, 1982; Stonecipher dan May, 1990; McKay dkk., 1995).
Kualitas reservoir terbaik diharapkan terdapat pada batupasir di bagian bawah endapan marine surface yang mengalami
kemunduran (terbentuk selama shoreface transggression), asalkan bioklas karbonat dan semen terkait umumnya
meningkat ke atas (Ketzer et al., 2004).

Demikian pula, bioklas mengandung silika yang diendapkan di Shallow Maine dapat bertindak sebagai sumber
pengendapan eogenetik opal, kalsedon, atau semen kuarsa mikrokristalin (Aase et al., 1996; Jahren dan Ramm, 2000;
Bloch dkk., 2002; Lima dan De Ros, 2002).

Peloid glaucony dan ooid berthierine dikerjakan ulang selama transgresi dan regresi dan diendapkan kembali di
lingkungan shallow dan deep marine (Amorosi, 1995; Ketzer et al., 2003a, b; Critelli et al., 2007). Lapisan badai
(tempestites) di endapan laut dangkal umumnya mengandung konsentrasi bioklas (karbonat, fosfat, dan silika), intraklas,
peloid, dan ooid yang lebih besar dibandingkan fasies lainnya. Distribusi heterogen dari butir-butir intrabasinal ini, pada
gilirannya, dapat menyebabkan heterogenitas reservoir karena pengaruhnya terhadap jalur diagenetik (misalnya,
Kantorowicz et al., 1987; Lima dan De Ros, 2002). Badai tertinggal dengan bioklas karbonat yang melimpah biasanya
disemen secara ekstensif oleh kalsit (Kantorowicz et al., 1987; Walderhaug dan Bjørkum, 1998). Lapisan badai dengan
konsentrasi spikula spons mengandung silika umumnya mengembangkan pinggiran semen kuarsa mikrokristalin (Aase et
al., 1996; Lima dan De Ros, 2002), sedangkan lapisan tempestit yang kaya akan intraklas lumpur menunjukkan
perkembangan pseudomatrix, yang tidak disemen oleh karbonat eogenetik
Deep-Sea Turbidite Fan Depostis
Endapan Deep-Sea Turbidite fan dalam adalah endapan berbentuk baji
yang diendapkan oleh aliran massa dan arus kekeruhan. Kipas laut
dalam sangat bervariasi dalam ukuran, tekstur sedimen, dan arsitektur
fasies dan mungkin memiliki panjang hingga 100 km (62 mil) dan
lebarnya beberapa ratus meter (Einsele, 2000).

Perubahan eogenetik pada sedimen Deep-Sea Tubidite Fan (Gambar


8C) dimediasi oleh air pori laut dan menghasilkan pembentukan pirit
serta karbonat konkresi dan kontinyu (umumnya kalsit). Intraklas lumpur
yang terkikis dari endapan lereng dan bioklas karbonat yang dikerjakan
ulang dari endapan rak umumnya terkonsentrasi pada lapisan tertentu
dalam suksesi turbidit karena tingkat pengendapannya yang berbeda
dibandingkan dengan jenis butiran lainnya (Fontana dkk., 1989; Fetter
dkk., 2009 ).

Heterogenitas reservoir yang cukup besar diakibatkan oleh sementasi


karbonat yang selektif dan ekstensif pada lapisan tersebut atau oleh
pembentukan pseudomatrix melalui pemadatan intraklas lumpur
signifikan .

Sementasi karbonat eogenetik pada batupasir perairan dalam


menunjukkan beberapa pola.
Difusi karbonat terlarut dari batuan lumpur pelagis atau hemipelagik atau
batulumpur dan napal karbonat dapat menyebabkan sementasi ekstensif
di sepanjang kontak dengan endapan ini (Gambar 8C) (Carvalho et al.,
1995).

Sementasi ekstensif juga diamati di dalam badan pasir turbidit di


sepanjang lapisan dengan bioklas karbonat dan intraklas konsentrasi
tinggi (Gambar 8C) (Fetter et al., 2009; Mansurbeg et al., 2009).
Proses ini umumnya mendorong sementasi pervasif pada badan turbidit dengan lapisan tipis, tanggul marginal,
atau lobus distal (Gambar 8C) (Dutton, 2008). Sementasi ekstensif juga diamati di dalam badan pasir turbidit di
sepanjang lapisan dengan bioklas karbonat dan intraklas konsentrasi tinggi (Gambar 8C) (Fetter et al., 2009;
Mansurbeg et al., 2009).

Lapisan turbidit masif, berbutir kasar, proksimal dengan butiran karbonat yang tersebar menunjukkan konkresi
karbonat berbentuk bola atau bulat telur yang tersebar secara acak (Carvalho et al., 1995; Fetter et al.,
2009).Pelarutan bioklas yang mengandung silika menghasilkan pembentukan lapisan kuarsa mikrokristalin di
sekitar butiran kerangka, dan/atau silisifikasi intraklas lumpur dan matriks pseudo (Hendry dan Trewin, 1995; Aase
dkk., 1996). Perubahan fragmen vulkanik dan mineral mafik (misalnya, biotit) mendorong penggantiannya dengan
smektit, serta pembentukan lapisan atau pelek smektit trioktahedral (Hendry dan Trewin, 1995; De Ros dkk.,
1997) . Smektit pada batupasir ini dapat bertindak sebagai prekursor klorit pelapis butiran (Hillier, 1994; Hendry dan
Trewin, 1995; Aase et al., 1996; Anjos et al., 2003).Pembubaran dan kaolinisasi silikat yang tidak stabil umumnya
dilaporkan pada batupasir kontinental dan lebih jarang pada batupasir paralik (Worden dan Morad, 2003). Namun,
semakin banyak laporan yang menunjukkan bahwa proses ini juga terjadi pada batupasir kipas perairan dalam,
seperti pada turbidit Kapur dan Tersier dari lepas pantai Brasil dan di Cekungan Shetland (Carvalho dkk., 1995;
Mansurbeg dkk. ., 2006, 2008;Prochnow dkk., 2006). Hal ini mengejutkan karena pelarutan butir eogenetik yang
ekstensif dan kaolinisasi memerlukan pembilasan batupasir kipas di perairan dalam oleh air meteorik.
MENGHUBUNGKAN DAMPAK PERUBAHAN DIAGENETIK PADA
HETEROGENEITAS RESERVOIR DENGAN SEQUENCE
STRATIGRAPHY
Diagenesis dan sequence stratigraphy secara tradisional diperlakukan sebagai dua topik independen dalam geologi
sedimen. Pendekatan sekuen-stratigrafi bertujuan untuk membagi basin-fill succesions menjadi sekuens pengendapan.
Setiap rangkaian pengendapan merupakan catatan satu siklus permukaan laut relatif yang memungkinkan pengintegrasian
dan korelasi berbagai lingkungan pengendapan, seperti coastal-plain, continental-shelves, dan sub-marine fun.

Mengintegrasikan Diagenesis dan sequence stratigraphy


Perubahan permukaan laut dan pasokan sedimen tidak hanya menentukan kerangka sequence stratigraphy endapan
silisiklastik tetapi juga merupakan kontrol penting terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi modifikasi eogenetik dekat
permukaan.

Faktor-faktor ini meliputi


1. Perubahan komposisi kimia antara perairan laut, meteorik, dan air payau (Morad et al., 2000);
2. Waktu tinggal sedimen dalam kondisi geokimia tertentu, seperti di dasar laut atau selama paparan subaerial (Taylor et
al., 1995; Morad et al., 2000);
3. Jmlah dan jenis butir intrabasinal (misalnya glaukon, intraklas lumpur, bioklas; Fontana dkk., 1989; Garzanti, 1991;
Amorosi, 1995; Ketzer dkk., 2002); dan
4. Tingkat bioturbasi, yang menyebabkan perubahan lokal atau menyeluruh terhadap permeabilitas dan kandungan bahan
organik batupasir.

Oleh karena itu, distribusi spasial perubahan diagenetik awal pada batupasir dapat dikaitkan dengan sequence-stratigraphic
surfaces, termasuk sequence boundary, TSs, Maximum Flooding Surface (MFS), dan parasequence boundaries (PBs; yaitu
marine flooding surface) dan system tract (Morad et al., 2000; Taylor et al., 2000, 2004a, b; Ketzer et al., 2002, 2003a, b;
Dutton et al., 2004; Al-Ramadan et al., 2005 ; El-Ghali dkk., 2006a, b; Ketzer dan Morad, 2006).
Perubahan Diagenetik Sepanjang Sequence Boundary
Perubahan diagenetik pada sedimen silisiklastik
yang terkait dengan sequence boundary
dikarenakan air meteorik dan sangat dikontrol
oleh kondisi iklim (Dutta dan Suttner, 1986;
Morad et al., 2000) (Gambar 11).

Perubahan diagenetik yang khas meliputi


pembentukan paleosol, pembentukan kalkrit
dan dolokrit, infiltrasi clay, serta pelarutan dan
kaolinisasi silikat detrital. Clay calcrete,
dolocrete, dan smektit terbentuk di zona vadose
dan freatik sedimen paparan laut di bawah
unconformities dalam kondisi iklim semi kering
(Morad et al., 2000; Ketzer et al., 2003a).

Infiltrasi clay terjadi pada endapan pasir fluvial,


incesed-Valey sand deposits yang terekspos
secara subaerial (misalnya foreshore dan
shoreface sands) (Ketzer dkk., 2003a) (Gambar
2A). Potensi pelestarian clay terinfiltrasi pada
batupasir di bawah sequecence boundary
adalah rendah jika batas sekuens bertepatan
dengan TS yang disertai erosi laut pada pasir di
bawahnya (Ketzer et al., 2003a).

Kondisi iklim yang kering menghasilkan


pembentukan clay kaya Mg (misalnya
palygorskite; Gambar 3C) di bawah
unconformities (Rossi dan Ca- ñaveras,
1999).
Perubahan Diagenetic sepanjang Parasequence Boundaries,
Transgressive Surfaces, and Maximum Flooding Surfaces

PB, TS, dan MFS merupakan lokasi umum


penghancuran porositas karena karakteristik
endapan lag (endapan sisa) dan sandstone yang
berdekatan menunjukkan potensi besar untuk
sementasi dengan kalsit (Gambar 3F), dolomit,
siderit, dan/atau pirit (Ketzer et al., 2003a; Al-
Ramadan et al., 2005) atau pembentukan
pseudomatrix (Ketzer dan Morad, 2006).

Permukaan ini kemudian membentuk penyekat


dan penghalang untuk aliran fluida vertikal dan
menciptakan kompartemen reservoir antara
amalgamated sandstone dari parasequence
yang berdekatan (Kantorowicz et al., 1987;
Ketzer et al., 2002; Duttonet al., 2004; Burns
et al. , 2005; Ketzer dan Morad, 2006; Jackson
dkk., 2009).

Faktor penting lainnya yang mengendalikan pembentukan pseudomatrix dan sementasi sandstone di sekitar PB termasuk
keberadaan batubara dan endapan lag (Van Wagoner et al., 1990).
Deposit batubara mendukung pirit konkresi dan sementasi kalsit terus menerus (karena peningkatan alkalinitas karbonat) pada
batupasir bawah dan atasnya (Ketzer et al., 2003a). Lag yang kaya akan bioklas karbonat atau intraklas biasanya disemen
secara ekstensif oleh kalsit, dolomit, atau siderit (Gambar 3F) (Molenaar, 1998; De Ros dan Scherer, sedang dicetak).
Lag yang kaya akan intraklas mud mengalami pengurangan porositas yang parah karena pembentukan pseudomatrix yang
melimpah yang berasal dari pemadatannya (Ketzer dan Morad, 2006; El-Ghali et al., 2006b).
Perubahan Diagenetic sepanjang Parasequence Boundaries,
Transgressive Surfaces, and Maximum Flooding Surfaces

PB, TS, dan MFS sering kali ditandai dengan


adanya endapan lag (endpan sisa) yang
terbentuk oleh pengerjaan ulang gelombang
sedimen di bawahnya (Posamentier dan Allen,
1999).
Komposisi kelambanan tersebut, yang sebagian
dikendalikan oleh jenis sedimen yang
mendasarinya, memberikan dampak besar pada
jenis perubahan diagenetik. Mulai dari lokasi
yang mengarah ke darat hingga ke lokasi yang
mengarah ke basinward, komposisi detrital lag
dapat bervariasi, mulai dari kaya mud intraklas
hingga kaya bioklas, dengan pola diferensial
perubahan diagenetik yang disebutkan di atas
(Ketzer et al., 2002; Ketzer dan Morad, 2006) .

Tinggalnya sedimen dalam waktu lama di dekat


dasar laut sebagai konsekuensi dari rendahnya
laju sedimentasi di sepanjang MFS umumnya
menghasilkan pembentukan karbonat
hardground dan firmground melalui sementasi
sedimen dasar laut, biasanya dengan Glaukoni dapat terakumulasi di sepanjang permukaan ini akibat
mikrokristalin Mg-kalsit atau dolomit (Ruffell dan pengerjaan ulang gelombang atau pasang surut atau terbentuk di tempat
Wach, 1998; El-Ghali, 2005). Permukaan yang (Amorosi, 1995). Pembentukan glaukon di sepanjang Marine-Flooding
disemen secara ekstensif ini dapat Surface diperparah oleh rendahnya tingkat sedimentasi akibat rendahnya
menyebabkan kompartementalisasi reservoir. pasokan silisiklastik ke lapisan tersebut dan dengan demikian
Glaucony biasanya ditemui di sepanjang memperpanjang waktu tinggal sedimen di dasar laut (Amorosi, 1995).
perpanjangan tengah dan bagian luar PB, TS, Terjadinya butiran glaukon yang melimpah pada batupasir mengakibatkan
dan MFS. penurunan porositas dan permeabilitas karena pemadatannya menjadi
pseudomatrix (Tilley dan Longstaffe, 1984; Webb et al., 2004).
Perubahan Diagenetic within the Lowstand Systems Tract

Sandstone pada LST, khususnya endapan fluvial


di incised Valley, umumnya mengalami pelarutan
silikat dan kaolinisasi dalam jumlah besar akibat
sirkulasi air meteorik dalam kondisi iklim basah
(Morad dkk., 2000; Ketzer dkk., 2003a; El-
Ghali dkk., 2006a, b).

Jenis mineral clay lain dalam sandstone LST


termasuk infiltrasi smekit di lapisan butiran
(Walker dkk., 1978; Moraes dan De Ros, 1990 ,
1992) dan mud pseudomatrix. Sementasi kalsit
atau dolomit yang lebih disukai pada endapan
lag menghasilkan pembentukan flow barrier di
reservoir fluvial.
Selama sea level lowsatand, lower delta plain
facies association ( laguna, tidal-flat, marsh
(rawa), dan Cervasse splay deposits (jurang)
endapan) ditutupi oleh asosiasi facies alluvial-
Plain (floodplain, point bar, channel fill, lacustrine
deposite). Fasies yang paling permeabel secara
khas tersapu oleh air meteorik selama lowstand,
mengakibatkan pelarutan dan kaolinisasi silikat
yang tidak stabil (Ketzer et al., 2003b; El-Ghali
et al., 2006a, b, 2009).
Perubahan Diagenetic within the Lowstand Systems Tract

Sandstone pada LST, khususnya endapan fluvial


di incised Valley, umumnya mengalami pelarutan
silikat dan kaolinisasi dalam jumlah besar akibat
sirkulasi air meteorik dalam kondisi iklim basah
(Morad dkk., 2000; Ketzer dkk., 2003a; El-
Ghali dkk., 2006a, b).

Jenis mineral clay lain dalam sandstone LST


termasuk infiltrasi smekit di lapisan butiran
(Walker dkk., 1978; Moraes dan De Ros, 1990 ,
1992) dan mud pseudomatrix. Sementasi kalsit
atau dolomit yang lebih disukai pada endapan
lag menghasilkan pembentukan flow barrier di
reservoir fluvial.
Selama sea level lowsatand, lower delta plain
facies association ( laguna, tidal-flat, marsh
(rawa), dan Cervasse splay deposits (jurang)
endapan) ditutupi oleh asosiasi facies alluvial-
Plain (floodplain, point bar, channel fill, lacustrine
deposite). Fasies yang paling permeabel secara
khas tersapu oleh air meteorik selama lowstand,
mengakibatkan pelarutan dan kaolinisasi silikat
yang tidak stabil (Ketzer et al., 2003b; El-Ghali
et al., 2006a, b, 2009).
Perubahan Diagenetic dalam Transgressive Systems Tract and
Highstand Systems Tract
Perubahan diagenetik yang terjadi di Transgressive
Systems Tract (TST) dan awal HST dikendalikan oleh
tingkat kenaikan permukaan laut relatif yang lebih tinggi
dibandingkan rate sedimentasi. Oleh karena itu,
perubahan diagenetik serupa dengan yang ditemukan di
sepanjang TS.
TST (terutama di bawah MFS dan PB) dan awa; HST
paralic dan shallow marine sandstone memiliki potensi
lebih tinggi untuk disemen oleh karbonat (terutama kalsit)
karena waktu tinggal yang berkepanjangan di dasar laut
karena marine transgression menyebabkan
terperangkapnya sedimen coarse-grained di muara,
sehingga mengurangi fluks sedimen ke shelf (Emery
dan Myers, 1996).
Sementasi kalsit bersumber dari difusi Ca2+ dan HCO-3
terlarut dari air laut di atasnya. Difusi ditingkatkan
dengan adanya bioklas karbonat yang melimpah, yang
bertindak sebagai inti untuk pengendapan kalsit
(Kantorowicz et al., 1987; Wilkinson, 1991, 1993;
Taylor et al., 2000; Al-Ramadan et al. ., 2005;Burns
dkk., 2005).
Peningkatan rate akomodasi (yaitu penurunan laju sedimentasi) dalam TST dan awal HST juga disertai dengan peningkatan
sistematis dalam jumlah dan kematangan (yaitu peningkatan kandungan K) (Amorosi, 1995).
Jumlah dan kematangan authoconous glaucony sepanjang PBs meningkat secara progresif dalam TST dan mencapai
maksimum di bawah MFS (Amorosi, 1995).
Dalam kondisi ini, mineral tersebut umumnya berasal dari parautochthonous, yang dikerjakan ulang oleh gelombang, pasang
surut, atau badai selama pelanggaran (Amorosi, 1995; Ketzer et al., 2003b). Pengolahan kembali glaukoni di laut dapat
mengakibatkan pengendapan pasir hijau di dataran pantai dan muara. TST paralik dan HST awal cenderung membentuk delta
yang didominasi pasang surut karena agradasi dan/atau retrogradasi sebagai respons terhadap peningkatan laju kenaikan
permukaan laut relatif (Emery dan Myers, 1996). Lingkungan delta ini mendukung pembentukan berthierine, odinite, pyrite, dan
redeposisi glaukoni parautochthonous (Amorosi, 1995).
Perubahan Diagenetic dalam Transgressive Systems Tract and
Highstand Systems Tract
Sandstone paralik pada akhir HST cenderung membentuk fluvial-dominated delta karena progradasi
sebagai respons terhadap penurunan laju kenaikan permukaan laut relatif (Emery dan Myers, 1996). Hal
ini akan mendukung pembentukan butiran Fe-silikat di depan muara sungai (Hornibrook dan Longstaffe,
1996; Kronen dan Glenn, 2000; Morad et al., 2000). Sedimen paralic pada dataran rendah cenderung
mengembangkan delta yang dipengaruhi gelombang dan badai pada batas batas paparan (Burgess dkk.,
2008).

Tingkat burial sedimen yang relatif tinggi di lingkungan delta di sea floor mendorong terbentuknya kondisi
geokimia pasca-toksik dan pereduksi Fe dengan cepat, yang mendukung pembentukan Fe-silikat
(berthierine dan odinite), siderite, dan pirit ( ElGhali dkk., 2009).

Shalow Marine sediments yang diendapkan pada akhir HST menunjukkan lapisan sandstone yang semakin kasar dan menebal
serta mengurangi luasan bioturbasi (Al-Ramadan dkk., 2005).

Penurunan laju permukaan air laut relatif dan akibat regressive sytem tract mendorong erosi gerusan gelombang pada
sedimen shallow marine, yang mengakibatkan terbentuknya permukaan erosi laut yang regresif. Permukaan ini merupakan
time-transgesive erosion surcafe dan failing stage yang setara dengan revinement-surface, yang terbentuk selama marine
transgesions (Coe, 2003).

Jeda penurunan permukaan laut relatif mengakibatkan pemulihan kondisi permukaan pantai dan pengendapan pasir
permukaan pantai (yang disebut badan pasir berbasis tajam) pada permukaan erosi regresif (Proust et al., 2001). Badan pasir
ini, dalam beberapa kasus, disemen oleh kalsit konkresi, khususnya di bagian paling atasnya (Al-Ramadan et al., 2005).

Ion karbonat untuk kalsit ini berasal dari yang meresap hingga pembubaran sempurna karbonat butiran di bawah dan di atas
lapisan batu pasir akibat serbuan air meteorik pada saat permukaan air laut relatif rendah (Al-Ramadan dkk., 2005).

Penurunan besar permukaan laut relatif dan paparan pasir di permukaan pantai disertai dengan erosi oleh sungai dan infiltrasi
air meteorik, yang mengakibatkan larutnya semen kalsit, bioklas dan kerangka silikat, serta pembentukan kaolinit (Loomis dan
Crossey, 1996;Ketzer dkk., 2003b; El-Ghali dkk., 2006a).
Perubahan Diagenetic dalam Transgressive Systems Tract and
Highstand Systems Tract
Batupasir paralik TST dan HST awal diperkirakan akan mengalami kerusakan porositas yang lebih besar
akibat sementasi karbonat dibandingkan dengan endapan LST dan HST akhir.

Endapan TST dan HST awal lebih cenderung mengandung bioklas karbonat, yang bertindak sebagai inti
dan sumber ion untuk sementasi karbonat (Ketzer et al., 2002; Dutton et al., 2004; Al-Ramadan et al. ,
2005;Burns dkk., 2005).

Batupasir LST fluvial memiliki porositas intragranular dan kaolinit yang lebih banyak dibandingkan batupasir
TST dan HST karena sirkulasi air meteorik yang paling efisien.
DAMPAK BIOTURBASI TERHADAP HETEROGENEITAS RESERVOIR

Derajat bioturbasi merupakan cerminan laju sedimentasi (Wetzel, 1984).

Laju sedimentasi yang rendah memberikan waktu yang cukup bagi organisme penggali/burrowing untuk
mengimbangi sedimentasi dan mengolah sedimen secara menyeluruh, sehingga menghasilkan tingkat
bioturbasi yang tinggi. Oleh karena itu, bioturbasi intensif biasanya terjadi di bawah permukaan air laut
(Ramos et al., 2006).

Bioturbasi memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap permeabilitas horizontal batupasir (Dutton dan
Hentz, 2002; Taylor et al., 2003)

Bioturbasi intensif adalah agen yang efisien untuk transfer ionik advektif vertikal dari air laut di atasnya
dibandingkan dengan difusi (Goldhaber et al., 1977).

Degradasi bakteri pada bahan organik yang terkonsentrasi di lokasi bioturbasi biasanya mengakibatkan
peningkatan alkalinitas karbonat lokal. dan, karenanya, dalam nukleasi kalsit mikrokristalin (Berner, 1980)
atau dolomit (Hendry et al., 2000).

Pertumbuhan lebih lanjut semen kalsit dalam kondisi ini dapat terjadi melalui difusi ionik dari air laut (Berner,
1968; Wilkinson, 1991). Oleh karena itu, penurunan porositas dan permeabilitas akibat peningkatan
sementasi karbonat melalui bioturbasi sering terjadi pada batupasir di bawah TS (Ruffell dan Wach, 1998;
Al-Ramadan et al., 2005).
DAMPAK CHEMICAL COMPACTION DAN SEMENTASI KUARTZ
TERHADAP HETEROGENEITAS RESERVOIR

• Sementasi oleh pertumbuhan berlebih kuarsa syntaxial adalah salah satu


proses diagenetik yang paling merugikan kualitas reservoir selama
mesodiagenesis dan menunjukkan distribusi heterogen dalam suksesi
sandstone (McBride, 1989; Bjørlykke dan Egeberg, 1993; Land, 1997;
Giles dkk. , 2000; Walderhaug dkk., 2000; Milliken, 2005).
• Pressure Disolusi terjadi pada lapisan batupasir yang kaya akan mika
dan/atau lapisan ilit,
• Sementasi terjadi pada lapisan batupasir yang berdekatan dimana butiran
kuarsa memiliki permukaan yang bersih dan dengan demikian dapat
bertindak sebagai inti untuk pengendapan pertumbuhan berlebih kuarsa.
DAMPAK CHEMICAL COMPACTION DAN SEMENTASI KUARTZ
TERHADAP HETEROGENEITAS RESERVOIR (Penejelasan Lebih Lanjut)
Sementasi oleh pertumbuhan berlebih kuarsa syntaxial adalah salah satu proses diagenetik yang paling
merugikan kualitas reservoir selama mesodiagenesis dan menunjukkan distribusi heterogen dalam suksesi
sandstone (McBride, 1989; Bjørlykke dan Egeberg, 1993; Land, 1997; Giles dkk. , 2000; Walderhaug
dkk., 2000; Milliken, 2005).
Pelarutan butiran kuarsa dengan tekanan dianggap sebagai salah satu sumber silika terpenting pada
sandstone yang terkubur lebih dalam dari sekitar 3 km (1,8 mil) (T > ~90°C) (Walderhaug, 1994; Morad
dkk., 2000 ;Bloch dkk., 2002).

Pelarutan tekanan butiran kuarsa ditingkatkan (1) permukaan stylolite, yang berkembang di sepanjang clay
laminae dan laminae yang kaya akan mika, fragmen karbon, atau intraklas mud; (2) kontak antar butir
antara butiran kuarsa yang dilapisi oleh clay ilit yang tersusun secara tangensial (Weyl, 1959; Trewin dan
Fallick, 2000); dan/atau (3) kontak antar butir antara butiran mika dan kuarsa (Bjørkum, 1996; Oelkers et
al., 1996).’

Pelarutan bertekanan dan sementasi kuarsa dapat terjadi (1) pada lapisan batupasir yang sama, yang kaya
akan mika dan miskin semen pendukung butiran (biasanya karbonat) atau yang lapisan butirannya ilit
terdistribusi secara heterogen, atau (2) di lapisan batupasir yang berdekatan; disolusi tekanan terjadi pada
lapisan batupasir yang kaya akan mika dan/atau lapisan ilit, sedangkan sementasi terjadi pada lapisan
batupasir yang berdekatan dimana butiran kuarsa memiliki permukaan yang bersih dan dengan demikian
dapat bertindak sebagai inti untuk pengendapan pertumbuhan berlebih kuarsa.

Sebaliknya, sementasi kuarsa terbatas terjadi ketika butiran kuarsa mempunyai lapisan butiran mikrokuarsa,
ilit, dan khususnya klorit yang luas (Aase et al., 1996; Jahren dan Ramm, 2000; Bloch et al., 2002; Anjos et
al., 2003; Salem dkk., 2005; Al-Ramadan dkk., sedang dicetak). Efisiensi klorit yang lebih besar
dibandingkan ilit dalam mencegah sementasi ekstensif akibat pertumbuhan berlebih kuarsa masih belum
jelas. Namun, Morad dkk. (2000) mengaitkan perbedaan ini dengan kecenderungan klorit menjadi basah
minyak, sedangkan ilit cenderung basah karena air (Barclay dan Worden, 2000). Akibatnya, sementasi
kuarsa dalam lapisan air tipis di sekitar butiran terjadi pada batupasir bermuatan minyak melalui difusi Si4+
(Worden dan Morad, 2000).
DAMPAK CHEMICAL COMPACTION DAN SEMENTASI KUARTZ
TERHADAP HETEROGENEITAS RESERVOIR
Oleh karena itu, dalam skenario sistem diagenetik tertutup, kurangnya permukaan butiran kuarsa bebas
yang tersedia untuk presipitasi pertumbuhan berlebih di lapisan batupasir yang berdekatan mengakibatkan
terbatasnya tekanan pelarutan karena jenuhnya air pori terhadap kuarsa (Bjørlykke dan Egeberg , 1993;
Worden dan Morad, 2000).

Demikian pula, tingkat pelarutan tekanan menjadi terbatas ketika batupasir kuarsaosa ditutup di bagian atas
dan bawah dengan lapisan semen yang meresap, sehingga mencegah difusi silika. Akibatnya, interaksi
antara pelarutan tekanan, sementasi kuarsa, dan distribusi mineral diagenetik pelapis butiran dapat
menginduksi berbagai pola dan skala heterogenitas reservoir dalam rangkaian batupasir (Gambar 12).
Misalnya, dalam suksesi braided fluvial jalinan, pelarutan dan pasokan silika terjadi pada sandstone yang
dipengaruhi oleh infiltrasi clay , yaitu pada endapan pasir yang mengalami avulsi lateral berulang dan/ atau
peristiwa banjir (Matlack et al., 1989; Moraes dan De Ros, 1992). Batupasir seperti itu akan bertindak
sebagai tempat pelarutan tekanan, sedangkan lapisan batupasir yang tidak dipengaruhi oleh infiltrasi tanah
liat akan bertindak sebagai tempat pengendapan silika sebagai pertumbuhan berlebih kuarsa. Dalam
endapan pasang surut, batupasir intertidal diperkirakan akan mengalami pelarutan tekanan intergranular,
yaitu hilangnya porositas intergranular akibat pemadatan kimia (Houseknecht, 1984, 1988) kuarsa akibat
pembentukan lapisan butiran ilit dan klorit, sedangkan batupasir subtidal, yang butiran pasirnya memiliki
permukaan bersih, akan disemen oleh pertumbuhan berlebih kuarsa (Al-Ramadan et al., in press).

Di lingkungan delta yang dipengaruhi gelombang, pelarutan tekanan dapat terjadi di gundukan pasir pantai
karena pembentukan lapisan clay yang terinfiltrasi oleh penggenangan saluran distribusi yang terekspos
secara subaerial, sedangkan pasir mulut bertindak sebagai tempat sementasi kuarsa karena kuatnya
gelombang tindakan menghasilkan butiran kuarsa dengan permukaan bersih. Dalam sistem diagenetik
terbuka, silika yang diperlukan untuk sementasi kuarsa dapat berasal dari sumber eksternal, terutama dari
(1) ilitisasi smektit dan pelarutan silikat pada batulempung yang berasosiasi (Boles dan Franks, 1979;
Gluyas dan Coleman, 1992 ), dan (2) sirkulasi fluida skala besar dan transportasi Si4+ dari tingkat yang
lebih dalam, khususnya di cekungan yang dipengaruhi oleh pelepasan tekanan berlebih secara episodik,
adveksi termal terkait dengan magmatisme, atau konveksi termohalin terkait dengan diapirisme garam
(Burley dkk. ., 1989; Gluyas dkk., 1993; Lynch, 1996; De Ros, 1998). Bukti sumber silika eksternal
mencakup hubungan erat antara melimpahnya barit mesogenetik dan semen kuarsa karena barium tidak
dapat dijelaskan oleh sumber internal pada batupasir (Al-Khatri, 2004).\

Anda mungkin juga menyukai