Anda di halaman 1dari 20

Aspek Sosial Safeguard

Dalam Kegiatan PTPR Flores

Labuan Bajo, 22 Juni 2023


Latar Belakang

Untuk memberikan panduan bagi pelaksana kegiatan PTPR, Badan Pelaksana Otorita, dan
Pemerintah Daerah terkait pentingnya melihat aspek-aspek perlindungan sosial dan lingkungan
dalam konteks pengembangan daerah tujuan wisata, termasuk upaya- upaya mitigasi potensi konflik
agraria yang diakibatkan oleh karakteristik kondisi sosial dan budaya, serta lingkungan masyarakat
setempat.
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Mengidentifikasi Analisis Risiko memiliki


berbagai potensi beberapa aspek penting yang
isu/persoalan dan dapat digunakan untuk
135 desa yang tersebar di
risiko sosial dan memberikan telaah aspek
6 kab: Ende, Manggarai,
lingkungan yang sosial dan lingkungan yang
Manggarai Barat, Nagekeo,
dapat muncul di berhubungan dengan adanya
Ngada, dan Sikka memiliki
wilayah potensi konflik agraria dan
wilayah dengan kawasan
pengembangan bagaimana cara memitigasi
pengembangan destinasi
destinasi pariwisata guna kepentingan
pariwisata Labuhan Bajo-
Flores pengembangan kawasan
Flores , berada di kawasan
destinasi pariwisata
dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Keanekaragaman hayati

Keberadaan desa-desa yang


wilayahnya beririsan dengan kawasan
keanekaragaman hayati penting (Key
Biodiversity Area -KBA) perlu
mendapatkan perhatian serius agar
pelaksanaan pembangunan kawasan
destinasi pariwisata di Flores tidak
merusak keberadaan ekosistem
lingkungan hidup yang dilindungi

Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN


2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di 7 kabupaten yang menjadi


lokasi pembangunan kawasan destinasi pariwisata
berjumlah 439.116 jiwa. Sebagian besar penduduk
bekerja di bidang pertanian (132 desa) dan
perkebunan (103 desa).

Potensi risiko yang muncul berupa alih fungsi


lahan pertanian/perkebunan untuk
pembangunan sarana prasarana yang mendukung
kegiatan pariwisata. Bila alih fungsi lahan tsb
tidak disertai dengan upaya kompensasi
ketrampilan kerja dari para petani, maka
berpeluang memunculkan permasalahan berupa
meningkatnya jumlah pengangguran di desa-desa
Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN
2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Aksesibilitas Transportasi

Aksesibilitas transportasi dilihat dari 3 indikator


penting yakni ketersediaan akses dari ibu kota
kabupeten ke desa, waktu tempuh ke desa, dan
ketersediaan transportasi umum.

Aksesibilitas transportasi yang tidak merata dapat


menimbulkan beberapa potensi risiko yang
terkait dengan kemudahan bagi para wisatawan
untuk mengunjungi berbagai destinasi wisata

Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN


2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Batas Desa

Sebagian besar desa-desa di 7 kabupaten belum


memiliki kejelasan batas desa (indikatif), sedangkan
desa-desa yang telah memiliki batas desa definitif
masih sangat sedikit jumlahnya, misalnya di
Manggarai Timur hanya terdapat 15 desa yang telah
memiliki batas desa secara definitif.

Batas desa secara definitif akan mempermudah


penyusunan dokumen perencanaan dan
pelaksanaan pengembangan kawasan destinasi
pariwisata, seperti penetapan obyek-obyek wisata
yang terletak di wilayah perbatasan antar desa,
penetapan obyek PAD (Pendapatan Asli Daerah)
sektor pariwisata, dsb.
Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN
2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Aksesibilitas Jaringan Telekomunikasi

Keberadaan jaringan komunikasi selular di sebagian


besar desa berpotensi mempercepat
penyebarluasan akses komunikasi dan informasi
masyarakat terkait pembangunan destinasi
pariwisata, termasuk berbagai program dan kegiatan
promosi berbagai kegiatan pariwisata dan ekonomi
kreatif yang akan dilakukan.

Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN


2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Keberadaan perkara, sengketa dan konflik agrarian

Sengketa agraria adalah perselisihan agraria antara orang


perorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak menimbulkan
dampak luas di masyarakat.
Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN
Beberapa perkara agraria yang menonjol dan seringkali 2022
dilaporkan terkait sengketa letak/batas bidang tanah, penetapan
hak/ pendaftaran tanah, dan tanah adat
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan
Keberadaan Tanah Adat

Tanah adat dipahami sebagai tanah yang penguasaannya


masih diatur oleh hukum adat. Tanah tersebut baik yang
dikuasai oleh perseorangan maupun oleh persekutuan, ada
kewajiban dan larangan tertentu yang ditetapkan oleh
hukum adat setempat.

Tanah adat dapat dilepaskan untuk pembangunan berbagai


fasilitas umum tanpa adanya ganti kerugian. Komunitas
adat biasanya hanya mensyaratkan beberapa hal, seperti
tenaga kerja di fasilitas umum tersebut berasal dari anggota
komunitas adat setempat.

Di Beo Tere (Kab Manggarai) penyerahan tanah adat untuk


kepentingan umum melalui musyawarah adat (lonto leok),
kemudian di Wongko Kigit (Kab Manggarai Timur)
penyerahan tanah adat untuk kepentingan umum melalui
musyawarah yang disebut “ni’ing bere bese sama” antara
Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN
Pengurus Adat 2022
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan

Di Beo Tere (Kab. Manggarai) penyerahan tanah adat untuk kepentingan umum melalui musyawarah adat (Lonto
Leok), kemudian di Wongko Kigit (Kab. Manggarai Timur) penyerahan tanah adat untuk kepentingan umum
melalui musyawarah yang disebut “ni’ing bere bese sama” antara Pengurus Adat

Keberadaan tanah-tanah adat tersebut berpotensi menimbulkan risiko berupa kemunculan tuntutan dari
masyarakat adat terkait pengakuan negara/pemerintah atas masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya
seperti hak ulayat, mekanisme pendaftaran tanah dan penatausahaan tanah adat, dsb
Analisis Risiko Sosial dan Lingkungan
Potensi wisata dan peran perempuan

Keberadaan tempat-tempat wisata memberikan peluang dan pemberdayaan bagi perempuan dan
pengembangan ekonomi lokal. Berbagai kelompok perempuan berperan serta sebagai pelaku usaha
yang mendukung pengembangan kawasan destinasi pariwisata, baik sebagai pengelola destinasi
pariwisata, pekerja pendukung sektor pariwisata, pelaku UMKM

Sumber: Dashboard Safeguard PPRA - Kementerian ATR/BPN


2022
Kajian Perlindungan Sosial di Manggarai Timur & Ende

Ende

Pemilihan lokasi:
01 Desa Poco Lia 01 Desa Wolo Gai
• Keberadaan Masy.
H u ku m Adat (MHA)
• Kelembagaan adat
• Posisi dan peran
02 Desa Golo perempuan dalam adat 02 Desa Nuamuri
• Risiko sosial dan
lingkungan

Manggarai Timur
Kajian Perlindungan Sosial di Manggarai Timur & Ende

Pengurus adat
berkeinginan untuk Perda tentang pengakuan
mensertipikatkan tanah tanah adat
adat

Kab. yang memiliki Perda pengakuan tanah


Karena adanya perpindah tangan adat: Manggarai Timur, Ende
penguasaaan tanah kepada pihak
luar [bukan anggota masyarakat Kedua Perda tersebut belum mengatur
adat), memunculkan kasus sengketa secara spesifik mengenai nama komunitas
kepemilikan, penguasaan dan adat dan lokasi tanah adatnya, maka
penggunaan tanah adat di terdapat potensi yang dpt menghambat
masyarakat kegiatan investasi sektor pariwisata karena
tingkat ketidakpastian produk hukum dan
kebijakan kepemilikan tanah adat.
Kajian Perlindungan Sosial di Manggarai Timur & Ende

Penilaian perempuan
Persepsi pengurus adat
tentang aturan pembagian
tentang sertipikat tanah
tanah adat

Anggapan bahwa pensertipikatan tanah adat


Pengakuan bahwa perempuan memiliki
akan membuat tanah adat memudahkan
akses terhadap tanah adat berupa informasi
berpindah tangan kepemilikannya. Maka
tata cara pembagian tanah adat, lokasi
pengurus adat mengusulkan agar di dalam
tanah adat, nama-nama pemilik tanah adat,
dokumen sertipikat tanah adat dicantumkan
penggunaan atau peruntukkan tanah adat
pernyataan yang menerangkan bahwa pemegang
sertipikat tanah adat tidak boleh
Namun perempuan belum mengetahui
memperjualbelikan kepada pihak lain tanpa
informasi tentang kebijakan Kementerian
persetujuan dari pengurus adat.
ATR/BPN yang memungkinkan kepemilikan
sertipikat tanah dimiliki bersama antara laki-
Persepsi tersebut merupakan salah satu faktor
laki & perempuan dengan mencantumkan
yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan
nama suami & istri
pelaksanaan PTSL di suatu wilayah
Kajian Perlindungan Sosial di Manggarai Timur & Ende

Perempuan memiliki modal


sosial untuk pengembangan
wisata

Perempuan memiliki potensi besar dalam pengembangan


destinasi pariwisata, misal dalam pembuatan berbagai
produk olahan makanan, kerajinan tangan, cindera mata,
maupun kegiatan kesenian dan budaya lokal.

Kelompok perempuan memiliki informasi mengenai peluang


kerja yang terbuka melalui k e g i a t a n pariwisata. Salah
satu jenis layanan dari Kementerian ATR/BPN yang dapat
disinergikan dengan kebutuhan kelompok perempuan yakni
layanan paska sertipikasi tanah. Layanan tersebut telah
diterapkan melalui program “kampung reforma agraria”
yang telah diinisiasi di Banten
Rekomendasi

01 02 03 04

Memperhatikan Implementasi SE Dirjen Memprakarsai Memprakarsai


keberadaan tanah SPPR Kementerian kampanye penyadaran program
adat utk menciptakan ATR/BPN Nomor publik dan diseminasi pemberdayaan
kenyamanan 319/2020 tentang informasi untuk ekonomi kelompok
kunjungan para Pengukuran dan meningkatkan literasi perempuan secara
wisatawan dan Pemetaan Tanah Ulayat kelompok perempuan berkesinambungan
kegiatan pariwisata. Kesatuan Masyarakat terhadap berbagai
Kantah dan BPOLBF Hukum Adat dan regulasi kepemilikan,
bersinergi untuk Larangan Pemecahan. penguasaan dan
percepatan BPOLBF berperan pemanfaatan tanah
penerbitan sertipikat mendukung advokasi yang lebih berkeadilan
dengan persetujuan kebijakan pengakuan gender
Ketua Adat setempat MHA di tingkat
kabupaten dan provinsi
Penatausahaan Tanah Perbaikan produk Meningkatkan literasi Memberikan program
Adat regulasi tentang tentang regulasi pemberdayaan
pengakuan tanah kebijakan tanah kelompok perempuan
adat di tingkat desa
Dashboard Safeguard:
https://safeguard-ppra.atrbpn.go.id/dashboard
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai