• Seniman mempunyai kondisi mental terjadinya proses
produksi (the thing) yang belum ada. • Rekonsiliasi antara wilayah yang ada diluar dan di dalam benak melalui pengendapan pengalaman partisipatif (produktif). • Fenomena dan kehadiran wujud (karya seni) memiliki daya untuk membangun nilai kepada perasaan dan pikiran. • Setiap daya yang terbangun memiliki sumber kausalitas yang logis (silogisme). • Seni mampu menghasilkan imitasi alam dengan sempurna sehingga melahirkan pemurnian (katharsis/kenikmatan). Keindahan (Georg Wilhelm Hegel 1770-1831)
• Keindahan adalah momen atau tahap dalam perkembangan ruh
menuju kesempurnaan. • Keindahan ialah ldea yang terwujud didalam indera. • Forma keindahannya terdapat dalam gambaran inderawi dan khayalinya. • Keindahan indrawi membangun kesadaran bahwa ke-Ilahian mewujud dan hadir. • Ketidak sempurnaan artistik bukan tidak mempunyai ekpresi atau ketidakmampuan mencapai “ide keindahan” karena kesempurnaan menjadi relatif (tidak mutlak).
Anwari, Wadjis, 1980, Filsafat Estetika: Sebuah Pengantar, Nur Cahya,
Yogyakarta. Ali, Matius, 2004, Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan Dari Yunani Kuno Sampai Zen Budhisme, Seri Pustaka Kuntara, Jakarta. Tahap Seni 1. “Simbolis”: Keindahan ialah ldea yang terwujud didalam indera, (belum mencapai idiealisme seni yang stabil). 2. “Klasik“: Keindahan seni merupakan realisasi idea, tahap kesatuan idea dan inderawi. (kesatuan terrealisir dalam kesatuan pada kreatifitas bentuk dalam realitas). 3. “Romantik”: dialektik antara dua tahap inderawi dan idea (Intuisi mencapai tingkat ketakterhinggaan segala bentuk inderawi/ melepaskan dunia ekternal dan kembali kepada kekayaan internal yang bebas).