Anda di halaman 1dari 27

Prinsip Dasar Pembedahan

Oral Cancer

dr. Albiner Simarmata, Sp.B(K)Onk


Anatomi dan Fisiologi
Epidemiologi
Urutan ke-6 kanker paling banyak, 30% kanker kepala dan leher

Pria > Wanita (3-4 : 1), 70% usia > 70 tahun

Insidensi 100.000 / tahun

Indonesia  1,5 – 5% seluruh kanker, paling sering lidah (40%), dasar


mulut (15%), bibir (13%), mukosa bukal (~5%), palatum durum (~0,5%)

90-95% karsinoma sel skuamous, <5% adenokarsinoma


• Lebih dari 1,8 juta kasus Colorectal Cancer (CRC) baru dan
881.000 kematian terjadi selama tahun 2018

• Field cancerization terjadi pada area yang terekspos karsiogenesis


kronis karena merokok dan minum alcohol, dan mengarah pada
proliferasi dari p53 yang bermutasi pada OSCC
Faktor Risiko
• Tembakau • Sifilis tersier
• Alkoholisme • Sunburn
• Infeksi HPV • Gaya Hidup
• Sirosis hepatis • Lesi pre kanker
• Oral hygiene jelek
Klasifikasi Oral Cancer
Klasifikasi Oral Cancer
Patofisiologi
Ekspresi GLUT1 pada
kanker OSCC dan kanker
esofagus

GLUT1 mengatur kadar glukosa


pada sebagian besar tipe sel pada
keadaan hipoksia dan hipoglikemia

Sel kanker seringkali memiliki


kadar metabolism glukosa yang
tinggi dibanding sel normal
Prosedur Diagnostik
• Anamnesis: Keluhan utama, perjalanan penyakit, FR, riw.
pengobatan
• Plak putih atau kemerahan
• Ulkus atau sariawan yang tidak membaik setelah 2 minggu
• Gigi tanggal atau gigi palsu tidak cocok lagi
• Sulit menelan dan mengunyah
• Sukar bicara dan perubahan suara
• Benjolan di mandibula terkadang leher
• Perdarahan, nyeri, atau kebas di bibir atau pipi
Prosedur Diagnostik
• Pemeriksaan Fisik: status general, regional, local,
performans, adanya metastasis jauh
• Inspeksi dari bibir sampai orofaring posterior
• 1 – 2 jari masuk ke rongga mulut, palpasi bimanual
• Nilai ukuran, infiltrasi, operabilitas, infiltrasi nervus kranial
tumor primer
• Inspeksi dan palpasi KGB leher
Risiko Subklinis N
Tampilan Klinis
• Kanker lidah (2/3 anterior)
• Tanda awal  ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh lalu
membesar dan menekan jaringan sekitar  nyeri, otalgia,
asimptomatik bila kecil
• Infiltrasi otot intrinsic dan ekstrinsik  Gerakan lidah terbatas  Sulit
menelan dan bicara terganggu
Pemeriksaan Penunjang
CT scan atau MRI baik dengan atau tanpa kontras

USG untuk evaluasi KGB regional

Foto thoraks untuk evaluasi rutin metastasis

USG abdomen dan sidik tulang berdasarkan indikasi

PET scan pada kasus rekurensi

Biopsi tumor dengan eksisi, insisi atau punch biopsy

FNAB
Staging
Penegakkan Diagnosis yang Tertunda

• Sebuah studi di rumah sakit universitas di Thailand selatan pada


tahun 1990-an melaporkan bahwa penundaan pada beberapa
kelompok masyarakat, menunjukkan preferensi untuk menggunakan
pengobatan alternatif; yaitu mengkonsumsi obat herbal tradisional
sebelum konsultasi dengan tenaga kesehatan

• Kurangnya akses mudah ke fasilitas gigi dan medis dapat


menyebabkan keterlambatan dalam penegakkan diagnosis.
Penegakkan Diagnosis yang Tertunda
• Deteksi dini leukoplakia oral berfungsi sebagai pencegahan
sekunder kanker mulut, meskipun beberapa kanker mungkin muncul
secara de novo

• Semua leukoplakia tidak berubah menjadi kanker dan saat ini


deteksi displasia epitel oral setelah biopsi tetap menjadi cara standar
untuk membedakan risiko tinggi dari leukoplakia risiko rendah
Penegakkan Diagnosis yang Tertunda

• Alat bantu diagnostik non-invasif yang diusulkan untuk mendeteksi


karsinoma sel skuamosa dan kelainan yang berpotensi ganas
meliputi biopsi sikat mulut dan sitologi, instrumen fluoresen dan NBI
(Narrow Band Imaging), membuat jaringan aceto-white. dan
pewarnaan dengan toluidin biru
Tatalaksana
Apabila Ganas?
T1-2, N0
T1-2, N0 pada fasilitas terbatas
T1-2, N0 pada fasilitas lengkap
Stadium III, dan IV
Stadium III dan IV inoperable
Stadium IVc
Follow Up
• Dalam 1 tahun pertama  setiap 2 bulan
• Pada tahun ke-2  setiap 3 bulan
• Dalam 3-5 tahun  setial 5 bulan
• Setelah 5 tahun  1 tahun sekai seumur hidup

Anda mungkin juga menyukai