Anda di halaman 1dari 31

ASISTENSI PENYUSUNAN

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)


KOTA GORONTALO
TAHAPAN PENYUSUNAN KOTA GORONTALO

Dilakukan asistensi KAK pada bulan


September

FGD 1 dilakukan pada bulan


September
FGD 2 dilakukan pada bulan
September

FGD 1 :
Pemaparan Pengantar RPB dan KRB
Kota Gorontalo
Penentuan Bencana Prioritas dan Akar
Masalah
Penyepakatan Isu Strategis

FGD 2 :
Rumusan Tujuan
Rumusan Sasaran
Rimusan Strategi
Rumusan Arah Kebijakan
RANCANGAN RPB KOTA GORONTALO
Kualitas RPB ditentukan
oleh Tim Teknis oleh
IDENTIFIKASI AKAR MASALAH karenanya penetapan
Tim Teknis merupakan
KETERPAPARAN KAJIAN
PENENTUAN RISIKO DARI SUMBER MASALAH POKOK salah satu kunci
KAPASITAS
BENCANA YANG BAHAYA KRB RPJMD keberhasilan
DAERAH
penyusunan RPB
PRIORITAS
DITANGANI DAERAH
(HASIL KRB) ISU
STRATEGIS KEBIJAKAN
PENYUSUNAN KERANGKA KERJA PB PB PUSAT,
KEBIJAKAN
KERANGKA KERANGKA KERANGKA PB DAERAH
KERJA PRA KERJA SAAT KERJA PASCA TUJUAN, SASARAN,
BENCANA DARURAT BENCANA STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN
BENCANA
DAN PROGRAM
SINKRONISASI
RPJMN/P/K
RENCANA KEGIATAN DAN RTRW, DLL
SUB KEGIATAN PRB

ANALISIS
RENCANA AKSI PRB PENGANGGARAN
DAN KEGIATAN
MATRIKS SPASIAL
OUTLINE RPB
PROSES FGD

1) Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam lingkungan, infrastruktur yang baik, dan penanggulangan
PERAN DAN MANDAT URUSAN PB FASE PRA BENCANA bencana meliputi kebakaran gedung dan permukiman, gempa bumi, tsunami, longsor, kekeringan, dan
KELOMPOK NAMA ORGANISASI PERAN PASCA BENCANA cuaca ekstrim.
BAPPPEDA
MELAKUKAN UPAYA PENGURANGAN RESIKO BENCANA 2) Pemanfaatan tata ruang tidak sesuai dengan peruntukan/ tidak sesuai dengan RTRW.
MELALUI PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DALAM VISI MISI KEPALA DAERAH 3) Belum maksimalnya penegakan hukum dalam pencegahan dan pembuangan sampah sembarangan, serta
BAPPPEDA MENGAKSELERASI PROGRAM KEGIATAN DALAM
DOKUMEN PERENCANAAN OPD TERKAIT DALAM aturan mengenai RTRW dan RDTR
RANGKA PENGANGGARAN KEGIATAN DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA 4) Kurang maksimalnya pelayanan kesiapsiagaan bencana termasuk di dalamnya adalah sistem peringatan
PERAN DAN MANDAT URUSAN PB FASE PRA BENCANA
dini dan rencana kontingensi.
KELOMPOK NAMA ORGANISASI PERAN PASCA BENCANA
BAPPPEDA -
5) Belum maksimal peningkatan kapasitas lintas sektor dalam mitigasi bencana, melalui sosilisasi, bimtek,
PERAN DAN MANDAT URUSAN PB FASE PASCA BENCANA
pelatihan mengenai penangganan bencana
KELOMPOK NAMA ORGANISASI PERAN PASCA BENCANA
BAPPPEDA MELAKUKAN REVIEW DALAM DOKUMEN PERENCANAAN 6) Penegakan hukum tindakan dalam pencegahan seperti pembuangan sampah sembarangan dan aturan
mengenai RTRW dan RDTR
7) Kurang maksimalnya cakupan informasi rawan bencana
8) Kurangnya infrastruktur penanggulangan bencana berkaitan dengan banjir, longsor, dan kebakaran gedung
dan permukiman
9) Meningkatnya indeks risiko bencana di wilayah Kota Gorontalo
10) Dukungan dana berkaitan dengan sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana belum maksimal
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
• Kota Gorontalo terletak diantara antara 00028’17” – 000 35’56” Lintang Utara dan 122059’44”-123005’59” Bujur Timur dengan luas 7.067,61 ha.

• Berdasarkan sejarah kejadian bencana Kota Gorontalo dalam 7 tahun terakhir telah terjadi bencana Banjir, Tanah Longsor dan Cuaca Ekstrim. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi wilayah Kota Gorontalo yang berbentuk seperti mangkuk dengan dikelilingi pengunungan dan banyak dialiri oleh aliran
sungai daerah hilir. Sejak Tahun 2017 sampai dengan tahun 2022, telah terjadi 273 kejadian bencana yang terdiri dari Cuaca Ekstrim 243 kali
kejadian, Tanah Longsor 17 kali kejadian dan Banjir 13 kali kejadian.

• Kota Gorontalo memiliki 10 (sepuluh) jenis potensi bahaya yang ada di Kota Gorontalo meliputi Gempabumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor,
Kebakaran Hutan dan Lahan, Kekeringan, Cuaca Ekstrim, Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Likuefaksi, Kebakaran Gedung dan Pemukiman.

• Melihat sejarah kejadian bencana, potensi ancaman/risiko bencana, dan tingkat keterpaparan yang cukup tinggi ini menjadi dasar pertimbangan
untuk Kota Gorontalo melakukan upaya dalam penanggulangan bencana yang sinergis.

• Sebagai bentuk kewenangan dan tanggung jawab pemerintah dan mempertimbangkan hal-hal diatas dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana pemerintah Kota Gorontalo menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB). Hal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang No.
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana khususnya yang tertuang dalam pasal 35 dan 36 serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pada pasal 6 memerintahkan agar Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam upaya
penanggulangan bencana menyusun dokumen perencanaan penanggulangan bencana.
BAB 1 PENDAHULUAN

B. Tujuan C. Kerangka Pikir

• Membangun koordinasi dan sinergitas sebagai dasar kemitraan 1. Penanggulangan Bencana

dalam rangka penanggulangan bencana Kota Gorontalo meliputi


pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

• Meningkatkan kinerja antar OPD di Kota Gorontalo dalam


penanggulangan bencana dengan pencapaian yang terukur.

• Menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) yang terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang ada, sehingga bisa menjadi landasan
dalam upaya penanggulangan bencana.
BAB 1 PENDAHULUAN

B. Kerangka Pikir

2. Konsep Risiko Bencana dan Pengelolaan Risiko Bencana

Risiko bencana diartikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat menimbulkan kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Manajemen/pengelolaan
risiko bencana berfokus pada 2 (dua) faktor elemen risiko, yakni (1) bahaya atau Ancaman
ancaman penyebab bencana dan (2) kerentanan yang berkaitan dengan unsur yang
terpapar bahaya (manusia dan aset), termasuk dengan kemampuannya dalam
menghadapi bahaya. Risiko bencana diukur dan atau dinilai melalui metode
pengkajian risiko bencana.

3. Pengelolaan Risiko Bencana Kapasitas Kerentanan


Pengelolaan risiko bencana adalah penerapan kebijakan, proses, dan tindakan
untuk mencegah timbulnya risiko baru; mengurangi risiko bencana yang ada; dan
mengelola risiko sisa untuk meningkatkan ketangguhan.
BAB 1 PENDAHULUAN

D. Kedudukan Dokumen
Dokumen RPB adalah salah satu bagian dari perencanaan Pembangunan Kedudukan RPB dalam penanggulangan bencana
daerah. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kota Gorontalo
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari beberapa rencana nasional
maupun provinsi, yang terintegrasi dalam:
Rencana
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; RIPB 2020-2044 Penggulangan
Bencana
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
Rencana
Rencana Aksi
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; Penggulangan Rencana Pemulihan
Pengurangan Risiko
Kedaruratan Bencana Pasca Bencana
Bencana (PRB)
5. Rencana Penanggulangan bencana; (RPKB)
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional;
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi; Rencana Kontingensi Rencana Rehabiltasi
Rencana Mitigasi
8. Rencana strategis baik sektoral Kementerian, Lembaga dan SKPD Provinsi (Renkon) dan Rekonstruksi

dan Kota;
9. Rencana Aksi PRB baik Rencana Aksi Nasional (RAN RPB) dan Rencana
Rencana Operasi
Aksi Daerah (RAD RPB Kota); Darurat Bencana
(RenOps)
10. Rencana Kerja Pemerintah Nasional (RKP Nasional) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD);
11. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) dan Rencana Kerja
SKPD Kota Renja SKPD);
BAB 1 PENDAHULUAN

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438).

4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68);

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana diubah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4663).
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4817).

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagimana diubah melalui
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2oo8 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesta Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322)

2. Peraturan Presiden No. 08 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;

4. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020 Tentang Rencana Induk Penanggulangan Bencana Tahun 2020-2024;

5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2021 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

6. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020 Tentang Rencana Induk Penanggulangan Bencana Tahun 2020 - 2044

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi, Validasi, Inventarisasi, Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan RPB;

12. Peraturan Kepala BNPB No. 03 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014.
13. Peraturan Kepala BNPB No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana.

14. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Gorontalo Tahun 2008-2027 (Lembaran Daerah Kota Gorontalo Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kota Gorontalo Nomor
102 Seri E).

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis pada Standar Layanan Minimal Sub Urusan Bencana, menggarisbawahi Kajian Risiko Bencana, Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Kontijensi
merupakan dokumen wajib dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.

16. Peraturan Walikota (PERWALI) Kota Gorontalo Nomor 13 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Bagi Korban Bencana Alam dan Fasilitasi Hunian Bagi Masyarakat Terdampak Program Pemerintah

17. Peraturan Walikota Kota Gorontalo No 26 tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Wali Kota Gorontalo Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis Di Kota Gorontalo

18. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Gorontalo Tahun 2019-2024 (Lembaran Daerah Kota Gorontalo Tahun 2019 Nomor 10).

19. Peraturan Daerah No 17 tentang Pembentukan BPBD Kota Gorontalo

20. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
BAB 1 PENDAHULUAN

F. Ruang Lingkup

Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Kota Gorontalo ini adalah dokumen milik bersama dari OPD Kota Gorontalo
yang disusun berdasarkan kajian risiko bencana dan kondisi terkini penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota
Gorontalo. Dokumen ini memuat tata cara penyelenggaraan penanggulangan bencana di kondisi pra, saat, dan pasca bencana
yang dijabarkan dalam visi, misi, kebijakan program dan berbagai kegiatan serta alokasi anggaran yang menjadi mandat dan

kewenangan Pemerintah Kota Gorontalo dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana selama lima tahun kedepan .
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
A. Gambaran Umum Wilayah
1. Geografi
Kota Gorontalo terletak diantara antara 00028’17” – 000 35’56” Lintang Utara dan 122059’44”-123005’59” Bujur Timur dengan luas 7.067,61 ha

2. Geologi
Berdasarkan Struktur Geologi di Sulawesi didominasi oleh sesar mendatar sinistral dan sesar naik dengan arah barat laut – tenggara Salah satu sesar
aktif yang ada di Kota Gorontalo adalah Sesar Gorontalo yang merupakan struktur sesar yang berarah Tenggara-Barat laut melintasi Kota Gorontalo dan
memotong bagian Utara Sulawesi, hingga menghubungkan Laut Sulawesi dan perairan Teluk Tomini.

3. Topografi
Topografi Kota Gorontalo umumnya berupa dataran rendah
4. Demografi
Jumlah Penduduk keseluruhan di Kota Gorontalo pada Tahun 2023 sejumlah 202,286 jiwa, yang terdiri dari 100.713 jiwa penduduk laki-laki dan
101.573 jiwa penduduk perempuan.
5. Penggunaan Lahan
di Kota Gorontalo 33,76% berupa lahan terbangun dengan penggunaan lahan permukiman dan tempat kegiatan dengan luas 2.386,29 ha, sisanya
merupakan jenis penggunaan lahan Non terbangun dengan total luas 4.681,32 ha atau 66,24 % dari total luas wilayah Kota Gorontalo.
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
B. Karakteristik Kebencanaan
Kota Gorontalo termasuk dalam wilayah rawan bencana, berdasarkan sejarah kejadian bencana Kota Gorontalo Banjir, Tanah Longsor dan Cuaca Ekstrim. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi wilayah Kota
Gorontalo yang berbentuk seperti mangkuk dengan dikelilingi pengunungan dan banyak dialiri oleh aliran sungai daerah hilir. Sejak Tahun 2017 sampai dengan tahun 2022, telah terjadi 273 kejadian
bencana yang terdiri dari Cuaca Ekstrim 243 kali kejadian, Tanah Longsor 17 kali kejadian dan Banjir 13 kali kejadian.
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
C. Risiko Bencana Daerah

Hasil Kajian Risiko Bencana Kabupaten Banyuwangi tahun 2023 diperoleh rekapitulasi bahaya, kerentanan, potensi penduduk terpapar,
dan potensi kerugan setiap bencana di tingkat kelurahan. Hasil kaian risiko bencana ini memaparkan terdapat 10 potensi bencana yang
ada di Kota Gorontalo yaitu :Gempabumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kekeringan, Cuaca Ekstrim,
Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Likuefaksi, Kebakaran Gedung dan Pemukiman.

Bahaya Kelompok Rentan


Jumlah
Luas Bahaya (ha) Kelompok
Total Jenis Bencana Penduduk Penduduk Penduduk Kelas
Jenis Bahaya Umur
Luas Kelas Terpapar Miskin Disabilitas
Rendah Sedang Tinggi Rentan
(ha)
Gempabumi 201.585 27012 103.355 548 Tinggi
Gempabumi 0,00 0,00 7.067,61 7.067,61 Tinggi Tsunami 5.830 816 3.355 17 Tinggi
Tsunami 56,95 486,55 57,75 601,25 Tinggi Banjir 138.148 18.475 66.542 369 Tinggi
Banjir 1.610,70 745,11 463,39 2.819,20 Tinggi Tanah Longsor 36.259 4.919 23.656 107 Tinggi
Tanah Longsor 985,69 100,23 2.327,14 3.413,06 Tinggi
Kebakaran Hutan dan Lahan - - - - -
Kebakaran Hutan dan Lahan 0,00 1.495,91 2.141,97 3.637,88 Tinggi
Kekeringan 201.714 27.026 103.385 548 Tinggi
Kekeringan 0,00 0 7.067,61 7.067,61 Tinggi
Cuaca Ekstrim 201.228 26.961 103.121 547 Tinggi
Cuaca Ekstrim 0,00 1.385,46 5.646,84 7.032,31 Tinggi
Gelombang Ekstrim dan Abrasi 3148 444 2331 11 Tinggi
Gelombang Ekstrim dan Abrasi 29,69 129,47 0,00 159,16 Sedang
Likuefaksi 0,00 3.354,75 17,34 3.372,09 Sedang Likuefaksi 147.067 19.518 69.243 363 Tinggi

Kebakaran Gedung dan Pemukiman 1.742,31 266,11 72,22 2.080,64 Tinggi Kebakaran Gedung dan Pemukiman 111.007 14.872 52.860 300 Tinggi
Multibahaya 1,20 13,77 7.045,63 7.060,59 Tinggi Multibahaya 201.585 27012 103.355 548 Tinggi
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
C. Risiko Bencana Daerah
Potensi Kerusakan
Potensi Kerugian (Juta Rupiah)
Lingkungan
Jenis Bahaya
Kerugian Kerugian Total Luas
Kelas Kelas
Fisik Ekonomi Kerugian (ha)

Gempabumi 1.425.180,44 89.249,17 1.514.429,61 Tinggi - -


Tsunami 30.212,95 39,02 30.251,97 Rendah 122,00 Sedang
Banjir 287.761,27 6.517,19 294.278,46 Tinggi 345,00 Tinggi
Tanah Longsor 146.610,90 42.373,73 188.984,63 Tinggi 49,52 Rendah
Kebakaran Hutan
dan Lahan - 45.938,17 45.938,17 Tinggi 46,33 Rendah
Kekeringan - 88.916,98 88.916,98 Tinggi 72,98 Sedang
Cuaca Ekstrim 1.556.284,57 73.060,49 1.629.345,06 Tinggi - -
Gelombang Ekstrim
dan Abrasi 17.064,21 283,41 17.347,62 Tinggi 466,00 Tinggi
Likuefaksi 381.301,13 16.566,77 397.867,90 Tinggi - -
Kebakaran Gedung
dan Pemukiman 69.319,75 964,68 70.284,44 Tinggi - -
Multibahaya 1.633.495,86 88.979,04 1.722.474,90 Tinggi 73,19 Sedang
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
D. Pioritas Bencana yang Ditangani

Prioritas bencana yang akan ditangani dilakukan untuk membuat dasar yang kuat dalam melaksanakan upaya penanggulangan
bencana sehingga dapat mewujudkan upaya bersama secara terpadu.

Tingkat Risiko

Rendah Sedang Tinggi

Menurun
Kebakaran
Hutan dan
Lahan
Kecenderungan Kejadian

Kebakaran
Tetap Gempabumi,
Gedung dan Likuefaksi
Tsunami
Pemukiman

Banjir, Tanah
Meningkat

Gelombang
Longsor, Prioritas Pertama
Ekstrim dan Kekeringan
Cuaca Prioritas Kedua
Abrasi
Ekstrim
Prioritas Ketiga
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
E. Analisa Masalah Pokok

1. Komponen Keterpaparan dan Kerawanan

Hasil Analisa terhadap komponen keterpaparan/kerawanan diperoleh akar masalah Dari hasil Analisa sebagaimana tertuang dalam akar masalah
sebagai berikut :
diatas, maka masalah pokok untu komponen
a. Tingginya Risiko Bencana Kekeringan kota Gorontalo, hal ini dipengaruhi oleh
keterpaparan/kerawanan adalah :
faktor alam dan non alam
1) Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam lingkungan,
b. Tingginya Risiko bencana banjir di Kota Gorontalo dipengaruhi oleh Faktor kondisi
alam yaitu letak geografis wilayah, kondisi toporafi, geometri sungai dan infrastruktur yang baik, dan penanggulangan bencana meliputi
sedimentasi, dimana dimana kontur kota Gorontalo membentuk punggung kura- kebakaran gedung dan permukiman, gempa bumi, tsunami,
kura dan dilewati 2 sungai besar, hal ini membuat pertemuan 2 sungai besar longsor, kekeringan, dan cuaca ekstrim.
c. Tingginya Risiko Bencana Tanah Longsor di Kota Gorontalo yang disebabkan oleh
2) Pemanfaatan tata ruang tidak sesuai dengan peruntukan/ tidak
tingginya intensitas hujan, kemiringan lereng, dan alih fungsi lahan.
sesuai dengan RTRW.
d. Tingginya Risiko Bencana Cuaca Ekstrim yang diakibatkan oleh keterbukaan lahan
3) Belum maksimalnya penegakan hukum dalam pencegahan
di kota Gorontalo
e. Tingginya Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi dan Tsunami diakibatkan oleh dan pembuangan sampah sembarangan, serta aturan
faktor alam dimana Kota Gorontalo merupakan daerah yang terletak pada zona mengenai RTRW dan RDTR.
tektonik aktif
f. Tingginya tingkat risiko kebakaran gedung dan permukiman dipengaruhi oleh
instalasi listrik pada rumah/gedung yang tidak memenuhi standart sehingga mudah
terjadi konsleting,
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
E. Analisa Masalah Pokok

2. Komponen kesenjangan pencapaian kapasitas penanggulangan bencana

INDEKS TINGKAT
Dari hasil identifikasi/penilaian Indeks Kapasitas Daerah (IKD) Kota
INDEKS
NO PRIORITAS
PRIORITAS
KAPASITAS KAPASITAS Gorontalo dapat dilihat bahwa masalah pokok ada pada prioritas
DAERAH DAERAH
4,5 dan 6 , sebagai berikut :
1 Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan 0,79

2 Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu 0,67


a. Kurang maksimalnya pelayanan kesiapsiagaan bencana
termasuk di dalamnya adalah sistem peringatan dini dan
3 Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan 0,74
Logistik rencana kontingensi.
4 Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana 0,80
0,69 SEDANG b. Belum maksimal peningkatan kapasitas lintas sektor dalam
5 Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi 0,67
Bencana
mitigasi bencana, melalui sosilisasi, bimtek, pelatihan
6 Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat 0,59 mengenai penangganan bencana
Bencana
7 Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana 0,80 c. Penegakan hukum tindakan dalam pencegahan seperti
pembuangan sampah sembarangan dan aturan mengenai
RTRW dan RDTR
d. Kurang maksimalnya cakupan informasi rawan bencana
e. Kurangnya infrastruktur penanggulangan bencana berkaitan
dengan banjir, longsor, dan kebakaran gedung dan
permukiman
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
E. Analisa Masalah Pokok

3. Komponen kesenjangan pencapaian Pembangunan Daerah (RPJMD) atau Visi/Misi Kepala Daerah
Relevansi RPJMD Kota Gorontalo terhadap Penanggulangan Bencana
Dalam Dokumen Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Daerah (RPJMD) Kota Gorontalo 2019-2024 disebutkan bahwa visi Kota Mewujudkan Meningkatnya Meningkatnya Angka Harapan
kesetaraan bagi Kualitas Layanan kualitas Lama Sekolah
Gorontalo adalah “Kota Gorontalo Sejahtera, Maju, Aktif, Religius, masyarakat untuk Pendidikan, layanan
memperoleh akses Kesehatan dan pendidikan
Terdidik” ( Kota Smart ). layanan pendidikan, Layanan Publik Meningkatnya Angka Harapan
kesehatan, dan Lainnya kualitas layanan Hidup
layanan publik kesehatan.
lainnya yang Meningkatnya PDRB Per Kapita
terjangkau dan layanan
Berkualitas publik yang
Berdasarkan analisa dari tabel, masalah pokok dari kesenjangan mendorong
pendapatan
masyarakat
pencapaian Pembangunan Daerah (RPJMD) atau Visi/Misi Kepala Meningkatkan Meningkatnya fungsi Meningkatnya Indeks Kualitas
ketersediaan layanan Kawasan Kualitas Layanan
Daerah adalah: infrastruktur yang Perkotaan dan infrastruktur pada Infrastruktur
handal disemua Kualitas lingkungan kawasan (IKLI)
1. Meningkatnya indeks risiko bencana di wilayah Kota Gorontalo sector public Hidup Perkotaan. pelayanan
pemerintahan,
2. Dukungan dana berkaitan dengan sosialisasi dan edukasi kawasan
pelayanan
ekonomi,
mitigasi bencana belum maksimal kawasan
pelayanan
sosial dan
kawasan
permukiman.
Meningkatnya Nilai Skor
capaian penilaian Adipura
kualitas
lingkungan hidup
perkotaan
BAB 2 KARAKTERISTIK DAN ISU STRATEGIS KEBENCANAAN
No Masalah Pokok Pembobotan Berdasarkan Kriteria Total
Strategis Skor F. Rumusan Isu Strategis
( A ) ( B ) ( C ) ( D ) ( E)

1 Kurangnya pengetahuan 5 5 3 5 5 23
masyarakat dalam
lingkungan, infrastrutur yang
baik, dan penanggulangan
bencana meliputi kebakaran
Dari hasil skoring table diatas maka ada empat rumusan
gedung dan permukiman,
gempa bumi, tsunami,
longsor, kekeringan, dan
Isu Strategis penanggulangan bencana Kota Gorontalo
cuaca ekstrim.
2 Pemanfaatan tata ruang tidak
sesuai dengan peruntukan/
5 5 4 5 5 24 untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu:
tidak sesuai dengan RTRW
3 Belum maksimalnya 5 5 4 5 5 24 1) Pemanfaatan tata ruang tidak sesuai dengan
penegakan hukum dalam
pencegahan dan
pembuangan sampah peruntukan/ tidak sesuai dengan RTRW
sembarangan, serta aturan

4
mengenai RTRW dan RDTR
Kurang maksimalnya 5 5 4 5 5 24
2) Belum maksimalnya penegakan hukum dalam
pelayanan kesiapsiagaan
bencana termasuk di
dalamnya adalah sistim
pencegahan dan pembuangan sampah
peringatan dini dan rencana

5
kontingensi.
Belum Maksimal Peningkatan 5 5 4 5 5 24
sembarangan, serta aturan mengenai RTRW dan
Kapasitas Lintas Sektor
Dalam Mitigasi Bencana,
Melalui Sosilisasi, Bimtek,
RDTR
Pelatihan Mengenai

6
Penangganan Bencana
Penegakan Hukum tindakan 5 5 4 5 5 24
3) Belum maksimalnya peningkatan kapasitas lintas
dalam pencegahan seperti
pembuangan sampah
sembarangan dan aturan
sektor dalam mitigasi bencana melalui sosialisasi,
mengenai RTRW dan RDTR
7 Kurang maksimalnya 5 4 4 4 5 22 bimtek, pelatihan tentang mitigasi penanganan
Cakupan Informasi rawan
bencana
8 Kurangnya infrastruktur 5 4 3 5 5 22 bencana
Penanggulangan bencana
berkaitan dengan banjir,
longsor, dan kebakaran 4) Kurang maksimalnya pelayanan kesiapsiagaan
gedung dan peermukiman
9 Meningkatnya indeks risiko 5 4 3 5 5 22
bencana di wilayah Kota bencana termasuk di dalamnya adalah sistem
Gorontalo

10 Dukungan dana berkaitan 4 5 4 4 4 21 peringatan dini dan rencana kontingensi.


dengan sosialisasi dan
edukasi mitigasi bencana
belum maksimal
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
A. Kebijakan Penanggulangan Bencana Nasional

1. Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) Tahun 2020 - 2044

Rencana ini memuat visi, misi, tujuan, dan sasaran penanggulangan bencana, kebijakan dan strategi penanggulangan bencana, serta
peta jalan pelaksanaan RIPB Tahun 2020-2044. Tujuan Penanggulangan Bencana Tahun 2020-2044 adalah "Mewujudkan Indonesia
Tangguh Bencana untuk Pembangunan Berkelanjutan". Visi Penanggulangan Bencana Tahun 2O2O-2O44 diwujudkan melalui 3 (tiga)
misi berikut:

1. Mewujudkan penanggulangan bencana yang tangguh dan berkelanjutan.

2. Mewujudkan tata kelola penanggulangan bencana yang profesional dan inklusif.

3. Mewujudkan penanganan darurat bencana dan pemulihan pasca bencana yang prima.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024

Keseriusan pemerintah dalam penanggulangan bencana ini tertuang dalam RPJMN 2020-2024 khususnya arah kebijakan untuk
prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim, point (b) Peningkatan
Ketahanan Bencana dan Iklim menyatakan bahwa Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim dilakukan melalui penguatan
konvergensi antara pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.Upaya penanggulangan bencana di tingkat nasional
banyak diarahkan pada peningkatan ketahanan terhadap dampak bencana dan bahaya iklim melalui pengurangan rasio kerugian
ekonomi akibat bencana yang ditargetkan sebesar 0,21% dari PDB di tahun 2024.
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
A. Kebijakan Penanggulangan Bencana Nasional

3. Rencana Aksi Nasional Untuk Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2020 – 2024

Renas PB merupakan penjabaran dari Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044 dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) IV agar dapat dioperasionalkan. Renas PB merupakan turunan dari Kebijakan dan Strategi Nasional
yang meliputi Isu Strategis dan Sasaran untuk mendukung aksi penanggulangan bencana. Arah kebijakan dari RENAS PB 2020-
2024 merupakan bagian dari terjemahan Visi Penanggulangan Bencana 2020-2044 yaitu “Mewujudkan Indonesia Tangguh
Bencana untuk Pembangunan Berkelanjutan”.

B. Kebijakan Penanggulangan Bencana Daerah

Menindaklanjuti tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana maka pemerintah Kota Gorontalo mengeluarkan beberapa regulasi untuk
penyelenggaraan penanggulangan bencana di lingkungan Kota Gorontalo, peraturan tersebut adalah Peraturan Daerah No 17
tentang Pembentukan BPBD Kota Gorontalo.
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
C. Kerangka Kerja Penanggulangan Bencana

Setiap pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki peran masing-masing dalam fase pra,saat, dan pasca bencana
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
C. Kerangka Kerja Penanggulangan Bencana
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
C. Kerangka Kerja Penanggulangan Bencana

D. Pendanan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Mekanisme pengajuan anggaran kegiatan kebencanaan di SKPD mengikuti ketentuan sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
BAB 4 TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, SERTA PROGRAM
A. Tujuan dan Sasaran
Isu Strategis Tujuan Sasaran (Outcome) Indikator Sasaran (Dampak)
Pemanfaatan tata ruang tidak sesuai dengan Meningkatkan pengawasan terhadap Terwujudnya pemahaman masyarakat terhadap Persentase masyarakat yang paham terhadap
peruntukan/ tidak sesuai dengan RTRW pemanfaatan tata ruang serta kesadaran pemanfaatan ruang sesuai dengan aturan yang aturan tata ruang
masyarakat melalui sosialisasi Perda RTRW berlaku

Terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai Persentase pemanfaatan ruang yang sesuai
dengan aturan dengan aturan
Pembentukan tim forum penataan ruang

Belum maksimalnya penegakan hukum dalam Meningkatkan penegakan hukum terkait Terwujudnya masyarakat yang taat aturan Persentase penduduk yang taat terhadap aturan
pencegahan dan pembuangan sampah pengelolaan sampah, RTRW dan RDTR di Kota
sembarangan, serta aturan mengenai RTRW dan Gorontalo Terciptanya suatu daerah yang kondusif disemua Persentase penduduk yang berada di kawasan
RDTR elemen rawan bencana
Terciptanya daerah yang bersih dan asri Persentase kelurahan daerah rawan bencana

KLHS yang taat aturan

Belum maksimalnya peningkatan kapasitas lintas Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Lintas sektor (masyarakat, pemerintah dan dunia Peningkatan kapasitas lintas sektor
sektor dalam mitigasi bencana melalui sosialisasi, dalam penanggulangan bencana usaha) Teredukasinya masyarakat dalam
bimtek, pelatihan tentang mitigasi penanganan penanggulangan bencana
bencana

Kurang maksimalnya pelayanan kesiapsiagaan Meningkatkan pelayanan kesiapsiagaan bencana Terwujudnya pelayanan kesiapsiagaan bencana Masyarakat sadar akan risiko bencana yang akan
bencana termasuk di dalamnya adalah sistem yang cepat, tanggap, dan tangguh terjadi
peringatan dini dan rencana kontingensi Masyarakat yang tangguh dalam menghadapi
bencana
Kesiapan masyarakat dalam menghadapi
ancaman bencana
BAB 4 TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, SERTA PROGRAM
B. Strategi dan Arah Kebijakan

Tujuan Sasaran (Outcome) Indikator Sasaran (Dampak) Strategi Arah Kebijakan


Isu Strategis

Pemanfaatan tata ruang tidak sesuai Meningkatkan pengawasan terhadap Terwujudnya pemahaman masyarakat Persentase masyarakat yang paham Optimalisasi sosialisasi Perda RTRW Sosialisasi peraturan oleh OPD terkait
dengan peruntukan/ tidak sesuai dengan pemanfaatan tata ruang serta kesadaran terhadap pemanfaatan ruang sesuai terhadap aturan tata ruang
RTRW masyarakat melalui sosialisasi Perda dengan aturan yang berlaku
RTRW Terwujudnya pemanfaatan ruang yang Persentase pemanfaataN ruang yang Optimalisasi penegakan perda rtrw oleh Penguatan sistem prosedur, mekanisme
sesuai dengan aturan sesuai dengan aturan dinas terkait dan prosedur terhadap penegakan tata
ruang

Pembentukan tim forum penataan ruang


Belum maksimalnya penegakan hukum Meningkatkan penegakan hukum terkait Terwujudnya masyarakat yang taat Persentase penduduk yang taat Optimalisasi sosialisasi dan edukasi Penyiapan regulasi perda
dalam pencegahan dan pembuangan pengelolaan sampah, RTRW dan RDTR aturan terhadap aturan terkait penegakan hukum Penguatan sistem, mekanisme dan
sampah sembarangan, serta aturan di Kota Gorontalo prosedur terkait perda
mengenai RTRW dan RDTR Terciptanya suatu daerah yang kondusif Persentase penduduk yang berada di Penyiapan sarana dan prasarana
disemua elemen kawasan rawan bencana pendukung
Terciptanya daerah yang bersih dan asri Persentase kelurahan daerah rawan
KLHS bencana yang taat aturan
Belum maksimalnya peningkatan Meningkatkan kualitas sumberdaya Lintas sektor (masyarakat, pemerintah Peningkatan kapasitas lintas sektor Optimalisasi mitigasi bencana Penyiapan regulasi pb
kapasitas lintas sektor dalam mitigasi manusia dalam penanggulangan dan dunia usaha) Teredukasinya masyarakat dalam Penguatan sistem mekanisme dan
bencana melalui sosialisasi, bimtek, bencana penanggulangan bencana prosedur jalur komando dalam PB
pelatihan tentang mitigasi penanganan Penyiapan sarana dan prasarana
bencana Penyiapan regulasi PB

Kurang maksimalnya pelayanan Meningkatkan pelayanan kesiapsiagaan Terwujudnya pelayanan kesiapsiagaan Masyarakat sadar akan risiko bencana Optimalisasi kesiapsiagaan menghadapi Penyiapan regulasi penanggulangan
kesiapsiagaan bencana termasuk di bencana bencana yang cepat, tanggap, dan yang akan terjadi bencana bencana
dalamnya adalah sistem peringatan dini tangguh Masyarakat yang tangguh dalam Penguatan sistem mekanisme dan
dan rencana kontingensi menghadapi bencana prosedur dan jalur komando dalam PB
Kesiapan masyarakat dalam Penguatan infrastruktur di kawasan
menghadapi ancaman bencana rawan bencana
Penyiapan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana
Penyiapan sdm yang kompeten dalam
penanggulangan bencana
BAB 4 TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, SERTA PROGRAM
C. Program Penanggulangan Bencana
Sasaran (outcome) Indikator sasaran (dampak) Program Indikator program
Terwujudnya pemahaman masyarakat terhadap Persentase masyarakat yang paham terhadap aturan Program penyelenggaraan penataan ruang Persentase pemanfaatan ruang diwilayah kota
pemanfaatan ruang sesuai dengan aturan yang tata ruang gorontalo sesuai Perda RTRW nomor 9 tahun 2019
berlaku Kegiatan :koordinasi dan sinkronisasi pemanfataan Akumulasi pelaksanaan kegiatan koordinasi dan
Persentase pemanfaatab ruang yang sesuai dengan
ruang daerah kabupaten/ kota sinkronisasi pemanfaatan ruang
Terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan aturan
aturan Sub kegiatan : sistem informasi penataan ruang Jumlah ASN yang mengikuti pengelolaan data spasial
Aplikasi serta peralatan pendukungnya sistem
informasi penataan ruang
Kegiatan : koordinasi dan sinkronisasi pengendalian Jumlah bangunan yang ditertibkan
pemanfataan ruang daerah kab/kota

Koordinasi dan sinkronisasi penertiban dan Jumlah pelanggaran tata ruang yang sudah
penegakan hukum bidang penataan ruang dikoordinasikan dengan perangkat daerah terkait
Operasionalisasi tugas dan fungsi penyidik pegawai Operasionalisasi tugas dan fungsi penyidik pegawai
negeri sipil (ppns) bidang penataan ruang negeri sipil (ppns) bidang penataan ruang
Koordinasi pelaksanaan penataan ruang Jumlah teguran yang dikeluarkan terhadap bangunan
yang melanggar penataan ruang
Penertiban jumlah bangunan yang melanggar
penataan ruang
Terwujudnya masyarakat yang taat aturan Persentase penduduk yang taat terhadap aturan Pengelolaan sampah Penyusunan kebijakan dan strategi daerah
pengelolaan sampah kab/kota
Terciptanya suatu daerah yang kondusif disemua Persentase penduduk yang berada di kawasan rawan
elemen bencana Perencanaan lingkungan hidup Penyelenggaraan klhs: pembuatan dan pelaksanaan
klhs untuk rkp yang berpotensi menimbulkan
Terciptanya daerah yang bersih dan asri Persentase kelurahan daerah rawan bencana yang
dampak /berisiko lingkungan hidup.
taat aturan

KLHS Pengendalian pencemaran dan atau kerusakan Penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup lingkungan hidup kota

Pemberian informasi peringatan dan atau kerusakan


lingkungan hidup pada masyarakat
BAB 4 TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, SERTA PROGRAM
C. Program Penanggulangan Bencana

Sasaran (outcome) Indikator sasaran (dampak) Program Indikator program


Lintas sektor (masyarakat, pemerintah dan dunia Peningkatan kapasitas lintas sektor BPBD: Sub kegiatan:
usaha)
Teredukasinya masyarakat dalam penanggulangan Program penanggulangan bencana a. Penyusunan KRB
bencana b. Sosialisasi, komunikasi dan edukasi rawan
Kegiatan
bencana

1. Pelayanan informasi rawan bencana c. Penyusunan RPB


d. Pelatihan mitigasi bencana
e. Penguatan kapasitas kawasan untuk
pencegahan dan kesiapsiagaan
f. Penanganan pasca bencana

g. Respon cepat tanggap darurat bencana


h. Pencarian, pertolongan dan evakuasi korban
bencana

2. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban

DKCS (dinas kependudukan dan catatan sipil) Sub kegiatan:

Program pendaftaran penduduk Pendataan penduduk rentan bencana

Terwujudnya pelayanan kesiapsiagaan bencana yang Masyarakat sadar akan risiko bencana yang akan terjadi Edukasi penanggulangan bencana  Meningkatkan kegiatan sosialisasi ke masyarakat
cepat, tanggap, dan tangguh  Penambahan program edukasi

Penanggulangan bencana  Penguatan kapasitas masyarakat


 Kegiatan penanggulangan bencana

Masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana Pemberdayaan masyarakat Peningkatan edukasi bencana pada masyarakat

Kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman Mitigasi bencana  Peningkatan program mitigasi bencana
bencana  Peningkatan peran masyarakat dan
kebencanaan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai