Anda di halaman 1dari 28

Evaluasi Kinerja DAS

PENDAHULUAN
• Pengertian DAS sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang
masih terpengaruhi aktivitas daratan.

• Evaluasi kinerja pengelolaan DAS adalah proses pengolahan dan analisis data dan fakta, yang pelaksanaannya dilakukan menurut
kepentingannya mulai dari penyusunan rencana program, pelaksanaan program dan pengembangan program pengelolaan DAS untuk
mendapatkan gambaran daya dukung DAS yang hasilnya digunakan untuk penyempurnaan perencanaan dan perbaikan dalam pelaksanaan
pengelolaan DAS.

• Tujuan: mengetahui apakah pengelolaan DAS telah tercapai melalui kegiatan pengelolaan DAS yang telah dilakukan dan selanjutnya dapat
digunakan sebagai umpan balik perbaikan perencanaan pengelolaan DAS yang lebih lestari.
Acuan Evaluasi Kinerja DAS

● Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/V-SET/2009 tentang
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai

● Peraturan Menteri Kehutanan nomor P. 61/MenhutII/2014 tentang Monitoring dan Evaluasi


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

● Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P. 32/MENHUT-II/2009


TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA TEKNIK REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI (Rtkrhl-das).

● Evaluasi kinerja Sub DAS dapat dibagi menjadi lima kriteria yaitu penggunaan lahan, tata air, sosial - ekonomi,
dan kelembagaan.

3
1. Penggunaan Lahan

● Penggunaan lahan dapat ditentukan melalui indikator persentase lahan kritis, persentase penutupan vegetasi, indeks erosi, dan penggunaan
lahan.

● Persentase Lahan Kritis (PLK), Lahan Kritis adalah lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan,
sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan.

PLK = x 100 %

● Persentase Penutupan Vegetasi (PPV) didapatkan dari data luas lahan bervegetasi permanen (LVP) dan luas Sub DAS.

PPV = x 100 %

4
Bobot, nilai, dan klasifikasi Lahan Kritis

NILAI KELAS SKOR

<5 Sangat Rendah 0,5

< 10 Rendah 0,75

< 15 Sedang 1

< 20 Tinggi 1,25

> 20 Sangat tinggi 1,5

5
Bobot, nilai, dan klasifikasi Penutupan Vegetasi

NILAI KELAS SKOR

> 80 Sangat Baik 0,5

< 80 Baik 0,75

< 60 Sedang 1

< 40 Buruk 1,25

< 20 Sangat Buruk 1,5

6
● Indeks erosi didapatkan dari data pendugaan erosi aktual (Ea) yang ditentukan dengan metode USLE (RxKxLSxCP).
● Nilai pendugaan erosi semua penggunaan lahan dibagi dengan erosi yang diperbolehkan (T) berdasarkan jenis tanah yang
terdapat di Sub DAS.

IE = x 100 %

● Ket :
Ea (ton/ha/th) = nilai erosi aktual
T (ton/ha/th) = nilai toleransi erosi

7
Kriteria penetapan erosi yang dapat dibiarkan dan Klasifikasi Indeks Erosi

NILAI KELAS SKOR

< 0,5 Sangat Rendah 0,5

< 1,0 Rendah 0,75

< 1,5 Sedang 1

< 2,0 Tinggi 1,25

> 2,0 Sangat tinggi 1,5

8
● Penggunaan lahan (PL) didapatkan dari kelas masing-masing penggunaan lahan yang ada di Sub DAS.

Penilaian indikator pengelolaan lahan (PL) adalah tingkat pengelolaan lahan dan vegetasi di DAS, merupakan perkalian antara faktor
penutupan lahan/pengelolaan tanaman (C) dengan faktor praktek konservasi
tanah/pengelolaan lahan (P).
PL = C x P
CxP = ∑ (Ai x CPi )/A
Ket :
CP = Nilai tertimbang pengelolaan lahan dan tanaman pada DAS tertentu
CPi = Nilai pengelolaan lahan dan tanaman pada unit lahan ke i
Ai = Luas unit lahan ke i (ha) pada DAS tertentu
A = Luas DAS (ha)

Penentuan nilai faktor C dan P sebagai indikator pengelolaan lahan dilakukan seperti pada penentuan nilai faktor C dan P pada
persamaan USLE .

9
Variasi Nilai C dan P untuk berbagai penutupan lahan

10
Bobot, nilai, dan klasifikasi penutupan lahan

NILAI KELAS SKOR

< 0,10 Sangat Rendah 0,5

< 0,30 Rendah 0,75

< 0,50 Sedang 1

< 0,7 Tinggi 1,25

> 0,7 Sangat tinggi 1,5

11
2. Tata Air

● Koefisien Regim Aliran (KRA) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara nilai debit maksimum (Qmaks) dengan
nilai debit minimum (Qmin) pada suatu Sub DAS. Data Qmaks dan Qmin diperoleh dari
nilai rata-rata debit harian (Q) dari hasil pengamatan SPAS di Sub DAS yang dipantau. Sehingga untuk memperoleh KRA:
Q maks
KRA =
● Pengukuran debit dapat dilakukan denganQ
caramin
sebagai berikut:
1. Pengukuran volume air sungai;
2. Mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai;
3. Penggunaan bahan kimia (pewarna);
4. Membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran lambat) atau flume (aliran cepat).
Apabila kecepatan aliran (V, m/dt) dan luas penampang melintang (A, m²) telah diketahui, maka nilai Q (m³) diperoleh dengan
persamaan:

Q= A . V❑

12
● Klasifikasi KRA untuk daerah basah ● Klasifikasi KRA untuk daerah kering

NILAI KELAS SKOR NILAI KELAS SKOR


Sangat KRA ≤ 5
KRA ≤ 20 0,5 Sangatrenda
rendah 5 < KRA ≤ 10 0,5
20< KRA ≤ 50 0,75 h
Rendah 10 < KRA ≤ 0,75
50 < KRA ≤80 1 Rendah
Sedang
80 < KRA ≤ 110 1,25 15 1
Tinggi Sedang
KRA >110 1,5 15 < KRA ≤ 1,25
Sangat tinggi Tinggi
20 1,5
Sangat tinggi
KRA >20

13
● Koefisien aliran tahunan dapat ditentukan dengan persamaan: KAT =

KAT adalah perbandingan antara tebal aliran tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan tahunan (P, mm) di suatu DAS yg dapat dikatakan
berapa persen curah hujan yg menjadi aliran permukaan.

Nilai Q diperoleh dari volume debit (Q, m³) dari hasil pengamatan di SPAS selama setahun yang dibagi dengan luas DAS (ha atau m²)
yang kemudian dikonversi menjadi mm. Tebal hujan tahunan (P) diperoleh dari hasil pencatatan Stasiun Pengamat Hujan dengan alat
ombrometer atau rain gauge.

NILAI KELAS SKOR


Bobot, Nilai dan Klasifikasi KAT ≤ 0,2 Sangatrendah 0,5
Koefisien Aliran Tahunan 0,2<KAT≤ 0,3 Rendah 0,75
0,3<KAT≤ 0,4 Sedang 1
0,4 <KAT≤ 0,5 Tinggi 1,25
KAT> 0,5 Sangat tinggi 1,5

14
● Pengukuran Sedimen dapat dilakukan melalui perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery Ratio)
dengan persamaan:

Ket:
SDR =
Y = hasil sedimen
T = erosi total
● Muatan Sedimen (MS) dihitung dengan pengukuran langsung dengan persamaan:

Qs=k .Cs.Q MS=A .SDR Bobot, nilai, dan klasifikasi muatan sedimen
● Ket: NILAI (ton/ha/th) KELAS SKOR
Qs (ton/hari) = debit sedimen MS < 5 Sangat rendah 0,5
k = 0,0864 5 < MS ≤ 10 Rendah 0,75
Cs (mg/l) = kadar muatan sedimen 10 < MS ≤ 15 Sedang 1
15 < MS ≤ 20 Tinggi 1,25
Q (m³/dt) = debit air sungai
MS> 20 Sangat tinggi 1,5
MS = Muatan sedimen (ton/ha/tahun)

15
● Perhitungan Indeks Penggunaan Air (IPA) dapat dihitung dengan tiga cara yaitu:
1. Perbandingan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air yg ada di DAS.
a. Kebutuhan air = jumlah air yg dikonsumsi untuk berbagai keperluan/penggunaan lahan di DTA (tahunan).
b. Persediaan air, dihitung dengan cara langsung yaitu dari hasil pengamatan volume debit (Q, m³)

IPA =

2. Perbandingan total kebutuhan air dengan debit andalan


c. Total kebutuhan air = seluruh jumlah air yg
dikonsumsi untuk berbagai keperluan/penggunaan lahan di DTA.
b. Qa = debit andalan (0,25 x Q rata-rata tahunan)

IPA =

16
3. Ketersediaan air perkapita per tahun.
Q = debit air sungai per tahun (m³)

IPA =

Bobot, Nilai dan Klasifikasi Indeks Penggunaan Air

17
● Parameter Kualitas Air

● Parameter: dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), nitrat (NO3), nitrit (NO2), dan fecal coliform.

● Pnghitungan beban cemaran terukur dan kemudian dibandingkan dengan beban cemaran yang diizinkan sesuai baku mutu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

● Penentuan kualitas airnya dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

18
19
3. Sosial dan Ekonomi

● Survei berbasis kuisioner dan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, partisipasi, dan persepsi
masyarakat serta kelembagaan dalam memanfaatkan SDA di kawasan DAS.
1. Indikator Kepedulian Individu dalam DAS dinilai melalui ada/tidaknya kegiatan positif konservasi tanah dan air dan atau RHL
(rehabilitasi hutan dan lahan) yang telah dilakukan oleh masyarakat pada lahannya di DAS secara
mandiri, misalnya pembuatan hutan rakyat /HR, agroforestry/AF, penanaman menurut kontur, terasering, dan sumur resapan.

Kepedulian individu dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :


a. cara langsung, dilakukan melalui survey/wawancara dengan responden yang diambil secara stratified random sampling
b. cara tidak langsung, diperoleh dari data sekunder yang berasal dari hasil studi dan atau buku laporan dari instansi terkait di wilayah
DAS .

20
3. Sosial dan Ekonomi

2. Penilaian terhadap indikator Partisipasi Masyarakat di DAS dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :
a. Cara langsung, dilakukan dengan metode survei/wawancara dengan responden untuk memperoleh data primer yang diambil secara
stratified random sampling
b. Tidak langsung, dilakukan dengan menggali data sekunder dari laporan instansi terkait di DAS.

3. Tekanan penduduk terhadap lahan dapat dirumuskan sebagai berikut:


TP= z
Ket :
z (ha) = luas lahan minimal untuk hidup layak
f (%) = perbandingan jumlah petani terhadap populasi penduduk di DAS
Po (orang) = jumlah penduduk pada waktu t = 0
r (orang/tahun) = laju pertumbuhan penduduk per tahun
t (th) = waktu (periode waktu hitungan misal 5 th)
L (ha) = luas lahan pertanian di DAS

21
3. Sosial dan Ekonomi

4. Penilaian terhadap Ketergantungan Penduduk terhadap lahan ini dapat didekati dengan analisa kegiatan dasar desa (LQ), yaitu
kegiatan apa dari sektor yang berpengaruh besar terhadap kehidupan perekonomian penduduk di wilayahnya (desa).
LQ = (Mi/M)/(Ri/R)
Dimana:
LQ = ketergantungan penduduk terhadap lahan
Mi = jumlah tenaga kerja terlibat disektor i di wilayah pengamatan (kecamatan/ Sub DAS)
M = jumlah tenaga kerja potensial di wilayah pengamatan (kecamatan/Sub DAS), (∑ M1 + M2 + . . . . + Mn)
Ri = total jumlah tenaga yang terlibat disektor i di wilayah kabupaten/DAS
R = Jumlah seluruh tenaga kerja di wilayah kabupaten/DAS (∑ R1 + R2 + . . + Rn)

5. Kemiskinan dan Pendapatan Penduduk dapat menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik atau Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil.

22
4. Kelembagaan DAS

1. Keberdayaan Lembaga Lokal/Adat (KLL)


Monitoring dan evaluasi kelembagaan terhadap indikator keberdayaan lembaga lokal/adat (KLL) dalam kegiatan pengelolaan DAS,
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Mengidentifikasi jenis dan keberadaan lembaga-lembaga lokal/adat yang terkait dalam kegiatan pengelonaan DAS
b. Mengidentifikasi tugas lembaga lokal dan atau jenis kegiatan yang dilakukan terkait pengelolaan DAS
c. Mengidentifikasi manfaat dan atau permasalahan yang ada pada masingmasing lembaga lokal/adat

Dengan demikian, dari evaluasi terhadap peran dari masing-masing lembaga tersebut:
- jika lembaga lokal/adat telah berperan dalam mendorong kegiatan pengelolaan DAS menunjukkan tingkat KLL sudah baik (skor 1)
- jika lembaga lokal sebagian DAS telah berperan maka nilai tingkat KLL di DAS sedang (skor 3)
- jika lembaga lokal tidak berperan maka tingkat KLL di DAS kurang (skor5).

23
4. Kelembagaan DAS

2. Indikator Ketergantungan Masyarakat pada pemerintah dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :

- Jika masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan DAS (seperti pembuatan HR, AF, terasering, dll) masih tergantung pada
dana dari pemerintah, maka tingkat KMP tinggi (skor 5)
- Jika masih ada yang tergantung namun ada juga yang sudah tidak tergantung pada pemerintah, maka tingkat KMP sedang (skor 3)
- Jika sudah mandiri atau tidak tergantung ketergantung lagi dengan dana dan dukungan dari pemerintah untuk kegiatan pengelolaan
DAS di wilayahnya, maka tingkat KMPnya rendah (skor 1)
3. Indikator KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, sinergi) dalam kegiatan pengelolaan DAS, melalui tahapan sebagai berikut:
- menganalisis dan mengidentifikasi lembaga-lembaga/instansi (pemerintah dan nonpemerintah) yang terkait dengan pelaksanaan
pengelonaan DAS.
- mengidentifikasi TUPOKSI, kepentingan, kegiatan, dan tingkat pengaruh masing-masing termasuk lembaga yang ada terhadap DAS.
- mengindentifikasi pandangannya terhadap permasalahan dan pengelolaan DAS.

24
4. Kelembagaan DAS

4. Evaluasi Indikator Kegiatan Usaha Bersama (KUB) dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan DAS, melalui tahapan sebagai
berikut:
- mengidentifikasi bentuk (kelembagaan) dan keberadaan kegiatan usaha bersama (pemerintah/nonpemerintah/masyarakat) yang ada di
DAS,
- mengidentifikasi jenis dan peran kegiatan usaha yang dilakukan serta keterkaitannya dengan kegiatan pengelolaan DAS,
- mengidentifikasi dan mengevaluasi perkembangan kegiatan usaha bersama tersebut dari waktu ke waktu.

25
“Quotations are commonly printed
as a means of inspiration and to
invoke philosophical thoughts
from the reader”

26
Big concept
Bring the attention of your audience over a key concept using
icons or illustrations

27
Want big impact? Use big image.

28

Anda mungkin juga menyukai