Anda di halaman 1dari 17

Revisi khalifah An-

Nashir Lidinillah
Table of Content ?

A Biografi An-Nashir
Lidinilllah

B Situasi Kondisi

C Jengis Khan Bangsa


Mongol
Biografi An-Nashir Lidinillah

An-Nashir Lidinillah (1158 – 1225) (Arab:


‫ )الناصر لدين هللا‬bergelar Abu al-Abbas dengan
nama asli Ahmad bin al-Mustadhi' Biamrillah
adalah Khalifah ke-34 Bani Abbasiyah di
Baghdad dari 1180 hingga 1225.

Adz-Dzahabi berkata tentang masa kekuasaannya:


Adz-Dzahabi berkata tentang masa kekuasaannya:

"Tidak seorang pun dari khalifah yang memegang kekuasaan lebih lama darinya. Karena dia berkuasa selama empat
"Tidak seorang pun dari khalifah yang memegang kekuasaan lebih lama darinya. Karena dia berkuasa selama empat
puluh tujuh tahun. Masa pemerintahannya diwarnai dengan kestabilan dan kemuliaan serta keagungan. Dia berhasil
puluh tujuh tahun. Masa pemerintahannya diwarnai dengan kestabilan dan kemuliaan serta keagungan. Dia berhasil
membungkam semua musuh-musuhnya...."
membungkam semua musuh-musuhnya...."
Situasi Kondisi
Khalifah An-Nashir Lidinillah, yang memerintah
Daulah Abbasiyah pada periode 1180-1225 M, berhasil
menjaga stabilitas pemerintahannya selama hampir 46
tahun melalui siasat dan kecerdikannya. Pertama, An-
Nashir menjalin persahabatan tanpa pandang bulu
dengan raja-raja lain, termasuk mereka yang
sebenarnya merupakan lawan politiknya. Dengan cara
ini, dia berhasil menjaga hubungan baik dan
menghindari konflik yang berpotensi mengancam
stabilitas pemerintahannya.
Situasi Kondisi
● Kedua, An-Nashir memiliki mata-mata di Irak dan wilayah-wilayah lain yang berada dalam
kekuasaannya. Dengan adanya mata-mata, dia selalu mendapatkan informasi terkini tentang
berbagai isu dan potensi masalah yang mungkin muncul, sehingga dia bisa meresponsnya dengan
cepat dan tepat.
● Ketiga, An-Nashir juga dikenal sebagai sosok yang berani dan cerdik. Dia tidak takut mengambil
tindakan yang diperlukan untuk menjaga kestabilan pemerintahannya, termasuk mengambil
tindakan kontroversial seperti berpihak kepada Syiah Imamiyah.
● Namun, stabilitas pemerintahan An-Nashir juga disertai dengan beberapa peristiwa penting,
seperti pembebasan wilayah Syam dan Al-Quds oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dan
penaklukan Konstantinopel oleh orang-orang Eropa.
● Sumber: Republika
Situasi Kondisi
● Selama masa pemerintahannya, An-Nashir berhasil menjaga stabilitas pemerintahan melalui
berbagai upaya dan kebijakan strategis, terutama dalam bidang pembangunan dan arsitektur.
Beberapa upaya An-Nashir dalam memajukan arsitektur Andalusia adalah tata kota, pembangunan
masjid, pembangunan istana, serta mendirikan universitas dan perpustakaan. Kebijakan ini
berdampak positif di berbagai bidang, termasuk memajukan sektor pendidikan, meningkatkan
ekonomi, menjaga stabilitas pemerintahan, dan berkontribusi terhadap warisan peradaban. An-
Nashir juga menetapkan Kordoba sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Khilafah Islam di
Barat. Kemajuan infrastruktur, ilmu pengetahuan, dan ekonomi membuat Kordoba cukup terkenal
untuk bersaing dengan kota-kota besar seperti Bagdad dan Konstantinopel.
Stuasi Kondisi
● Selain itu, An-Nashir juga membangun kota indah bernama Medinat Az-Zahrah (Kota Az-Zahra),
yang berjarak 3 mil dari Cordova. Pada masa pemerintahannya, An-Nashir juga membangun
sejumlah fasilitas umum seperti taman dan pemandian, serta membangun jalan dengan
penerangan. Jalanan Cordova juga mulus dan datar. Pada malam hari, lampu yang tergantung di
depan rumah penduduk menerangi kedua sisi jalan yang menciptakan keamanan bagi masyarakat
dan kenyamanan mobilitas di dalam kota.
● Sumber: Kompasiana
Jengis Khan Bangsa Mongolia

Jenghis Khan (bahasa Mongol: Женьгис Хан, juga dieja


Zhen'gis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan,
Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin
atau TiemuZhen, lahir di Pegunungan Khentii, 1162-1227 M)
adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa
Mongol dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan
menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, yaitu Dinasti Jin,
Xia Barat, Asia Tengah, dan Persia. Penggantinya akan
meluaskan kekuasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas
dalam sejarah manusia. Ia merupakan kakek dari Kubilai Khan,
pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di Tiongkok.
Jengis Khan Bangsa Mongolia
● Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167, anak sulung Yesügei,
ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid).
Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.Temujin lahir di daerah
pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Hoelun, berasal
dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di
Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan
jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena
diracuni Tatar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Jengis Khan Bangsa Mongolia
● Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin
untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan Tatar pada masa depan. Kehidupan Temujin
bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain
dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari
sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup
Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, ia
dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin
mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
● Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan
dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak
dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Menyatukan Mongolia
● Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama
Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku
Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak
kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu.
Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara
menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia.
Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang
sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri
yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan
melaksanakan perintah mendiang ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan
kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi
Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".
Memerangi Kerajaan Jin
● Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah
utara Tiongkok selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis
Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati
jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup
aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil
meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah
satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, di mana Jenghis Khan yang hanya memiliki
pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih
dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibu
kota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata
(terutama ahli senjata berat/siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke
Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.
Invasi Asia Tengah
● Kekaisaran Khawarezmia adalah kekaisaran Turki-Persia yang menguasai Persia dan Asia Tengah.
Pada awalnya Jenghis Khan menganggap Kekaisaran Khawarezmia sebagai mitra dagang yang
potensial pada jalur sutera. Jenghis Khan mengirim 500 orang karavan untuk berdagang secara
resmi dengan Khawarezmia. Mereka datang membawa emas, sutra, serta berbagai kain dan bulu
untuk diperdagangkan. Namun Inalchuq, gubernur kota Ortrar yang memiliki gelar Ghayir-Khan
malah menyerang para pedagang tersebut karena menganggap rombongan itu berisi mata-mata
untuk berkomplot melawan kekaisaran. Situasi menjadi rumit karena gubernur menolak
membayar ganti rugi atas penjarahan itu. Jenghis Khan akhirnya membalas dengan mengirimkan
kelompok kedua yang merupakan utusan yang terdiri dari dua orang Mongol dan satu orang
Muslim untuk bertemu secara langsung kepada Shah Alaudin sebagai bentuk protes. Shah malah
mencukur rambut kedua utusan yang orang Mongol dan memenggal kepala utusan Muslim dan
memerintahkan kedua utusan yang masih hidup untuk membawa pulang kepala utusan tersebut.
Invasi Asia Tengah
● Karena marah, Jenghis Khan mengumpulkan 100.000 pasukan untuk menyerang Kwarazmia.
Kekaisaran Kwarazmia pada saat itu sedang dalam kondisi permusuhan dalam negeri, sehingga
Shah memutuskan memisahkan pasukanya menjadi kelompok-kelompok kecil di berbagai kota,
yang akhirnya memberikan keuntungan pada pasukan Mongol karena tidak perlu menghadapi
pertahanan terpadu. Dengan gerak cepat Jenghis Khan dapat melakukan pembantaian massal,
memperbudak seluruh penduduk dan menangkap Ghayir-Khan dan mengeksekusinya dengan
menuangkan perak cair ke telinga dan matanya sebagai pembalasan atas tindakannya. Meskipun
invasi ini tidak diragukan berdarah tetapi jumlah korban yang ada seringkali dianggap terlalu
berlebihan dan tidak masuk akal.
● Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat
memerintahkan dua jenderal terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat
dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan
Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak
menyerang wilayah Arab.
Akhir Hidup Jengis Khan
● Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan guna menghancurkan
kekhalifahan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan
seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam
perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai
musuh berhasil ditaklukkan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang
lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan. Alasan Jenghis Khan
menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan takhta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang
dimiliki Ogadai Khan dalam bernegosiasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong
(tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).
● Source : Wikipedia
Thanks !
Do you have any
question ?

Anda mungkin juga menyukai